Anda di halaman 1dari 27

KELOMPOK 7

EPILEPSI
Dwi Setyo Widodo 10520011

Wulan Putri Setiawan 10520012

Siti Lutfiah Khoeriah 10520021


A. DEFINISI
Menurut Ginsberg (2008), epilepsi adalah istilah untuk cetusan listrik
lokal pada substansia grisea otak, yang terjadi sewaktu-waktu,
mendadak, dan sangat cepat. Secara klinis epilepsi merupakan
gangguan paroksismal. Cetusan neuron korteks serebri
mengakibatkan serangan penurunan kesadaran, perubahan fungsi
motorik atau sensorik, perilaku atau emosional yang intermiten dan
stereotipik.
Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat yang dicirikan oleh terjadinya
bangkitan (seizure, fit, attack, spell) yang bersifat spontan (unprovoked) dan
berkala. Bangkitan dapat diartikan sebagai modifikasi fungsi otak yang bersifat
mendadak dan sepintas, yang berasal dari sekelompok besar sel-sel otak, bersifat
sinkron dan berirama. (Harsono, 2007)
B. ETIOLOGI
Berbagai kondisi medis diketahui dapat menyebabkan epilepsi, mulai dari mutasi
genetik hingga trauma otak. Pasien dengan keterbelakangan mental, cerebral palsy,
trauma kepala, atau stroke memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami kejang dan
epilepsi. Semakin tinggi derajat keterbelakangan mental yang diukur menggunakan
intelligent quotient (IQ), semakin tinggi pula insidensi epilepsi yang terjadi.
Beberapa kasus menunjukkan jika etiologi kejang dapat diketahui dan dikoreksi
maka pasien memungkinkan untuk tidak mendapatkan obat anti epilepsi jangka
panjang. Pasien dapat juga mengalami kejang dengan penyebab yang tidak
diketahui, yang kemudian secara definisional disebut epilepsi idiopatik atau
kriptogenik. Idiopathic etiologymerupakan batasan yang digunakan pada pasien
kejang umum primer, sedangkan cryptogenic etiologydigunakan jika tidak
ditemukan penyebab yang jelas pada pasien kejang parsial (Rogers dan Cavazos,
2008).
Lanjutan…

Menurut Shorvon (2011), klasifikasi epilepsi secara etiologis adalah sebagai berikut.
1). Idiopathic Epilepsy.

2). Symptomatic Epilepsy.

3). Provoked Epilepsy.

4). Cryptogenic Epilepsy.


C. PATOFISIOLOGI
Menurut Sukandar et al.(2013), pada kasus epilepsi, terjadi konduktansi kalium yang
tidak normal, cacat pada kanal kalsium sensitif voltase, atau defisiensi pada membran
Adenosin Trifosfat (ATPase) yang berkaitan dengan transpor ion sehingga dapat
menghasilkan ketidakstabilan membran neuronal dan kejang. Aktivitas neuronal normal
tergantung pada faktor pemicu rangsang (glutamat, aspartat, asetilkolin, norepinefrin,
histamin, faktor pelepas kortikotropin, purin, peptida, sitokin, dan hormon steroid) dan
penghambat neurotransmiter(dopamin, asam gama aminobutirat [GABA]), pasokan
glukosa, oksigen, natrium, kalium, klorida, kalsium, asam amino yang cukup, pH
normal, dan fungsi normal reseptor.Serangan epilepsi terjadi apabila proses eksitasi di
dalam otak lebih dominan daripada proses inhibisi (Madara dan Pomarico-Denino,
2008).
D. TANDA DAN GEJALA
Menurut Gidal et al.(2005) klasifikasi epilepsi berdasarkan tanda-tanda klinik dan data EEG,
dibagi menjadi:

1. Kejang umum (Generalized seizure)


Kejang epilepsi digolongkan dalam kejang umum jika aktivasi terjadi pada kedua
hemisfer otak secara bersama-sama. Kejang umum terbagi atas:
a. Absense (Petit mal)
b. Tonik-klonik (Grand mal)
c. Mioklonik
d. Atonik

2. Kejang parsial (Serangan parsial)


Merupakan perubahan-perubahan klinis dan elektro-ensefalografik yang menunjukan
aktivitas sistem neuron yang berbatas di salah satu bagian otak.
Lanjutan…
Kejang parsial ini terbagi menjadi:
a) Simple partial seizure
b) Complex partial seizure

3. Kejang tak terklasifikasikan


Serangan kejang ini merupakan jenis serangan yang tidak didukung oleh data yang
cukup atau lengkap. Jenis ini termasuk serangan epilepsi pada neonatus misalnya
gerakan mata ritmis, dan gerakan mengunyah serta berenang.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Tes darah
 Pemindaian dengan MRI dan CT scan
 Elektroensefalografi (EEG)
ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.B Dengan Diagnosa MedisEpilepsi

Ruang Praktek : Ruang Anak / II.1

Tanggal Pengkajian : 21 April 2021


1. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN

No. MR : 235615
Nama : An.B
Alamat : Jln. Seputih Raman rt 05/11
Tempat/tanggal lahir : Bandung, 24 November 2021
Usia : 5 bulan
Nama ayah/ibu : Tn.B/Ny.S
Pekerjaan ayah/ibu : Buruh/IRT
Pendidikan ayah/ibu : SMP
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
2. RIWAYAT KESEHTAN
a. Keluhan Utama

Keluhan utama masalah kesehatan yang dialami oleh An.B adalah Kejang Demam.

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Masalah yang dialami oleh An.B saat ini adalah Kejang Demam. Ibu klien mengatakan saat terjadi
kejang tubuh An.B seluruhnya bergetar, kaki menendang-nendangdan mulut terkatup dengan keras.
Ibu klien mengatakan ketika dirumah saat terjadi kejang pada An.B berlangsung selama kira-kira ±
3-5 menit dan biasanya terjadi di pagi hari dan di sore hari. Ibu klien juga mengatakan sebelumnya
An.B tidak ada riwayat kejang, namun sebelum dibawa kerumah sakit klien sudah 2 kali
mengalami kejang di rumahnya di pagi hari dan di sore hari. Kejang yang dialami An.B selalu
disertai dengan demam tinggi dan terdengar ada suara batuk yang di sertai dengan adanya
penumpukan sekret.

c. Riwayat Kesehatan Masa lalu

1. Riwayat Kehamilan dan kelahiran


a) Prenatal
Ibu klien mengatakan ketika mengandung An.B rajin memeriksakan kondisi kehamilannya satu
bulan sekali di bidan praktek dan puskesmas yang berada disekitar rumahnya. Dan ibu klien juga
mengatakan selama masa kehamilan klien pernah mengalami hipertensi namun klien tidak memiliki
riwayat jatuh ataupun riwayat kecelakaan.

b) Intranatal
Ibu klien mengatakan proses persalinan saat melahirkan An.B dilakukan persalinan
secara Secsio Cesaria. Namun saat persalinan berlangsung tidak di temukan masalah apa-
apa, tidak ada perdarahan, dan tidak ada komlikasi yang lainnya.

c) Postnatal
Ibu klien mengatakan setelah melahirkan An.B tidak terjadi masalah yang
menghawatirkan. Ibu klien hanya dirawat selama 3 hari perawatan di rumah sakit dan
setelah itu diperbolehkan pulang karena tidak ada masalah apapun.
2. Riwayat Masa Lalu
Ibu klien mengatakan An.B sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Ibu klien juga
mengatakan An.B tidak pernah sebelumnya dirawat di rumah sakit, sehingga An.B tidak mengonsumsi
obat-obatan. Ibu An.B juga mengatakan An.B tidak memiliki riwayat melakukan tindakan operasi
apapun, tidak ada riwayat alergi, tidak ada riwayat kecelakaan dan tidak ada riwayat jatuh ataupun
kecelakaan. Dan ibu klien juga mengatakan sampai dengan usia An.B 5 bulan saat ini imunisasi sudah
dilakukan, hanya tinggal beberapa imunisasi saja yang belum dilakukan karena klien belum mencapai
usia tersebut.

e. Riwayat Keluarga
An. B adalah anak kedua dari dua orang bersaudara, An.B tinggal bersama kedua orang tuannya yaitu
ayah dan ibunya beserta kakak laki-lakinya. Ibu An.B mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada
riwayat kejang yang seperti dialami An.B saat ini. Namun Ibu klien mengatakan bahwa sebelumnya
kakak An.B ketika berusia 2 tahun juga pernah mengalami kejang, namun tidak sampai dibawa kerumah
sakit dan dirawat berhari-hari seperti An.B saat ini.
3. KEBUTUHAN DASAR

a) Pola Makan
Ibu An.B mengatakan karena saat ini usia An.B masih 5 bulan,jadi ibu klien belum memberikan makanan
pendamping apapun.saat ini An.B secara eklusif hanya mengonsumsi ASI. Ibu An.B mengatakan selama
mengonsumsi ASI tidak ditemukan masalah apa-apa. Frekuensi An.B mengonsumsi ASI setiap 2-3 jam sekali.

b) Pola Tidur
An.B tidak memiliki kebiasaan apapun sebelum tidur. ibu klien mengatakan jika sebelum tidur siang ataupun
malam hari An.B minum ASI. Tidur An.B dirasa cukup baik tidak ada masalah dan tidak ada gangguan apapun
saat klien tertidur. Dalam sehari klien tidur selama ±9– 10 jam.

c) Mandi
An.B mandi 2x dalam sehari dengan menggunakan washlap dan air hangat. Setiap ibu klien memandikan, klien
selalu diberikan sabun, shampoo.
d) Aktivitas Bermain
Ibu An.B mengatakan dalam kesehariannya An.B adalah anak yang cukup aktif dan kooperatif.
An.B saat ini belum bisa menggunakan alat-alat bermainnya hanya saja An.B suka memasukkan
benda mainannya kedalam mulutnya dan kini An.B sedang pada masa tahapan Tumbuh kembang
belajar telengkup.

b) Eliminasi
Ibu An.B mengatakan kebiasaan BAK dalam keseharian An.B 4-6x dalam sehari. Konsistensi urine
berwarna kuning, dengan bau yang khas, kira-kira ± 100cc/hari.

Untuk BAB ibu klien dalam sehari 2x/sehari dengan konsistensi cair warna kuning kecoklatan
dengan bau yang khas. dan ibu An.B juga mengatakan tidak ada masalah dan gangguan saat BAB.
4. PEMERIKSAAN FISIK
a) Tanda-tanda vital
Nadi : 120x/menit
RR : 42x/menit
Suhu : 37,7 oC
Berat Badan : 8,5 kg
Panjang Badan : 58 cm

b) Kepala-leher
Kepala : Bentuk kepala bulat, tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan, kaput (-)
Ubun-ubun : Ubun-ubun lunak, ubun-ubun besar (+), ubun-ubun kecil (-)
Mata : Konjungtiva ananemis, sklera anikterik, reaksi pupil terhadap cahaya (+)
Hidung : Tidak ada polip ataupun benda asing, keadaannya cukup bersih, secret tidak ada
Mulut : Mukosa tampak pucat, keadaan cukup bersih, tonsil warna pink, gusi warna pink, gigi klien
belum tumbuh, reflek menghisap (+)
Tenggorokan : Reflek menelan (+), tidak ada infeksi, tidak ada nyeri, dan tidak ada edema.
Vena Jugularis : Tidak ada pembesaran vena jugularis
Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
c) Thorax/paru-paru
RR= 42x/menit, Retraksi dinding dada (-), penggunaan otot-otot pernaasan (-), tidak ada edema,
tidak ada nyeri tekan, suara paru vesikuler reguler, ronchi (+), whezing (-)

d) Jantung
Perifer :
CRT <2 detik (+), sianosis bibir (+)
Jantung :
Tidak ada edema, tidak ada nyeri dada, tidak ada nyeri tekan, suara jantung S1 & S2 regular, HR
= 120x/menit

e) Abdomen
Tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan, bentuk abdomen normal, suara bising usus 5x/menit

f) Genetalia & anus


Penis menonjol (+), keadaan genitalia cukup bersih, tidak ada edema, Anus (+), tidak ada hemoroid

g) Ekstremitas
Kekuatan otot (+), pergerakan cukup aktif, tidak ada edema, kesadaran composmentis PCS=15.
5. ANALISA DATA
N DATA MASALAH ETIOLOGI
0
1. DS: Bersihan jalan nafas Sumbatan lidah di
- Ibu An.B Mengatakan anaknya saat ini tidak efektif endotrakea
sedang batuk-batuk  
- Ibu An.B mengatakan takut yang klien
rasakan setelah dirumah sakit & setelah peningkatan sekret
mengalami kejang berulang saliva
- Ibu An.B Mengatakan batuk yang  
dialami anaknya disertai dengan adanya
penumpukan sekret. kerusakan
DO: neoromuskuler
- An.B terlihat sekali mengeluarkan suara
batuk
- An. B terpasang O₂ 1 Liter/menit nasal
kanul
- An. B Telah dilakukan penghisapan
sekret dengan menggunakan suction
- Ronchi (+)
- Ronchi (+)
- Retraksi dinding dada (-)
- Sianosis (-)
- RR = 38x/menit
2. DS: Termogulasi tidak efektif Peningkatan metabolic
- Ibu klien mengatakan demam An.B  
semalam saat sebelum dibawa ke Rumah
Sakit. proses infeksi
- Ibu Klien mengatakan An.B mengalami  
demam setelah 2x mengalami Kejang
- Ibu Klien mengakatan kondisi demam yang peningkatan suhu
saat ini dialami oleh An.B membuat klien
menjadi gelisah
DO :
- Klien tampak lemas & lemah
- Suhu An.B (21/04/2014)
Pagi : 37,7 ̊C
Siang : 38,5 ̊C
- Klien An.B tampak Gelisah
- Klien tampak banyak mengeluarkan
keringat
- Mukosa bibir pucat
3. DS: Resiko Terhadap cidera Perubahan kesadaran
- Ibu An.B mengatakan An.B sebelumnya  
tidak pernah mengalami kejang kerusakan kognitif
- Ibu An.B kejang yang di alami An.B selama kejang
sebelum dibawa Ke Rumah Sakit sudah  
2x terjadi yaitu pagi & siang. kerusakan mekanisme
- Ibu An.B mengatakan saat kejang tubuh perlindungan diri
anaknya bergetar & kakinya  
menendang-nendang aktivitas kejang yang
- Ibu An.B mengatakan kejang yang terjadi tidak terkontrol
berlangsung kira-kira ± 5 menit
DO:
- Klien tampak terlihat gelisah
- Klien terlihat saat demam tubuhnya
bergetar
- Kejang berlangsung ± 5 menit
- Saat kejang terlihat ibunya memasukkan
kain kedalam mulutnya
4. DS: Kurang pengetahuan Kurang pemajaran
- Ibu klien mengatakan tidak tahu apa yg mengenai kondisi dan  
terjadi pada An.B aturan pengobatan
- Ibu klien mengatakan setiap An.B kejang, kesalahan interpretasi
ibu klien selalu panik informasi
- Ibu klien mengatakan jika An.B kejang  
tidak tahu apa yang harus dilakukan kurang mengingat.
DO:
- Ibu klien tampak terlihat bingung & sangat
panik saat An.B kejang
- Ibu klien tampak terlihat cemas & takut jika
An.B kembali kejang

6. MASALAH KEPERAWATAN
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif
2) Termogulasi tidak efektif
3) Resiko Terhadap cidera
4) Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan
7. DIAGNOSA
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di endotrakea,
peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.
b. Termogulasi tidak efektif b.d peningkatan suhu berhubungan dengan peningkatan metabolik,
proses infeksi
c. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan kognitif selama
kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan aktivitas kejang yang terkontrol
( gangguan keseimbangan )
d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan dengan kurang
pemanjaan, kesalahan interprestasi, kurang mengingat.
8. INTERVENSI
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di endrotrakea,
peningkatan sekresi saliva, kerusakan neromuskuler.
Tujuan : setelah dilakukan askep 3x24 jam masalah bersihan jalan nafas tidak efektif tidak terjadi
dan teratasi.
Kriteria hasil : nafas normal (25-30x/menit), tidak terjadi aspirasi, tidak ada dispnea, tidak ada
penumpukan sekret.
INTERVENSI RASIONAL

1. Anjurkan klien untuk mengosongkan mulut 1. Menurunkan resiko aspirasi atau masuknya
dari benda/zat tertentu sesuatu benda asing kedalam tirah baring
2. Letakkan klien dalam posisi miring dan pada 2. Meningkatkan aliran (drainase), sekret,
permukaan datar mencegah lidah jatuh dan menyumbat jalan
3. Tanggalkan pakaian klien pada daerah leher nafas
atau dada dan abdomen 3. Untuk memudahkan usaha klien dalam
bernafas dan ekspansi dada
4. Melakukan penghisapan sesuai indikasi 4. Mengeluarkan mukus yang berlebihan
menurunkan resiko aspirasi atau afeksia
5. Berikan oksigen sesuai program terai 5. Membantu pemenuhi kebutuhan oksigen adar
tetap adekuat.
2. Termogulasi tidak efektif berhubungan peningkatan suhu berhubungan dengan peningkatan
metabolic, proses infeksi.
Tujuan : Setelah dilakukan askep 3x24 jam, masalah termogulasi tidak efektif teratasi
Kriteria hasil : Demam berkurang, suhu normal 36,5 – 37,5 oC. Nadi dan RR normal, tidak ada
perubahan warna kulit.

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji faktor-faktor terjadinya peningkatan suhu 1. Mengetahui penyebab terjadinya peningkatan


2. Observasi tanda – tanda vital suhu tubuh karena penambahan pakaian /
3. Ajarkan keluarga cara memberikan kompres selimut dapat menghambat penurunan suhu
dibagian kepala / ketiak 2. Pemantauan tanda vital yang teratur dapat
4. Anjurkan untuk menggunakan pakaian tipis menentukan perkembangan keperawatan
yang terbuat dari kain katun selanjutnya
5. Berikan ekstra cairan dengan menganjurkan 3. Proses konduksi / perpindahan panas dengan
klien banyak minum suatu bahan perantara.
4. Proses hilangnya panas akan terhalangi oleh
pakaian tebal dan tidak dapat menyerap
keringat.
5. Kebutuhan cairan meningkat karena
penguapan tubuh yang meningkat.
3. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan perubahan kesadaran, kerusakan kognitif selama
kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan aktivitas kejang yang terkontrol (
gangguan keseimbangan )
Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 3x24 jam, masalah resiko terhadap cidera teratasi dan
tidak terjadi.
Kriteria hasil : Tidak terjadi cidera fisik pada klien, klien dalam kondisi aman, tidak ada memar
dan tidak ada resiko terjatuh.
INTERVENSI RASIONAL

1. Identifikasi faktor lingkungan yang 1. Dengan menjauhkan barang-barang


memungkinkan resiko terjadinya cidera disekitarnya dapat membahayakan saat
2. Pasang penghalang ditempat tidur terjadinya kejang
3. Letakkan klien ditempat tidur yang rendah & 2. Penjagaan untuk keamanan, untuk mencegah
datar terjadinya cidera pada klien
4. Siapkan kain lunak untuk mencegah 3. Area yang rendah dan datar dapat mencegah
terjadinya tergigitnya lidah saat kejang terjadinya cidera pada klien
5. Berikan obat anti kejang 4. Lidah berpotensi tergigit saat kejang karena
saat kejang biasanya lidah menjulur kedepan
5. Mengurangi aktivitas kejang yang
berkepanjangan yang dapat mengurangi
suplai oksigen
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan dengan kurang
pemanjaan, kesalahan interpretasi, kurang meningkat.
Tujuan : Setelah dilakukan askep 1x24 jam, masalah kurang pengetahuan mengenai kondisi dan
aturan pengobatan teratasi.
Kriteria hasil : Mampu mengungkapkan pemahaman tentang gangguan dan berbagai rangsangan
yang telah diberikan, mulai merubah perilaku, menaati peraturan obat yang diresepkan.
INTERVENSI RASIONAL

1. Jelaskan mengenai prognosis penyakit dan 1. Memberikan kesempatan untuk


perlunya pengobatan mengklarifikasi kesalahan persepsi & keadaan
2. Berikan informasi yang adekuat tentang penyakit yang ada
prognosis penyakit dan tentang interaksi obat 2. Pengetahuan yang diberikan mampu
yang potensial menurunkan resiko dari efek bahay satu
3. Tekankan perlunya untuk melakukan evaluasi penyakit & cara menanganinya
yang teratur/melakukan pemeriksaan 3. Kebutuhan terpeutik dapat berubah sehingga
laboratorium sesuai indikasi mempersiapkan kemungkinan yang akan
4. Diskusikan manfaat kesalahan umum yang terjadi
baik, seperti diet yang adekuat, & istirahat 4. Aktivitas yang sedang & teratur dapat
yang cukup membantu menurunkan/mengendalikan faktor
presdiposisi
KESIMPULAN
Epilepsi merupakan kumpulan gejala dan tanda tanda klinis yang muncul disebabkan gangguan
fungsi otak secara intermiten yang terjadi akibat lepas muatan listrik abnormal atau berlebihan dari
neuron secara paroksismal dengan berbagai macam etiologi. Dimana sekitar70 % kasus epilepsi
tidak diketahui penyebabnya yang dikelompokkan sebagai epilepsi simptomatikmisalnya karena
trauma kepala, infeksi, congenital, gangguan peredaran darah otak.Bila salah satu orang tua
menalami epilepsi maka kemungkinan 4 % anaknya akan mengidap epilepsi sedangkan bila kedua
orangtuanya epilepsi maka kemungkinan anaknya epilepsi menjadi 20 % - 30%.Pengobatan yang
diberikan apabila penyebabnya adalah tumor atau infeksi maka keadaan tersebut harus diobati
terlebih dahulu dimana jika keadaan tersebut sudah teratasi maka kejangnyasendiri tidak
memerlukan pengobatan, jika penyebabnya tidak dapat disembuhkan maka diperlukanobat anti
kejang untuk mencegah terjadinya kejang lanjutan.
Thanks!

Anda mungkin juga menyukai