Anda di halaman 1dari 12

SENGKETA

TIMOR GAP
{CELAH
TIMOR}
MENJELASKAN…

01 03
SEJARAH SOLUSI

02
SENGKETA
01
SEJARAH Pada 11 Desember 1989, pemerintah Australia dan Republik
Indonesia, melalui Menteri Luar Negeri Gareth Evans dan Ali
Alatas menandatangani suatu kesepakatan, yang kemudian
dikenal sebagai Timor Gap Treat 1989).
Dari kesepakatan ini, terbentuklah Zona Kerjasama
eksploitasi minyak bumi dan gas dibagian utara garis tengah
antara provinsi Timor Timur dan Australia. Perjanjian ini
menentukan bahwa kedua negara menerima masing masing
50% dari Zona Kerjasama yang telah ditentukan dalam Timor
Gap Treaty 1989. Kemudian, perjanjian ini mulai berlaku
pada tahun 1991 setelah kedua negara meratifikasi. Dengan
demikian, kedua negara mulai melakukan pengeksploitasian.
Zona Kerjasama dalam Perjanjian Timor Gap, atau yang dikenal dengan
istilah JPDA (Joint Petroleum Development Area), merupakan suatu
wilayah yang banyak terdapat kilang minyak dan gas yang kemudian
disetujui oleh Australia dan Indonesia untuk dilakukan eksploitasi
sumber alam yang ada didalamnya.
Kegiatan eksploitasi ini berlangsung selama Indonesia menguasai Timor
Timur sampai pada tahun 1999, sampai Timor Timur memisahkan diri
dari Indonesia melalui referendum yang diselenggarakan dibawah
pengawasan Perserikatan Bangsa Bangsa, yang mewujudkan keinginan
mayoritas penduduk Timor Timur untuk berpisah dengan Indonesia,
menjadi suatu negara yang berdaulat.
PETA TIMOR GAP
Perjanjian Laut Timor dan perjanjian lain yang
mengikutinya, mempengaharui pembagian hasil eksploitasi
minyak dan gas bagi Australia dan Timor Leste, khususnya
pada wilayah Greater Sunrise. Timor Leste mendapatkan
prosentasi pembagian yang kecil pada kilang Greater
Sunrise, padahal letaknya lebih dekat pada wilayah Timor
Leste. Selain itu, Greater Sunrise juga terletak di dalam
wilayah Zona Ekonomi Eksklusif. Menurut hukum laut
internasional, tidak diperbolehkan suatu negara mengklaim
Zona Ekonomi Eksklusif sebagai wilayah full jurisdiction.
Dengan kata lain, harus ada perjanjian yang seimbang
antara Timor Leste dan Australia untuk mengekplorasi dan
mengeksploitasi kekayaan alam yang ada di dalam wilayah
tersebut.
02
SENGKETA
Kompleksitas Sengketa Celah Timor

Celah Timor bukan merupakan persoalan baru, melainkan sudah


menjadi sengketa sejak Timor Leste masih merupakan bagian dari
koloni Portugal. Persoalan ini dimulai sejak Pemerintah Indonesia
dan Australia menyepakati penetapan batas maritim antara kedua
negara pada tahun 1971 dan 1972. Perjanjian tersebut dapat dicapai
dengan mudah karena ada persamaan persepsi kedua negara
terhadap hukum laut internasional. Namun tidak demikian dengan
batas maritim antara Australia dengan sebagian wilayah Pulau
Timor yang masih merupakan koloni Portugal. Portugal memiliki
pandangan hukum yang berbeda untuk menetapkan batas maritim,
sehingga kemudian menyisakan ‘celah’ wilayah maritim yang
belum terselesaikan antara Australia dengan bagian timur Pulau
Timor.
Perebutan Cadangan Migas

Selain faktor sejarah dan perkembangan hukum laut internasional, potensi


sumber daya mineral yang terkandung di dasar Laut Timor juga
merupakan factor penting yang mempengaruhi upaya penyelesaian
sengketa Celah Timor.
Celah Timor diperkirakan memiliki cadangan migas yang sangat besar.
Penyelesaian sengketa Celah Timor, yang selama ini telah menjadi
penghambat pemanfaatan ladang migas Greater Sunrise dengan demikian
akan membuka potensi pendapatan bagi Australia dan Timor Leste hingga
mencapai 65 milyar dolar. Cadangan migas ladang Greater Sunrise
mencapai 23 kali GDP Timor Leste. Meskipun isi kesepakatan kedua
negara belum secara rinci dibuka untuk publik, banyak pihak meyakini
bahwa batas maritime antara kedua negara ditetapkan
berdasarkan pendekatan median line (garis tengah). Dengan pendekatan
ini sebagaimana diinginkan Timor Leste maka batas maritim antara kedua
negara akan berada jauh ke selatan dari batas yang diinginkan Australia
dan akan menempatkan sebagian besar ladang migas Greater Sunrise di
wilayah Timor
Leste.
IMPLIKASI BAGI INDONESIA

Meskipun Indonesia bukan pihak dalam proses rekonsiliasi,


Indonesia harus mencermati hasil kesepatakan antara kedua negara karena
dapat berimplikasi terhadap kepentingan Indonesia. Pertama, terkait
kemungkinan perjanjian Australia-Timor Leste akan mempengaruhi
kedaulatan terbatas Indonesia atas perairan di sekitar wilayah Celah Timor.
Kedua, Indonesia mungkin saja dapat meninjau ulang perjanjian antara
Australia-Indonesia pada 1971 dan 1972. Batas maritime yang disetujui
saat itu sebagai besar ditetapkan berdasarkan argumen landas kontinen.
Australia berpandangan bahwa, berdasarkan kajian geologi, landas
kontinen Australia jauh memanjang hingga
mendekati garis pantai Indonesia. Ketiga, kesediaan Australia
untuk menyelesaikan sengketa maritim melalui mekanisme
UNCLOS merupakan catatan lainnya yang perlu dicermati
Indonesia. Timor Leste bisa dikatakan diuntungkan oleh perkembangan
politik di kawasan, terutama terkait sengketa di Laut China Selatan.
03
SOLUSI
Munculnya negosiasi Timor Leste-Australia dalam penyelesaian konflik eksplorasi
migas di Timor Gap merupakan sebagai fenomena baru yang terjadi diantara negara
kecil dan negara besar di Asia Tenggara dan juga dunia internasional. Kekayaan
sumber daya migas di Timor Gap berpotensi menghidupkan roda perekonomian
Negara baik di sector politik, ekonomi, keamanan, social budaya untuk
pembangunan nasional yang berawal dari pedesaan sampai ke tingkat perkotaan.
nisiatif kedua Negara untuk penyelesaian persalahan migas tersebut, karena tuntutan
masyarakat, pemerintah kedua Negara dan komunitas internasional yang datang
dengan berbagai pandangan diharuskan menuntas pertentangan yang sebelumnya ada
hingga sekarang terkait perbedaan persepsi tentang hukum laut internasional untuk
menghindari gangguan stabilitas keamanan Negara, pada para penerus Negara
bangsa mulai aktif sejak 2016 sampai 2019. Strategi dan peran apa saja yang
dilakukan oleh Timor Leste-Australia yang melibatkan PBB untuk membicarakan
persoalan migas di perbatasan maritime kedua Negara yang berawal dari perbedaan
persepsi politik dan hukum laut internasional.
instrument politik yang digunakan Timor Leste- Australia adalah metode
diplomasi dan negosiasi yang sangat kondusif dengan kehadiran PBB.
Dimana PBB sebagai mediator utama dalam hal mendampingi kedua
Negara dari awal perundingan hingga pada penyelesaianya dengan
tandatangan kedua pihak pada tanggal 6 maret 2018 dan dilanjutkan
dengan ratifikasi perabtasan maritime permanen kedua Negara pada tahun
2019.
“LIFE IS A TEST”

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai