Anda di halaman 1dari 15

Standar

profesional
keperawatan
KELOMPOK 3
Dewi Wulan Anggraini 211030121663
Femmy Aprilia Tanjung 211030121647
Jian Zaenal Pirdaus 211030121670
Putri Rahmalia 211030121660
Sonia Kaleri 211030121649
Wanda Maria 211030121673
Praktik keperawatan profesional
Praktik keperawatan profesional menurut (Gillies, 1989, hl.121) adalah sesuai dengan
yang diminta untuk melengkapi kualitas yang dibutuhkan terhadap pelayanan
keperawatan yang diberikanuntuk klien, sedangkan standar praktik keperawatan
professional merupakan pedoman bagi perawat di Indonesia dalam melaksanakan
asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan.

Standar praktik tersebut dilaksanakan oleh perawat generalis maupun spesialis di


seluruh tatanan pelayanan kesehatan di rumah sakit, puskesmas maupun tatanan
pelayanan kesehatan lain di masyarakat (PPNI, 2000).
Standar praktik keperawatan profesional
Standar I : Pengkajian Keperawatan
Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat , singkat
dan berkesinambungan.

Standar II: Diagnosis Keperawatan


Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosis keperawatan.

Standar III: Perencanaan


Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan meningkatkan
kesehatan klien.

Standar IV: Pelaksanaan Tindakan (Implementasi)


Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan

Standar V : Evaluasi
Perawat mengevaluasi perkembangan kesehatan klien terhadap tindakan dalam pencapaian tujuan, sesuai
rencana yang telah ditetapkan dan merevisi data dasar dan perencanaan.
Standar kinerja profesional
A. Jaminan mutu
Perawat secara sitematis melakukan evaluasi mutu dan efektifitas
praktek keperawatan.
Evaluasi mutu asuhan keperawatan melalui penilaian praktek
keperawatan merupakan suatu cara untuk memenuhi suatu kewajiban
profesi yaitu menjamin klien mendapat asuhan yang bermutu.
B. Pendidikan
Perawat bertanggung jawab untuk memperoleh ilmu pengetahuan
mutakhir dalam praktek keperawatan. Perawat memperoleh dan
mempertahankan pengetahuan saat ini dalam praktek keperawatan.
Banyak negara sekarang memerlukan kredit pendidikan berkelanjutan
harus diterima oleh perawat. Jumlah kredit bervariasi dari negara ke
negara. Namun perawat tidak dapat memperbarui lisensi mereka tanpa
bukti dari kredit pendidikan berkelanjutan. Kredit ini membantu untuk
menjaga perawat saat ini dengan medica baru / kemajuan nursing
berkaitan dengan perawatan pasien.
C. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh
manajer perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan
produktivitas (swanburg,1987). Proses penilain kinerja dapat digunakan
secara efektif dalam mengarahkan prilaku pegawai dalam rangka
menghasilkan jasa keperawatan dalam kualitas dan volume yang tinggi.
Perawat manajer dapat menggunakan proses aprassial kinerja untuk
mengatur arah kerja dalam memilih, melatih, bimbingan perencanaan
karir, serta pemberian penghargaan kepada perawat yang berkompeten.
C. Penilaian Kinerja
Prinsip – prinsip penilaian :
Menurut Gillies (1996), untuk mengevaluasi bawahan secara tepat dan adil, manajer
sebaiknya mengamati prinsip-prinsip tertentu :
• Evaluasi pekerja sebaiknya didasarkan pada standar pelaksanaan kerja orientasi tingkah
laku untuk posisi yang ditempati (Rombert, 1986 dikutip Gillies , 1996).
• Sample tingkah lakku perawat yang cukup representatif sebaiknya diamati dalam rangka
evaluasi pelaksanaan kerjanya. Perhatian harus diberikan untuk mengevaluasi tingkah
laku konsistennya serta guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
• Perawat sebaiknya diberi salinan deskripsi kerjanya, standar pelaksanan kerja, dan
bentuk evaluasi untuk peninjauan ulang sebelum pertemuan evaluasi sehingga baik
perawat maupun supervisor dapat mendiskusikan evaluasi dari kerangka kerja yang
sama.
C. Penilaian Kinerja
• Di dalam menuliskan penilaian pelaksanaan kerja pegawai, manajer sebaiknya
menunjukan segi-segi dimana pelaksanaan kera itu bias memuaskan dan perbaikan apa
yang diperlukan.
• Jika diperlukan, manajer sebaiknya menjelaskan area mana yang akan diprioritaskan
seiring dengan usaha perawat untuk meningkatkan pelaksanaan kerja.
• Pertemuan evaluasi sebaiknya dilakukan pada waktu yang cocok bagi perwat dan
manajer, diskusi evaluasi sebaiknya dilakukan dalam waktu yang cukup bagi
keduanya.
• Baik laporan evaluasi maupun pertemuan sebaik nya disusun denga terencana sehingga
perawat tidak merasa kalau pelaksanaan kerjanya sedang dianalisa (Simpson, 1985).
Manfaat Penilaian Kerja
Manfaat penilaian kerja dapat dijabarkan menjadi 6, yaitu:
1. Meningkatkan prestasi kerja staf baik secara individu atau kelompok dengan
memberikan kesempatan pada mereka untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri
dalam kerangka pencapaian tujuan pelayanan RS.
2. Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan pada gilirannya akan
mempengaruhi atau mendorong SDM secara keseluruhannya.
3. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan meningkatakan hasil
karya dan prestasi dengan cara memberikan umpan balik kepada mereka tentang
prestasinya.
4. Membantu RS untuk dapat menyusun program pengembangan dan pelatihan staf yang
lebih tepat guna. Sehingga RS mempunyai tenaga yang cakap dan tampil untuk
pengembangan pelayanan keperawatan dimasa depan.
Manfaat Penilaian Kerja
5. Menyediakan alat dan sarana untuk membandingkan prestasi kerja dengan
meningkatkan gajinya atau system imbalan yang baik.
6. Memberikan kesempatan kepada pegawai atau staf untuk mengeluarkan perasaannya
tentang pekerjaannya atau hal lain yang ada kaitannya melalui jalur komunikasi dan
dialog, sehingga dapat mempererat hubungan antara atasan dan bawahan.
Proses Kegiatan Penilaian Kerja
Proses kegiatan meliputi:
1. Merumuskan tanggung jawab dan tugas apa yang harus dicapai oleh staf keperawatan.
Rumusan tersebut telah disepakati oleh atasannya sehingga langkah perumusan
tersebut dapat memberikan konstribusi berupa hasil.
2. Menyepakati sasaran kerja dalam bentuk hasil yang harus dicapai oleh karyawan
untuk kurun waktu tertentu dengan penempatan standar prestasi dan tolak ukur yang
telah ditetapkan.
3. Melakukan monitoring, koreksi dan memberikan kesempatan serta bantuan yang
diperlukan oleh stafnya.
4. Menilai prestasi kerja staf dengan cara membandingkan prestasi yang dicapai dengan
standar atau tolak ukur yang telah ditetapkan.
Proses Kegiatan Penilaian Kerja
5. Memberikan umpan balik kepada staf/karyawan yang dinilai.
6. Dalam proses pemberian umpan balik ini atasan dan bawahan perlu membicarakan
cara-cara untuk memperbaiki kelemahan yang telah diketahui untuk meningkatkan
prestasi pada periode berikutnya.
Ciri – Ciri Profesi
Dilihat dari definisi profesi, jelas bahwa profesi tidak sama dengan
okupasi (occupation) meskipun keduanya sama-sama melakukan
pekerjaan tertentu.

Profesi mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :

1. Didukung oleh badan ilmu yang sesuai dengan bidangnya (antalogi),


jelas wilayah kerja keilmuannya (Epistomologi), dan aplikasinya
(Axiologi).

2. Profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang terencana,


terus-menerus dan bertahap.

3. Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara legal
melalui perundang-undangan.

4. Peraturan dan ketentuan yang mengatur hidup dan kehidupan profesi


(standar pendidikan dan pelatihan, standar pelayanan, dan kode etik) serta
pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut dilakukan
sendiri oleh warga profesi (Winsley, 1964).
Memiliki body of knowledge

perawat bekerja dalam kelompok dan dilandasi dengan teori


yang spesifik dan sistematis yang dikembangan melalui
penelitian. Penelitian keperawatan yang dilakukan pada tahun
1940, merupakan titik awal perkembangan keperawatan. Pada
tahun 1950 dengan semakin berkembangnya penelitian yang
dilakukan mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam
dunia pendidikan keperawatan dan pada tahun 1960 penelitian
lebih banyak dilakukan pada praktik keperawatan. Sejak tahun
1970, penelitian keperawatan lebih banyak dilakukan dengan
memfokuskan diri pada praktik yang dihubungkan dengan isu-
isu yang ada pada saat itu. Menurut Potter dan Perry (1997),
perawat telah memperlihatkan diri sebagai profesi dan dapat
terlihat adanya pengetahuan keperawatan telah dikembangkan
melalui teoriteori keperawatan. Model teori memberikan
kerangka kerja bagi kurikulum dan praktik klinis keperawatan.
Teori keperawatan mendorong ke arah penelitian yang
meningkatkan dasar ilmiah untuk praktik keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai