Anda di halaman 1dari 15

PENDEKATAN PERENCANAAN PARTISIPATIF DALAM

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Dosen Pengampu :
Kurniawan Muhammad Nur, S.H, S.Sos, M.Sos

Disusun Oleh Kelompok 4 :


Kelas / Semester : C / 6
 
1. Aripah Rodiyatus S.P (1941030183)
2. Saepi Rahayu (1941030199)
3. Robi Hidayat (1941030154)
4. Elvan Riwansyah (1941030187)

 
Program Studi Manajemen Dakwah

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN AJARAN 1443 H / 2022 M
Pengertian Perencanaan
Pengertian perencanaan memiliki banyak makna sesuai dengan pandangan
masing-masing ahli dan belum terdapat batasan yang dapat diterima secara umum.

Pengertian atau batasan perencanaan tersebut antara lain sebagai berikut :


• Perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-
kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu
pada hakekatnya terdapat pada setiap jenis usaha manusia (Khairuddin, 1992 :
47).
• Perencanaan adalah merupakan suatu upaya penyusunan program baik
program yang sifatnya umum maupun yang spesifik, baik jangka pendek
maupun jangka panjang (Sa’id & Intan, 2001 : 44 ).
• Perencanaan sebagai Analisis Kebijakan (Planning as Policy Analysis) yaitu,
merupakan tradisi yang diilhami oleh logika-logika berpikir ilmu manajemen,
administrasi publik, kebangkitan kembali ekonomi neoklasik, dan teknologi
informasi yang disebut sibernetika (Aristo, 2004).
 Dari segi jangka waktu, perencanaan dapat dibedakan :
(a) perencanaan jangka pendek (1 tahun)
(b) perencanaan jangka panjang (lebih dari 1 tahun).
 Dari segi luas lingkupnya, perencanaan dapat dibedakan :
(a) perencanaan nasional (umumnya untuk mengejar keterbelakangan suatu
bangsa dalam berbagai bidang)
(b) perencanaan regional (untuk menggali potensi suatu wilayah
dan
(c) perencanaan kehidupan
mengembangkan lokal, misalnya;
masyarakatperencanaan
wilayah itu) kota (untuk mengatur
pertumbuhan Kota menertibkan penggunaan tempat dan memperindah
corak kota) dan perencanaan desa (untuk menggali potensi suatu desa serta
mengembangkan masyarakat desa tersebut).
 Dari segi bidang kerja yang dicakup, dapat dikemukakan antara lain :
industrialisasi, agraria (pertanahan), pendidikan, kesehatan, pertanian,
pertahanan, dan keamanan, dan lain sebagainya.
 Dari segi tata jenjang organisasi dan tingkat kedudukan menejer, perencanaan
dapat dibedakan : (a) perencanaan haluan policy planning (b) perencanaan
program (program planning) (c) perencanaan langkah operational planning.
Perencanaan
Pembangunan Masyarakat
adalah kegiatan pengembangan masyarakat yang dilakukan secara sistematis,
terencana dan diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat guna mencapai
kondisi sosial, ekonomi dan kualitas kehidupan yang lebih baik apabila
dibandingkan dengan kegiatan pembangunan berikutnya.

Tiga Tahapan Perencanaan Pembangunan yaitu :


(1) perumusan dan penentuan tujuan,
(2) pengujian atau analisis opsi atau pilihan yang tersedia,
(3) pemilihan rangkaian tindakan atau kegiatan untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan dan telah disepakati bersama.
Perencanaan Pembangunan
Partisipasi
Pengertian Partisipasi
Partisipasi sepadan dengan arti peranserta, ikutserta, keterlibatan, atau proses
belajar bersama saling memahami, menganalisis, merencanakan dan melakukan
tindakan oleh sejumlah anggota masyarakat.

Istilah Partisipasi menurut Mikkelsen 2005 biasanya digunakan


di
masyarakat dalam berbagai makna umum, diantaranya :
1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat dalam suatu proyek
(pembangunan), tetapi tanpa mereka ikut terlibat dalam proses pengambilan
keputusan.
2. Partisipasi adalah proses membuat masyarakat menjadi lebih peka dalam
rangka menerima dan merespons berbagai proyek pembangunan.
3. Partisipasi adalah suatu proses aktif, yang bermakna bahwa orang ataupun
kelompok yang sedang ditanyakan mengambil inisiatif dan mempunyai
otonomi untuk melakukan hal itu.
Lanjutan…
4. Partisipasi adalah proses menjembatani dialog antara komunitas lokal dan pihak
penyelenggara proyek dalam rangka persiapan, pengimplenetasian, pemantauan
dan pengevaluasian staf agar dapat memperoleh informasi tentang konteks sosial
maupun dampak sosial proyek terhadap masyarakat.
5. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara sukarela dalam perubahan yang
ditentukan sendiri oleh masyarakat.
6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunan
lingkungan, kehidupan dan diri mereka sendiri.
Tiga tradisi konsep partisipasi terutama bila dikaitkan dengan
pembangunan masyarakat yang demokratis yaitu:
1 partisipasi politik Political Participation,
2 partisipasi sosial Social Participation
3 partisipasi warga Citizen Participation/Citizenship
Perencanaan Partisipatif
Perencanaan partisipatif mulai dikenal secara luas sejak munculnya metode
partisipatif yang biasa disebut Participatory Rural Appraisal. Metode ini
menekankan adanya peran serta aktif dari masyarakat dalam merencanakan
pembangunan (penyelesaian masalah) mulai dari pengenalan wilayah,
pengidentifkasian masalah sampai pada penentuan skala prioritas.
Perencanaan partisipatif saat ini mulai merambah ke tingkat makro atau
lebih pada pengembangan kebijakan, biasanya kegiatan ini lebih banyak
dilakukan oleh Lembaga Non Pemerintah (NGO’s). Selain itu perencanaan
partisipatif banyak dilakukan di tingkat mikro seperti pada tingkat masyarakat
maupun di tingkat individu.
Secara garis besar perencanaan partisipatif mengandung makna adanya
keikutsertaan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan, mulai dari
melakukan analisis masalah mereka, memikirkan bagaimana cara mengatasinya,
mndapatkan rasa percaya diri untuk mengatasi masalah, mengambil keputusan
sendiri tentang alternatif pemecahan masalah apa yang ingin mereka atasi.
Lanjutan…
Tiga alasan utama mengapa perencanaan partisipatif dibutuhkan,
yaitu (Conyers, 1991) :
1. Alasan pertama partisipasi masyarakat merupakan suatu
alat guna informasi mengenai
kebutuhandan
memperoleh kondisi, masyarakat setempatyang
sikap
kehadirannya program pembangunan
tanpa serta proyek-
proyek
2. Alasan
akan gagal. adalah bahwa masyarakat akan lebih
mempercayai kegiatan atau proram
kedua
merasa pembangunan
dalam proses jika
dilibatkan
perencanaannya, karena mereka akan lebih persiapan
mengetahui
seluk beluk program tersebut dan akan mempunyai rasa dan
memiliki terhadap program tersebut.
3. Alasan ketiga adalah karena timbul anggapan bahwa
merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan
dalam proses pembangunan.
Sejarah Partisipasi Dalam
Pembangunan
Pada tahun 1960-an, yang dimaksud dengan partisipasi adalah adanya transfer
atau alih pengetahuan atau teknologi dari luar untuk menjadikan orang atau
masyarakat mampu menolong dirinya sendiri.
Pada tahun 1970-an Partisipasi lebih dikenal sebagai usaha untuk mengentaskan
kemiskinan dan berkaitan dengan kases terhadap sumber-sumber pembangunan.
Ada 3 perspektif besar :
1. Masyarakat berpartisipasi sebagai pihak yang menerima manfaat dari
pembangunan. Partisipasi dilakukan untuk masyarakat, umumnya masyarakat
diundang untuk ditanyakan apa kebutuhan mereka yang nantinya akan
dimasukkan dalam program pembangunan.
2. Partisipasi dilihat sebagai suatu proses dan di kendalikan oleh orang-orang
yang mengenalikan pembangunan. Partisipasi ini berkaitan pula dengan
demokrasi dan keadilan.
3. Partisipasi melibatkan bekerja dengan masyarakat daripada bekerja untuk
mereka. Partisipasi bentuk ini lebih melihat hubungan antara pelaksana
pembangunan dan pemanfaan hasil pembangunan.
Tipologi Partisipasi Masyarakat
atau Individu
 Passive Participation, masyarakat berpartisipasi karena memang diharuskan
untuk ikut serta dalam proses pembangunan, tanpa ada kemampuan untuk
merubah.
 Participation in information giving, partisipasi masyarakat hanya sebatas
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh perencana pembangunan dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Namun masyarakat tidak
punya kemampuan untuk mempengaruhi mempengaruhi dalam pembuatan
pertanyaan, dan tidak ada kesempatan untuk mencek ketepatan dari hasil
penelitian yang telah dilakukan.
 Participation by consultation, partisipasi masyarakat dilakukan dalam
bentuk konsultasi, ada pihak luar sebagai pendengar yang berusaha
mendefinisikan permasalahan yang dihadapi masyarakat dan merumuskan
solusinya. Dalam proses konsultasi ini tidak ada pembagian dalam penentuan
keputusan, semua dikerjakan oleh pihak luar yang diberi untuk mngerjakan
ini.
 Participation for material incentives, partisipasi ini lebih pada masyarakat
memberikan sumber daya yang mereka punya seperti tenaga dan tanah,
kemudian akan diganti dalam bentuk makanan, uang, atau penggantian dalam
bentuk materi lainnya.
 Functional participation, partisipasi masyarakat terjadi dengan membentuk
kelompok-kelompok atau kepanitiaan yang diprakarsai/ didorong oleh pihak
luar.
 Interactive participation, masyarakat dilibatkan dalam menganalisis dan
perencanaan pembangunan. Dalam tipe partisipasi ini, kelompok mungkin saja
dapat dibentuk bersama-sama dengan lembaga donor dan mempunyai tugas
untuk mengendalikan dan memutuskan semua permasalahan yang terjadi di
tingkat lokal.
 Self-mobilization, masyarakat secara mandiri berinisiatif untuk melakukan
pembangunan tanpa ada campur tangan dari pihak luar, kalau pun ada, peran
pihak luar hanya sebatas membantu dalam penyusunan kerangka kerja.
Mereka mempunyai fungsi kontrol penuh terhadap sumber daya yang akan
digunakan untuk mencapai kesejahteraan masyarakatnya.
Proses Perencanaan
Pembangunan Partisipatif

Usaha yang harus dilakukan dalam Perencanaan Partisipasi, diantaranya :


(1) Perencanaan harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata
(felt need)
(2) Dijadikan stimulasi terhadap masyarakat, yang berfungsi
mendorong timbulnya jawaban (response)
(3) Dijadikan motivasi terhadap masyarakat, yang berfungsi
membangkitkan tingkah laku (behavior).
Proses Perencanaan Pembangunan Partisipasi ada
Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan Antara
Lain :

 Perencanaan program harus berdasarkan fakta dan kenyataan dimasyarakat


 Program harus memperhitungkan kemampuan masyarakat dari segi teknik,
ekonomi dan sosialnya
 Program harus memperhatikan unsur kepentingan kelompok
dalam masyarakat
 Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program
 Pelibatan sejauh mungkin organisasi-organisasi yang ada
 Program hendaknya memuat program jangka pendek dan jangka panjang
 Memberi kemudahan untuk evaluasi
 Program harus memperhitungkan kondisi, uang, waktu, alat dan tenaga
(KUWAT) yang tersedia.
Permasalahan dalam
Perencanaan Partisipatif
 Keterlibatan masyarakat akan terjadi secara sukarela jika perencanaan dilakukan
secara desentralisasi, dan kegiatan pembangunan selalu diarahkan pada keadaan
atau kepentingan masyarakat. Jika hal ini tidak terjadi maka partisipasi masyarakat
akan sulit terjadi karena masyarakat tidak akan berpartisipasi jika kegiatan dirasa
tidak menarik minat mereka atau partisipasi mereka tidak berpengaruh pada
rencana akhir.
 Partisipasi akan sulit terjadi apabila di dalam suatu masyarakat tidak mengetahui
atau tidak mempunyai gagasan mengenai rangkaian pilihan yang seharusnya
mereka pilih, maka tidak mengherankan apabila masyarakat, terutama masyarakat
pedesaan, sering meminta hal-hal yang tidak mungkin atau hal lain yang sebenarnya
bukan merupakan kebutuhan mereka. Jadi ada kemungkinan skala prioritas akan
berbeda antara pihak pemerintah dan masyarakat.
 Batasan dari wilayah kerja dapat menjadi permasalahan, hal ini berkaitan dengan
batas wilayah administratif atau batas wilayah komunitas (adat). Terkadang
masyarakat yang akan dibina dibatasi oleh wilayah administratif (negara), namun
pada kenyataannya masyarakat yang akan dibina mempunyai suatu ikatan (batasan
adat) lain yang turut menetukan luas wilayah mereka. Hal ini berkaitan dengan
penentuan wilayah kerja dan pelibatan partisipasi masyarakat.
KESIMPULAN

Perencanaan pembangunan partisipatif adalah perencanaan yang bertujuan


melibatkan kepentingan rakyat dan dalam prosesnya melibatkan rakyat (baik
langsung maupun tidak langsung). Perencanaan pembangunan partisipatif
merupakan pola pendekatan perencanaan pembangunan yang melibatkan
peran serta masyarakat yang pada umumnya bukan saja sebagai obyek tetapi
sekaligus sebagai subyek pembangunan, sehingga nuansa yang dikembangkan
dalam perencanaan pembangunan benar-benar dari bawah (bottom-up
approach).

Korten dalam Supriatna (2000: 65) mengatakan bahwa pembangunan yang


berorientasi pada pembangunan manusia, dalam pelaksanaannya sangat
mensyaratkan keterlibatan langsung pada masyarakat penerima program
pembangunan. Karena hanya dengan partisipasi masyarakat penerima program,
maka hasil pembangunan ini akan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan
masyarakat. Oleh karenanya salah satu indikator keberhasilan pembangunan
adalah adanya partisipasi masyarakat penerima program.

Anda mungkin juga menyukai