Anda di halaman 1dari 19

EKONOMI

ISLAM
 
Pengertian Ekonomi Islam
Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang
perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana
dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam.
Bekerja merupakan suatu kewajiban karena Allah swt memerintahkannya, sebagaimana
firman-Nya dalam QS. At Taubah: 105, "Dan katakanlah, bekerjalah kamu, karena Allah dan
Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaan itu".
Kerja membawa pada kemampuan, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW:
"Barang siapa diwaktu harinya keletihan karena bekerja, maka di waktu itu ia mendapat
ampunan". (HR. Thabrani dan Baihaqi).
Tujuan Ekonomi Islam
 
1. Penyucian jiwa agar setiap muslim boleh menjadi sumber kebaikan bagi masyarakat dan lingkungannya.
1. Tegaknya keadilan dalam masyarakat. Keadilan yang dimaksud mencakupi aspek kehidupan di bidang
hukum dan muamalah.
2. Tercapainya maslahah (merupakan puncaknya). Para ulama menyepakati bahwa maslahah yang
menjadi puncak sasaran di atas mencakupi lima jaminan dasar yaitu:
         a. Kamaslahatan keyakinan agama (al din)
         b. Kamaslahatan jiwa (al nafs)
         c. Kamaslahatan akal (al aql)
         d. Kamaslahatan keluarga dan keturunan (al nasl)
         e. Kamaslahatan harta benda (al mal)
Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam
Secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar:

1. adanya akad atau perjanjian sesuai syariat Islam (al-maidah : 1)


2. berniaga dengan jalan suka sama suka (an-Nisa : 29)
3. larangan penipuan
“nabi Muhammad SAW melarang jual beli yang mengandung penipuan” (H.R Muslim)
4. prinsip akuntansi dan kejelasan transaksi, adalah adanya pencatatan dan kejelasan dalam
bertransaksi (al-Baqarah ; 182)
5. ta'awun (tolong mneolong dengan seksama
6. kerja dengan penekanan utamanya ibadah kepada Allah SWT
7. Islam menolak riba dalam bentuk apapun.
larangan transaksi dalam Islam
1. Larangan Maisyir, tidak boleh adanya perjudian didalam transaksi
2. Larangan Gharar (penipuan)
3. Larangan hal Haram, tidak memperbolehkan adanya barang haran atau cara
bertransaksi yang jelasa keharaman dalam Islam seperti baranga curian dll
4. Larangan Dzalim
5. Larangan Ikhtikar, larangan menimbun barang yang nantinya merugikan pihak
lain
6. Larangan riba
Bentuk-bentuk Transaksi dalam Islam
 1. Murabahah (Jual Beli)
 2. Syirkah (Bekerja sama)
 3. Mudharobah
 4. Ijarah (sewa-menyewa)
 5. Hutang Piutang
 6. wadi'ah (titipan)
 7. waqalah (perwakilan)
 8. transaksi dengan pemberian kepercayaan
1.  Jual Beli (Bai’ Al Murabahah)
Q.S An-nisa' ; 29
“wahai orang-orang yang beriman, jangalah kamu salin memakan harta sesamamu dengan jalan tang batil
(tidak benar). kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka diantara kamu”.
Rukun dan Syarat Jual Beli (Bai’ Al Murabahah)
1. Orang yang melakukan akad jual beli (Penjual dan Pembeli), Syaratnya :
 Berakal
 Balig
 Berhak Menggunakan Hartanya
2. Barang yang diperjualbelikan, memilik syarat :
 Barangnya merupakan barang halal
 Barang memiliki manfaat
 Barang sudah tersedia
 Kepemilikan atas barang jelas
 Zat, bentuk, kadar serta sifatnya diketahui kedua pihak
3. Nilai barang yang dijual memiliki syarat :
 Memiliki harga jual yang jelas dan pasti jumlahnya
 Nilai tukar barang dapat diserahkan pada saat transaksi
 Apabila transaksi dilaksanakan dengan barter (Al Muqayadah), maka tidak boleh dengan barang yang haram.
4. Sighat (ijab dan kabul) :
  Ijab merupakan perkataan penjual pada saat transaksi dilakukan
 Kabul merupakan perkataan pembeli pada saat transaksi dilakukan
Jenis Transaksi Jual Beli lainnya :

 Bissamanil Ajil, yaitu jual beli barang dengan harga yang berbeda antara kontan dan
angsuran.
 Salam, yaitu jual beli barang secara tunai dengan penyerahan barang ditunda sesuai
kesepakatan.
 Istisna, yaitu jual beli barang dengan pemesanan dan pembayarannya pada waktu
pengambilan barang.
 Isti’jar, yaitu jual beli antara pembeli dengan penyuplai barang.
 Ijarah, yaitu jual beli jasa dari benda (sewa) atau tenaga/keahlian (upah).
 Sarf, yaitu jual beli pertukaran mata uang antar negara
2 Perkongsian (Syarikat)

Syarikat adalah persekutuan antara dua orang atau lebih yang bersepakat untuk bekerja sama dalam bentuk
modal atau jasa, yang keuntungannya untuk ditanggung bersama sesuai kesepakatan
diawal. Syarikat merupakan salah satu bentuk ta’awun (tolong menolong).
Terdapat beberapa bentuk akad dalam Syarikat yang diantaranya adalah :
 Musyarakah harta/inan, yaitu menggabungkan modal dalam suatu usaha yang hasil keuntungannya dibagi
berdasarkan proporsi modal yang ditanam.
 musyarakah kerja, contohnya menyelesaikan proyek pembanguan rumah melibatkan empat orang, yaitu
arsitek, tukang kayu, tukang batu dan tukang cat.
 Muzara’ah dan Mukhabarah. Muzara’ah ialah paruhan hasil sawah antara pemilik dan penggarap,
benihnya berasal dari pemilik sawah. Jika benihnya dari penggarap disebut Mukhabarah.
 Musaqah, yaitu paruhan hasil kebun antara pemilik dan penggarap, besar bagian masing-masing sesuai
dengan perjanjian pada waktu akad.
Hikmah dalam transaksi Syarikat :

 Menjalin persaudaraan dan persatuan


 Mewujudkan tolong menolong antar sesama manusia
 Memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan
 Mengurangi pengangguran
 Melahirkan kemajuan dalam berbagai bidang.
 Menyelesaikan pekerjaan besar bersama untuk kepentingan umat.
 Memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah pertanian.
 Mencegahan terjadinya lahan-lahan kritis.
 Memelihara dan melestarikan sumber daya alam.
3. mudaharobah

Mudharabah, yaitu pemberian modal dari pemilik modal (Mudharib) kepada seseorang


yang menjalankan modal (Shahibul Mal) dengan ketentuan bahwa untung rugi
ditanggung bersama sesuai dengan perjanjian.
“tiga bentuk usaha yang mendapatka berkah dari Allah yaitu menjual dengan kredit (tanpa
bunga), mudharabah dan hasil keringat sendiri”(H.R ibnu Majah)
Macam-macam Muharabah:
1. Mudharabah mutlak, yaity mudharib memberikan kebebasan untuk shahibul mall
menggunakan modalnya
2. Mudharabah Muqayyadah, yaitu mudharib memberikan syarat tertentu dalam
penggunaan modalnya.
4.  Hutang Piutang
Transaksi utang piutang adalah akad atau perjanjian antara pihak yang berhutang
(peminjam) dan pihak yang berpiutang (yang meminjamkan).
Syarat Hutang Piutang :
 Yang berpiutang tidak meminta pembayaran melebihi pokok piutang (bunga).
 Peminjam tidak boleh menunda-nunda pembayaran utangnya.
 Barang (uang) yang diutangkan atau dipinjamkan adalah  milik sah dari yang
meminjamkan.
 Pengembalian utang tidak boleh kurang nilainya.
 Disunahkan mengembalikan lebih dari pokok utangnya.
5. Titipan (Wadi’ah)
Wadi’ah adalah transaksi dimana suatu barang ditinggalkan oleh pemiliknya untuk dijaga
oleh orang lain yang sanggup menjaga barang tersebut. 
Syarat Wadi’ah :
• Barang yang dititipkan dapat dikenakan biaya penitipan sesuai dengan nilai barang dan lamanya waktu
penitipan.
• Barang yang dititipkan tidak boleh barang yang diharamkan dan/atau diperoleh dengan cara yang haram.
• Barang titipan menjadi tanggung jawab penuh pihak penyedia jasa titipan
• Penyedia jasa titipan tidak boleh memanfaatkan barang.
• Barang titipan dapat dikembalikan kapan saja pemilik barang menghendakinya.
6. Transaksi Pemberian/ Perwakilan dalam Transaksi
(Wakalah)
Wakalah adalah pemberian kuasa (mewakilkan) kepada pihak lain untuk melakukan sebuah
transaksi, atau pelimpahan kekuasaan oleh seseorang sebagai pihak pertama kepada orang lain
sebagai pihak kedua dalam hal-hal yang diwakilkan (dalam hal ini pihak kedua) hanya
melaksanakan sesuatu sebatas kuasa atau wewenang yang diberikan oleh pihak pertama, namun
apabila kuasa itu telah dilaksanakan sesuai yang disyaratkan, maka semua resiko dan tanggung
jawab atas dilaksanakan perintah tersebut sepenuhnya menjadi pihak pertama atau pemberi kuasa.
Syarat Transaksi Wakalah :
1.Orang yang mewakilkan (Al-Muwakkil)
2. Orang yang diwakilkan. (Al-Wakil)
3. Obyek yang diwakilkan
4. Shighat
7. Transaksi dengan Pemberian Kepercayaan

Transaksi Pemberian Kepercayaan adalah akad atau perjanjian mengenai penjaminan


hutang dengan pemberian kepercayaan.
Akad transaksi pemberian kepercayaan adalah sebagai berikut :
Jaminan (Kafalah / Damanah), yaitu mengalihkan tanggung jawab seseorang (yang
dijamin) kepada orang lain (penjamin).
Gadai (Rahn), yaitu menjadikan barang berharga sebagai jaminan yang mengikat
dengan hutang dan dapat dijadikan sebagai bayaran hutang jika yang berhutang
tidak mampu melunasi hutangnya.
Pemindahan Hutang (Hiwalah), yaitu memindahkan kewajiban membayar hutang
kepada orang lain yang memiliki sangkutan hutang.
Perbedaan sistem ekonomi islam dengan konvensional
No Keterangan Islam Konvensional
1 Sumber Al-Quran Daya fikir manusia
2 Motif Ibadah Rasional matearialism
3 Paradigma Syariah Pasar
4 Pondasi dasar Muslim Manusia ekonomi
5 Landasan fillosofi Falah Utilitarian individualism
6 Harta Pokok kehidupan Asset
7 Investasi Bagi hasil Bunga

8 Distribusi kekayaan Zakat, infak, shodaqoh, hibah, hadiah, wakaf dan Pajak dan tunjangan
warisan.

9 Konsumsi-produksi Maslahah, kebutuhan dan kewajiban Egoism, materialism, dan rasionalisme

10 Mekanisme pasar Bebas dan dalam pengawasan Bebas


Asas-asas Hukum Fiqih Muamalah
1.      Asas Al-Huriyah (kebebasan)
           Para pihak yang melaksanakan akad didasarkan pada kebebasan dalam membuat perjanjian baik
objek perjanjian maupun persyaratan lainnya.
2.      Asas Al-Musawah (persamaan dan kesetaraan)
            Perlakuan asas ini adalah memberikan landasan bagi kedua belah pihak yang melakukan
perjanjian mempunyai kedudukan yang sama antara satu dengan lainnya.
3.      Asas Al-Adalah (keadilan)
            Pelaksaan asas keadilan dalam akad manakala para pihak yang melakukan akad dituntut untuk
berlaku benar dalam mengungkapkan kepentingan-kepentingan sesuai dengan keadaan dalam memenuhi
semua kewajiban.
4.      Asas Al-Ridho (kerelaan)
            Pemberlakuan asas ini menyatakan bahwa segala transaksi yang dilakukan harus atas dasar
kerelaan antara masing-masing pihak
5.      Asas Ash-Shidiq (kejujuran)
            Kejujuran merupakan nilai etika yang mendasar dalam islam. Islam adalah nama lain dari
kebenaran. Nilai kebenaran memberi pengaruh terhadap pihak yang melakukan perjanjian yang telah
dibuat.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai