Anda di halaman 1dari 9

Komunikasi dalam pelayanan kesehatan

khusus multidisiplin

Disusun oleh :
Rima Fatimah Zahra C.0105.21.198
Rizal Reinaldi C.0105.21.195
BAB I PENDAHULUAN
 Latar Belakang Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai wujud kepeduliannya
dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan preklinik maupun klinik. Pendidikan dalam
keperawatan dibarengi dengan penelitian yang selalu dilakukan dan implikasinya dilakukan melalui kegiatan pengabdian
masyarakat sesuai dengan tuntutan Tri Dharma. Keperawatan dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi di lingkungan setiap saat untuk dapat mengembangkan keilmuannya (Potter dan Perry, 2005). Salah satu syarat
yang paling penting dalam pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang bermutu dan sesuai tuntutan serta harapan
masyarakat. Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila memberikan kepuasan pada pasien. Kepuasan pasien semakin
meninggi dikarenakan adanya kesadaran akan pelayanan prima yang diinginkan masyarakat, perkembangan teknologi
informasi juga meningkatkan harapan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan kepada mereka. Kepuasan pasien
dalam menerima pelayanan kesehatan mencakup beberapa dimensi. Salah satunya adalah dimensi kelancaran
komunikasi antara petugas kesehatan dengan pasien serta keluarga. Hal ini berarti pelayanan kesehatan bukan hanya
berorientasi pada pengobatan secara medis, melainkan juga berorientasi pada komunikasi karena pelayanan melalui
komunikasi sangat penting dan berguna bagi pasien, serta sangat membantu pasien dalam proses penyembuhan dan
kemandirian pasien (Muharamiatul, 2012). Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan
memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Komunikasi terapeutik adalah
kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu pasien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan
patologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain (Mundakir, 2006). Melalui komunikasi terapeutik,
perawat bisa memandirikan pasien dan keluarga dalam upaya peningkatan kesehatan baik di rumah sakit atau setelah
pulang ke rumah dan beradaptasi dengan lingkungan masyarakat
 Pelayanan kesehatan merupakan produk yang bersifat jasa. Saat ini, jasa kesehatan sebagai pelayanan sosial
telah berubah menjadi komoditi jasa yang diperdagangkan. Di kota-kota besar, jasa kesehatan telah
menjadi produk industri yang hampir tidak berbeda dengan produk barang maupun jasa non kesehatan. Pada
sektor non kesehatan, mekanisme pasar dapat menjadi sempurna karena kedua belah pihak yang
bertransaksi (produsen dan konsumen) mempunyai pengetahuan yang relatif sama terhadap produk dan jasa
yang di tawarkan. Posisi konsumen relatif kuat ketika membeli jasa non kesehatan karena objek yang
ditawarkan telah diketahui, baik mutu maupun harganya. Sebagai contoh, bila kita ingin membeli kemeja
dengan tingkat kompetensi yang tinggi di antara produsen, kita dapat memilih barang dengan merk tertentu
dengan tingkat harga yang kita inginkan. Artinya, konsumen mempunyai pengetahuan yang baik terhadap
barang dan jasa yang akan mereka beli atau butuhkan. Namun, kondisi di atas tidak dapat pada pasar jasa
kesehatan. Kita mengenal yang disebut market failure. Pasien berada pada posisi lemah, tidak mempunyai
cukup informasi dan pengetahuan tentang jasa kesehatan itu sendiri (Potter dan Perry, 2005).

BAB II PEMBAHASAN
 Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk
menggambarkan suatu hubungan kerjasama yang dilakukan pihak tertentu. Sekian banyak pengertian yang dikemukakan
dengan sudut pandang beragam namun didasari prinsip yang sam yaitu mengenai kebersamaan, kerjasama, berbagi tugas,
kesetaraan, tanggung jawab dan tanggung gugat. Namun demikian kolaborasi sulit didenifisikan untuk menggambarkan apa
yang sebenarnya yang menjadi esensi dari kegiatan ini. Pada saat sekarang dihadapkan pada paradigma baru dalam
pemberian pelayanan kesehatan yang menuntut peran perawat yang lebih sejajar untuk berkolaborasi dengan dokter. Pada
kenyataannya profesi keperawatan masih kurang berkembang dibandingkan dengan profesi yang berdampingan erat dan
sejalan yaitu profesi kedokteran. Kerjasam dan kolaborasi dengan dokter perlu pengetahuan, kemauan dan keterampilan,
maupun sikap yang professional mulai dari komunikasi, cara kerjasama dengan pasien, maupun dengan mitra kerjanya,
sampai pada keterampilan dalam mengambil keputusan (Mundakir, 2006). Salah satu syarat yang paling penting dalam
pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang bermutu. Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila memberikan kepuasan
pada pasien. Kepuasan pada pasien dalam menerima pelayanan kesehatan mencakup beberapa dimensi. Salah satunya
adalah dimensi kelancaran komunikasi antaran petugas kesehatan dengan pasien. Hal ini berarti pelayanan kesehatan
bukan hanya berorientasi pada pengobatan secara medis, melainkan juga berorientasi pada komunikasi karena pelayanan
melalui komunikasi sangat penting dan berguna bagi pasien, serta sangat membantu pasien dalam proses penyembuhan
(Muharamiatul, 2012).
 Pentingnya Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan Manusia sebagai makhluk
sosial tentunya selalu memerlukan orang lain dalam menjalankan dan
mengembangkan kehidupannya. Hubungan dengan orang lain akan terjalin bila
setiap individu melakukan komunikasi diantara sesamanya. Kepuasan dan
kenyamanan serta rasa aman yang dicapai oleh individu dalam berhubungan sosial
dengan orang lain merupakan hasil dari suatu komunikasi. Komunikasi dalam hal
ini menjadi unsur terpenting dalam mewujudkan integritas diri setiap manusia
sebagai bagian dari sistem sosial (Muharamiatul, 2012).
Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi

 1. Situasi atau suasana


 2. Kejelasan pesan
 Multidisplin dalam Pelayanan Kesehatan Proses multidisplin atau berkolaborasinya anggota tim
kesehatan dalam pelayanan kesehatan merupakan kegiatan yang diinginkan setiap anggotanya.
Namun permasalahan yang ada sekarang terutama dipandang dari sudut keperawatan sebagai
professional dalam tim adalah masih banyak perawat yang tidak memiliki kemampuan berpikir kritis
dalam setiap keadaan yang mereka temui di dalam praktik keperawatan. Kemampuan perawat dalam
mengambil keputusan klinis juga sangat rendah yang menyebabkan rasa percaya diri yang rendah
sehingga kemampuan untuk melakukan tindakan kolaborasi juga rendah. Sebagai anggota tim pelayan
kesehatan haruslah memahami alasan pasien datang ke rumah sakit sebenarnya tidak selalu dengan
alasan untuk mendapatkan pengobatan. Kebutuhan mereka akan mendapatkan perhatian dan
pelayanan dalam sakitnya yang paling utama, rasa kasih saying dari anggota keluarga lebih utama
daripada hanya untuk mendapatkan pengobatan. Hal ini memberikan kesempatan kepada perawat
untuk menampilkan ranah kewenangan sebagai anggota tim yang lebih berorientasi kepada masalah
psikologis mereka. Namun, perawat selama ini hanya melaksanakan peran sebagai caregiver dan
manajer. Masih banyak peran yang belum dilakukan oleh rekan perawat. Perawat sebagai agen
pembaharu tidak akan terjadi dan terlihat apabila sebelumnya perawat sebagai advokat pasien.
Bagaimana seorang perawat akan dikatakan sebagai pembaharu apabila dalam berkomunikasi dengan
disiplin ilmu lain tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup. Kepercayaan diri yang dilandasi
kemampuan berpikir kritis dan kemampuan mengambil keputusan klinis dapat membuat perawat bisa
melaksanakan advokasi terhadap pasien yang dirawat.
Perubahan Pendekatan Multidisplin dalam Pelayanan
Kesehatan
Pendekatan multidisplin dalam pelayanan kesehatan semakin
berkembang menunjukkan perbaikan dari segi kemampuan
komunikasi dan kolaborasi diantara tenaga kesehatan yang
terlibat di dalam tim kesehatan. Awal berkembangnya tenaga
kesehatan mempunyai hirarki dimana seorang dokter
mempunyai kedudukan yang paling tinggi diantara yang lain
untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai