Pert - 7 Algoritma Dan Bilangan Bulat
Pert - 7 Algoritma Dan Bilangan Bulat
8 = 2. 4 + 0
PBB(a, b) = ma + nb
(v) ke (vi)
2 = 32 – 5.(70 – 2.32)
2 = 1.32 – 5.70 + 10.32
2 = 11.32 – 5.70 (vii)
2 = 11.(312 – 4.70)
m – a5.70 =n 11.312
b – 49.70
ma + nb = 1
Contoh 5.6 :
Bilangan 20 dan 3 adalah relatif prima karena PBB(20, 3) = 1
2 . 20 + ( -13) . 3 = 1
a mod m = r a = mq + r
Kongruen
Jika dua buah bilangan bulat a dan b, mempunyai
sisa yang sama jika dibagi dengan bilangan bulat
positif m, maka a dan b kongruen dalam
modulo m, dan dilambangkan sebagai :
a b (mod m)
38/5=7 sisa 3
13/5=2 sisa 3
maka :
38 13 ( mod 5)
Definisi dari kongruen :
Contoh 5.8 :
17 2 (mod 3) ( 3 habis membagi 17 – 2 = 15 15 : 3 = 5 )
-7 15 (mod 11) ( 11 habis membagi -7 – 15 = -22 -22 : 11 = -2)
12 / 2 (mod 7) ( 7 tidak habis membagi 12 – 2 = 10 )
-7 / 15 (mod 3) ( 3 tidak habis membagi -7 – 15 = -22 )
Kekongruenan a b (mod m) dapat pula dituliskan
dalam hubungan a = b + km yang dalam hal ini
sembarang k adalah bilangan bulat.
a b (mod m) a = b + km
Contoh 5.9 : a b k m
Contoh 5.10 :
23 mod 5 = 3 dapat ditulis sebagai 23 ≡ 3 (mod 5)
27 mod 3 = 0 dapat ditulis sebagai 27 ≡ 0 (mod 3)
6 mod 8 = 6 dapat ditulis sebagai 6 ≡ 6 (mod 8)
0 mod 12 = 0 dapat ditulis sebagai 0 ≡ 0 (mod 12)
-41 mod 9 = 4 dapat ditulis sebagai -41 ≡ 4 (mod 9)
-39 mod 13 = 0 dapat ditulis sebagai -39 ≡ 0 (mod 13)
Sifat-sifat pengerjaan hitung pada aritmetika modulo,
khususnya perkalian dan penjumlahan, dinyatakan
dalam teorema-teorema berikut :
• Misalkan m adalah bilangan bulat positif.
1. Jika a b (mod m) dan c adalah sembarang
bilangan bulat, maka :
(i) (a + c) (b + c)(mod m)
(ii) ac bc (mod m)
(iii) ap bp (mod m) untuk suatu bilangan
bulat tak negatif p
Contoh 5.11 :
Misal: 17 2 (mod 3) dan 10 4 (mod 3), maka :
17 + 5 2 + 5 (mod 3) 22 7 (mod 3) (teorema
5.5.1(i))
17 . 5 2 . 5 (mod 3) 85 10 (mod 3) (teorema
5.5.1(ii))
17 2 (mod 3)
17/3 = 5 sisa 2 mempunyai sisa yang sama
2/3 = 0 sisa 2
85 10 (mod 3) 22 7 (mod 3)
85/3 = 28 sisa 1 22/3 = 7 sisa 1
10/3 = 3 sisa 1 7/3 = 2 sisa 1
• 2. Jika a b (mod m) dan c d (mod m) , maka :
(i) (a+c) (b+d) (mod m)
(ii) a c bd (mod m)
Contoh 5.11 :
Misal: 17 2 (mod 3) dan 10 4 (mod 3), maka :
17 + 10 2 + 4 (mod 3) 27 6 (mod3) (teorema
5.5.2(i))
17 . 10 2 . 4 (mod 3) 170 8 (mod 3) (teorema
5.5.2(ii))
17 2 (mod 3) 10 4 (mod 3)
17 2 (mod 3) 10 4 (mod 3)
17/3 = 5 sisa 2 10/3 = 3 sisa 1
2/3 = 0 sisa 2 4/3 = 1 sisa 1
mempunyai sisa yang sama
27 6 (mod 3)
27/3 = 9 sisa 0
6/3 = 2 sisa 0
Balikan Modulo
( Modulo
Di dalam aritmetika Invers)
bilangan riil, inversi (inverse)
dari perkalian adalah pembagian
Misalnya inversi dari 4 adalah 1/4
• Jika a dan m relatif prima dan m > 1, maka dapat
ditemukan balikan (invers) dari a modulo m.
Dari persamaan terakhir ini kita peroleh -2 adalah inversi dari 4 modulo 9
-2.4 1 (mod 9) 9 habis membagi ( -2x4 ) -1 = -9
a m
(b) PBB(17, 7) = 1, maka inversi dari 17 (mod 7) ada.
17 = 2.7 + 3 (i) 3 = 17 – 2.7 (v)
7 = 2.3 + 1 (ii) 1 = 7 – 2.3 (iv)
3 = 3.1 + 0 (iii)
(v) ke (iv) 1 = 7 – 2.(17 – 2.7) = 1.7 – 2.17 + 4.7 = 5.7 – 2.17
atau -2 . 17 + 5 . 7 = 1 p.a + q.m = 1
Dari persamaan terakhir ini kita peroleh -2 adalah inversi dari 17 modulo 7
-2.17 1 (mod 7) 7 habis membagi (-2.17) -1 = -35.
(c) Karena PBB(18, 10) = 2 ≠ 1, maka inversi dari 18 (mod 10) tidak ada.
Kekongruenan Linear/lanjar
b km
x = 3+k.9
a 4
k=1 x=3
k=5 x = 12 Jadi nilai-nilai x yang memenuhi 4 x ≡ 3 (mod 9)
k = -3 x = -6 adalah 3, 12, …. dan -6, -15, ….
k = -7 x = -15
BILANGAN PRIMA
• Bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1 yang hanya
habis dibagi oleh 1 dan dirinya sendiri.
2, 3, 5, 7, 11, 13, ……..
Definisi 5.7 :
Bilangan bulat positif p (p>1) disebut bilangan prima jika
pembaginya hanya 1 dan p
Karena 11 adalah bilangan prima, maka pencarian faktor prima dari 1617 dihentikan.
Jadi, faktor prima dari 1617 adalah 3, 7, 7 dan 11, yaitu 1617 = 3 x 7 x 7 x 11.
6. KRIPTOGRAFI
• Aritmetika modulo dan bilangan prima
mempunyai banyak aplikasi dalam ilmu
komputer, salah satu aplikasinya yang terpenting
adalah kriptografi.
Contoh :
Plainteks : STRUKTUR DISKRIT
Plainteks : ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
Cipherteks : DEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZABC
Pesan :
AWASI ASTERIX DAN TEMANNYA OBELIX
Cipherteks :
DZDVL DVWHULA GDQ WHPDQQBD REHOLA
Secara matematis, pada sistem kriptografi yang
menggunakan kunci K, maka fungsi enkripsi dan
dekripsi menjadi :
Jika orang yang tidak berhak mencoba keseluruhan kunci tersebut dengan
menggunakan satu juta prosesor komputer yang bekerja secara paralel,
maka dengan asumsi bahwa selama 1 detik dapat dicoba satu juta
kemungkinan kunci, maka seluruh kemungkinan kunci tersebut memerlukan
waktu 2284 tahun untuk menemukan kunci yang benar.
Algoritma RSA
(Rivest – Shamir – Adleman)
Algoritma RSA mendasarkan proses enkripsi dan
dekripsinya pada konsep bilangan prima dan
aritmetika modulo.
Kunci enkripsi dan dekripsi merupakan bilangan
bulat.
Kunci enkripsi tidak dirahasiakan, tetapi kunci
dekripsi bersifat rahasia.
Untuk menemukan kunci dekripsi harus
memfaktorkan suatu bilangan non prima menjadi
faktor primanya.
Secara ringkas, algoritma RSA
adalah sebagai berikut :
• Pilih dua buah bilangan prima sembarang, a dan b, jaga
kerahasiaan a dan b.
• Hitung n = a x b. Nilai n tidak dirahasiakan.
• Hitung m = (a – 1) x (b – 1). Setelah nilai m diketahui, a
dan b dapat dihapus.
• Pilih sebuah bilangan bulat e untuk kunci publik, dimana e
relatif prima terhadap m.
• Bangkitkan kunci dekripsi, d dengan kekongruenan
ed 1 (mod m)
• Proses dekripsi dilakukan dengan menggunakan
persamaan pi = cid mod n, yang dalam hal ini d adalah
kunci dekripsi.
(ISBN)
International Standard Book Number
1.0 + 2.3 + 3.0 + 4.1 + 5.5 + 6.4 + 7.5 + 8.6 + 9.1 = 151
ix ix
i 1
i
i 1
i 10 x10 151 10 8 231
ix mod 11 5
i 1
i
9
ix
i 1
i 1 9 2 7 3 9 4 9 5 3 6 9 7 p 8 0 9 4
9 14 27 36 15 54 7 p 0 36 191 7 p
Jadi
(191 + 7p) mod 11 = 5
Atau
11k 5 191 11k 186
p
7 7
Nilai-nilai k yang menghasilkan p bulat adalah k = …, -6, 1, 8, 15, 22, 28, …
Agar ISBN sah maka p haruslah memenuhi 0 ≤ p ≤ 9.
Untuk k = 22 didapatkan p = 8