Anda di halaman 1dari 20

PERBATASAN

INDONESIA-
AUSTRALIA
ARIYANI INDRAYATI
PRA-SEJARAH
Indonesia adalah tetangga Australia yang terdekat.
Hubungan antara kedua negara ini mempunyai
sejarah yang panjang.
Persamaan antara hewan dan tanaman yang ada di
Australia, Irian Jaya, Nusa Tenggara dan Sulawesi
merupakan bukti adanya hubungan tersebut.
Juga terdapat hubungan sosial dan budaya. Cerita
mengenai hubungan ini sudah lama dimulai dalam
sejarah manusia. Namun sulit untuk mengatakan
kapan tepatnya hubungan antara Australia-Indonesia
itu dimulai.
Salah satu perkembangan yang penting dalam
hubungan Australia-Indonesia adalah
ditandatanganinya Perjanjian Celah Timor pada
tahun 1989. Perjanjian tersebut adalah mengenai
pemanfaatan bersama minyak/gas alam di Laut
Timor pada perbatasan Timor Timur dan Australia.

Perjanjian yang dibicarakan antara Indonesia dan


Australia tersebut digantikan dengan perjanjian
baru yang ditandatangani oleh Australia dan Timor
Timur sesudah kawasan ini mencapai
kemerdekaannya.
Celah Timor
Perjanjian Celah Timor yang dibuat secara
bilateral antara Indonesia dan Australia
serta ditanda tangani 11 Desember 1989
itu merupakan sebuah kesepakatan
mengenai potensi minyak dan gas di Laut
Timor.
Wilayah minyak itu disebut Timor Gap
yang dibagi atas tiga Zona yang dinamakan
Zona A (tengah), Zona B dekat pantai utara
Australia, dan Zona C dekat pantai selatan
Pulau Timor.
Gambar 2. Peta Lokasi Kerjasama Celah Timor
Menurut beberapa pakar, antara lain Prof Herman
Johannes (alm.) yang mantan Rektor UGM, pembagian
zona-zona itu tidak arif, jauh dari realitas dan kondisi di
laut Timor berkenaan dengan aturan, baik
internasional, regional, nasional dan lokal.

Pembagian tersebut justeru lebih menguntungkan


Australia, dan itu semata karena kelalaian politik dari
pihak Indonesia, atau tersebab oleh karena Indonesia
meremehkan potensi laut.

Padahal berkali-kali Indonesia selalu


mengumandangkan ambisinya untuk mengarahkan
dinamika pembangunan ke arah laut dengan kata-kata
pilihan “negara kepulauan”.
Indonesia kebobolan dengan Agreed Seabed
Boundary (1972) di mana garis batas mestinya
mengikuti Median Line (garis tengah) dan bukan
mengikuti batas yang dihitung mulai dari Gugusan
Pulau Pasir (GPP) dan selatan Pulau Rote.

Mengapa harus digunakan garis tengah, oleh karena


menurut Konvensi Hukum Laut PBB (UNCLOS) bagi
dua Negara yang terletak di atas pelana satu
kontinental maka garis tengah itulah yang harus
digunakan.
Kecerdikan Australia untuk mengatalan
bahwa Laut Timor dan Australia tidak
terlatak di atas sebuah kontinental oleh
karena dipisahkan oleh Palung Timor.

Sikap Australia menyalahi fakta-fakta


geologis, geomorfologis di Laut Timor serta
prinsip-prinsip Konvensi Hukum Laut PBB
(The United Nations Convention on the Law
of the Sea, UNCLOS) yang terakhir tahun
1982.
Antara lain data geologi justeru menggarisbawahi Pulau
Timor dan benua Australia berada dalam satu landas
kontinen yang disebut landas Kontinen Australia, yang
tidak saja meliputi Pulau Timor melainkan seluruh kawasan
Papua dan sekitarnya.

Nampaknya ada perbedaan perspektif yang sangat tajam


antara pihak Indonesia dan Australia dalam soal ini.
Australia tetap pada posisi bahwa Palung Timor inilah yang
memisahkan Pulau Timor dan Benua Australia sehingga
keduanya berada pada lempeng (kontinen) berbeda.

Bahkan Palung Timor dilihat sebagai sebuah parit yang


seakan memisahkan Pulau Timor pada lempeng yang satu
dan benua Australia pada lempeng yang lainnya.
Ternyata masih ada celah, dan masih terbuka lorong sangat
luas bagi Indonesia. Posisi Laut Timor berdasarkan kajian
kontinental akan harus dimajukan lagi dalam meja
perundingan, dan kali ini tidak saja antar dua Negara,
melainkan tiga Negara: Indonesia, Timor Leste dan Australia.

Bagai pokok sebuah pohon yang memiliki ranting, atau


sebuah sumber air yang memberi air ke parit-parit yang
meneruskan aliran air tersebut, maka potensi minyak yang
berada di Laut Timor juga memiliki jejaringnya yang sangat
istimewa: yang satu ke Masin Lulik (Belu Selatan) dan Niola
(TTU) dan yang lainnya ke Laclubar dan Ailiambata di
Viqueque (Timor Leste).
Ada beberapa palungan di sekitar Timor
Barat yang sedang dieksplorasi. Kita tunggu
saja, waktu akan terpenuhi, dan sumber
minyak itu akan kembali mengalir ke
kawasan penduduk yang secara alamiah
adalah pemiliknya.

Next : zona penangkapan ikan


Zona Penangkapan Ikan Tradisional
Riwayat Zona Penangkapan Ikan Tradisional

Semenjak akhir abad 13, lalu abad 14-15 sampai


tahun 1972 dan 1974 kawasan itu ditempati
nelayan tradisional Indonesia. Baru kemudian
nelayan Indonesia (Rote) mulai diterjang keluar
dari Laut Timor dan dicap penangkap ikan liar
(illegal fishing) hanya karena Agreed Seabed
Boundary yang telah ditanda-tangani Australia dan
Indonesia pada tahun 1972 dan tahun 1974.
Pencarian ikan secara tradisional pada masa kini

Para nelayan tradisional Indonesia saat ini masih


terus mengunjungi perairan Australia. Mereka
mencari ikan di sekitar karang dan kepulauan yang
terletak di antara Australia dan Indonesia. Meskipun
perairan ini milik Australia, para nelayan tradisional
Indonesia diberi hak mencari ikan di sana.
Hak ini diberikan asalkan mereka menggunakan
perahu layar tradisional dan teknik-teknik mencari
ikan secara tradisional. Peta pada Gambar 1
menunjukkan kawasan tempat dilakukannya
pemacingan ikan secara tradisional tersebut.
Gambar 1. Kawasan Pencarian Ikan Tradisional
Keterangan Gambar

Ada gugusan tiga pulau kecil bernama Karang Ashmore.


Kawasan ini merupakan Suaka Alam Nasional, yang
dikelola oleh Dinas Margasatwa dan Taman Nasional
Australia. Penangkapan ikan tidak diizinkan di daerah
suaka ini, tetapi para nelayan dibolehkan berlabuh di Pulau
Barat untuk mengambil air minum.

Seawalnya sesuai catatan yang diabadikan Crawford (1969)


dan Stacey (1999), pulau-pulau karang itu belum
merupakan milik Australia. Baru mulai 1 Januari 1901
ketika Australia membentuk Negara Federal maka secara
faktual semua pula karang yang terpencar di Laut Timor
menjadi milik Australia.
 Prof Mia Noach mengutip Marston (1987), ketika
mengatakan bahwa peran Inggeris mulai nampak
di pulau-pulau karang ini saat ia mulai merasa
tertantang oleh Perancis di Vietnam Selatan,
terhadap Spratly atau Storm Island di Laut Cina
Selatan, dan Jepang yang ingin memperluas
wilayahnya ke arah yang sama.

 Peristiwa ini mendorong Inggeris untuk segera


mendata semua hasil koleksi pulau-pulaunya di
seluruh dunia termasuk Gugusan Pulau Pasir yang
dimasukkan ke dalam Persemakmuran Inggeris.
 Banyak nelayan yang sudah gugur sebagai
pahlawan di Laut Timor oleh karena mereka
ditangkap, diadili dan bahkan dibunuh. Yang lain
tewas oleh karena dilarang menggunakan alat
penangkap ikan modern dan mereka hanya
mengandalkan alat penangkap ikan tradisional.

 Tidak ada orang yang rela memperhatikan nasib


para nelayan tradisional, kecuali membiarkan
penjajahan nilai-nilai kemanusiaan terus
berlangsung hanya karena mentaati sebuah
perjanjian – yang penuh rekayasa politis – dan
jelas-jelas salah.
Tumpahan minyak di laut Timor

Masyarakat di Timor Barat

Anda mungkin juga menyukai