PEMBANGUNAN
PIMPRO
* BIAYA
* MUTU
* WAKTU
PERENCANA
PENGAWAS PELAKSANA
DASAR HUKUM KONSTRUKSI
DASAR HUKUM YANG DIPAKAI DI INDONESIA ADALAH UU
RI NO.02/207 TENTANG JASA KONSTRUKSI
PRINSIP-PRINSIP KEAHLIAN
TENAGA AHLI & TENAGA SESUAI DENGAN KAIDAH
TERAMPIL KEILMUAN, KEPATUTAN,
DAN KEJUJURAN
INTELEKTUAL DALAM
MENJALANKAN PROFESINYA
SERTIFIKAT KEAHLIAN & DENGAN TETAP
KETERAMPILAN MENGUTAMAKAN
KEPENTINGAN UMUM
SISTEM PERTANGGUNGAN
PENGEMBANGAN USAHA
DUKUNGAN
PENGEMBANGAN JENIS
PERLUASAN & IKLIM USAHA
USAHA
PENINGKATAN AKSES YANG KONDUSIF
PERTANGGUNGAN
TERHADAP SUMBER
DANA DAN
KEMUDAHAN
PERSYARATAN DALAM
MEMPEROLEHAN
PENDANAAN
DASAR HUKUM :
UU RI NO.18 TAHUN 1999 TENTANG JAKON
DAN PERATURAN PEMERINTAH
KONTRAK LUMPSUM
Konrak Harga Borongan Atau Kontrak Harga Pasti Merupakan Jenis Kontrak
Yang Mengacu Kepada Harga Penawaran Yang Diajukan Oleh Penyedia Jasa
Yang Telah Ditunjuk Sebagai Pelaksana Pekerjaan
Untuk jenis pekerjaan yang setiap item pekerjaan dan volume telah diketahui
dengan pasti serta spesifikasi teknis, gambar rencana yang disusun dalam
dokumen lelang jelas, pasti dan tetap.
KONTRAK HARGA SATUAN
KONTRAK YANG BERPEDOMAN ATAS HARGA SATUAN ITEM PEKERJAAN
YANG DITAWARKAN OLEH PENGGUNA BARANG/JASA.
HARGA SATUAN PASTI DAN TETAP SELAMA MASA PELAKSANAAN
KONTRAK
UNTUK JENIS PEKERJAAN YANG VOLUME PEKERJAANNYA TIDAK DAPAT
DIKETAHUI DENGAN PASTI ATAU SIFATNYA MENDESAK DAN TIDAK
DAPAT DITUNDA
REALISASI PEMBAYARAN TERGANTUNG HASIL VOLUME PEKERJAAN
AKTUAL DALAM SATU BULAN
MEMUNGKINKAN ADANYA PEKERJAAN TAMBAH ATAU KURANG
(SEPANJANG KEDUA BELAH PIHAK MENYETUJUI)
PENILAIAN KONDISI
KONTRAK KRITIS,
TERLAMBAT ATAU WAJAR
Rapat pembuktian dengan memberikan uji coba
terhadap kemampuan kontrakor disebut show
cause meeting (scm) atau rapat pembuktian.
Apabila sampai scm tingkat direktorat jenderal
ternyata kontraktor gagal untuk menunjukkan
kemampuan kerjanya maka langkah pengamanan
dan penyelamatan proyek adalah pemutusan
kontrak.
Melibatkan kontraktor lain sebagai penerus pelaksanaan
pekerjaan dengan ketentuan :
1.Kontraktor pertama masih bertanggung jawab
2.Kontraktor penerus mampu menyelesaikan sisa
pekerjaan
3.Tetap menggunakan harga satuan kontraktor pertama
4.Diatur Dalam Adendum Kontrak Yang Ditanda Tangani
Tiga Pihak (Pimpro, Kontraktor Pertama Dan Kontraktor
Pengganti)
1. Jaminan pelaksanaan dicairkan/ditarik untuk pihak
pemberi kerja
2. Sisa jaminan uang muka dicairkan sekaligus atau sebagai
gantinya sisa uang muka harus dilunasi sekaligus kepada
pemberi kerja
3. Aturan pengenaan denda :
• Sanksi pada butir 2 dan pengenaan daftar hitam ( tidak
diundang lelang/tidak diberikan pekerjaan) untuk jangka
waktu tertentu
• Ketentuan-ketentuan sanksi dituangkan secara jelas
dalam kontrak
Pre construction meeting (rapat pra
pelaksanaan) merupakan rapat yang dilakukan
sebelum pelaksanaan proyek, yang dihadiri :
1.Pimpro & staf
2.Kontraktor & staf
3.Konsultan pengawas
4.Wakil masyarakat setempat
5.Instansi terkait
FUNGSI DARI PCM ADALAH :
1)Tahapan awal pengendalian proyek
terhadap pelaksanaan dilapangan.
2)Kerangka kerja dan rencana pekerjaan
selanjutnya
3)Dapat mengantisipasi kemungkinan kendala
yang akan dihadapi di lapangan, sehingga
tercapai kelancaran pelaksanaan
Organisasi kerja
Tatacara pengaturan pelaksanaan pekerjaan
Review dan penyempurnaan schedule kerja yang
harus sesuai dengan target, volume, waktu dan mutu
Jadwal Pengadaan Bahan Dan Penggunaan Peralatan
Serta Personil (Mobilisasi)
Menyusun Rencana Dan Pelaksanaan Pemeriksaan
Lapangan (Mutual Chek) Dan Review Terhadap
Simplified Design (Pembuatan Gambar Untuk
Pelaksanaan/ Shop Drawing)
Menentukan lokasi quarry, estimasi kuantitas bahan,
dan rencana pemeriksaan mutu bahan yang akan
dipakai
Pendekatan kepada masyarakat dan pemda setempat
sehubungan dengan kegiatan proyek / rencana kerja
Pembuatan Program Kerja Akan Mempermudah
Penyusunan Keperluan Sumber Daya
Misal :
Salah satu faktor yang menentukan harga
material adalah jarak antara sumber
pengambilan material dengan lokasi material
JARAK
SUMBER LOKASI
Penyusunan schedule dapat dilakukan
pada setiap hari, minggu & setiap bulan,
tergantung dari ukuran, kompleksitas dan
karateristik proyek
BERDASARKAN UU RI TENTANG JAKON NO. 18 TAHUN 1999
MASYARAKAT BERHAK :
1)MELAKUKAN PENGAWASAN UNTUK MEWUJUDKAN TERTIB
PELAKSANAAN JASA KONSTRUKSI
2)MEMPEROLEH PENGGANTIAN YANG LAYAK ATAS KERUGIAN
YANG DIALAMI SECARA LANGSUNG SEBAGAI AKIBAT
PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
MASYARAKAT BERKEWAJIBAN :
1)MENJAGA KETERTIBAN DAN MEMENUHI KETENTUAN YANG
BERLAKU DIBIDANG PELAKSANAAN KONSTRUKSI
2)TURUT MENCEGAH TERJADINYA PEKERJAAN KONSTRUKSI
YANG MEMBAHAYAKAN KEPENTINGAN UMUM
Kata “klaim” atau “claim” dalam bahasa inggris,
berasal dari bahasa latin “clamare” atau “clamo” yang
berarti berteriak.
Pengertian klaim barat vs indonesia :
Dunia barat :
Hampir semua batasan dari kepustakaan barat
menyatakan bahwa klaim adalah suatu permintaan
(demand)
Indonesia :
Hampir semua batasan dari kepustakaan indonesia
menyatakan bahwa klaim adalah suatu tuntutan,
sehingga klaim menjadi sesuatu yang kurang disukai
(tabu).
Klaim Konstruksi : Klaim Yang Timbul
Dari Atau Sehubungan Dengan
Pelaksanaan Suatu Pekerjaan Jasa
Konstruksi Antara Pengguna Jasa Dan
Penyedia Jasa Atau Antara Penyedia Jasa
Utama Dengan Sub-penyedia Jasa Atau
Pemasok Material Atau Antara Pihak Luar
Dan Pengguna/Penyedia Jasa Yang
Biasanya Mengenai Permintaan
Tambahan Waktu, Biaya Atau
Kompensasi Lain
VARIATION
LIABILITY
& DELAY
DAMAGE
CONSTRUCTION
CLAIM
Sebab-sebab umum :
1)Komunikasi antara pengguna jasa dan
penyedia jasa buruk
2)Administrasi kontrak kurang cukup
3)Sasaran waktu tidak terkendali
4)Kejadian eksternal yang tidak dikehendaki
5)Kontrak yang memiliki perbedaan penafsiran
Sebab-sebab dari pengguna jasa :
1)Informasi tender yang tidak
lengkap mengenai desain, bahan
dan spesifikasi
2)Penyelidikan site kurang
sempurna
3)Alokasi resiko tidak jelas
4)Keterlambatan pembayaran
5)Larangan metode kerja tertentu
Sebab-sebab dari penyedia jasa :
1. Pekerjaan yang cacat/mutu pekerjaan buruk
2. Keterlambatan penyelesaian
3. Klaim tandingan/perlawanan klaim
4. Pekerjaan tidak sesuai spesifikasi
5. Bahan yang dipakai tidak memenuhi syarat
UNSUR-UNSUR KLAIM
UNSUR-UNSUR KLAIM ANTARA LAIN :
1. TAMBAHAN UPAH, MATERIAL, PERALATAN,ADMINISTRASI, DAN
WAKTU
2. PENGULANGAN PEKERJAAN (BONGKAR/PASANG)
3. PENURUNAN PRESTASI KERJA
4. PENGARUH IKLIM
5. SALAH PENEMPATAN PERALATAN
6. PENUMPUKAN BAHAN
7. TIDAK EFISIENSI JENIS PEKERJAAN
Jenis Klaim Terbagi Atas :
1. Klaim Tambahan Biaya Dan Waktu
2. Klaim Biaya Tak Langsung (Overhead)
3. Klaim Tambahan Waktu (Tanpa Tambahan Biaya)
4. Klaim kompensasi lain
KEMAMPUAN MEMBAYAR KLAIM
DALAM UU NO. 18/1999 TENTANG JASA KONTRUKSI
PASAL 15 AYAT 2 :
PENGGUNA JASA HARUS MEMILIKI KEMAMPUAN
MEMBAYAR BIAYA PEKERJAAN KONSTRUKSI YANG
DIDUKUNG DENGAN DOKUMEN PEMBUKTIAN DARI
LEMBAGA PERBANKAN DAN/ATAU LEMBAGA
KEUANGAN BUKAN BANK
BERDASARKAN PPRI PASAL 31 NO.29 TAHUN
2000:
Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah
keadaan hasil pekerjaan konstruksi yang tidak sesuai
dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana
Disepakati dalam kontrak kerja konstruksi baik
sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat
kesalahan pengguna jasa atau penyedia jasa.
PENGGUNA JASA PENYEDIA JASA
BERTANGGUNG
BERTANGGUNG JAWAB SEJAK
JAWAB (DALAM PENYERAHAN
PENGELOLAAN) AKHIR PALING
LAMA 10 TAHUN
DITETAPKAN
OLEH PENILAI
KEGAGALAN
AHLI BANGUNAN
Pasal 34 PP RI no.29/2000 :
Kegagalan bangunan merupakan keadaan
bangunan yang tidak berfungsi, baik secara
keseluruhan maupun sebagian dari Segi
teknis, manfaat, keselamatan dan kesehatan
kerja, dan atau keselamatan umum sebagai
akibat kesalahan penyedia jasa dan atau
pengguna jasa setelah penyerahan akhir
pekerjaan konstruksi
Jangka waktu pertanggung jawaban atas kegagalan
bangunan sesuai pasal 34 PP RI 29/2000 :
1.Ditentukan sesuai dengan umur konstruksi yang
direncanakan maksimal 10 tahun, sejak penyerahan
akhir pekerjaan konstruksi
2.Penetapan umur konstruksi yang direncanakan
harus jelas dan tegas dinyatakan dalam dokumen
perencanaan, serta disepakati dalam kontrak
konstruksi
3.Jangka waktu pertanggung jawaban atas kegagalan
bangunan harus dinyatakan dengan tegas dalam
kontrak kerja konstruksi.
Penilai ahli harus memiliki sertifikasi keahlian dan terdaftar
pada lembaga, sesuai PP RI pasal 36 no 29/2000 :
1)Kegagalan Bangunan Dinilai Dan Ditetapkan Oleh Satu
Atau Lebih Penilai Ahli Yang Profesional Dan Kompoten
Dalam Bidangnya Dan Bersifat Independen Dan Mampu
Memberikan Penilaian Secara Obyektif, Yang Harus
Dibentuk Paling Lambat 1 Bulan Sejak Diterimanya Laporan
Mengenai Terjadinya Kegagalan Bangunan
2)Penilai dipilih dan disepakati bersama oleh penyedia jasa
dan pengguna jasa
3)Pemerintah berwewenang untuk mengambil tindakan
tertentu apabila kegagalan menimbulkan gangguan pada
keselamatan umum termasuk dalam memberikan pendapat
dalam penunjukkan.
Menetapkan sebab-sebab terjadinya kegagalan bangunan
Menetapkan tidak berfungsinya sebagian atau
keseluruhan bangunan
Menetapkan pihak yang bertanggung jawab atas
kegagalan bangunan serta tingkat dan kesalahan yang
dilakukan
Menetapkan besarnya kerugian, serta usulan besarnya
ganti rugi yang harus dibayar oleh pihak-pihak yang
melakukan kesalahan
Menetapkan jangka waktu pembayaran kerugian
Pelaksanaan ganti rugi dalam hal kegagalan konstruksi
dapat dilakukan dengan mekanisme pertanggungan pihak
ketiga atau asuransi, dengan ketentuan :
1. Persyaratan dan jangka waktu ditetapkan atas dasar
kesepakatan
2. Premi dibayar oleh masing-masing pihak, dan biaya premi
yang menjadi tanggungan penyedia jasa menjadi bagian
unsur biaya pekerjaan konstruksi.
Dalam hal pengguna jasa tidak bersedia memasukkan
premi maka resiko kegagalan bangunan menjadi tanggung
jawab pengguna jasa
Proses klaim terjadi sebagai akibat perubahan yang
diperintahkan atau diminta. Proses terjadinya klaim :
1)Perubahan pekerjaan
2)Pemberitahuan
3)Permintaan perubahan
4)Penerbitan perintah perubahan
5)Klaim
6)Arbitrase / pengadilan
7)Amandemen kontrak
1. Formal changes
Pengarahan kepada kontraktor untuk
melakukan suatu perubahan.
2. Construction changes
perubahan konstruksi untuk perbaikan
3. Cardinal changes
perubahan kontrak, dapat merubah karakter
dari pekerjaan
4. Design related changes
perubahan design melalui review
5. Termination
penghentian atau pengurangan bagian
pekerjaan tertentu
6. Payment changes
perubahan angsuran biaya
7. Coordination changes
Perubahan tanggung jawab koordinasi
8. Owner supply
perubahan tanggung jawab owner
9. Higher standart changes
Perubahan Keinginan Mendapatkan Standart Produk Yang
Lebih Tinggi
10. Delay
Perubahan Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pekerjaan
11. Acceleration
Percepatan untuk mengejar keterlambatan
12. Kualitas material
Perubahan terhadap kualitas material yang lebih baik.
1. Administrasi kontrak
2. Manajer kontrak / administrator kontrak
(analisis, mencatat & penyelesaian)
3. Evaluasi ( wawancara & mempelajari dokumen)
4. Bahan-bahan evaluasi (dokumen kontrak,
perubahan pekerjaan, ringkasan pekerjaan,
risalah rapat, jadual pelaksanaan, foto dan
laporan)
5. Analisis
6. Perintah perubahan
7. Penyelesaian sengketa
Analisis klaim :
1.Analisis secara faktual (apa yang
sesungguhnya terjadi)
2.Analisis secara hukum atau berdasarkan
kontrak
3.Analisis biaya (berupa biaya tambahan uang
atau waktu harus diberikan kepada penyedia
jasa)
JENIS-JENIS KLAIM
Jenis klaim terbagi atas :
1.Klaim tambahan biaya dan waktu
2.Klaim biaya tak langsung (overhead)
3.Klaim tambahan waktu (tanpa tambahan biaya)
4.Klaim kompensasi lain
Dalam uu no. 18/1999 tentang jasa kontruksi
pasal 15 ayat 2 :
Pengguna jasa harus memiliki kemampuan
membayar biaya pekerjaan konstruksi yang
didukung dengan dokumen pembuktian dari
lembaga perbankan dan/atau lembaga keuangan
bukan bank.
RESIKO PROYEK
Dalam teori hukum dikenal suatu ajaran yang disebut
dengan resicoleer (ajaran tentang resiko)
Resicoleer adalah suatu ajaran, seseorang berkewajiban
untuk memikul kerugian, jika ada suatu kejadian diluar
kesalahan salah satu pihak yang menimpa benda yang
menjadi objek perjanjian.
Perubahan dalam bahasa inggris disebut “changes” dan
perintah perubahan disebut “changes order” atau variation.
Perubahan dapat berupa :
-Lingkup pekerjaan
-Spesifikasi teknik
-Jenis material
-Metode kerja
-Percepatan pelaksanaan, dll
Arbitrase telah dikenal di indonesia sejak abad xix (1848)
dengan diberlakukannya kitab undang-undang hukum acara
perdata (reglement op de rechtsvordering atau dikenal R.V
PENGERTIAN ARBITRASE
Menurut Rv, Arbitrase Adalah Suatu Bentuk Peradilan Di
Luar Badan Peradilan Resmi Yang Dibentuk Dan
Diselenggarakan Berdasarkan Bentuk Sukarela Dan Itikat
Baik Dari Para Pihak Yang Berselisih Atau Yang
Bersengketa tersebut diselesaikan oleh hakim (para ahli)
yang mereka tunjuk sendiri dengan ketentuan bahwa
putusan yang diambil oleh hakim atau para hakim
tersebut merupakan putusan pada tingkat terakhir dan
mengikat para pihak.
Hakim-hakim menurut rv dinamakan wasit atau dikenal
sebagai arbiter
Ada 2 jenis arbitrase :
1.Arbitrase AD HOC
Dibentuk Khusus Untuk Memutus/Menyelesaikan
Sengketa/Perselisihan, Sering Juga Disebut
Arbitrase Sukarela Dan Bersifat Sementara
2.Arbitrase institusional (kelembagaan)
Suatu institusi arbitrase yang bersifat permanen,
terlepas ada tidaknya sengketa, lengkap dengan
arbiter-arbiter, kepengurusan tempat sidang yang
permanen dan prosedur yang baku.
Lembaga-lembaga yang menyediakan jasa arbitrase :
1. Arbitrase nasional
Keberadaannya dan daerah kewenangan meliputi wilayah
suatu negara tertentu :
a.Indonesia : -Badan arbitrase nasional indonesia (bani)
-Badan arbitrase muamalat indonesia (bamui)
B. Belanda : Nederland arbitrase institute
C. Inggris : the british institute of arbitration
2. Arbitrase international
Daerah kewenangannya meliputi seluruh dunia
a.Court of arbitration of international chamber of commerce
(icc)
b.The international center for settlement of investment
disputes (icsid)
c.United nations commision on international trade law
(uncitral) diterbitkan oleh pbb tahun 1976
ARBITRASE PENGADILAN
BEBAS & OTONOM MENENTUKAN MUTLAK TERIKAT PADA HUKUM
RULES & INSTITUSI ARBITRASE ACARA YANG BERLAKU
MENGHINDARI KETIDAKPASTIAN YANG BERLAKU MUTLAK ADALAH
AKIBAT PERBEDAAN SISTEM SISTEM HUKUM DARI NEGARA
HUKUM DENGAN NEGARA TEMPAT SENGKETA DIPERIKSA
TEMPAT SENGKETA DIPERIKSA,
MAUPUN KEMUNGKINAN ADANYA
KEPUTUSAN HAKIM YANG UNFAIR
DENGAN MAKSUD APAPUN
ARBITRASE
ARBITRASE INSTITUTIONAL
AD HOC (BANI)
PROSES
PERSIDANGAN
PN.DOMISILI
KEPUTUSAN TERMOHON
(30 HARI)
BERHASIL GAGAL EKSEKUSI
PELAKSANAAN
SUKARELA PENGADILAN
Pelaksanaan ganti rugi dalam hal kegagalan
konstruksi dapat dilakukan dengan mekanisme
pertanggungan pihak ketiga atau asuransi, dengan
ketentuan :
1. Persyaratan dan jangka waktu ditetapkan atas dasar
kesepakatan
2. Premi dibayar oleh masing-masing pihak, dan biaya
premi yang menjadi tanggungan penyedia jasa
menjadi bagian unsur biaya pekerjaan konstruksi.
Dalam hal pengguna jasa tidak bersedia memasukkan
premi maka resiko kegagalan bangunan menjadi
tanggung jawab pengguna jasa
Pengaruh tuntutan globalisasi dan
otonomi daerah :
1.Meningkatnya ukuran proyek
(volume & nilai kontrak)
2.Meningkatnya kompleksitas proyek
(metode & teknologi)
3.Kompetisi yang makin tinggi
CONSTRUC TEKNOLOGI
TIBILITY
SOSIAL KEUANGAN
RESIKO
PROYEK
DESIGN POLITIK
TENAGA
KERJA
Berdasarkan pp 28/2000 pasal 10 (1) tentang
usaha dan peran serta masyarakat jasa konstruksi,
kriteria resiko :
1.Resiko kecil : pekerjaan konstruksi yang
pelaksanaannya tidak membahayakan keselamatan
umum dan harta benda.
2.Resiko sedang : pekerjaan konstruksi yang
pelaksanaannya beresiko membahayakan keselamatan
umum dan harta benda
3.Resiko tingi : pekerjaan konstruksi yang
pelaksanaannya beresiko sangat membahayakan
keselamatan umum dan harta benda.
Berdasarkan pp 29/2000 pasal 6 :
Proyek dengan resiko kecil, teknologi
sederhana & biaya kecil : penunjukkan
langsung
Proyek dengan resiko sedang, teknologi
sederhana sampai madya & biaya kecil sampai
sedang : pemilihan langsung
Proyek dengan resiko tinggi, teknologi tinggi &
biaya besar : pelelangan terbatas
Berdasarkan penjelasana uu ri no.18/1999 pasal 13 :
Untuk mengatasi resiko dan tanggung jawab hukum
kepada pihak lain dapat ditempuh melalui
pertanggungan dengan mitra usaha antara lain :
1.Jaminan Penawaran
2.Jaminan Pelaksanaan
3.Jaminan Uang Muka
4.Jaminan Sosial Tenaga Kerja
5.Construction All Risk Insurance
6.Profesional Liability Insurance
Disamping Itu Jasa Konstruksi Memerlukan dukungan
sumber informasi mengenai ketersediaan peralatan,
bahan dan komponen bangunan
Teknologi sederhana
Pekerjaan konstruksi yang menggunakan alat kerja
sederhana dan tidak memerlukan tenaga ahli
Teknologi madya
Pekerjaan konstruksi yang menggunakan sedikit
peralatan berat dan memerlukan sedikit tenaga ahli
Teknologi tinggi
Pekerjaan Konstruksi Yang Menggunakan Banyak
Peralatan Berat Dan Memerlukan Tenaga Ahli Dan
Tenaga Terampil
RESIKO >>
KONTRAKTOR ASURANSI
GANTI RUGI
MAX 100 %
RESIKO
RESIKO
TERBATAS
OWNER BOND
GANTI RUGI
TERBATAS
Pada tanggal 12 agustus 1999
telah diundangkan dan
diberlakukan :
Uu ri no.30 thn 1999 tentang
arbritrase dan alternatif
penyelesaian sengketa
Pada bab i pasal 1, point 10 disebutkan :
Alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga
penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui
prosedur yang disepakati para pihak, yakni
penyelesaian di luar pengadilan dengan cara :
KONSULTASI
NEGOSIASI
MEDIASI
KONSILIASI ATAU
PENILAIAN AHLI
Konsultasi merupakan suatu tindakan yang bersifat
“personal” antara suatu pihak tertentu, yang disebut
“klien” dengan pihak lain yang merupakan pihak
“konsultan” yang memberikan pendapat (hukum)
kepada klien tersebut.
NEGOSIASI
Negosiasi Merupakan Salah Satu Lembaga Alternatif
Penyelesaian Sengketa Yang Dilaksanakan Diluar
Pengadilan, Sedangkan perdamaian dapat dilakukan
baik sebelum proses persidangan pengadilan
dilakukan, maupun setelah sidang peradilan
dilaksanakan, baik didalam maupun diluar sidang
pengadilan.
1. KOMPETITIF
2. KOOPERATIF
3. LUNAK DAN KERAS
4. INTEREST BEST
Negosiasi Bersifat Alot Dan Bersaing, Ciri Negosiasi :
1.Mengajukan permintaan awal yang tinggi diawal
negosiasi
2.Menjaga tuntutan agar tetap tinggi sepanjang proses
negosiasi dilangsungkan
3.Menggunakan cara-cara yang berlebihan dan
melemparkan tuduhan-tuduhan dengan tujuan
menciptakan ketegangan dan tekanan terhadap pihak
lain
TEKNIK NEGOSIASI KOOPERATIF
Menganggap pihak negosiator lawan bukan sebagai
musuh, melainkan sebagai mitra kerja untuk mencari
penyelesaian sengketa yang adil berdasarkan analisis yang
obyektif dan atas fakta hukum yang jelas
SOFT (LUNAK) HARD (KERAS)
NEGOSIATOR ADALAH TEMAN NEGOSIATOR DIPANDANG SEBAGAI
LAWAN
1.People (orang)
2.Interest (kepentingan)
3.Option / solusi
4.Criteria
Memberikan tenggang waktu
penyelesaian paling lama 14 hari
Penyelesaian sengketa tersebut
harus dilakukan dalam bentuk
“pertemuan langsung” oleh dan
antara para pihak yang
bersengketa
Mediasi adalah sebuah proses
penyelesaian sengketa
berdasarkan perundingan.
GANTI RUGI
COMPENSATION
PEMBATALAN PERJANJIAN
RESCISSION
Berdasarkan Uu Ri No.18/ 1999 Bab Vi Disebutkan ;
Pasal 26 (1)
Jika Terjadi Kegagalan Bangunan Yang Disebabkan Kesalahan
Perencana Atau Pengawas Konstruksi, Dan hal tersebut terbukti
menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka perencana atau pengawas
konstruksi wajib bertanggung jawab sesuai dengan bidang profesi dan
dikenakan ganti rugi
Pasal 26 (2)
Jika Terjadi Kegagalan Bangunan Yang Disebabkan Kesalahan
Pelaksana Konstruksi Dan Hal Tersebut Terbukti Menimbulkan kerugian
bagi pihak lain, maka pelaksana konstruksi wajib bertanggung jawab
sesuai dengan bidang usaha dan dikenakan ganti rugi
Pasal 27
Jika Terjadi Kegagalan Bangunan Yang Disebabkan Kesalahan
Pengguna Jasa Dalam Pengelolaan Bangunan Dan Hal tersebut
menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka pengguna jasa wajib
bertanggung jawab dan dikenai ganti rugi
Ganti rugi yang dapat
dituntut :