Anda di halaman 1dari 12

Undang-Undang No. 2 Th.

2017
Tentang
Jasa Konstruksi
OUTLINE
Pendahuluan

Tanggung Jawab & Kewenangan

Badan Usaha, Sengketa & Penyelesaian

Tenaga Kerja

Kelembagaan

Kriminalisasi
Pendahuluan
Undang-Undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi inisiatif DPR sebagai pengganti UU 18
Tahun 1999, yang sebelumnya terdiri atas 11 Bab dan
46 Pasal, menjadi 14 Bab dan 106 Pasal.

Dalam pembahasan Undang-Undang ini terdiri dari


905 DIM dalam 15 Bab dan 113 Pasal.
Pendahuluan
Dalam UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi mencakup :
Pembagian Tanggung Jawab dan Kewenangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah dalam Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
Perbaikan Klasifikasi dalam Usaha Jasa Konstruksi;
Pengaturan terkait Badan Usaha Asing;
Pengaturan proses dalam penyelesaian sengketa yang lebih mengedepankan
musyawarah mufakat dalam meminimalisir penyelesaian melalui pengadilan;
Perbaikan proses penetapan kegagalan bangunan;
Penguatan tenaga kerja konstruksi dan pengaturan tenaga kerja asing;
Penguatan kelembagaan yang mencakup unsur-unsur kelembagaan dan
pembiayaan kelembagaan; dan
Meniadakan kriminalisasi dengan menghilangkan ketentuan pidana.
USAHA JASA KONSTRUKSI
USAHA JASA KONSTRUKSI
UU No. 18 Tahun 1999 UU No. 2 Tahun 2017
Mengenal istilah bidang usaha Jasa Konstruksi yang Dalam UU baru ini terjadi perubahan
mencakup pekerjaan Arsitektural dan/atau Sipil klasifikasi usaha yang sebelumnya
dan/atau Mekanikal dan/atau Elektrikal dan/atau didasarkan pada bidang Arsitektur, Sipil,
Tata Lingkungan, masing-masing beserta Mekanikal, Kelistrikan dan Tata
kelengkapannya. Lingkungan (ASMET) yang sudah tidak sesuai
dengan klasifikasi lapangan usaha saat ini,
(Pasal 6) menjadi klasifikasi yang didasarkan pada
Central Product Classification (CPC).
Artinya, klasifikasi bidang usaha didasarkan
pada produk yaitu pekerjaan yang
menghasilkan sebuah bangunan gedung atau
bangunan sipil (klasifikasi umum) dan
pekerjaan instalasi , konstruksi khusus,
konstruksi pabrikasi, penyelesaian bangunan,
atau penyewaan peralatan (klasifikasi spesialis)
(Pasal 14 Ayat 2 dan 3), klasifikasinya tidak lagi
berdasarkan jenis pekerjaannya seperti
Pekerjaan Sipil, Pekerjaan Arsitek, Pekerjaan
Elektrikal atau Pekerjaan Mekanikal.

Central Product Classification (CPC) sesuai standar PBB dan Peraturan Kepala Badan Statistik
No. 57 tahun 2009 tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
BADAN USAHA ASING
BADAN USAHA ASING
UU No. 18 Tahun 1999 UU No. 2 Tahun 2017
Hanya diatur dalam satu ayat pada Pasal 5 Terkait badan usaha asing; ketentuan
Ayat (4) bahwa pekerjaan konstruksi yang badan usaha asing lebih dipertegas
bersiko besar dan/atau yang berteknologi dengan berbagai kriteria dan kewajiban
tinggi dan/atau yang berbiaya besar hanya serta diatur dalam bagian tersendiri
dapat dilakukan oleh badan usaha yang antara lain :
berbentuk perseroan terbatas atau badan Mempekerjakan lebih banyak tenaga
usaha asing yang dipersamakan. kerja Indonesia daripada tenaga kerja
asing
dan
Menempatkan warga negara
Indonesia sebagai pemimpin tertinggi
kantor perwakilan.
(Pasal 23; Pasal 32-35)
KEGAGALAN BANGUNAN
KEGAGALAN BANGUNAN
UU No. 18 Tahun 1999 UU No. 2 Tahun 2017
Dalam UU No. 18 Th. 1999 yang menentukan Dalam UU No. 2 Tahun 2017 yang
kegagalan bangunan adalah penilai ahli, menetapkan kegagalan bangunan adalah
dimana belum dijelaskan secara gamblang Penilai Ahli yang ditetapkan oleh
tentang siapa penilai ahli yang Menteri dengan persyaratan –
menyatakan kegagalan bangunan tersebut. persyaratan yang lebih rinci.

(Pasal 25) (Pasal 61)

Menteri harus menetapkan Penilai Ahli dalam waktu paling lambat 30 hari kerja terhitung sejak
diterimanya laporan mengenai terjadinya Kegagalan Bangunan dan melaporkan hasil
penilaiannya kepada Menteri dan Instansi yang mngeluarkan izin membangun, paling lambat
90 hari kerja terhitung sejak tanggal pelaksanaan tugas.
PENYELESAIAN SENGKETA
PENYELESAIAN SENGKETA
UU No. 18 Tahun 1999 UU No. 2 Tahun 2017
Penyelesaian Sengketa Jasa Konstruksi dapat Sengketa yang terjadi dalam Kontrak
ditempuh melalui pengadilan atau diluar Kerja Konstruksi diselesaikan dengan
pengadilan berdasarkan pilihan secara prinsip dasar musyawarah untuk
sukarela para pihak yang bersengketa. mencapai kemufakatan. Tahapan upaya
penyelesaian sengketa meliputi mediasi,
(Pasal 36) konsiliasi, dan arbitrase. Selain upaya
penyelesaian sengketa, para pihak dapat
Artinya para pihak bisa langsung memilih membentuk dewan sengketa dimana
opsi penyelesaian melalui pengadilan. pemilihan keanggotaan dewan sengketa
dilaksanakan berdasarkan prinsip
profesionalitas dan tidak menjadi bagian
dari salah satu pihak.
(Pasal 88)
Artinya proses penyelesaian sengketa
meminimalisir penyelesaian sengketa
melalui pengadilan
TENAGA KERJA KONSTRUKSI
TENAGA KERJA KONSTRUKSI
UU No. 18 Tahun 1999 UU No. 2 Tahun 2017
• Sertifikat Kompetensi Kerja diperoleh melalui uji
Terkait dengan sertifikasi dan registrasi tenaga kerja kompetensi yang pelaksanaannya dilakukan oleh
dilakukan oleh Lembaga (LPJK) Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). LSP dapat
dibentuk oleh Asosiasi Profesi terakreditasi dan
lembaga pendidikan dan pelatihan yang sesuai
(Pasal 33) dengan ketentuan perundang-undangan (Pasal 71)

UU ini belum mengatur masalah upah dan • Akreditasi terhadap Asosiasi Profesi diberikan oleh
remunerasi Menteri kepada Asosiasi Profesi yang sudah
memenuhi persyaratan. LSP diberikan lisensi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan (saat ini
oleh BNSP) setelah mendapat rekomendasi dari
Menteri

• Untuk mendapatkan pengakuan pengalaman


profesional, setiap tenaga kerja konstruksi harus
melakukan registrasi kepada Menteri (Pasal 72)

• Setiap tenaga kerja konstruksi yang memiliki


sertifikat kompetensi kerja berhak atas imbalan yang
layak atas layanan jasa yang diberikan dalam bentuk
upah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan (Pasal 73). Terhadap jenjang ahli,
pengguna jasa harus memperhatikan standar
remunerasi minimal yang ditetapkan oleh Menteri
(Pasal 43).
TENAGA KERJA KONSTRUKSI ASING
TENAGA KERJA KONSTRUKSI ASING
UU No. 18 Tahun 1999 UU No. 2 Tahun 2017

Tidak secara tegas membahas masalah tenaga Tenaga Kerja Konstruksi Asing dapat
kerja asing melakukan pekerjaan di bidang jasa
konstruksi di Indonesia hanya pada
jabatan tertentu sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Tenaga Kerja
Konstruksi Asing pada jabatan ahli dibidang
jasa konstruksi yang akan dipekerjakan
oleh pemberi kerja harus memiliki surat
tanda registrasi dari Menteri.

(Pasal 74)

Jabatan Tertentu adalah jabatan Komisaris, Direksi, Manajer, dan Ahli Tertentu yang ditetapkan
oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang ketenagakerjaan.
KELEMBAGAAN
KELEMBAGAAN
UU No. 18 Tahun 1999 UU No. 2 Tahun 2017
• Keikutsertaan Masyarakat Jasa Konstruksi dilakukan
Masalah kelembagaan dalam UU No. 18/1999 hanya melalui satu lembaga yang dibentuk oleh Menteri.
termaktub dalam lembaga yang diatur bagian kedua
• Unsur pengurus lembaga dapat diusulkan dari
yaitu Masyarakat Jasa Konstruksi asosiasi perusahaan yang terakreditasi, asosiasi
profesi yang terakreditasi, institusi pengguna Jasa
(Pasal 31 - 34) Konstruksi yang memenuhi kriteria, perguruan
tinggi atau pakar yang memenuhi kriteria, dan
asosiasi terkait rantai pasok konstruksi yang
terakreditasi.

• Pengurus lembaga ditetapkan oleh Menteri setelah


mendapatkan persetujuan dari Dewan Perwakilan
Rakyat.

• Penyelenggaraan sebagian kewenangan yang


dilakukan oleh Lembaga dibiayai dengan anggaran
pendapatan dan belanja negara dan/atau sumber lain
yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

• Biaya yang diperoleh dari masyarakat atas layanan


dalam penyelenggaraan sebagian kewenangan yang
dilakukan Lembaga merupakan PNBP sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(Pasal 84)
KRIMINALISASI
KRIMINALISASI
UU No. 18 Tahun 1999 UU No. 2 Tahun 2017
• Dalam hal terdapat pengaduan masyarakat akan
Ada ketentuan pidana yang mengehentikan proses adanya dugaan kejahatan dan/atau pelanggaran
konstruksi jika terjadi ketentuan pidana terkait yang disengaja dalam penyelenggaraan Jasa
dengan kesalahan perencanaan, pelaksanaan Konstruksi, proses pemeriksaan hukum terhadap
konstruksi, dan pengawasan yang tidak sesuai Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa dilakukan
dengan ketentuan keteknikan yang menyebabkan dengan tidak menggangu atau menghentikan
proses penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
kegagalan pekerjaan.
• Dalam hal terdapat pengaduan masyarakat
(Pasal 43) terkait dengan kerugian negara dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi, proses
pemeriksaan hukum hanya dapat dilakukan
berdasarkan hasil pemeriksaan dari lembaga
negara yang berwenang untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara.

• Hal-hal tersebut dikecualikan dalam hal terjadi


hilangnya nyawa seseorang; dan/atau tertangkap
tangan melakukan tindak pidana korupsi (Pasal
86).

Dalam Undang-Undang ini, jika terjadi pidana maka tidak akan menghentikan proses
konstruksi yang sedang berjalan.

Anda mungkin juga menyukai