Anda di halaman 1dari 54

Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)

Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

rencana pengembangan wilayah.


Rencana Induk (Master Plan) Pelabuhan itu sendiri adalah merupakan suatu produk
EXECUTIVE SUMMARY pengaturan ruang pelabuhan berupa peruntukan rencana tataguna tanah dan perairan di
RENCANA INDUK ( MASTER PLAN ) Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan melalui
hasil pengkajian, penyelidikan dan analisa secara menyeluruh dengan memperhatikan kondisi
PELABUHAN BADAS alam, aspek sosial, ekonomi, lingkungan, institusional, teknologi dan kondisi setempat yang
merupakan penjabaran lebih lanjut dari Tatanan Kepelabuhan Nasional
KABUPATEN SUMBAWA
PROV. NUSA TENGGARA BARAT 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN
A. Maksud
Adapun maksud dari penyusunan Rencana Induk Pelabuhan ini adalah sebagai upaya
untuk menyediakan pedoman perencanaan pembangunan dan pengembangan
pelabuhan sehingga pelaksanaan kegiatan pembangunan dapat dilakukan secara
1. PENDAHULUAN terstruktur, menyeluruh dan tuntas, mulai dari perencanaan, konstruksi, operasi dan
pemeliharaan, pembiayaan serta partisipasi masyarakat dalam proses pemeliharaan
1.1. LATAR BELAKANG pelabuhan yang sudah terbentuk.
Dalam sistem transportasi, pelabuhan merupakan suatu simpul dari mata rantai kelancaran B. Tujuan
muatan angkutan laut dan darat, yang selanjutnya berfungsi sebagai kegiatan peralihan antar Tujuannya adalah sebagai acuan dalam pelaksanaan pengelolaan pelabuhan di
moda transportasi. Pelabuhan Bima sehingga kegiatan pembangunan yang ada dapat optimal dalam
Pentingnya peran pelabuhan dalam suatu system transportasi, mengharuskan setiap mengurangi permasalahan yang timbul pada waktu operasional pelabuhan.
pelabuhan memiliki suatu kerangka dasar rencana pengembangan dan pembangunan Rencana Induk Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat selanjutnya adalah
pelabuhan. Kerangka dasar tersebut tertuang dalam suatu rencana pengambangan tata ruang sebagai acuan dalam pelaksanaan penanganan Pelabuhan Bima, sehingga kegiatan
yang kemudian dijabarkan dalam suatu tahapan pelaksanaan pembangunan jangka pendek, pembangunan yang ada dapat optimal dalam mengurangi permasalahan yang timbul pada
jangka menengah, dan jangka panjang. Hal ini diperlukan untuk menjamin kepastian usaha waktu operasional pelabuhan.
dan pelaksanaan pembangunan pelabuhan yang terencana, terpadu, tepat guna, efisien dan
berkesinambungan.
1.3. LOKASI KEGIATAN
Kerangka dasar rencana pengembangan dan pembangunan suatu pelabuhan tersebut
diwujudkan dalam suatu penyusunan Master Plan pelabuhan yang menjadi bagian dari tata Lokasi Kegiatan Penyusunan Rencana Induk (Master Plan) Pelabuhan adalah pada
ruang wilayah dimana pelabuhan tersebut berada, untuk menjamin sinkronisasi antara Pelabuhan Badas di Kabupaten Sumbawa Provinsi NTB (Nusa Tenggara Barat)
rencana pengembangan pelabuhan dengan rencana pengembangan wilayah.
Pelabuhan, sebagaimana dirumuskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009,
adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan dengan batas-batas tertentu sebagai
tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat
kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang berupa
terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan
keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan
intra dan antar moda transportasi.
Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran,
bahwa setiap pelabuhan wajib memiliki Rencana Induk Pelabuhan yang memuat rencana
peruntukan wilayah daratan dan perairan. Untuk menjaminn adanya sinkronisasi antara
rencana pengembangan pelabuhan dengan rencana pengembangan wilayah, maka dalam
penyusunan Rencana Induk Pelabuhan harus memperhatikan rencana tata ruang dan wilayah
baik di tingkat Kabupaten, Kota maupun Provinsi.
Pentingnya peran pelabuhan dalam suatu sistem transportasi, mengharuskan setiap
pelabuhan memiliki suatu kerangka dasar rencana pengembangan dan pembangunan
pelabuhan. Kerangka dasar tersebut tertuang dalam suatu rencana pengembangan
keruangan yang kemudian dijabarkan dalam suatu tahapan pelaksanaan pembangunan
jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Kerangka dasar rencana
pengembangan dan pembangunan pelabuhan diwujudkan dalam dalam suatu Rencana Induk
Pelabuhan yang menjadi bagian dari tata ruang wilayah dimana pelabuhan tersebut berada,
untuk menjamin adanya sinkronisasi antara rencana penngembangan pelabuhan dengan
Executive Summary
1
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

Sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KP 414 Tahun 2013 Tentang
Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional, status Pelabuhan Badas dari jangka waktu
tahun 2011 – 2030 merupakan pelabuhan dengan status Pelabuhan Pengumpul

Adapun kriteria dan syarat dari Pelabuhan Pengumpul, diantaranya adalah :


1. kebijakan Pemerintah yang meliputi pemerataan pembangunan nasional dan
meningkatkan pertumbuhan wilayah;
2. memiliki jarak dengan pelabuhan pengumpul lainnya setidaknya 50 mil;
3. berada dekat dengan jalur pelayaran nasional ± 50 mil;
4. memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang;
5. berdekatan dengan pusat pertumbuhan wilayah ibukota provinsi dan kawasan
pertumbuhan nasional;
6. kedalaman minimal pelabuhan –7 m-LWS;
7. memiliki dermaga multipurpose minimal 1 tambatan dan peralatan bongkar muat;
8. berperan sebagai pengumpul angkutan peti kemas/curah/general cargo/
penumpang nasional;
9. berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang umum nasional;

Gambar 2.1. Lokasi Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat

1.4. RUANG LINGKUP

1. Pekerjaan Persiapan
2. Survey Lapangan
a. Pengumpulan Data & Diskusi dengan Pemda setempat pada Kunjungan Lapangan.
b. Survey Data Primer , melaksanakan site surveys untuk mendukung penyusunan Master
Plan.
 Pengamatan lapangan secara visual.
 Dokumentasi keadaan lapangan melalui foto-foto.
 Wawancana kondisi lapangan dengan pejabat penduduk dan pengguna jasa
pelabuhan.
 Survey Topografi
 Survey Bathymetri
 Survey lingkungan
3. Penyusunan Rancangan Rencana
4. Penyusunan Rencana Induk (Master Plan) Pelabuhan

1.5. HIERARKI PELABUHAN

Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 tentang


Kepelabuhanan, pelabuhan laut di Indonesia dapat dikelompokkan berdasarkan hierarki yang
terdiri atas:

a. Pelabuhan Utama (yang berfungsi sebagai Pelabuhan Internasional dan Pelabuhan Hub
Internasional);
b. Pelabuhan Pengumpul; dan
c. Pelabuhan Pengumpan, yang terdiri atas:
 Pelabuhan Pengumpan Regional;
 Pelabuhan Pengumpan Lokal.

Executive Summary
2
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

15. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM 52 Tahun 2011 Tentang Pengerukan dan
Reklamasi.
16. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM 53 Tahun 2011 Tentang Pemanduan
17. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM 68 Tahun 2011 Tentang Alur Pelayaran Di
Laut.
18. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM 93 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan
dan Pengusahaan Angkutan Laut.
19. Peraturan Mennteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor : PM 75 Tahun 2013 Tentang
Standar Biaya Tahun 2014 di Lingkungan Kementererian Perhubungan.
20. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor: 3 Tahun 2010 Tentang RTRW
Prov. NTB 2009-2029

2.2. TATA RUANG WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT


2.2.1. Rencana Struktur Ruang Provinsi Nusa Tenggara Barat
Struktur ruang wilayah Provinsi meliputi : kawasan andalan dan sistem perkotaan, sistem
jaringan transportasi, system jaringan energy, system jaringan telekomunikasi dan system
jaringan sumberdaya air.

2. TINJAUAN ASPEK KEBIJAKAN PEMERINTAH


2.1. LANDASAN HUKUM Tabel 2.1. Kawasan Andalan Provinsi Nusa Tenggara Barat
Adapun yang menjadi landasan hukum didalam Kegiatan Penyusunan Rencana Induk
Pelabuhan Badas ini diantaranya sebagai berikut :
No. Kawasan Andalan Kegiatan Utama Kabupaten/Kota
1. Undang-Undang Nomor: 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang;
2. Undang-Undang Nomor: 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran; 1 Lombok dan sekitarnya Pariwisata Kota Mataram
3. Peraturan Pemerintah Nomor: 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Pertanian Kabupaten Lombok Barat
Nasional ;
4. Undang-Undang Nomor: 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Perikanan KabupatenLombok Utara
Lingkungan Hidup. Industri Kabupaten Lombok Tengah
5. Peraturan Pemerintah Nomor: 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan ; Pertambangan Kabupaten Lombok Timur
6. Peraturan Pemerintah Nomor: 5 Tahun 2010 Tentang Kenavigasian ; 2. Sumbawa dan sekitarnya Pertanian Kabupaten Sumbawa
7. Peraturan Pemerintah Nomor: 20 Tahun 2010 Tentang Angkutan Di Perairan ; Perikanan Kabupaten Sumbawa Barat
8. Peraturan Pemerintah Nomor: 21 Tahun 2010 Tentang Perlindungan Lingkungan Maritim ; Pariwisata
9. Keputusan Menteri Perhubungan: 54 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pelabuhan.
Industri
10. Keputusan Menteri Perhubungan: 31 Tahun 2006 Tentang Pedoman Perencanaan di
Lingkungan Departemen Perhubungan. Peraturan Menteri Pertambangan
11. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KP 414 Tahun 2013 Tentang Penetapan 3. Bima dan sekitarnya Perikanan Kabupaten Bima
Rencana Induk Pelabuhan Nasional ; Pertanian Kabupaten Dompu
12. Perhubungan Nomor: PM 36 Tahun 2012 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Organisasi Pariwisata Kota Bima
dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Industri
13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM 25 Tahun 2011 Tentang Sarana Bantu
Sumber : RTRW Provinsi NTB
Navigasi – Pelayaran ;
14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM 26 Tahun 2011 Tentang Telekomunikasi
Pelayaran Dalam Sistem Perkotaan, Kota Bima sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang berfungsi
memberikan pelayanan kepada seluruh wilayah Kecamatan se Kota Bima dan sebagai simpul
Executive Summary
3
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

transportasi lokal dan regional. 2.2.3. Penetapan Kawasan Strategis Provinsi


Bima dsk. dalam fungsinya sebagai Kawasan Andalan berfungsi sebagai Pusat
Ada 6 (enam) jenis kawasan strategis, yakni :
pengembangan Agrobisnis ddengan berbasis perikanan serta tujuan wisata, sedangkan Kota
Bima sendiri memiliki fungsi dan peran :
1. Kawasan strategis nasional (KSN) untuk kepentingan pertahanan dan keamanan,
 Pusat penngembangan perdagangan dan jasa skala regional,
2. Kawasan Strategis Provinsi (KSP) kepentingan ketahanan pangan,
 Simpul transportasi laut Pulau Sumbawa bagian Timur
3. KSP. kepentingan pertumbuhan ekonomi,
 Daerah tujuan wisata budaya dan bahari
4. KSP. kepentingan sosial budaya,
 Pusat pengembangan industry perikanan.
5. KSP. kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam dan teknologi, serta
6. KSP. kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan.
2.2.2. Rencana Pola Ruang Wilayah
Setiap kategori kawasan strategis tersebut memiliki kriteria sebagaimana terangkum dalam
Rencana pola ruang wilayah kota merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
wilayah kota yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana
peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
Gambar 2.1. Peta Struktur Ruang Provinsi Nusa Tenggara Barat ( a )
A. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung
Kawasan lindung terdiri dari kawasan yang memberikan perlindungan kawasan
bawahannya, kawasan perlindungan setempat, Kawasan suaka alam, pelestarian alam
dan cagar budaya, kawasan rawan bencana, kawasan lindung geologi, dan kawasan
perlindungan lainnya.
Kawasan rawan bencana alam terdiri dari: kawasan rawan tanah longsor; kawasan rawan
gelombang pasang, kawasan rawan banjir, kawasan rawan angin puting beliung, kawasan
rawan kekeringan, kawasan rawan letusan gunung berapi, kawasan rawan gempa bumi,
kawasan rawan gerakan tanah, kawasan rawan tsunami, kawasan rawan abrasi.

B. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya


Kawasan budidaya memiliki jenis pemanfaatan antara lain hutan produksi, hutan rakyat,
pertanian dan perkebunan, perikanan, pertambangan, industry, pariwisata, permukiman
dan peruntukan lainnya. Arahan pemanfaatan kawasan budidaya dilakukan dengan tetap
mengedepankan prinsi-prinsip pembangunan berkelanjutan.

Executive Summary
4
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

Gambar 2.4. Peta Pola Ruang Provinsi Nusa Tenggara Barat

Gambar 2.2. Peta Struktur Ruang Provinsi Nusa Tenggara Barat ( b )

Gambar 2.5. Peta Kawasan Strategis Provinsi Nusa Tenggara Barat


Gambar 2.3. Peta Struktur Ruang Provinsi Nusa Tenggara Barat ( c )

2.3. TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUMBAWA

2.3.1 Rencana Struktur Ruang


Rencana struktur ruang wilayah meliputi :
a. pusat-pusat kegiatan;
b. sistem jaringan prasarana utama; dan
c. sistem jaringan prasarana lainnya.

Pusat – pusat kegiatan tersebut diantaranya adalah :

Tabel 3.1. Tabel Pusat – Pusat Kegiatan


No Keterangan Wilayah
PKW (Pusat Kegiatan Perkotaan Sumbawa Besar sebagai Ibukota
1 Wilayah Kabupaten
PKL ( Pusat Kegiatan Kota Alas, Kota Lenangguar, Kota Empang, Kota
2 Lokal) Labangka, dan Kota Lunyuk
PKLp (Pusat Kegiatan
3 Lokal Promosi Kota Utan, Kota Langam, dan Kota Semamung
Kota Labuhan Mapin, Kota Pernang , Kota
Semongkat, , Kota Lape, Kota Maronge, Kota
4 Pusat Pelayan Kawasan Plampang, dan Kota Labuhan Aji

Executive Summary
5
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

No Keterangan Wilayah No Jaringan Jalan Keterangan


15. jalan yang menghubungkan jalan Kaduk - jalan Batu Rotok pada
Gontar, Juru Mapin, Batu Rotok, Labuhan Kuris, Teluk Kecamatan Batu Lanteh
Santong, Labuhan Jambu, Labuhan Aji Pulau Moyo, Jalan Arteri Jalan Lingkar Selatan dan Lingkar Utara Sumbawa Besar, jalan pantai
Pusat Pelayanan Bajo Medang, Sebeok, Rhee Luar, Ropang, Lantung 4 Sekunder yang menghubungkan Sumbawa Besar dengan Moyo Utara
5 Lingkungan Ai Mual, Leseng, Labuhan Padi Jalan Kolektor dikembangkan di Sumbawa Besar, Moyo Utara, Moyo Hilir, Unter Iwes,
Sumber : RTRW Kabupaten Sumbawa 5 Sekunder Alas, Empang, Labangka, Lenangguar, dan Labuhan Badas
Jalan Lokal jalan di seluruh permukiman di wilayah kabupaten
5 Sekunder
2.3.2 Sistem Jaringan Prasarana Utama Sumber : RTRW Kabupaten Sumbawa

Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana utama , meliputi :


a. sistem jaringan transportasi darat; (2) Jaringan prasarana lalu lintas terdiri atas:
b. sistem jaringan transportasi laut; dan a. Terminal Sumer Payung sebagai Terminal Tipe B yang berada pada jalur transportasi
c. sistem jaringan transportasi udara. nasional;
b. relokasi dan pengembangan Terminal Alas sebagai Terminal Tipe C yang berada pada
A. Sistem Jaringan Transportasi Darat jalur transportasi nasional dan simpul kawasan agropolitan, relokasi terminal Brang
Bara untuk melayani kecamatan Batu Lanteh, dan relokasi Terminal Empang dan
(1) jaringan lalu lintas dan angkutan jalan yang meliputi jaringan jalan; Plampang sebagai Terminal Tipe C yang berada pada jalur transportasi nasional dan
merupakan Simpul Kawasan Emparano;
No Jaringan Jalan Keterangan c. pembangunan Terminal Tipe C, yaitu Terminal Lenangguar, Terminal Lunyuk, Terminal
jalan poros utama dari Alas Barat - Alas - Buer - Utan - Rhee - Labuhan
1 Arteri Primer Badas - Sumbawa - Unter Iwes - Moyo Hilir - Lopok - Lape - Maronge -
Langam, Terminal Utan, Terminal Moyo yang melayani Kecamatan Moyo Utara,
Plampang - Empang - Taran Kecamatan Moyo Hilir, Kecamatan Moyo Hulu dan sekitarnya, Terminal Maci dan
1. jaringan jalan yang melalui Kota Sumbawa - Kecamatan Moyo Utara - Terminal Labangka yang melayani simpul kawasan Kota Terpadu Mandiri Labangka;
Kecamatan Moyo Hilir, dan jaringan jalan yang menghubungkan antara dan
Kota Sumbawa - Kecamatan Moyo Hilir d. peningkatan infrastruktur pendukung dan pelayanan terminal yang memadai pada
2. jaringan jalan yang menghubungkan antara Lunyuk - Ropang –
Labangka - Plampang - Empang - Tarano
terminal yang sudah ada.
2 Kolektor Primer (3) Jaringan layanan lalu lintas yaitu pengembangan angkutan umum yang dapat menjangkau
3. jaringan jalan yang menghubungkan antara Lenangguar - Orong Telu -
Batu Lanteh - Sumbawa daerah-daerah:
4. jaringan jalan yang menghubungkan antara Langam - Pungkit - Lantung a. jalur angkutan dengan rute melalui Kecamatan Alas Barat - Alas - Buer - Utan - Rhee -
- Ropang - Ranan Labuhan Badas - Sumbawa;
5. jaringan jalan yang menghubungkan antara Jotang - Tero.
b. jalur angkutan dengan rute melalui Kecamatan Tarano - Empang - Plampang - Meronge
3 Pengembangan 1. jaringan jalan yang menghubungkan Simpang Jalan Negara - jalan
Jalan Lokal Labuan Teluk pada Kecamatan Utan - Lape - Lopok - Unter Iwes - Sumbawa;
2. jalan yang menghubungkan jalan Marenteh - jalan Trupa - jalan Mate c. jalur angkutan dengan rute melalui Kecamatan Sumbawa - Moyo Hilir - Moyo Utara
Mega pada Kecamatan Alas d. jalur angkutan dengan rute melalui Kecamatan Labangka - Plampang - Sumbawa;
3. jalan yang menghubungkan jalan Propok pada Kecamatan Buer - jalan e. jalur angkutan dengan rute melalui Kecamatan Sumbawa - Moyo Hulu - Lenangguar -
Batu Soan pada Kecamatan Alas
Lunyuk;
4. jalan yang menghubungkan jalan Olat Rawa - jalan Tanjung Bele pada
Kecamatan Moyo Hilir f. jalur angkutandengan rute melalui Kecamatan Labangka - Ropang - Lunyuk -
5. jalan yang menghubungkan Jalan Sengkal - jalan Malili - jalan Lengas - Sumbawa;
jalan Sameri pada Kecamatan Moyo Hilir g. jalur angkutan dengan rute melalui Kecamatan Sumbawa - Unter Iwes - Batu Lanteh -
6. jalan yang menghubungkan jalan Ai Beling - jalan Kuang Amo pada Orong Telu - Lunyuk; dan
Kecamatan Moyo Hulu h. jalur angkutan dengan rute melalui Kecamatan Sumbawa - Jotang - Maci.
7. jalan yang menghubungkan jalan Lito - jalan Bage Loka pada
Kecamatan Moyo Hulu (4) Jaringan transportasi penyeberangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, yaitu
8. jalan yang menghubungkan Simpang Jalan Negara - jalan Labuan Ala pengembangan transportasi penyeberangan meliputi pelabuhan penyeberangan Pulau
pada Kecamatan Plampang Moyo dan Lua Air dengan alur penyeberangan Pulau Moyo - Lua Air, dan penyeberangan
9. jalan yang menghubungkan jalan Sepayung Dalam - jalan Buin Rare Teluk Santong - Bima - Calabai.
pada Kecamatan Plampang (5) Rincian pengembangan transportasi penyeberangan merupakan bagian tidak terpisahkan
10. jalan yang menghubungkan jalan Ropang - jalan Lebin pada
Kecamatan Ropang
dari Peraturan Daerah ini.
11. jalan yang menghubungkan jalan Ropang - jalan Lawin pada
Kecamatan Ropang B. Sistem Jaringan Transportasi Laut
12. jalan yang menghubungkan jalan Klawis - jalan Koppo pada (1) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b, meliputi:
Kecamatan Orong Telu a. tatanan kepelabuhanan; dan
13. jalan yang menghubungkan jalan Koppo - jalan Jamu - jalan Krida -
Talonang pada Kecamatan Lunyuk
b. alur pelayaran.
14. jalan yang menghubungkan jalan Suka Maju - jalan Suka Jaya pada (2) Tatanan kepelabuhanan di wilayah kabupaten terdiri atas:
Kecamatan Lunyuk a. pengembangan sarana transportasi laut yaitu Pelabuhan Pengumpul Labuhan Badas;
b. pengembangan infrastuktur, meliputi:
Executive Summary
6
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

1. pelabuhan pengumpan di Labangka sebagai pelabuhan bongkar muat barang; a. kawasan peruntukan hutan produksi;
2. pelabuhan pengumpan di Utan, Lunyuk dan Tarano sebagai pelabuhan b. kawasan peruntukan pertanian;
penyebrangan wisata; c. kawasan peruntukan perikanan, wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;
3. pelabuhan pengumpan di Teluk Santong, Tanjung Pengamas, Pelabuhan Alas, d. kawasan peruntukan pertambangan;
Pelabuhan Mapin, Pelabuhan Labuhan Burung, Pelabuhan Prajak dan Pelabuhan e. kawasan peruntukan industri;
Lunyuk sebagai pelabuhan perikanan; dan f. kawasan peruntukan pariwisata;
c. pembangunan pelabuhan khusus di Kecamatan Labuhan Badas, Kecamatan Lunyuk, g. kawasan peruntukan permukiman; dan
Teluk Santong dan Pulau Moyo. h. kawasan peruntukan lain.
(3) Alur pelayaran terdiri atas:
a. alur pelayaran regional yaitu Labuhan Badas - Lembar, Labuhan Badas - Sape,
Labuhan Badas - Bima, Labuhan Badas - Benete, Labuhan Badas - Labuhan Lombok, 2.3.4 Penetapan Kawasan Strategis
Labuhan Badas - Surabaya, Teluk Santong - Surabaya, Teluk Santong - Labuan
Lombok, Teluk Santong - Bima, Teluk Santong - Pulau Satonda, Teluk Santong - Penetapan kawasan strategis ditetapkan sesuai dengan prioritas kebutuhan dan kegunaannya.
Makasar; dan Penetapan kawasan strategis meliputi:
b. alur pelayaran Kabupaten yaitu Benete - Lunyuk - Labangka - Tarano - Waworada - 1. Kawasan Strategis Provinsi yang berada di wilayah Kabupaten; dan
Sape, Tanjung Pengamas - Pulau Moyo - Pulau Medang, Labuhan Badas - Pulau Moyo 2. Kawasan Strategis Kabupaten.
- Pulau Medang, Teluk Santong - Pulau Moyo - Lua Air.
(4) Rincian alur pelayaran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah A. Kawasan strategis Provinsi yang berada di wilayah Kabupaten meliputi:
ini.
1. kawasan agropolitan Alas Utan dari sektor unggulan pertanian, perkebunan,
C. Sistem Jaringan Transportasi Udara peternakan, perikanan, dan pariwisata;
(1) Sistem jaringan transportasi udara, meliputi: 2. kawasan tambang Dodo Rinti dari sektor unggulan pertambangan, pertanian dan
a. tatanan kebandarudaraan; dan pariwisata;
b. ruang udara untuk penerbangan. 3. kawasan minapolitan Teluk Saleh dan sekitarnya dari sektor unggulan perikanan,
(2) Tatanan kebandarudaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, yaitu bandar pariwisata, pertanian, peternakan, dan industri; dan
udara pengumpan di Brang Biji Sumbawa Besar dan bandar udara pengumpan Lunyuk di 4. kawasan ekosistem Puncak Ngengas Selalu Legini.
Kecamatan Lunyuk.
(3) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas B. Kawasan strategis Kabupaten terdiri atas:
:
a. ruang udara di sekitar bandara yang dipergunakan untuk operasi penerbangan, yang 1. Kawasan strategis dengan sudut kepentingan ekonomi yang meliputi:
berada di wilayah Kabupaten; dan a. Kawasan Kota Samawa Rea dari sektor unggulan perdagangan, jasa- jasa dan
b. ruang udara yang ditetapkan sebagai jalur penerbangan sesuai dengan keentuan industri;
peraturan perundangan yang berlaku. b. Kawasan Kota Terpadu Mandiri Labangka dari sektor unggulan pertanian,
peternakan, dan industri;
2.3.3 Rencana Pola Ruang Wilayah c. Kawasan Agropolitan Emparano dari sektor unggulan pertanian peternakan,
kelautan dan perikanan dan pariwisata;

Rencana pola ruang wilayah Kabupaten dilaksanakan berdasarkan arahan perencanaan


meliputi :
1. rencana pengembangan kawasan lindung dengan luas paling sedikit 228.683,20 Ha; dan
2. rencana pengembangan kawasan budidaya dengan luas paling banyak 435.714,80 Ha.

A. Kawasan Lindung

Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a, meliputi :
a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya;
c. kawasan perlindungan setempat;
d. kawasan suaka alam, pelestarian alam, taman buru, perlindungan esensial ekosistem
dan cagar budaya; dan
e. kawasan lindung geologi.

B. Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b, terdiri atas:
Executive Summary
7
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

d. Kawasan Agropolitan Sumbawa Selatan dari sektor unggulan perdagangan dan


jasa, industri, pertanian, perkebunan, peternakan, kelautan dan perikanan, Gambar 2.7. Peta Rencana Pola Ruang Kota Bima
pertambangan dan pariwisata; dan
e. Kawasan Sili-Maci-Panobu dari sektor unggulan pariwisata.

2. Kawasan strategis dengan sudut kepentingan lingkungan hidup yang meliputi


Brangpelat Batu Lanteh; dan
3. Kawasan strategis dengan sudut kepentingan sosial budaya adalah kawasan yang
meliputi kawasan sekitar Istana Dalam Loka, Wisma Praja, Bala Kuning merupakan
kawasan konservasi budaya di Sumbawa Besar.

3. Kawasan Strategis berdasarkan Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan


Hidup
Kawasan strategis berdasarkan kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
mencakup Kawasan lindung dan kawasan Hutan Maria di Kelurahan dan Kawasan
Nanga Nae Kapenta di Kelurahan Jatibaru dan Kelurahan Kolo yang berfungsi sebagai
konservasi.

Gambar 2.6. Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Sumbawa

Gambar 2.8. Peta Rencana Kawasan Strategis

2.4. RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI


2.4.1. Rencana Pengembangan Jaringan Transportasi Provinsi
Arahan pengembangan infrastruktur transportasi mencakup transportasi darat, transportasi
laut dan transportasi udara. Rencana pengembangan jaringan transportasi tidak terlepas dari
tiga komponen masing-masing jaringan jalan, simpul transportasi dan jaringan lintas. Simpul
transportasi, terdiri dari: Terminal Penumpang Tipe A, Terminal Penumpang Tipe B, dan
pembangunan Terminal Barang dan Terminal Terpadu. Jaringan lintas, terdiri dari jaringan
lintas utama, lintas cabang, dan lingkar pulau.
A. Arahan Pengembangan Transportasi Darat
Pengembangan sistem jaringan transportasi jalan salah satunya bertujuan untuk
menyeimbangkan pertumbuhan dan pemerataan, sehingga didalam wilayah kabupaten
terutama interaksi antar kabupaten/kota diupayakan terjadi interaksi antara pusat-pusat
pertumbuhan dan wilayah belakangnya (hinterland).
1. Pengembangan Jaringan Jalan
Pengembangan jaringan jalan Provinsi NTB diarahkan pada pengembangan :
a. Jaringan jalan Arteri; yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan umum
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan
masuk yang dibatasi secara berdaya guna.
b. Jaringan Jalan Kolektor; yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
Executive Summary
8
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. Yang termasuk dalam jaringan jalan
kolektor meliputi ruas jalan-jalan provinsi.
c. Jaringan jalan khusus; yaitu jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha,
Gambar 2.9. Peta Rencana Pengembangan Jaringan Transportasi NTB
perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.
2.4.2. Rencana Pengembangan Jaringan Transportasi Kota Bima
2. Pengembangan Simpul Transportasi A. Transportasi Darat
Rencana pengembangan jaringan transportasi darat terbagi menjadi struktur jaringan
Terminal (terminal penumpang dan barang) disediakan untuk menurunkan dan
jalan, jembatan, terminal, dan system angkutan.
menaikkan penumpang, perpindahan intra dan atau antar moda, mengatur kedatangan
dan keberangkatan kendaraan umum, membongkar dan memuat barang. 1. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Jalan
Terminal penumpang dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe terminal yaitu : Rencana penanganan jaringan jalan di wilayah Kota Bima diarahkan kepada kegiatan
pembangunan jalan dan peningkatan jalan serta pemeliharaan jalan..
a. Terminal penumpang tipe A, yang berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan antar kota antar provinsi dan atau angkutan lintas batas negara, angkutan a. Rencana pembangunan Jalan diarahkan pada pembangunan jalan ruas
antar kota dalam provinsi, angkutan kota dan angkutan perdesaan. Terminal penghubung Kecamatan Rasanae Barat dan Kecamatan Mpunda serta ruas
penumpang tipe A dikembangkan di Kota Mataram, Sumbawa Besar dan Bima. penghubung Kecamatan Raba.
b. Terminal penumpang tipe B, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan b. Rencana peningkatan jalan direncanakan akan dilakukan pada ruas penghubung
antar kota dalam provinsi, angkutan kota dan atau angkutan perdesaan. Terminal Kecamatan Mpunda – Kecamatan Raba, Kecamatan Raba – Kecamatan Raanae
penumpang tipe B dikembangkan di seluruh Ibu Kota Kabupaten terkecuali telah Timur, Kecamatan Rasanae Barat – Kecamatan Mpunda serta peningkatan jalan
menjadi terminal penumpang tipe A. dalam wilayah kecamatan Asakota.
c. Terminal penumpang tipe C dikembangkan pada pusat kegiatan lokal (PKL) yang c. Rencana pemeliharaan jalan adalah meliputi seluruh ruas jalan yang ada di
tersebar di Lembar, Narmada, Bayan, Sengkol, Mujur, Keruak, Masbagik, Aikmel, Wilayah Kota Bima.
Labuhan Lombok, Jereweh, Poto Tano, Alas, Empang, Lunyuk, Soriutu, Calabai, 2. Rencana Pengembangan Jembatan
Kilo, Wawo, Wera.
Pengembangan jembatan direncanakan bersamaan dengan pengembangan
3. Pengembangan Jaringan Lintas jaringan jalan dan pengembangan kawasan baru untuk mempermudah akses pada
Jaringan lintas ditetapkan berdasarkan pola pergerakan angkutan barang dan daerah yang dialiri oleh aliran sungai. Lokasi-lokasi rencana pengembangan jembatan
karakteristik fisik jaringan jalan. Angkutan barang jarak jauh memerlukan kendaraan di Kota Bima adalah:
yang berat yang menuntut persyaratan geometrik maupun struktural jalan maksimal.
Jaringan lintas adalah jaringan jalan yang dialokasikan untuk pergerakan kendaraan
angkutan barang antar provinsi dan kabupaten dengan menggunakan kendaraan
berat.
B. Arahan Pengembangan Transportasi Laut
1. Kelas Pelabuhan
Pelabuhan Nasional adalah pelabuhan yang melayani simpul transportasi laut nasional
dan terdiri dari Lembar, Labuhan Lombok dan Bima serta Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN) di Teluk Awang
Pelabuhan Regional adalah pelabuhan yang melayani simpul transportasi laut regional
dan terdiri dari : Pemenang, Benete, Labuhan Hají, Telong-Elong, Labangka,
Waworada, Cempi, Sape, Calabai, Piong, Lunyuk.
Pelabuhan Lokal adalah pelabuhan yang melayani simpul transportasi laut lokal dan
terdiri dari: Carik, Sekotong, Tanjung Luar, Alas, Kempo.
Terminal Untuk Kepentingan Sendiri adalah terminal yang terletak di dalam daerah
lingkungan kerja dan di dalam daerah kepentingan pelabuhan yang merupakan bagian
dari pelabuhan terdekat untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha
pokoknya dan berada di Ampenan.
2. Pengembangan Simpul Transportasi
Simpul sebagai titik perpindahan moda angkutan bisa dibedakan atas dua kategeori.
Pertama simpul eksternal, yakni simpul yang terjadi akibat perpindahan pergerakan
internal-eksternal atau sebaliknya dan eksternal – internal. Dan yang kedua adalah
simpul internal yakni titik terjadinya perpindahan pergerakan internal.
Executive Summary
9
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

Kebijakan pelabuhan nasional merupakan bagian dalam proses integrasi multimoda dan lintas
sektoral. Peran pelabuhan tidak dapat dipisahkan dari sistem transportasinasional dan strategi
pembangunan ekonomi. Oleh karena itu kebijakan tersebut lebih menekankan pada
perencanaan jangka panjang dalam kemitraan antar lembaga pemerintah dan antar sektor
publik dan swasta. Munculnya rantai pasok global (supply chain management) sebagai model
bisnis yang diunggulkan, merupakan faktor kunci dalam perubahan ekonomi global.
Perkembangan teknologi informasi komunikasi dan transportasimempengaruhi strategi bisnis
yangterintegrasi antara produksi, pemasaran, transportasi, distribusi dan klaster industri dalam
koridor ekonomi.

Kelancaran, keamanan dan ketepatan waktu, dalam sistem multi moda transportasi yang
efisien merupakan kunci keberhasilan bisnis yang dapat meningkatkan daya saing
Indonesia.Oleh karena itu, diperlukan keterpaduan multimoda transportasi dan sistem logistik
nasional dalam penetapan kebijakan dan pembangunan infrastruktur fisik. Infrastruktur
transportasi merupakan faktor dominan yang berkaitan dengan kebijakan publik, peraturan,
dan sistem operasi. Peran investasi swasta sangat penting, dimana komitmen kebijakan
pemerintah perlu menciptakan iklim yang kondusif sekaligus melindungi kepentingan publik.
Dalam sistem transportasi nasional yang efesien dan efektif, kebijakan maritim masa depan di
Indonesia mempunyai potensi dan peluang yang besar. Dengan berbagai kebijakan akan
a. Pembangunan jembatan Padolo III yang menghubungkan Amahami – BinaBaru – diadakan perubahan secara berkesinambungan sesuai dengan prioritas dan perkembangan
Pelabuhan Laut; dan lingkungan strategis dan internasional (continuous improvement process). Untuk itu masukan
b. Pembangunan jembatan pada jalan – jalan baru yang akan dibangun yang dari para pemangku kepentingan sangat diperlukan.
memotong sungai.
Kebijakan pelabuhan nasional akan merefleksikan perkembangan sektor kepelabuhanan
3. Rencana Pengembangan Terminal menjadi industri jasa kepelabuhanan kelas dunia yang kompetitif dan sistem operasi
Pengembangan terminal meliputi : pelabuhan sesuai dengan standar internasional baik dalam bidang keselamatan pelayaran
a. Untuk mendukung Kota Bima sebagai salah PKW dan KSP, maka sangat maupun perlindungan lingkungan maritim. Tujuannya adalah untuk memastikan sektor
diperlukan untuk merelokasi terminal Dara dengan membangun terminal AKAP pelabuhan dapat meningkatkan daya saing, mendukung perdagangan,terintegrasi dengan
Type A di lingkungan Oi Niu Kelurahan Dara. Relokasi terminal AKAP ini sistem multi-moda transportasi dansistem logistik nasional.Kerangka hukum dan peraturan
dilakukan mengingat luas dan kondisi terminal AKAP yang ada sekarang yaitu akan diarahkan dalam upaya menjamin kepastian usaha, mutu pelayanan yang lancar dan
terminal Dara sudah tidak mampu menampung arus sirkulasi kendaraan dan cepat, kapasitas mencukupi, tertib, selamat, aman, tepat waktu,tarif terjangkau, kompetitif,
penumpang yang ada. aksesibilitas tinggi dan tata kelolayang baik. Kebijakan tersebut akan terus dibangun dan
b. revitalisasi dan pengembangan Terminal Jatibaru untuk mendukung dikembangkan berdasarkan konsensus dan komitmen dari para pemangku kepentingan.
pengembangan wilayah kota bagian Utara.
c. merelokasi terminal tipe C Kumbe ke Kelurahan Lampe untuk mendukung Kebijakan pelabuhan nasional diarahkan dalam upaya:
pengembangan wilayah kota bagian Timur.  Mendorong Investasi Swasta
d. Dan mengembangkan Terminal bongkar muat barang. Untuk mendukung rencana MP3EI, partisipasi sektor swasta merupakan kunci
keberhasilan dalam percepatan pembangunan sarana dan prasarana pelabuhan
Indonesia, karena kemampuan finansial sektor publik terbatas.
B. Pengembangan Transportasi Laut
 Mendorong Persaingan
Tujuan pengembangan pelabuhan adalah dalam rangka mendukung salah satu fungsi Mewujudkan iklim persaingan yang sehat dalam kegiatan usaha kepelabuhanan yang
Kota Bima sebagai kota perdagangan dan jasa serta kota industry. Disamping itu juga diharapkan dapat menghasilkan jasa kepelabuhanan yang efektif dan efisien.
mendukung layanan wisata serta melayani pergerakan antarpulau maupun pergerakan  Pemberdayaan Peran Penyelenggara Pelabuhan
lokal penduduk. Dengan demikian, secara tidak langsung pengembangan pelabuhan ini Upaya perwujudan peran Penyelenggara Pelabuhan sebagai pemegang hak pengelolaan
akan mendorong pertumbuhan ekonomi Kota Bima maupun daerah sekitarnya yang lahan daratan dan perairan (landlord port authority) dapat dilaksanakan secara bertahap.
merupakan KSN Ekonomi KAPET. Pengembangan transportasi laut di kota Bima meliputi Upaya tersebut mencerminkan penyelenggara pelabuhan yang lebih fleksibel dan otonom.
pengembangan tatanan pelabuhan, alur pelayaran, dan pengembangan prasarana  Terwujudnya Integrasi Perencanaan
pelabuhan. Perencanaan pelabuhan harus mampu mengantisipasi dinamika pertumbuhan kegiatan
ekonomi dan terintegrasi kedalam penyusunan rencana induk pelabuhan khususnya
dikaitkan dengan MP3EI/koridor ekonomi, sistem transportasi nasional, sistem logistik
2.5. RENCANA INDUK PELABUHAN NASIONAL nasional, rencana tata ruang wilayah serta keterlibatan masyarakat setempat.
 Menciptakan kerangka kerja hukum dan peraturan yang tepat dan fleksibel
2.5.1 Pendekatan Umum Peraturan pelaksanaan yang menunjang implementasi yang lebih operasional akan

Executive Summary
10
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

dikeluarkan untuk meningkatkan keterpaduan perencanaan, mengatur prosedur 2.5.1 Koridor Ekonomi Indonesia
penetapan tarif jasa kepelabuhanan yang lebih efisien, dan mengatasi kemungkinan
Pembangunan koridor ekonomi di Indonesia dilakukan berdasarkan potensi dan keunggulan
kegagalan pasar.
masing-masing wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai negara yang terdiri atas
 Mewujudkan sistem operasi pelabuhan yang aman dan terjamin
ribuan pulau dan terletak di antara dua benua dan dua samudera, wilayah kepulauan
Sektor pelabuhan harus memiliki tingkat keselamatan kapal dan keamanan fasilitas
Indonesia memiliki sebuah konstelasi yang unik, dan tiap kepulauan besarnya memiliki peran
pelabuhan yang baik serta mempunyai aset dan sumber daya manusia yang andal.
strategis masing-masing yang ke depannya akan menjadi pilar utama untuk mencapai visi
Keandalan teknis minimal diperlukan untuk memenuhi standar keselamatan kapal dan
Indonesia tahun 2025. Dengan memperhitungkan berbagai potensi dan peran strategis
keamanan fasilitas pelabuhan yang berlaku di seluruh pelabuhan. Secara bertahap
masing-masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing
diperlukan penambahan kapasitas untuk memenuhi standar yang sesuai dengan
pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi seperti yang tergambar pada peta
ketentuan internasional.
 Meningkatkan perlindungan lingkungan maritim
Pengembangan pelabuhan akan memperluas penggunaan wilayah perairan yang akan
meningkatkan dampak terhadap lingkungan maritim. Penyelenggara Pelabuhan harus
lebih cermat dalam mitigasi lingkungan, guna memperkecil kemungkinan dampak
pencemaran lingkungan maritim. Mekanisme pengawasan yang efektif akan diterapkan
melalui kerja sama dengan instansi terkait, termasuk program tanggap darurat.

2.5.2 Kebijakan Transportasi Laut Nasional

Sistem jaringan transportasi nasional terdiri atas :


a. Sistem jaringan transportasi darat;
b. Sistem jaringan taranportasi laut; dan
c. Sistem jaringan transportasi udara.
Sistem jaringan transportasi darat terdiri atas jaringan jalan nasional, jaringan jalur kereta api,
dan jaringan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan. Sistem jaringan transportasi laut
terdiri atas tatanan kepelabuhan dan alur pelayaran. Dalam Sistim Transportasi Nasional
2.5.2 Pembangunan Koridor Ekonomi Indonesia
(Sistranas) transportasi laut diposisikan sebagai penghubung dan pemersatu bagi kegiatan
transportasi darat yang berlangsung disetiap pulau. Pengembangan transportasi laut langsung Pembangunan koridor ekonomi di Indonesia dilakukan berdasarkan potensi dan keunggulan
disetiap pulau disesuaikan dengan kebutuhan hubungan antar pulau dan intra pulau. masing-masing wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai negara yang terdiri atas
Kebijakan pembangunan transportasi laut nasional jangka panjang terdiri dari pengembangan ribuan pulau dan terletak di antara dua benua dan dua.
pelabuhan peti kemas, terminal konvensional (general cargo), dan terminal penumpang
angkutan laut. Struktur jaringan transportasi laut direncanakan menurut kategori sebagai
berikut :
1. Secara horizontal
A. Dibagian Utara wilayah nasional menghubungkan pulau-pulau terluar dengan daratan
atau pulau induk terdekat, yaitu antara Natuna dengan Batam/Bintan dan Kalimantan
Barat serta Sangihe - Talaud dengan Sulawesi Utara dan Halmahera.
B. Dibagian Tengah, wilayah nasional, menghubungkan wilayah bagian tengah Sumatera
melalui Bangka – Belitung ke Kalimantan, Kalimantan Timur dengan Sulawesi Tengah,
dan Sulawesi Tenggara ke Kepulauan Maluku hingga Papua bagian Barat.
C. Di bagian Selatan wilayah nasional menghubungkan Sumatera dengan Jawa hingga
NTT dengan lintas penyeberangan dan NTT dengan Papua dengan transportasi laut.
2. Secara vertikal
D. Menghubungkan Jawa dengan Kalimantan
E. Menghubungkan NTB dan NTT dengan Sulawesi
F. Menghubungkan NTT dengan Maluku

2.6. MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI Gambar 2.10.


(MP3EI) 2011 - 2025 Gambar 2.10.
Gambar 2.10.
Executive Summary
11
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

Gambar 2.10. Tema Pembangunan Gambar 2.12. Inisiatif Strategi Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara

Gambar 2.11. Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara

2.5.3 Inisiatif Strategi

Gambar 2.13. Indikasi Investasi Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara

2.5.4 Fokus Pengembangan


Fokus Pengembangan Sektor Unggulan Di Nusa Tenggara Barat Dalam Mendukung MP3EI
1. Pariwisata
 Meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan maupun pengeluaran wisatawan di
kawasan Senggigi-Tiga Gili, Mandalika, Rinjani, Teluk Saleh-Moyo-Tambora, Maluk-
Jelenga, Hu’u, Teluk Bima dan seluruh kawasan pariwisata.
 Menjadikan kawasan Mandalika sebagai KEK pariwisata
 Mengembangkan industri penunjang pariwisata
2. Ketahanan Pangan
 Meningkatkan produktivitas komoditi unggulan sapi, jagung dan rumput laut (PIJAR)
dan padi
 Mengembangkan industri olahan bahan baku PIJAR dan komoditi unggulan lokal di
kawasan strategis provinsi
Menjadikan kawasan Bandar Kayangan, Sekotong, Teluk Saleh dan Teluk Bima sebagai
KEK
3. Infrastruktur Kunci yang Dibutuhkan:
 Pengembangan Bandara Internasional Lombok (BIL), M.Salahuddin dan Brangbiji
serta akses jalan kawasan strategis.
 Pembangunan Global Hub Kayangan, PPN Teluk Awang, PP.Teluk Santong, Pelabuhan
Kontainer Lembar, Labuhan Badas, Pel Bima, Waworada serta Terminal Cruise di
Tawun Sekotong, Labuhan Badas, Teluk Bima dan Hu’u.
 Pembangkit listrik di P.Lombok ( 140 MW) dan P. Sumbawa ( 138 MW)
 Pengembangan sarana dan prasarana air bersih di P. Lombok dan P. Sumbawa.

Executive Summary
12
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

 Pembangunan bendungan Pandanduri, Rababaka, dan Bintang Bano


 Pembangunan Jalan lingkar selatan P. Lombok dan P. Sumbawa

3. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI


3.1. GAMBARAN UMUM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
3.1.1. Geografis
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang terdiri dari Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa
terletak antara 115° 46' - 119° 5' Bujur Timur dan 8° 10' - 9 ° 5' Lintang Selatan dengan batas-
batas wilayah :
Sebelah Utara dibatasi oleh : Laut Jawa dan Laut Flores
Sebelah Selatan dibatasi oleh : Samudra Indonesia
Sebelah Barat dibatasi oleh : Selat Lombok / Provinsi Bali
Sebelah Timur dibatasi oleh : Selat Sape / Provinsi Nusa Tenggara Timur
Provinsi NTB terdiri dari dua pulau besar, Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, serta 322 buah
pulau kecil. Secara administratif, Pulau Lombok terbagi ke dalam 1 kota dan 4 kabupaten,
begitu pula Pulau Sumbawa. Pengembangan kawasan di NTB membagi daerahnya menjadi 3
kawasan andalan yaitu :
a. Kawasan Lombok dan sekitarnya (dsk) terdiri atas Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat,
Lombok Tengah, Lombok Timur dan Lombok Utara dengan pusat kegiatan di Kota Mataram;
b. Kawasan Sumbawa dsk. terdiri atas Kabupaten Sumbawa Barat dan Sumbawa dengan
pusat kegiatan di Kabupaten Sumbawa;
c. Kawasan Bima dsk terdiri atas Kota Bima, Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu.
Penyajian gambaran umum Provinsi NTB akan dilakukan berdasarkan kawasan, untuk
menggambarkan kondisi pusat kegiatan wilayah di NTB dengan daerah pendukungnya.

Tabel 3.1
Luas Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Dirinci
Menurut Wilayah Kabupaten / Kota (Km2)

Prosentase
Kabupaten/Kota Luas Area
(%)
1. Lombok Barat 1.053,92 5,23
2. Lombok Tengah 1.208,40 6,00
3. Lombok Timur 1.605,55 7,97
4. Sumbawa 6.643,98 32,97
5. Dompu 2.324,60 11,53
6. Bima 4.389,40 21,78
7. Sumbawa Barat 1.849,02 9,17
8. Kota Mataram 61,30 0,30
9. Kota Bima 207,50 1,03
10. Lombok Utara 809,53 4,02
Jumlah/Total 20.153,20 100,0
Sumber : Kanwil Badan Pertanahan Nasional
Provinsi Nusa Tenggara Barat

Executive Summary
13
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

dan 117 km2.

Tabel 3.2
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Provinsi NTB Tahun 2011
berdasarkan Kawasan

Luas Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan


No. Kawasan Wilayah Penduduk
(km2) Laki-laki Perempuan Total (orang/Km2)
1 Lombok dsk 4.738,65 1.530.050 1.670.636 3.200.686 675
2 Sumbawa dsk 8.493,00 273.363 262.736 536.099 63
3 Bima dsk 6.921,50 403.603 405.262 808.865 117
Nusa Tenggara
Gambar 2.1. Luas Daerah 20.153,15 2.207.016 2.338.634 4.545.650 226
Barat
Provinsi Nusa Sumber : NTB dalam Angka 2012, diolah
Tenggara
Barat Dirinci
Menurut Mayoritas penduduk bekerja pada lapangan usaha pertanian (44,44 persen dari total pekerja),
2
Wilayah Kabupaten / Kota (Km ) disusul dengan sektor perdagangan kemudian sektor jasa. Secara kawasan, ketiga sektor
tersebut menjadi dominasi lapangan usaha penduduk bekerja di ketiga kawasan di NTB.
Jumlah penduduk bekerja yang besar di Kawasan Lombok dsk menunjukkan aktivitas ekonomi
yang lebih besar dibandingkan dua kawasan lainnya.

Gambar 2.2. Peta Administrasi Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat


Tabel 3.3
Proporsi Penduduk Bekerja Provinsi NTB Tahun 2011
menurut Lapangan Usaha
3.1.2. Kependudukan dan Sumber Daya Manusia
Lapangan Usaha (persen)
Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk NTB pada tahun 2011 sebanyak 4,5 juta orang, dengan 70 persen No. Kawasan
Pertanian Industri Perdagangan Jasa Lainnya Bekerja (orang)
diantaranya tinggal di Kawasan Lombok dsk, 18 persen di Kawasan Bima dsk, dan sisanya
tinggal di Kawasan Sumbawa dsk. Karena luas daratan Kawasan Lombok sebesar 4.738,65 1 Lombok dsk 43,60 9,74 20,04 13,49 13,13 1.379.302
km2 (23,51 persen dari luas Provinsi NTB) sementara jumlah penduduknya terbesar di NTB, 2 Sumbawa dsk 44,73 4,81 17,41 19,18 13,87 242.954
Kawasan Lombok memiliki kepadatan tertinggi yaitu sebesar 675 orang per km2, sementara
3 Bima dsk 47,65 6,91 15,17 18,00 12,27 339,984
Kawasan Sumbawa dsk dan Kawasan Bima dsk masing-masing sebanyak 63 orang per km2
Executive Summary
14
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

Nusa Tenggara Barat 44,44 8,64 18,87 14,97 13,07 1.962.240 Tengah Pulau Lombok, atau Bandara Sultan Kaharudin di Kabupaten Sumbawa Pulau
Sumber : NTB dalam Angka 2012, diolah Sumbawa, atau melalui Bandara M. Salahuddin di Kabupaten Bima Pulau Sumbawa.

3.1.3. Perekonomian
Aktivitas perekonomian di NTB dapat digambarkan melalui angka produk domestik regional
bruto (PDRB). Nilai PDRB NTB pada tahun 2011 mencapai Rp 48,73 trilyun, 24,26 persen dari
nilai tersebut disumbangkan oleh sub sektor pertambangan non migas. Kontribusi terhadap
sektor ini berasal dari produksi tembaga dan emas PT Newmont Nusa Tenggara yang berlokasi
di Kabupaten Sumbawa Barat. Kontribusinya yang besar mengakibatkan perubahan harga
harga tembaga dan emas di pasar dunia sangat mempengaruhi PDRB NTB. Ketika harga
tembaga dan emas turun pada tahun 2011, PDRB NTB tumbuh negatif sebesar 3,18 persen.
Namun jika sub sektor pertambangan non migas tidak masuk dalam perhitungan PDRB NTB,
perekonomian NTB tumbuh sebesar 5,57 persen. Karena itu, dalam tinjauan perekonomian
NTB ini, analisis PDRB wilayah tidak mengikutsertakan nilai sub sektor pertambangan non
migas agar dapat menggambarkan perekonomian antarwilayah di NTB secara seimbang.
Tanpa sub sektor pertambangan non migas, PDRB NTB tahun 2011 sebesar Rp 36,55 triliun.
Kontribusi terbesar disumbangkan oleh sektor pertanian sebesar 30,84 persen. Berdasarkan
wilayah, Kawasan Lombok dsk menyumbangkan 65,45 persen terhadap total PDRB NTB, Sumber : Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Prov. NTB, 2013
terutama melalui sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa. Sementara itu, Gambar 2.3. Infrastruktur Transportasi di Nusa Tenggara Barat
struktur perekonomian setiap kawasan didominasi oleh sektor pertanian, sektor perdagangan,
hotel dan restoran, serta sektor jasa.

Tabel 3.4
Distribusi PDRB NTB adhb Tahun 2011
menurut Kawasan dan Sektor
Kawasan
No. Sektor NTB
Lombok dsk Sumbawa dsk Bima dsk
1 Pertanian 25,28 38,30 40,00 30,84
Pertambangan dan
2 3,02 3,03 2,06 2,63
Penggalian
3 Industri Pengolahan 6,29 2,85 2,59 4,78
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,59 0,49 0,40 0,62
5 Konstruksi 9,94 13,40 6,92 9,44
Perdagangan, Hotel dan
6 20,29 20,06 18,52 19,60
Restoran
Pengangkutan dan
7 11,32 6,46 8,39 9,63
Komunikasi
Keuangan, Real Estate,
8 8,01 2,47 4,77 6,75
Jasa Perusahaan
9 Jasa-jasa 15,26 12,94 16,34 15,72
PDRB adhb (Rp triliun) 23,92 5,71 6,92 36,55

Sumber : PDRB Provinsi NTB 2011, diolah

3.1.4. Infrastruktur Transportasi Di Provinsi Nusa Tenggara Barat

Pintu masuk Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) bisa ditempuh melalui tiga cara. Pertama,
transportasi darat dengan kapal penyeberangan lintas pulau dari Pelabuhan Padangbai,
Provinsi Bali, menuju Pelabuhan Lembar di Pulau Lombok, atau dari Pelabuhan Labuhan Bajo
dan Waikilo, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), menuju Pelabuhan Sape di Pulau
Sumbawa. Cara kedua adalah menggunakan sarana transportasi kapal laut yang singgah di
Pelabuhan Lembar di Pulau Lombok dan di Pelabuhan Bima di Pulau Sumbawa. Dan ketiga,
menggunakan transportasi udara melalui Bandara Internasional Lombok di Kabupaten Lombok

Executive Summary
15
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

Sumber : Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Prov. NTB, 2013

Gambar 2.5. Simpul Transportasi Laut di Nusa Tenggara Barat

Bandara utama di Provinsi NTB adalah Bandar Udara Internasional Lombok (BIL) yang mampu
didarati pesawat berbadan lebar seperti Boeing 747 atau Airbus. Bandara yang baru
Gambar 2.4. Pengembangan Transportasi Darat di Nusa Tenggara Barat
diresmikan bulan Oktober 2011 ini menggantikan fungsi Bandara Selaparang di Kota Mataram
untuk melayani penerbangan domestik dan internasional. Sementara Bandara Sultan
Transportasi darat di NTB dilakukan dengan mengembangkan jalur lingkar Selatan dan Utara,
Kaharudin dan Bandara M. Salahuddin digunakan untuk melayani penerbangan domestik
baik di Pulau Lombok maupun di Pulau Sumbawa. Jalur lingkar Selatan di Pulau Lombok yang
dengan kapasitas pelayanan pesawat jenis foker.
menghubungkan Lembar hingga Tanjung Ringgit akan membuka akses menuju Bandara
Internasional Lombok dan Pelabuhan Telongelong. Sementara jalur lingkar Utara Pulau
Lombok, dari Mataram hingga Labuhan Lombok, mendorong pertumbuhan ekonomi Lombok
bagian Utara. Sedangkan Jalur lingkar Utara di Pulau Sumbawa akan meningkatkan
aksesibilitas antara Kabupaten Dompu dengan Pelabuhan Sape. Sementara itu dalam rangka
membuka akses potensi ekonomi di bagian Selatan Pulau Sumbawa, jalur lingkar Selatan
Pulau Sumbawa dibangun menghubungkan Jereweh di Kabupaten Sumbawa Barat hingga
Sape di Kabupaten Bima.
Pelabuhan yang melayani simpul transportasi laut nasional terdiri dari Pelabuhan Lembar di
Pulau Lombok, Pelabuhan Badas dan Pelabuhan Bima di Pulau Sumbawa. Pelabuhan Lembar
merupakan pintu untuk arus barang dan penumpang melalui laut dari dan ke arah Barat (Jawa,
Kalimantan, Sulawesi), sedangkan Pelabuhan Badas dan Pelabuhan Bima untuk arus barang
dan penumpang dari arah Timur (Sulawesi, Maluku, NTT, Papua Barat dan Papua).

Sumber : Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Prov. NTB, 2013

Gambar 2.6. Simpul Transportasi Udara di Nusa Tenggara Barat

Executive Summary
16
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

3.2. GAMBARAN UMUM KOTA BIMA


Secara geografis Kota Bima terletak di bagian timur Pulau Sumbawa pada posisi 118°41'00"-
118°48'00" Bujur Timur dan 8°20'00"-8°30'00" Lintang Selatan. Tingkat curah hujan rata-rata
132,58 mm dengan hari hujan: rata-rata 10.08 hari/bulan. Sementara matahari bersinar terik
sepanjang musim dengan rata-rata intensitas penyinaran tertinggi pada Bulan Oktober, dengan
suhu 19,5 °C sampai 30,8 °C.
Kota Bima memiliki areal tanah berupa: persawahan seluas 1.923 hektare (94,90%
merupakan sawah irigasi), hutan seluas 13.154 ha, tegalan dan kebun seluas 3.632 ha,
ladang dan huma seluas 1.225 ha dan wilayah pesisir pantai sepanjang 26 km.
Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
Disebelah Utara berbatasan dengan : Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima
Disebelah Selatan berbatasan dengan : Kecamatan Palibelo, Kabupaten Bima
Disebelah Barat berbatasan dengan : Teluk Bima
Disebelah Timur berbatasan dengan : Kecamatan Wawo, Kabupaten Bima

Gambar 2.7. Peta Prasarana Transportasi

Gambar 2.8. Tabel Prasarana Transportasi

Executive Summary
17
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

Gambar 2.9. Peta Adminstrasi Kota Bima Gambar 2.10. Grafik Penduduk Kota Bima Menurut Kecamatan

3.2.1. Kependudukan 3.2.2. Produk Domestik Regional Bruto


Berdasarkan data hasil Survei Sosial Ekonomi 2011, jumlah penduduk Kota Bima mencapai Mengabaikan produksi sub sektor pertambangan non migas yang dikelola PT Newmont Nusa
144.018 jiwa. Dengan rincian, laki- laki sebanyak 70.761 jiwa dan perempuan sebanyak 73.257 Tenggara di Kabupaten Sumbawa Barat, Pulau Sumbawa memberikan kontribusi sebesar
jiwa.Pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi telahmenyebabkan tingginya 34,55 persen terhadap PDRB NTB pada tahun 2011, terutama berasal dari sektor pertanian
jumlah penduduk yang berusia muda secara luas. Empat kabupaten yang berada di Pulau Sumbawa memiliki struktur
Jumlah penduduk menurut kecamatan adalah sebagai berikut : perekonomian yang sama, yaitu berturut-turut sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel
dan restoran, serta sektor jasa. Sementara perekonomian Kota Bima berstruktur sektor Jasa,
Tabel 3.5 sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor pertanian diikuti sektor pengangkutan
Jumlah Penduduk Kota Bima Tahun 2011 dan komunikasi. Bandara Sultan Kaharudin yang terletak di Kabupaten Bima tampaknya
berdasarkan Kecamatan belum memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap PDRB Kabupaten Bima, terlihat dari
kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi pada PDRB yang masih rendah.
Rumah Penduduk
Kecamatan Jumlah Tabel 3.6
Tangga Laki-laki Perempuan Distribusi PDRB adhb (tanpa pertambangan non migas) Tahun 2011
1. Rasanae Barat 7.572 15.612 15.828 31.440 di Pulau Sumbawa menurut Kabupaten/Kota (dalam %)

2. Mpunda 8.584 15.579 17.247 32.826


3. Rasane Timur 4.157 8.114 8.255 16.369 Kabupaten/Kota
No. Sektor Sumbawa Kota NTB
4. Raba 8.869 17.244 17.952 35.196 Sumbawa Dompu Bima
Barat Bima
5. Asakota 6.748 14.212 13.975 28.187 1 Pertanian 40,89 38,00 48,65 27,05 17,55 30,84
Pertambangan dan
Jumlah 35.930 70.761 73.257 144.018 2 1,96 2,14 2,63 7,67 0,13 2,63
Penggalian
2010 35.606 70.009 72.570 142.579 3 Industri Pengolahan 3,03 3,35 2,04 2,04 2,71 4,78
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,52 0,43 0,21 0,37 0,93 0,62
2009 33.073 66.044 66.248 132.292
5 Konstruksi 12,12 7,66 6,46 19,01 6,83 9,44
2008 31.683 64.821 65.022 129.843 Perdagangan, Hotel dan
6 19,79 18,88 17,57 21,24 20,66 19,60
Restoran
2007 31.090 63.574 63.799 127.373
Pengangkutan dan
7 5,56 6,96 6,59 10,39 16,87 9,63
2006 30.368 60.283 65.752 126.035 Komunikasi
Keuangan, Real Estate,
Sumber: BPS Kota Bima, 2011
8 2,46 7,67 2,71 2,49 5,12 6,75
Jasa Perusahaan
9 Jasa-jasa 13,67 14,92 13,12 9,74 29,20 15,72
PDRB adhb (Rp triliun) 4,64 2,34 3,46 1,07 1,13 36,55

Sumber : PDRB NTB Tahun 2011, diolah

Executive Summary
18
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

menengah dengan berbasis sumber daya lokal dan kebutuhan lokal disamping kebutuhan
ekspor. Dalam hal ini industry pengolahan hasil pertanian dan perikanan, industry marmer,
Gambar 2.11. Distribusi PDRB adhb (tanpa pertambangan non migas) Tahun 2011
serta industry kerajinan dan rumah tangga seperti tenun, meubel.
di Pulau Sumbawa menurut Kabupaten/Kota (dalam %)

Kontribusi Pelabuhan Bima dalam PDRB Kota Bima dicatat dalam sektor pengangkutan dan
komunikasi, khususnya sub sektor angkutan laut. Pada periode tahun 2006 – 2010, sub sektor
3.3. PELABUHAN BIMA
angkutan laut memberikan kontribusi pada kisaran satu % terhadap PDRB Kota Bima, dengan
2.3.1 Umum
laju pertumbuhan di bawah pertumbuhan ekonomi daerah.
Pelabuhan Bima yang terletak di Teluk Bima Kota Bima berperan sebagai Pelabuhan Utama di
Tabel 3.7 Provinsi Nusa Tenggara Barat ( NTB ) adalah merupakan Pelabuhan dengan status
Kontribusi Sub Sektor Angkutan Laut terhadap PDRB adhk 2000 Kota Bima “diusahakan” dengan pengertian bahwa dari segi pengusahaan dikelola oleh PT. (PERSERO)
Pelabuhan Indonesia III Cabang Bima sedangkan dari segi penyelenggaraan fungsi
PDRB Kontribusi thd Laju Pertumbuhan
Pemerintahan ditangani oleh Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Bima.
Tahun
(juta rupiah) PDRB (%) (%)
2006 3,979.80 1.08 - Dari segi Operasional, Pelabuhan Bima yang sekaligus merupakan pintu gerbang utama
perekonomian Kota Bima dan Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat ( NTB ), bahwa
2007 4,202.14 1.07 5.59
Pelabuhan Bima hingga saat ini banyak dikunjungi oleh kapal-kapal Pelayaran Rakyat dan
2008 4,302.62 1.05 2.39 Pelayaran Nusantara untuk muatan antar pulau.
2009 4,513.45 1.04 4.90
2010 4,610.84 1.00 2.16
Sumber : PDRB Nusa Tenggara Barat 2011 1 ALAMAT Jl.Martandinata No.1 Kota Bima
kode pos 84118
Pengembangan Pelabuhan Bima diharapkan akan meningkatkan kontribusi sub sektor Telp. 0374-42219
angkutan laut terhadap PDRB dan pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi Fax. 0364-44627
Kota Bima.
2 LETAK GEOGRAFIS 08' 27' 10 LS/118' 43' 20'' BT
3.2.3. Potensi Unggulan Daerah 3 STATUS
 Sektor pertambangan merupakan salah satu sector unggulan yang memiliki potensi cukup a. Pelabuhan Diusahakan
besar. Potensi sumber daya pertambangan yang dimiliki Kota Bima antara lain berupa b. Perairan Tidak Wajib Pandu
marmer, bijibesi, galena dan bahan galian golongan C yang cukup banyak. Apabila potensi
sumber daya alam mampu dimanfaatkan dengan baik, maka diharapkan dapat menurunkan 4 KELAS IV
angka pengangguran secara signifikan. 5 LUAS LINGKUNGAN KERJA
 Sektor unggulan lain yang memiliki potensi cukup besar dalam meningkatkan kondisi a. Daratan 4.529 Ha
ekonomi daerah Kota Bima adalah sector pertanian.Hal yang juga sangat berpeluang untuk b. Perairan 376.25 Ha
dikembangkan adalah usaha agribisnis. Sektor peternakan dan perikanan merupakan 6 ALUR PELAYARAN
bagian yang tidak bisa dipisahkan dari sector pertanian dan merupakan sektor unggulan a. Panjang (m) 12.000 m
Kota Bima. Bidang peternakan memiliki kontribusi cukup besar dalam peningkatan b. Lebar (m)
pertumbuhan ekonomi Kota Bima. Keberadaan peternakan sapi potong yang berlokasi di 800 m
c. Rintangan Bawah Laut
Kelurahan Jatiwangi dan Kelurahan Kumbe menjadikan Kota Bima masuk kategori sebagai Nihil
produsen sapi potong. 7 KEDALAMAN (LWS) 25 m
 Kota Bima memiliki potensi sumber daya wilayah pesisir dan laut yang cukup besar untuk a. Alur Pelayaran 20 m
dikelola. Luas wilayah daratan pesisir Kota Bima yang diukur dari luas wilayah b. Kolam Pelabuhan depan 6 – 8 m
administrative (desa/kelurahan pesisir) sekitar 50,78 km2 dan luas wilayah laut yang Dermaga
menjadi wilayah pengelolaannya sekitar 11,48 km2 dengan panjang garis pantai sekitar 8 TENGGANG PASUT MAKS 1,7 m
26 km. Ditinjau dari luas wilayahnya, baik wilayah pesisir dan laut maupun wilayah daratan
yang hanya sekitar 222,25 km2, Kota Bima memiliki luas wilayah yang lebih sempit 9 LAIN – LAIN
dibandingkan dengan kota lain di Propinsi NTB. Meskipun demikian pada kawasan pesisir a. Kecepatan Arus (Knot) 100 Cm/DT
dan laut yang menjadi kewenangan Kota Bima memiliki nilai- nilai strategis dan keunggulan b. Musim Rawan Kecelakaan Desember – April
dari aspek sarana dan prasarana, potensi biofisik keanekaragaman hayati dan non hayati), c. Peta Laut Nomor 264 & 294
letaknya yang strategis maupun ekonomi dan sosial sebagai motivator dan dinamisator
dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah.
 sector industry yang ada sekarang difokuskan pada pengembangan industri kecil dan
Executive Summary
19
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

B Y = 9.065.983,000 0,6 d 0,019 0,017 330 0,154 0,128 200


Z = - 7,200 m LWS 0,8 d 0,018 160 0,112 150

2.3.2 Letak Lokasi Pelabuhan Bima


Pelabuhan Bima ini, secara administratif berada di wilayah : Sedangkan Arus Permukaan Berdasarkan data yang diperoleh baik dari BMKG yang
Kelurahan : Tanjung diketahui untuk perairan di Teluk Bima yaitu :
Kecamatan : Rasanae Barat Vs = 5 - 7 cm/det
Kota : Bima arah = Barat Laut - Tenggara
Propinsi : Nusa Tenggara Barat

2.3.3 Topografi dan Bathymetri


Kondisi Topografi 2.3.5 Gelombang

Berdasarkan hasil pengukuran dan pemetaan dilapangan, kondisi medan sekitar Berdasarkan data yang diperoleh baik dari BMKG maupun hasil pengamatan. Ada beberapa besaran
gelombang yang diketahui untuk perairan di Teluk Bima yaitu :
pelabuhan merupakan daerah datar, hingga radius 1 km. Berbatasan dengan pemukiman
 Gelombang Signifikan
penduduk dan tambak. Sisi pantai sebelah timur laut dari dermaga eksisting merupakan Hs = 0,5 – 0,75 m
daerah pantai kondisi dangkal, sebelah barat daya merupakan perairan dangkal yang arah = Utara
berbatasan dengan lokasi perikanan.  Gelombang Maksimum
Kondisi Bathymetri Hmax = 0,5 – 0,75 m
arah = Utara
Berdasarkan hasil survey, kedalaman perairan di depan dermaga (face line) didapat  Swell
kedalaman -5,0 m sampai dengan –6,0 m LWS. Hswell = 0,5 – 0,75 m
arah = Utara
Kondisi daerah pantai dan perairan di Pelabuhan Bima ini cukup landai, sehingga untuk
mencapai kedalaman –8,0 m LWS baru didapat pada jarak + 450 meter dari garis pantai.
Perairan daerah kolam pelabuhan cukup aman dari pengaruh angin di segala musim,
dikarenakan letak dermaga Pelabuhan Bima ini berada di dalam teluk Bima yang
didepannya terdapat Pulau Kambing sebagai pelindung angin musim timur, dan tidak
ditemukan rintangan navigasi yang berupa karang timbul maupun kapal karam.
2.3.4 Pasang surut dan Arus
Pasang surut
Berdasarkan Hasil analisis, tinggi pasang surut untuk lokasi Bima adalah sebagai berikut ;
HWS (Higth Water Spring) = + 3.10 m
MSL (Mean Sea Level) = + 1.60 m
LWS (Low Water Spring) = + 0.00 m
Arus
Hasil pengukuran arus rata-rata dilokasi perairan alur sungai Pelabuhan Bima yang di
survey adalah sebagai berikut :
Tabel 3.8
Kecepatan dan Arah Arus

Ked Kec. Arus m/dtk Arah Kec. Arus m/dtk Arah


Lokasi Koordinat
(m) Min Rata2 Dominan Max Rata2 Dominan
X= 688.489,000 0,2 d 0,019 340 0,216 190
A Y= 9.065.768,000 0,6 d 0,016 0,018 185 0,300 0,240 180
Z = - 7,300 m LWS 0,8 d 0,018 340 0,204 195
X= 688.688,000 0,2 d 0,015 340 0,118 220

Executive Summary
20
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

Executive Summary
21
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

Gambar 2.12. Peta Tophografi Dan Bathymetri Pelabuhan Bima


No. Jenis / Nama Ukuran / Dimensi Konstruksi Kondisi

2.3.6 Fasilitas Pelabuhan A. DERMAGA PELRA


Panjang : 100 m
Saat ini Pelabuhan Bima memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai . Dengan 1. Dermaga Pelra Konstruksi beton Baik
Lebar : 10 m
memiliki dermaga dengan kondisi baik serta adanya tempat penampungan barang/gudang dengan tiang pancang
Kedalaman : 6-8 m (LWS)
yang ada di pelabuhan Bima. Selain itu juga di lengkapi tempat ruang terbuka yang dapat di beton.
gunakan sebagai tempat turun naik atau bongkar muat barang/orang. Untuk kondisi prasarana Kapasitas : 4 T/m2
akses jalannya baik dengan kondisi jalan yang sudah diaspal dan cukup lebar. Kondisi sarana B. DERMAGA NUSANTARA
dan prasarana Pelabuhan Bima dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Panjang : 192 m
1. Dermaga Nusantara Konstruksi beton Baik
Tabel 3.9 Lebar : 10 m
dengan tiang pancang
Kondisi Sarana Dan Prasarana Pelabuhan Bima Kedalaman : 6-8 m (LWS)
Pipa Baja.
Kapasitas : 5,5 T/m2
C. FASILITAS DARAT
Panjang : 40 m
1. Gudang PT. PELINDO Konstruksi Permanen Baik
Lebar : 10 m
III
Kapasitas : + 30.720 T/m2
2. Lapangan Penumpukan Luas : 2.000 m2
G.C Kapasitas : + 1.978 T/m3
3. Terminal Penumpang Luas : 770 m2 Konstruksi Permanen Baik
Kapasitas : + 600 Orang
Jumlah Lantai : 1 lt
4. Lapangan Parkir Luas : 1.400 m2 Konstruksi Paving Blok Baik
Kapasitas : 25 unit roda - 4
5. Prasarana Jalan Panjang : 1.030 m Konstruksi Aspal Baik
Lebar :8m
6. Penerangan PLN : 10.600 VA
Genset : 5.000 VA
7. Fasilitas Air Tawar Kapasitas ; 20 T/Jam
Jumlah Hydran : 8 buah
8. Fasilitas Bunker Kapasitas :
9. Fasilitas Docking / Kapasitas :
Galangan Kapal
10. Fasilitas Keselamatan Kapal Patroli : 1 buah
Pelayaran SROP : Kelas IV
Lamp. Pel/ Menara /
Pelamp Suar : 4 buah
11. Perlengkapan SAR Jenis/Kapasitas : Speed Boat
12. Pemadam Kebakaran Mobile PMK : 1 unit
Portable ; 3 buah
13. Kantor Kesyahbandaran Luas Lantai : 318 m2 Konstruksi Permanen Baik
dan Otoritas Pelabuhan 2
Luas Tanah : 422 m
14. Kantor PT. PELINDO Luas Lantai : 250 m2 Konstruksi Permanen Baik
2
15. Kantor Karantina Luas Lantai : 72 m Konstruksi Permanen Baik
Khewan dan Tumbuhan
16. Kantor Kesehatan Luas Lantai : 510 m2 Konstruksi Beton Baik
Pelabuhan Permanen
17. Kantor Bea dan Cukai Luas Lantai : 384 m2 Konstruksi Permanen Baik
Executive Summary
22
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

No. Jenis / Nama Ukuran / Dimensi Konstruksi Kondisi

18. Kantor KPPP laut Luas Lantai : 85 m2 Konstruksi Permanen Baik


19. Kantor POLAIRUD Luas Lantai : 65 m2 Konstruksi Permanen Baik
2
20. Lain-lain Luas Lantai : 40 m Konstruksi Permanen Baik
(Mushola/Masjid) Kapasitas : 50 Orang

Gambar 2.13. Peta Citra Kawasan Pelabuhan Bima Dan Sekitarnya

Executive Summary
23
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

4. RENCANA PENGEMBANGAN PELABUHAN


Dengan berpedoman kepada Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP 414 Tahun 2013 No. Kabupaten/Kota Nama Pelabuhan Hirarki
tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional serta memperhatikan potensi dan 1. Bima Bima Pengumpul
kondisi eksisting, Pelabuhan Bima akan dikembangkan menjadi Pelabuhan Pengumpul. 2. Bima Sape Pengumpan Regional
3. Bima Waworada Pengumpan Regional
Pelabuhan Pengumpul memiliki kriteria teknis sebagai berikut : 4. Dompu Calabai Pengumpan Regional
a. kebijakan Pemerintah yang meliputi pemerataan pembangunan nasional dan 5. Dompu Cempi Pengumpan Regional
meningkatkan pertumbuhan wilayah; 6. Dompu Kempo Pengumpan Lokal
b. memiliki jarak dengan pelabuhan pengumpul lainnya setidaknya 50 mil; 7. Sumbawa Barat Labuhan Lalar Pengumpan Lokal
c. berada dekat dengan jalur pelayaran nasional ± 50 mil; 8. Sumbawa Barat Badas Pengumpul
d. memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang; 9. Sumbawa Barat Benete Pengumpul
e. berdekatan dengan pusat pertumbuhan wilayah ibukota provinsi dan kawasan 10. Sumbawa Alas Pengumpan Lokal
pertumbuhan nasional;
Layanan kapal penumpang dan barang dari dan ke Pelabuhan Bima secara umum dilakukan
f. kedalaman minimal pelabuhan –7 m-LWS;
melalui jalur kapal perintis dan kapal-kapal lokal lainnya. Sedangkan jalur komersil
g. memiliki dermaga multipurpose minimal 1 tambatan dan peralatan bongkar muat;
menggunakan kapal-kapal milik PT. PELNI (Persero).
h. berperan sebagai pengumpul angkutan peti kemas/curah/general cargo/ penumpang
nasional;
i. berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang umum nasional;
Periode perencanaan dalam dokumen Rencana Induk mencakup tahapan rencana yang
terbagi menjadi :
1. Jangka Pendek 5 (lima) tahun : Tahun 2014-2018
2. Jangka Menengah 10 (sepuluh) tahun : Tahun 2014-2023
3. Jangka Panjang 20 (dua puluh) tahun : Tahun 2014-2033

4.1. DAERAH HINTERLAND PELABUHAN BIMA


Efektifitas kinerja pelabuhan sangat ditentukan oleh besarnya saling keterkaitan antara
peranan pelabuhan dengan peranan serta kebutuhan daerah hinterland. Pemilihan daerah
hinterland untuk pelabuhan Bima didasarkan pada faktor - faktor sebagai berikut:
a. Arus barang melalui laut dari dan ke pelabuhan Bima;
b. Arus barang melalui darat dari dan ke pelabuhan Bima;
c. Daerah disekitar pelabuhan Bima;
d. Batasan administartif;
e. Kemungkinan perubahan daerah hinterland karena perkembangan wilayah, transportasi
darat, industri pelayaran, dan kemungkinan relokasi arus barang ke pelabuhan sekitar.
Penentuan daerah hinterland didasarkan pada besarnya potensi asal dan tujuan arus Gambar 4.1. Peta Pelabuhan yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat
pergerakan orang dan barang melalui pelabuhan Bima. Diasumsikan bahwa kondisi hinterland
saat ini tidak akan mengalami perubahan oleh karena tidak ada rencana wilayah yang cukup Tabel 4.1
signifikan, sehingga tidak berpengaruh pada pola pelayaran yang ada. Jalur Komersial Pelayanan Transportasi Laut di Provinsi Nusa Tenggara
Daerah Hinterland yang menjadi daerah layanan Pelabuhan Bima meliputi Kabupaten-
kabupaten yang berada di Pulau Sumbawa, terdapat 3 (tiga) Kabupaten/Kota yang berdekatan No Nama Kapal Route Keterangan
langsung dengan Pelabuhan Bima yang diperkirakan dari ketiga Kabupaten/Kota tersebut
yang paling besar memanfaatkan fasilitas dari Pelabuhan Bima, ketiga Kabupaten/Kota 1 KM Kelimutu Wanci – Makassar – Bima – Benoa – Surabaya – Benoa – Bima – Kapasitas :
Makassar – Bau-Bau - Wanci 920 Orang
tersebut adalah Kabupaten Bima, Kota Bima dan Kabupaten Dompu.
2 KM TilongKabila Gorontalo – Kolonedale – Raha – Makassar – Labuanbajo – Lembar – Kapasitas :
Tidak seluruh wilayah Provinsi NTB khususnya di Pulau Sumbawa dapat dianggap hinterland
Benoa – Bima – Makassar – Bau-bau – Kendari – Luwuk - Bitung 970 Orang
dari pelabuhan Bima. Ini disebabkan karena berdasarkan Hirarki dan Peranannya sesuai
:Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP.414 Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana 3 KM Awu Sabu – Kupang – Larantuka – Rote – Waingapu – Lembar – Surabaya Kapasitas :
Induk Pelabuhan Nasional, di Pulau Sumbawa ada 10 Pelabuhan yaitu : – Kumai – Surabaya – Benoa – Lembar – Waingapu – Rote – Kalabahi 969 Orang
– Kupang – Sabu – Bima - Benoa

Executive Summary
24
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

4 KM Wilis Makassar – Selayar – Marapokot – Larantuka – Marapokot – Selayar – Kapasitas :


Makassar – Bima – Waingapu – Kupang – Ende – Labuanbajo - Bima Orang

Sedangkan jalur perintis pelayanan Transportasi Laut Di Provinsi Nusa Tenggara Barat berdasarkan
JARINGAN TRAYEK PELAYARAN PERINTIS TAHUN ANGGARAN 2013, yang di keluarkan oleh
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2
Jalur Perintis Pelayanan Transportasi Laut di Provinsi Nusa Tenggara

Lama
Nama Jarak Frekuensi Ukuran
No Trayek Pelayaran Route Pangkalan
Kapal (Mil) (Voyage) Kapal
(hari)
1 R-13 KM. 1.558 14 26 Bima -90- P.Sailus -75- 500 DWT Bima
Entebe Calabahi -75- Badas -80- (Provinsi
Express Labuan Lombok -80- NTB)
Badas -75- Calabahi -75-
P. Sailus -90- Bima -160-
Reo -180- Selayar -119-
Makassar -119- Selayar
-180- Reo -160- Bima
2 R-14 1.550 19 19 Bima -154- Jampea -70- 500 DWT Bima
Selayar -119- Makassar (Provinsi
-119- Selayar -70- NTB)
Jampea -154 - Bima
-110- Waikelo -90-
Waingapu -100- Ende
-108- P. Raijua -24-
Sabu/Seba -24- Raijua Gambar 4.2. Route Pelayaran Kapal Perintis Trayek R-13
-108- Ende -100-
Waingapu -90- Waikelo
-110- Bima
3 R-18 866 11 33 Kupang -131- Mananga 500 DWT Kupang
-63- Maumere -54- (Provinsi
Marapokot -57- Reo -52- NTT)
Labuhanbajo -76- Bima
-76- Labuhanbajo -52-
Reo -57- Marapokot -54-
Maumere -63- Mananga
-131- Kupang
4 R-20 698 10 37 Maumere -39- Palue -54- 750 DWT Maumere
Maurole -50- Reo - 57- (Provinsi
Labuhan Bajo -52- Bima NTT)
-97- Calabai -52-
Labuhanbajo -57- Reo
-50- Maurole -540- Palue
-39- Maumere

Executive Summary
25
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

Gambar 4.5. Route Pelayaran Kapal Perintis Trayek R-20


Gambar 4.3. Route Pelayaran Kapal Perintis Trayek R-14

4.2. ANALISA INDIKATOR SOSIAL EKONOMI


4.2.1. Proyeksi Penduduk
Pertumbuhan dan konsentrasi penduduk merupakan faktor penting dalam memprediksi
pergerakan manusia maupun perkiraan kebutuhan konsumsi barang-barang strategis. Pada
tahun 2011, jumlah penduduk Pulau Sumbawa mencapai jumlah 1,34 juta orang dengan laju
pertumbuhan penduduk relatif kecil sebesar 1,01 persen.

Tabel 4.3
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tahun 2011
di Pulau Sumbawa menurut Kabupaten/Kota

Luas Jumlah
Jumlah Kepadatan
Wilayah Penduduk
No. Kabupaten/Kota Penduduk Penduduk
Daratan Bekerja
(Jiwa) (Jiwa/Km2)
(Km2) (Jiwa)
1 Kab. Sumbawa 6.643,98 419.987 63 190.941
2 Kab. Dompu 2.324,60 221.184 95 91.606
3 Kab. Bima 4.389,40 443.663 101 186.930
4 Kab. Sumbawa Barat 1.849,02 116.112 63 52.013
5 Kota Bima 207,50 144.018 694 61.448
Pulau Sumbawa 15.414,50 1.344.964 83 582.938
Sumber : NTB dalam Angka 2012, diolah

Gambar 4.4. Route Pelayaran Kapal Perintis Trayek R-18

Gambar 4.6. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tahun 2011


di Pulau Sumbawa menurut Kabupaten/Kota

Executive Summary
26
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

Berdasarkan proyeksi masing-masing Kabupaten/Kota, diperkirakan jumlah penduduk di Pulau


Sumbawa akan tumbuh optimis sebesar 1,95 persen setiap tahunnya, proyeksi moderat
sebesar 1,41 persen per tahun dan proyeksi pesimis sebesar 0,92 persen per tahun.

Sumber : PDRB NTB Tahun 2011, diolah

Sumber : Hasil olahan, 2013

Gambar 4.7. Proyeksi Jumlah Penduduk Pulau Sumbawa Tahun 2014-2034

4.2.2. Produk Domestik Regional Bruto


Mengabaikan produksi sub sektor pertambangan non migas yang dikelola PT Newmont Nusa
Tenggara di Kabupaten Sumbawa Barat, Pulau Sumbawa memberikan kontribusi sebesar
34,55 persen terhadap PDRB NTB pada tahun 2011, terutama berasal dari sektor pertanian
secara luas. Empat kabupaten yang berada di Pulau Sumbawa memiliki struktur
perekonomian yang sama, yaitu berturut-turut sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel
dan restoran, serta sektor jasa. Sementara perekonomian Kota Bima berstruktur sektor Jasa,
sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor pertanian diikuti sektor pengangkutan
dan komunikasi.

Tabel 4.4 Distribusi PDRB adhb (tanpa pertambangan non migas) Tahun 2011 Gambar 4.8. Distribusi PDRB adhb (tanpa pertambangan non migas) Tahun 2011
di Pulau Sumbawa menurut Kabupaten/Kota (dalam %) di Pulau Sumbawa menurut Kabupaten/Kota (dalam %)

Kabupaten/Kota 4.3. ANALISIS ASAL TUJUAN LALU LINTAS KAPAL (ORIGIN DESTINATION ANALYSIS)
No. Sektor Sumbawa Kota NTB ANGKUTAN BARANG DI PELABUHAN BIMA
Sumbawa Dompu Bima
Barat Bima
1 Pertanian 40,89 38,00 48,65 27,05 17,55 30,84 Analisis asal dan tujuan angkutan barang di Pelabuhan Bima bertujuan untuk mengidentifikasi
Pertambangan dan lalulintas angkutan barang sebagai bahan prediksi kebutuhan kelengkapan sarana prasarana
2 1,96 2,14 2,63 7,67 0,13 2,63 di Pelabuhan Bima. Pada bulan Juni 2012, jumlah kunjungan kapal di Pelabuhan Bima
Penggalian
3 Industri Pengolahan 3,03 3,35 2,04 2,04 2,71 4,78 sebanyak 141 unit, dengan variasi besar kapal berada pada kisaran 2 – 2.440 GT. Total ukuran
kapal sebesar 26.185 GT, dengan total arus barang sebesar 30.320 ton/m3, arus hewan
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,52 0,43 0,21 0,37 0,93 0,62
sebanyak 869 ekor, dan arus penumpang sebanyak 277 orang.
5 Konstruksi 12,12 7,66 6,46 19,01 6,83 9,44
Perdagangan, Hotel dan
6 19,79 18,88 17,57 21,24 20,66 19,60 Tabel 4.5
Restoran
Pengangkutan dan Matriks Asal Tujuan Angkutan Barang di Pelabuhan Bima
7 5,56 6,96 6,59 10,39 16,87 9,63
Komunikasi
Executive8 Keuangan, Real Estate,
Summary 2,46 7,67 2,71 2,49 5,12 6,75
27 Jasa Perusahaan
9 Jasa-jasa 13,67 14,92 13,12 9,74 29,20 15,72
PDRB adhb (Rp triliun) 4,64 2,34 3,46 1,07 1,13 36,81
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

Pelabuhan
Provinsi
Asal Tujuan No Nama Kapal Route
Surabaya Surabaya
Gresik Gresik 1 KM Kelimutu Wanci – Makassar – Bima – Benoa – Surabaya – Benoa – Bima
Jawa Timur – Makassar –
Tanjungwangi Banyuwangi Tanjungwangi Banyuwangi
Kalianget Madura Bau-Bau - Wanci
Bali Benoa Denpasar Benoa Denpasar 2 KM TilongKabila Gorontalo – Kolonedale – Raha – Makassar – Labuanbajo –
Banjarmasin Banjarmasin Lembar – Benoa – Bima – Makassar – Bau-bau – Kendari –
Batulicin Luwuk - Bitung
Marabatuang Kotabaru Marabatuang Kotabaru
Kalimantan Selatan
Tarjun Kotabaru Tarjun Kotabaru 3 KM Awu Sabu – Kupang – Larantuka – Rote – Waingapu – Lembar –
P Laut Kotabaru P Laut Kotabaru Surabaya – Kumai – Surabaya – Benoa – Lembar – Waingapu –
Kotabaru Rote – Kalabahi – Kupang – Sabu – Bima - Benoa
Kalimantan Timur Bontang
Ambon Ambon
Maluku Samlaki 4 KM Wilis Makassar – Selayar – Marapokot – Larantuka – Marapokot –
Masohi Seram Selayar – Makassar – Bima – Waingapu – Kupang – Ende –
Labuan Lombok Labuan Lombok Labuanbajo - Bima
Lembar Lombok
Badas Sumbawa Badas Sumbawa
NTB Sape Sumbawa Calabai Sumbawa
Amahami Sumbawa Wera Sumbawa
Mbari Sumbawa Mbari Sumbawa
4.4. ANALISA PRAKIRAAN ARUS BARANG, PENUMPANG DAN KUNJUNGAN KAPAL
Kupang Timor
Kalabahi Alor Kalabahi Alor Kegiatan arus barang, hewan dan penumpang di Pelabuhan Bima mempengaruhi frekuensi
Lewoleba Flores Lewoleba Flores lalulintas kunjungan kapal di Pelabuhan Bima. Pada periode tahun 2005-2012, jumlah
Nangalili Flores Nangalili Flores kunjungan kapal memperlihatkan kondisi fluktuatif namun dengan ukuran kapal yang terus
Wuring Flores meningkat, hal ini menunjukkan adanya kecenderungan semakin besarnya ukuran kapal yang
Ende Flores Ende Flores memanfaatkan Pelabuhan Bima. Demikian pula arus barang, hewan dan penumpang,
Labuan Bajo Flores Labuan Bajo Flores menunjukkan kondisi yang fluktuatif dalam periode tahun 2005 – 2012, namun menunjukkan
Reo Flores Reo Flores kecenderungan peningkatan volume kegiatan.
NTT
Riung Flores Tabel 4.7
Rinca Flores Rekapitulasi Kegiatan Kunjungan Kapal, Arus Barang, Hewan
Komodo Komodo
dan Penumpang di Pelabuhan Bima Tahun 2005 s.d. 2012
Waikelo Sumba Waikelo Sumba
Waingapu Sumba
KUNJUNGAN KAPAL BARANG HEWAN PENUMPANG
Sabu
No Tahun Bongkar Muat Turun Naik Turun Naik
Seba Unit Unit
(Ton) (Ton) (Ekor) (Ekor) (Jiwa) (Jiwa)
Borong Manggarai Borong Manggarai
Makassar Makassar 1. 2005 2.271 860.750 103.959 47.995 0 20.041 19.832 11.976
Bulukumba 2. 2006 2.278 892.149 118.549 55.752 0 21.175 21.036 14.991
Larea 3. 2007 2.170 865.937 129.355 49.940 0 22.116 19.128 15.639
Biringkassi 4. 2008 2.072 797.247 164.129 63.900 0 20.292 18.917 12.798
Sanane Sanane
Sulsel 5. 2009 2.253 1.059.504 261.353 87.377 1.294 9.240 20.848 12.605
Sailus Pangkep Sailus Pangkep
Sapuka Pangkep Sapuka Pangkep 6. 2010 2.083 1.195.225 242.646 50.582 15 4.806 19.425 28.909
Tangaya Pangkep Tangaya Pangkep 7. 2011 2.541 1.289.394 199.324 52.212 0 11.255 32.398 24.061
Jampea Selayar 8. 2012 2.040 1.297.909 402.968 102.705 0 13.403 35.993 38.202
Selayar Selayar Sumber : Laporan Tahunan KSOP Pelabuhan Bima, 2013
Kendari
Bau Bau Buton Bau Bau Buton
Sultra Ereke Buton Ereke Buton 4.4.1. Proyeksi Arus Barang
Raha Kolaka Raha Kolaka
Jumlah bongkar barang diproyeksikan melalui komoditas utama bongkar barang di Pelabuhan
Bima, yaitu semen, general cargo, dan pupuk. Permintaan terhadap semen diasumsikan
Tabel 4.6
sejalan dengan pertumbuhan sektor bangunan di Pulau Sumbawa, sementara general cargo
Matriks Asal Tujuan Angkutan Penumpang di Pelabuhan Bima
akan tumbuh sesuai dengan tumbuhnya perekonomian di Pulau Sumbawa. Adapun
Executive Summary
28
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

permintaan terhadap pupuk akan meningkat seiring pertumbuhan sektor pertanian tanaman
pangan. Memperhatikan kegiatan bongkar barang di Pelabuhan Badas, arus bongkar barang
di Pelabuhan Bima diprediksikan akan tumbuh optimis sebesar 3,96%, prediksi moderat
sebesar 3,38%, dan prediksi pesimis sebesar 2,66%.
Sumber : Hasil Pengolahan
Berdasarkan dermaga, prediksi optimis arus barang di Dermaga Pelra akan tumbuh sebesar
17,53%, prediksi moderat sebesar 6,63%, dan prediksi pesimis sebesar 4,65%. Sementara itu, Gambar 4.10. Proyeksi Arus Barang di Dermaga Nusantara
arus barang di Dermaga Nusantara diprediksikan optimis akan tumbuh sebesar 7,71%,
prediksi moderat sebesar 3,93%, dan prediksi pesimis sebesar 3,01%.
4.4.2. Proyeksi Arus Penumpang
Proyeksi arus penumpang dilakukan melalui pendekatan proyeksi populasi penduduk Pulau
Sumbawa untuk memperkirakan jumlah penumpang naik dan proyeksi pertumbuhan ekonomi
Pulau Sumbawa untuk memperkirakan jumlah penumpang turun. Pertumbuhan angkutan
udara di Pulau Sumbawa, sebagai alternatif alat transportasi penumpang, menjadi perhatian
dalam melakukan proyeksi arus penumpang. Dengan pendekatan tersebut, arus penumpang
di Dermaga Pelra Pelabuhan Bima diproyeksikan tumbuh secara optimis sebesar 0,15% per
tahun, proyeksi moderat sebesar 0,13% dan proyeksi pesimis sebesar 0,09%. Sementara itu,
proyeksi arus penumpang di Dermaga Nusantara Pelabuhan Bima, secara optimis tumbuh
sebesar 0,15% per tahun, proyeksi moderat sebesar 0,12% per tahun, dan proyeksi pesimis
sebesar 0,09% per tahun.

Sumber : Hasil olahan, 2013


Sumber : Hasil Pengolahan

Gambar 4.9. Proyeksi Arus Barang di Dermaga Pelra Gambar 4.11. Proyeksi Arus Penumpang di Dermaga Pelra (orang / jiwa)

Executive Summary
29
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

Gambar 4.13. Proyeksi Kunjungan Kapal di Dermaga Pelra

Sumber : Hasil olahan, 2013

Gambar 4.12. Proyeksi Arus Penumpang di Dermaga Nusantara (orang / jiwa)

4.4.3. Proyeksi Kunjungan dan Ukuran Kapal


Kunjungan dan ukuran kapal diproyeksikan berdasarkan hasil proyeksi arus barang, hewan
dan penumpang yang disebar ke dalam rata-rata kapasitas kapal yang berkunjung di Dermaga
Pelra dan Dermaga Nusantara Pelabuhan Bima. Asumsi yang digunakan adalah ukuran rata-
rata kapal yang berkunjung di Dermaga Pelra Pelabuhan Bima adalah kapal berukuran 150,5
GT yang dapat memuat 100 ekor hewan ternak dan menampung 20 orang penumpang.
Sementara kapal yang berkunjung di Dermaga Nusantara terbagi dua jenis. Jenis pertama
adalah kapal pada pelayaran trayek liner diasumsikan memuat 467 orang penumpang dengan
ukuran kapal rata-rata sebesar 4.713 DWT. Sedangkan jenis kedua, kapal pada pelayaran
perintis, kapal yang berkunjung berukuran rata-rata 552 GT dan memuat 10 orang
penumpang. Dengan asumsi-asumsi ini, diperoleh proyeksi kunjungan kapal di Dermaga Pelra
akan tumbuh optimis 17,53% per tahun, proyeksi moderat sebesar 6,63%, dan proyeksi
pesimis sebesar 4,65%. Adapun proyeksi kunjungan kapal di Dermaga Nusantara, secara
optimis akan tumbuh sebesar 5,07% per tahun, proyeksi moderat sebesar 2,63%, dan proyeksi Sumber : Hasil Pengolahan
pesimis sebesar 2,01%.
Gambar 4.14. Proyeksi Kunjungan Kapal di Dermaga Nusantara
Tabel 4.8
Proyeksi Kunjungan Kapal di Pelabuhan Bima
Dermaga Pelra Dermaga Nusantara
Tahun
Optimis Moderat Pesimis Optimis Moderat Pesimis
2014 1,612 1,512 1,469 358 355 352
2018 2,468 1,895 1,728 402 390 379
2023 5,089 2,574 2,146 481 442 417
2033 37,296 5,178 3,503 938 584 515
Sumber : Hasil olahan, 2013

Sumber : Hasil Pengolahan

Gambar 4.15. Proyeksi Ukuran Kapal yang Berkunjung di Dermaga Pelra

Sumber : Hasil Pengolahan

Executive Summary
30
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

5. Zona Logistik/Pergudangan dan Bisnis Maritim, menempati area seluas + 20.776 m2


Ukuran / dimensi-dimensi kapal yang digunakan dalam melakukan analisa sebagaimana yang
telah di sampaikan, adalah kapal - kapal yang selama ini beroperasi di pelabuhan Bima, yaitu :
1) Dermaga Nusantara
a. Kapal penumpang kapasitas 6022 GRT 3) Dermaga Untuk Kepentingan Sendiri
 Panjang Kapal, LOA = 127,5 m (DUKS) Pertamina
 Lebar, B = 17,68 m Kapal Tanker kapasitas 2660 LTDW
 Draft = 5,4 m • Panjang Kapal, LOA = 79,77 m
Sumber : Hasil Pengolahan
b. Kapal barang/kontainer kapasitas 4500 DWT • Lebar, B = 13,26 m
• Draft = 5,09 m
 Panjang Kapal, LOA = 104,75 m
4) Dermaga Penyebrangan
Gambar 4.16. Proyeksi Ukuran Kapal yang Berkunjung di Dermaga Nusantara  Lebar, B = 15,85 m
Kapal Ferry kapasitas 881 DWT
 Draft = 6,525 m • Panjang Kapal, LOA = 54,43 m
2) Dermaga PELRA • Lebar, B = 10,73 m
Kapal kapasitas 500 DWT/325 GRT • Draft = 3,12 m
 Panjang Kapal, LOA = 51 m
 Lebar, B = 10,2 m
 Draft = 2,9 m

5.1. RENCANA KEBUTUHAN FASILITAS PELABUHAN


Fasilitas Pelabuhan Bima meliputi prasarana untuk pelayanan kapal, prasarana dan sarana
untuk pelayanan barang dan prasarana untuk pelayanan penumpang kapal laut, serta
prasarana dan sarana untuk kepentingan pelabuhan lainnya.
Rencana Peningkatan Kapasitas Pelabuhan disesuaikan menurut perkiraan volume muatan
barang, penumpang dan arus kunjungan kapal untuk jangka pendek (2014 - 2018), jangka
5. RENCANA INDUK ( MASTER PLAN ) PELABUHAN BIMA menengah (2014 - 2023) dan jangka panjang (2014 - 2033) yang dapat dilihat dalam Tabel –
tabel berikut :
Untuk mendukung perkembangan volume barang dan penumpang, fasilitas pelabuhan perlu Tabel 5.1
dikembangkan sesuai dengan jumlah atau volume aliran barang dan penumpang yang akan melalui Data Proyeksi Muatan Barang, Jumlah Penumpang dan Kunjungan Kapal
pelabuhan. di Dermaga Nusantara Pelabuhan Bima
Diharapkan daya muat, kualitas angkut dan efisiensi penggunaan peralatan, baik dikapal maupun Tahapan Pengembangan
No Jenis data Satuan
didarat dapat mencapai maksimal. Semakin besar kapal yang tiba akan semakin dalam alur 2014-2018 2014-2023 2014-2033
pelayaran dan semakin panjang tambahan yang dibutuhkan, yang mengakibatkan semakin cepat 1 Muatan Barang A ton/m3 13.917 16.809 26.767
pula daya bongkat muat yang disediakan. Antara sarana dan prasarana terdapat saling 2 Penumpang B orang 70.743 71.184 72.080
ketergantungan satu dengan yang lainnya, sehingga fasilitas pelabuhan harus memadai disesuaikan 3 Kunjungan Kapal E call 145 146 148
dengan jumlah dan ukuran kapalnya. Sumber : Data Olahan, 2013
Dari rencana fungsi kegiatan pelabuhan, dapat diturunkan zona-zona atau kawasan yang
Tabel 5.2
merupakan satu kesatuan kegiatan. Struktur dan pola pemanfaatan ruang di Pelabuhan Bima
Data Proyeksi Muatan Barang, Jumlah Penumpang dan Kunjungan Kapal
terbagi atas :
di Dermaga PELRA Pelabuhan Bima
1. Daratan : Dermaga, lapangan penumpukan barang, lapangan penumpukan logistik Tahapan Pengembangan
No Jenis data Satuan
sementara (terbuka), perkantoran, areal fasilitas penunjang (prasarana) 2014-2018 2014-2023 2014-2033
2. Perairan : Kolam pelabuhan, Area sandar kapal, kanal pelabuhan, akses masuk dan akses 1 Muatan Barang A ton/m3 292.152 382.783 709.024
keluar kapal, turning basin, area lego jangkar dan area cadangan. 2 Penumpang B orang 3.410 3.432 3.476
3 Kunjungan Kapal E call 2.140 2.870 5.614
Zonasi areal pelabuhan disesuaikan dengan fungsi-fungsi kegiatannya. Sumber : Data Olahan, 2013.
Zonase Pengembangan
Dengan mempertimbangkan kebutuhan dan kondisi eksisting, pengembangan Pelabuhan Bima Proyeksi arus penumpang diprediksikan meningkat, sehingga dalam membangun sarana dan
dibagi menjadi 5 zona meliputi : prasarana Pelabuhan di Bima untuk melayani penumpang, selain membangun secara fisik
juga dengan meningkatkan kualitas service bagi penumpang.
1. Zona Terminal Penumpang, menempati area seluas + 7.687 m2
2. Zona General Cargo, menempati area seluas + 10.734 m2 Tabel 5.3 .
3. Zona Pelayaran Rakyat, menempati area seluas + 39.269 m2 Analisis BOR Pelabuhan Bima Dermaga Nusantara
4. Zona Perkantoran, menempati area seluas + 29.907 m2

Executive Summary
31
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

Penurunan Waktu Akibat Gelombang : 0 % Rata-rata Panjang Kapal


39,89 39,67 39,34 38,60
Waktu Kerja Effektif : 90 % (LOA) m Loa
Waktu Operasi Tahunan : 328,5 hari Jumlah Tambatan (S) tambatan S=N 3,76 6,30 7,63 7,77
Service Time
Parameter Satuan Simbol 2014 2018 2023 2033 1,50 1,50 1,50 1,50
Waiting Time (WT) jam/kapal
Panjang Dermaga m L 192,00 192,00 192,00 192,00 Berthing Time (BT) jam/kapal 36,00 36,00 36,00 36,00
Kunjungan Kapal Tahunan Call /tahun 144 145 146 148 A. Bert Working Time (BWT)
Kunjungan Kapal Perhari (λ) Call/hari (λ) 0,44 0,44 0,44 0,45 -Idle Time (IT) jam/kapal 1,00 1,00 1,00 1,00
Total Kargo Pertahun ton/tahun 12.159 13.917 16.809 26.767 - Efective Time (ET) jam/kapal 25,00 25,00 25,00 25,00
Rata-rata Panjang Kapal B. Non Operation Time jam/kapal 10,00 10,00 10,00 10,00
m Loa 102,43 102,36 102,38 102,30
(LOA) Utilization
Jumlah Tambatan (S) S=N 1,87 1,88 1,88 1,88 Tingkat Pemakaian Dermaga % 130,83 77,66 63,73 61,48
Service Time Berth Occupancy Ratio
Waiting Time (WT) jam/kapal 1,00 1,00 1,00 1,00 (BOR)
Berthing Time (BT) jam/kapal 12,00 12,00 12,00 12,00 Nilai Max. Yg Diijinkan % 60,00 70,00 70,00 70,00
A. Bert Working Time (BWT) Daya Lalu Lintas Tambatan ton/tahun/
459,10 274,08 226,75 594,54
-Idle Time (IT) jam/kapal 1,50 1,50 1,50 1,50 m
- Efective Time (ET) jam/kapal 5,50 5,50 5,50 5,50 Berth Throught Put (BTP)
B. Non Operation Time jam/kapal 5,00 5,00 5,00 5,00 Nilai Max. yang Diijinkan ton/tahun/
300-600 300-600 300-600 300-600
m
Utilization
Tingkat Pemakaian Dermaga % 13,98 14,07 14,16 14,35 Dermaga Pelra
Berth Occupancy Ratio  Kondisi eksisting , dengan panjang dermaga L= 150 m, Daya Lalu Lintas Tambatan (BTP)
(BOR)
=459,10 < dari persyaratan 300 - 600 (memenuhi syarat), sedangkan nilai BOR 130,83 >
Nilai Max. Yg Diijinkan % 50,00 50,00 50,00 50,00
nilai yang dipersyaratkan 60 untuk 4 tambatan (tidak memenuhi syarat).
Daya Lalu Lintas Tambatan ton/tahun/m 63,33 72,48 87,55 139,41
 Pengembangan Jangka Pendek 2014-2018, diperpanjang dengan panjang dermaga
Berth Throught Put (BTP)
menjadi L= 250 m, BTP = 274,08 < dari persyaratan 300 - 600 (memenuhi syarat),
Nilai Max. yang Diijinkan ton/tahun/m 300-600 300-600 300-600 300.600
sedangkan nilai BOR 77,66 < nilai yang dipersyaratkan 70 untuk 7 tambatan (memenuhi
syarat).
Dermaga Nusantara  Pengembangan Jangka Menengah 2014 - 2023, diperpanjang dengan panjang dermaga
 Kondisi eksisting , dengan panjang dermaga L= 192 m, Daya Lalu Lintas Tambatan (BTP) menjadi L = 300 m, BTP = 226,75 < dari persyaratan 300 - 600 (memenuhi syarat),
=63,33 < dari persyaratan 300 - 600 (memenuhi syarat), sedangkan nilai BOR 13,98 < nilai sedangkan nilai BOR 63,73 < nilai yang dipersyaratkan 70 untuk 8 tambatan (memenuhi
yang dipersyaratkan 50 untuk 2 tambatan (memenuhi syarat). syarat).
 Pengembangan Jangka Pendek 2014-2018, dengan panjang dermaga tetap L= 192 m,  Pengembangan Jangka Panjang 2014 - 2033, dengan panjang dermaga Tetap L = 300 m,
BTP = 72,48 < dari persyaratan 300 - 600 (memenuhi syarat), sedangkan nilai BOR 14,07 BTP = 594,54 < dari persyaratan 300 - 600 (memenuhi syarat), sedangkan nilai BOR 61,48
< nilai yang dipersyaratkan 50 untuk 2 tambatan (memenuhi syarat). < nilai yang dipersyaratkan 70 untuk 8 tambatan (memenuhi syarat).
 Pengembangan Jangka Menengah 2014 - 2023, dengan panjang dermaga Tetap L = 192
m, BTP = 87,55 < dari persyaratan 300 - 600 (memenuhi syarat), sedangkan nilai BOR 5.1.1. Kebutuhan Prasarana Darat
14,16 < nilai yang dipersyaratkan 50 untuk 2 tambatan (memenuhi syarat).
 Pengembangan Jangka Panjang 2014 - 2033, dengan panjang dermaga Tetap L = 192 Pengembangan pelabuhan umum memiliki sifat yang spesifik tergantung pada komoditas
m, BTP = 139,41 < dari persyaratan 300 - 600 (memenuhi syarat), sedangkan nilai BOR yang akan dikapalkan. Besaran Fasilitas yang akan dibangun/ dikembangkan mengacu
14,35 < nilai yang dipersyaratkan 50 untuk 2 tambatan (memenuhi syarat). kepada data hasil prediksi muatan barang, jumlah penumpang dan kunjungan kapal di
Pelabuhan Bima.
Tabel 5.4 . Rencana pengembangan kebutuhan prasarana dan sarana di darat dapat dilihat pada tabel
Analisis BOR Pelabuhan Bima Dermaga PELRA berikut :
Tabel 5.5
Penurunan Waktu Akibat Gelombang : 0 % Rencana Pengembangan Kebutuhan Prasarana dan Sarana di Darat
Waktu Kerja Effektif : 90 %
Waktu Operasi Tahunan : 328,5 hari No Prasarana Darat Dimensi Kondisi Eksisting Rencana Pengembangan
Parameter Satuan Simbol 2014 2018 2023 2033 A. DERMAGA PELRA
1 Dermaga
Panjang Dermaga m L 150,00 250,00 300,00 300,00 Baik, Struktur beton, Dengan
Kunjungan Kapal Tahunan Call /tahun 1.723 2.140 2.870 5.614 a. Dermaga 50 x 8 m2 Tiang Pancang Beton,
Kunjungan Kapal Perhari Call/hari (λ) 5,25 6,51 8,74 17,09 Kapasitas : 4.0. T/m2
Total Kargo Pertahun ton/tahun 239.048 420.363 382.783 709.024 a. Dermaga 50 x 8 m2 Baik, Struktur beton, Dengan

Executive Summary
32
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

No Prasarana Darat Dimensi Kondisi Eksisting Rencana Pengembangan No Prasarana Darat Dimensi Kondisi Eksisting Rencana Pengembangan
Tiang Pancang Beton, keramik, dinding tembok, oleh instansi terkait
Kapasitas : 4.0. T/m2 rangka atap kayu, penutup
Baik, Struktur beton, Dengan Dikembangkan mulai dari atap asbes gelombang
b. Dermaga 50 x 10 m2 Tiang Pancang Baja, jangka pendek sampai Baik, Struktur beton, Lantai Direlokasi
Kapasitas : 4.0. T/m2 jangka menengah Lain-Lain Luas Lantai : 40 m2 keramik, dinding tembok,
17
B. DERMAGA NUSANTARA (Mushola/Masjid) rangka atap kayu, penutup
atap genteng
Baik, Struktur beton, Dengan Tidak dikembangkan
1 Dermaga 192 x 10 m2 Tiang Pancang Baja, C SARANA PENUNJANG
Kapasitas : 5.5 t/m2 Peralatan Bongkar
1
Baik, Struktur beton, Lantai Dikembangkan sesuai Muat
keramik, dinding tembok, dengan jangka waktu PLN:10.600 VA Direvitalisasi
Gudang PT. 2 Penerangan
2 400 m2 rangka atap kayu, penutup pengembangan Genset : 5.000 VA
PELINDO III
atap seng gelombang dan 20 T/Jam, Jumlah Direvitalisasi
asbes gelombang 3 Fasilitas Air Tawar Hydrant di Dermaga :
Dikembangkan sesuai 8 buah
Lapangan
3 2.000 m2 Baik, konstruksi beton dengan jangka waktu 4 Fasilitas Bunker Direvitalisasi
Penumpukan G.C
pengembangan Fasilitas Docking / Direvitalisasi
Lapangan Ditingkatkan konstruksinya 5
Baik, konstruksi tanah di Galangan Kapal
4 Penumpukan Kapal Patroli :1 Buah, Direvitalisasi
patenkan Fasilitas
(Non Permanen) Bandar SROP : Kelas
Baik, Struktur beton, Lantai Dikembangkan sesuai 6 Keselamatan
IV,Lamp. Pel/Menara/
Terminal keramik, dinding tembok, dengan jangka waktu Pelayaran
5 7700 m 2 Perlamp Suar: 4 buah
Penumpang rangka atap kayu, penutup pengembangan Perlengkapan Jenis/Kapasitas :1 Direvitalisasi
atap genteng 7
SAR Speed Boat
Dikembangkan sesuai Pemadam Mobile PMK : 1 unit Direvitalisasi
6 Lapangan Parkir 1.400 m2 Baik, Konstruksi Paving Blok dengan jangka waktu 8
Kebakaran Portable : 3 buah
pengembangan
Dikembangkan sesuai
7 Prasarana Jalan 10.300 m2 Baik, Konstruk`si Aspal dengan jangka waktu
pengembangan 5.1.2. Kebutuhan Ruang di Darat
Kantor Baik, Struktur beton, Lantai Dikembangkan dan Kebutuhan pengembangan prasarana di darat membutuhkan alokasi ruang yang harus
Kesyahbandaran Luas Lantai : 318 m2 keramik, dinding tembok, direhabilitasi, sesuai
8
dan Otoritas Luas Tanah : 422 m2 rangka atap kayu, penutup kebutuhan dipersiapkan berdasarkan tahapan pengembangannya.
Pelabuhan atap genteng
Kebutuhan ruang didaratan yang dihitung berdasarkan kebutuhan sarana dan prasarana
Baik, Struktur beton, Lantai Dikembangkan dan
Kantor PT. keramik, dinding tembok, direhabilitasi, sesuai pelabuhan adalah sebagai berikut :
9 Luas Lantai : 250 m2 Tabel 5.6
PELINDO rangka atap kayu, penutup kebutuhan
atap genteng Pengembangan Fasilitas Darat Menurut Tahapan
Kantor Karantina
Baik, Struktur beton, Lantai Pengembangan dilakukan Jangka Waktu Pembangunan
2 keramik, dinding tembok, oleh instansi terkait Jangka Jangka Jangka Total
10 Hewan dan Luas Lantai : 72 m Ukuran
rangka atap kayu, penutup No Jenis/ Nama Pendek Menengah Panjang 2013- penamba- Keterangan
Tumbuhan /Dimensi
atap asbes gelombang 2013-2018 2013-2028 2033 han
Baik, Struktur beton, Lantai Pengembangan dilakukan A. DERMAGA PELRA
Kantor Kesehatan 2 keramik, dinding tembok, oleh instansi terkait
11 Luas Lantai : 510 m 2 x (50 m x 8 m) 2 x (50 m x 8 m) 2 x (50 m x 8 m)
Pelabuhan rangka atap kayu, penutup 2 x (50 m x 8 m)
1 Dermaga + (50 m x 10 m)
+ (50 m x 10 m) + (50 m x 10 m) + (50 m x 10 m) 2800 m2
atap asbes gelombang + (50 m x 10 m) + (50 m x 10 m) + (50 m x 10 m)
Baik, Struktur beton, Lantai Pengembangan dilakukan Terminal
Kantor Bea dan keramik, dinding tembok, oleh instansi terkait 2 0 70 m2 71 m2 72 m2 72 m2
12 Luas Lantai : 384 m 2 Penumpang
Cukai rangka atap kayu, penutup Lapangan
atap asbes gelombang 3 0 4.174 m2 1.294 m2 4.661 m2 10.129 m2
Penumpukan
Baik, Struktur beton, Lantai Pengembangan dilakukan 4 Gudang 0 2.087 m2 647 m2 2.330 m2 5.064 m2
2 keramik, dinding tembok, oleh instansi terkait
13 Kantor KPPP Laut Luas Lantai : 85 m 5 Prasarana Jalan 0 10.990 m2 - - 10.990 m2
rangka atap kayu, penutup
atap genteng 6 Lapangan Parkir 0 2.782 m2 - - 2.782 m2
Baik, Struktur beton, Lantai Pengembangan dilakukan B. DERMAGA NUSANTARA
Kantor keramik, dinding tembok, oleh instansi terkait Dermaga
14 Luas Lantai : 65 m2 1 192 m x 10 m 192 m x 10 m 192 m x 10 m 192 m x 10 m 1920 m2
POLAIRUD rangka atap kayu, penutup Nusantara
atap asbes gelombang Dermaga Kapal
Baik, Struktur beton, Lantai Pengembangan dilakukan 2 - 35 m x 10 m - - 350 m2
Negara
keramik, dinding tembok, oleh instansi terkait Gudang PT.
15 Kantor Navigasi Luas Lantai 250 m2 3 400 m2 - - - -
rangka atap kayu, penutup PELINDO III
atap asbes gelombang Lapangan
16 Kantor Pelni Luas Lantai 400 m2 Baik, Struktur beton, Lantai Pengembangan dilakukan 4 2.000 m2 - - - -
Penumpukan G.C
Executive Summary
33
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

Jangka Jangka Jangka Total


Ukuran
No Jenis/ Nama Pendek Menengah Panjang 2013- penamba- Keterangan
/Dimensi
2013-2018 2013-2028 2033 han
Lapangan
5 Penumpukan (Non - - - - -
Permanen)
Terminal
6 770 m2 1.459 m2 1.468 m2 1.487 m2 717 m2
Penumpang
7 Lapangan Parkir 1.400 m2 1.983 m2 - - 1.983 m2
8 Prasarana Jalan 10.300 m2 3.045 m2 - - 3.045 m2
Kantor Luas Lantai:
Dikembangkan
Kesyahbandaran 318 m2, Luas
9 - - - - dan direhabilitasi,
dan Otoritas Tanah: 4222
sesuai kebutuhan
Pelabuhan
Kantor PT. Luas Lantai : Dikembangkan
10 PELINDO 250 m2 - - - - dan direhabilitasi,
sesuai kebutuhan
Kantor Karantina Luas Lantai : Pengembangan
11 Hewan dan 72 m2 - - - - dilakukan oleh
Tumbuhan instansi terkait
Kantor Kesehatan Luas Lantai : Pengembangan
12 Pelabuhan 510 m2 - - - - dilakukan oleh
instansi terkait
Kantor Bea dan Luas Lantai : Pengembangan
13 Cukai 384 m2 - - - - dilakukan oleh
instansi terkait
Kantor KPPP Laut Luas Lantai : Pengembangan
14 85 m2 - - - - dilakukan oleh
instansi terkait
Kantor POLAIRUD Luas Lantai : Pengembangan
15 65 m2 - - - - dilakukan oleh
instansi terkait
Kantor Navigasi Luas Lantai : Pengembangan
16 250 m2 - - - - dilakukan oleh
instansi terkait
Kantor Pelni Luas Lantai : Pengembangan
17 400 m2 - - - - dilakukan oleh
instansi terkait
Lain-Lain (Mushola/ Luas Lantai : 40
18 Masjid) m2,Kapasitas : - - - - Direlokasi
50 Orang

Executive Summary
34
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

Gambar 5.1. Peta Eksisting Pelabuhan Bima

Executive Summary
35
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

Gambar 5.2. Zonasi Pelabuhan Bima

Executive Summary
36
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

Gambar 5.3. Rencana Tata Ruang Daratan Pelabuhan Bima Jangka Pendek

Executive Summary
37
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

Tahun 2014 – 2018

Gambar 5.4.
Rencana Tata
Ruang Daratan
Pelabuhan
Bima Jangka
Menengah
Tahun 2014 –
2023

Gambar 5.5.
Rencana Tata
Ruang Daratan
Pelabuhan
Bima Jangka
Panjang
Tahun 2014 -
2033

Gambar 5.6. Batas


Darat
Pengembangan
Pelabuhan
Bima

Executive Summary
38
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

5.1.3. Kebutuhan Ruang di Perairan/Laut


Kebutuhan ruang perairan yang dihitung berdasarkan kebutuhan sarana dan prasarana
pelabuhan adalah sebagai berikut :

Tabel 5.7
Perhitungan Kebutuhan Ruang di Perairan Pelabuhan Bima

Executive Summary
39
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

Gambar 5.7. Rencana Tata Ruang Perairan Pelabuhan Bima ( a )


Executive Summary
40
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

Executive Summary
41
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

Gambar 5.8. Rencana Tata Ruang Perairan Pelabuhan Bima ( b )

Executive Summary
42
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

Gambar 5.9. Rencana Tata Ruang Perairan Pelabuhan Bima ( c )

Executive Summary
43
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

Gambar 5.10. Batas Daerah Lingkungan Kerja Daratan Pelabuhan Bima

Executive Summary
44
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

Gambar 5.11. Batas Daerah Lingkungan Kerja Dan Lingkungan Kepentingan Perairan Pelabuhan Bima
Executive Summary
45
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

Sumber : Hasil
5.2. ESTIMASI KEMUNGKINAN KONTAINERISASI Analisa Konsultan
Pelabuhan Bima akan direncanakan untuk dapat memberikan jasa layanan kontainer dimasa
yang akan datang, walaupun dalam sekala tidak terlalu besar.
Kegiatan kontainerisasi di Pelabuhan Bima baru berjalan pada bulan Agustus tahun 2013.
Jumlah kontainer yang dibongkar selama bulan Agustus – November 2013 sebanyak 188 unit
kontainer berukuran 20 ft dengan jenis muatan utama general cargo, sementara kontainer
yang dimuat sebanyak 38 unit berisi komoditas jagung.

Jenis peti kemas tergantung pada tipe muatan yang diangkut. Untuk peti kemas dominan di
pelabuhan Bima adalah Dry cargo container yang digunakan untuk mengangkut barang umum
kering yang tidak memerlukan perlakuan khusus. Berdasarkan pengamatan di lapangan
ukuran peti kemas yang di pergunakan yang selanjutnya akan dipergunakan sebagai standar Gambar 5.13. Proyeksi
perencanaan adalah Container ukuran 20 Feet .
Menggunakan asumsi pertumbuhan kontainer yang dibongkar sama dengan laju pertumbuhan
general cargo yang dibongkar dan pertumbuhan kontainer yang dimuat sama dengan laju Perkembangan Kebutuhan Luas Lapangan Penumpukan
pertumbuhan komoditas jagung, maka prediksi arus kontainer di Pelabuhan Bima adalah Karena kebutuhan ruang untuk lapangan penumpukan peti kemas masih kecil, maka masih
sebagai berikut : bisa menggunakan lapangan penumpukan milik Pelindo III di zona Dermaga Nusantara.
Tabel 5.8
Prediksi Arus Kontainer di Pelabuhan Bima Tahun 2014-2034 5.3. DERMAGA KAPAL NEGARA
Bongkar (Box) Muat (Box) Arus (Box)
Tahun Kapal negara adalah kapal milik negara digunakan oleh instansi Pemerintah tertentu yang
Optimis Moderat Pesimis Optimis Moderat Pesimis Optimis Moderat Pesimis
2014 900 752 540 180 152 108 1,080 904 648 diberi fungsi dan kewenangan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan untuk
2018 1,030 839 600 469 233 153 1,499 1,072 753 menegakkan hukum serta tugas-tugas Pemerintah lainnya.
2023 1,219 963 684 1,551 396 237 2,770 1,358 921 Sebagaimana yang diamanahkan UU Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 Tentang
2033 1,707 1,267 890 16,976 1,145 567 18,683 2,412 1,457 Pelayaran, maka keberadaan Kapal Negara di Pelabuhan harus difasilitasi dengan penyediaan
Sumber : Hasil pengolahan, 2013 Dermaga.
Untuk itu di Pelabuhan Bima direncanakan kapal-kapal Negara berlabuh di dermaga sisi
selatan dermaga Nusantara dengan luas dermaga 35 m x 10 m.

5.4. ANALISA EKONOMI DAN FINANSIAL


5.4.1. Pembangunan Fasilitas Fisik Pelabuhan
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah biasanya diikuti oleh pertumbuhan perdagangan, dan
juga pertumbuhan arus perjalanan barang dan orang yang pada akhirnya membutuhkan
pengembangan fasilitas transportasi. Perencanaan pembangunan pelabuhan harus dilihat dari
persoalan pelabuhan secara menyeluruh dalam konteks sistem transportasi yang lebih luas,
serta harus didasarkan pada pertimbangan strategis, politik, ekonomi, sosial dan
pengembangan wilayah serta hinterland pelabuhan yang akan dibangun.
Rencana pembangunan dan atau pengembangan sebuah pelabuhan harus terlebih dahulu
dilihat dari permintaan transportasi (demand) dan potensi hinterland dari sebuah pelabuhan.
Setiap potensi hinterland dari sebuah pelabuhan mempunyai beberapa sector unggulan dan
Gambar 5.12. Prediksi Arus Kontainer Di Pelabuhan Bima karakteristik yang akan dijadikan acuan bagi rencana pembangunan dan pengembangan
pelabuhan. Karakteristik dan sektor unggulan hinterland pelabuhan yang berpotensi untuk
Berdasarkan hasil prediksi Arus Kapal dan Arus Kontainer, maka di peroleh luas Lapangan
pengembangan Pelabuhan Bima ditinjau dari beberapa factor antara lain jumlah hasil bumi
Penumpukan Peti Kemas Pelabuhan Bima sebagai berikut :
yang terdapat dikawasan Bima dan sekitarnya serta jumlah potensi eksport/import yang akan
Tabel 5.9 memanfaatkan potensi Pelabuhan Bima.
Perhitungan Luas Lapangan Penumpukan Peti Kemas
5.4.2. Analisis Kelayakan Ekonomi
Arus PK Arus PK D ATEU's BS A
Tahun
(box) (TEU's) (Hari) (m2/TEU's) (%) (m2) Di bidang perhubungan dan transportasi, Kota Bima memiliki posisi yang strategis dalam
2014 904 1.537 5 20 0,25 561,4 pergerakan manusia, barang dan jasa, baik yang berskala regional maupun nasional. Untuk
2018 1072 1.822 5 20 0,25 665,7 pelayanan transportasi laut terdapat pelabuhan Bima yang dikelola oleh PT. Pelindo III Cabang
2023 1358 2.309 5 20 0,25 843,3 Bima dengan rute pelayaran antar pulau seperti Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Flores dan
2033 2412 4.100 5 20 0,25 1.497,9
Executive Summary
46
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

Timur. Pelabuhan Bima dibangun pada Tahun 1963, merupakan pelabuhan laut utama di asistensi pemerintah, kebergunaan, pengembangan RT/RW, eksternalitas dan perubahan
wilayah pengembangan Pulau Sumbawa Bagian Timur sebagai Pelabuhan Feeder. Disamping struktur ekonomi.
itu, dan arah timur keberadaan Pelabuhan Penyeberangan di kecamatan Sape Kabupaten
2. Kriteria Pasar (Market Criteria)
Bima yang menghubungkan Nusa Tenggara Barat dengan Nusa Tenggara Timur sangat
berpengaruh bagi lalu lintas manusia, barang dan jasa di Kota Bima terutama arus wisatawan Kriteria Pasar adalah criteria yang menunjukkan bagaimana secara ekonomi dapat meningkat
dan daerah dan obyek-obyek wisata yang ada di Pulau Flores, Sumba dan sekitarnya, seperti secara ukuran (size) baik dalam katagori nilai ataupun jumlah. Dalam mengasumsikan
Pulau Komodo, Bidadari, Kelimutu dan lain-lain. kelayakan pasar dalam pembangunan pelabuhan wayamli dapat ditunjukkan bahwa beberapa
Secara ringkas manfaat ekonomi yang diperoleh akibat dari pengembangan pelabuhan Bima parameter memberikan efek yang positif. Artinya selama pengembangan pelabuhan dilakukan
dapat dilihat pada tabel berikut : dampak korelasinya menunjukkan kelayakan.

Tabel 5.10 . Parameter seperti perluasan pasar, pembiayaan, industry dan penerimaan daerah semua
menunjukkan korelasi yang positif baik dilihat dari sudut asistensi pemerintah, kebergunaan,
Analisis Kelayakan Ekonomi RT/RW, eksternalitas dan struktur ekonomi. Ada beberapa parameter yang negative terutama
Efek Efek pada terkait dengan eksternalitas, sisanya menunjukkan kelayakan terutama dengan memperhatikan
Asistensi Struktur pengembangan sampai dengan 30 tahun mendatang.
Kebergunaan pada Lingkungan
Pemerintah Ekonomi
RT/RW (Eksternalitas) Angkutan laut memegang peranan penting dalam kelancaran perdagangan karena memiliki nilai
Deveploment Criteria ekonomis yang tinggi antara lain daya angkut banyak, jarak tempuh luas dan biaya relatif murah.
Guna menunjang perdagangan dan lalu-lintas muatan, pelabuhan diciptakan sebagai titik simpul
Fisibilitas konstruksi + + + + +
perpindahan muatan barang dimana kapal kapal dapat berlabuh, bersandar, melakukan bongkar
Konsistensi zoning + + + + + muat barang dan penerusan ke daerah lainnya.
Pencegahan terhadap
+ + + + + Pembangunan suatu pelabuhan akan mencakup pada aspek pembangunan sisi laut dan sisi
penurunan tanah
Mempertahankan kondisi daratan pelabuhan termasuk fasilitas-fasilitas lainnya.
+ + + + +
kelautan dan perikanan Biaya konstruksi pembangunan pelabuhan Bima diestimasikan akan membutuhkan biaya untuk
Akseksibilitas publik pembangunan konstruksi sebesar Rp.202.414.630.000,- yang dilakukan secara bertahap dengan
+ + + +
terhadap kondisi laut umur teknis 20 tahun.
Keuntungan ekologi + + + +
Pengalokasian pembiayaan pembangunan dan rehabilitasi fasilitas pelabuhan Bima akan
Destinasi Regional + + + + +
dialokasikan kedalam 3 (tiga) tahapan rencana pembiayaan sbb. :
1. Pelabuhan beroperasi setelah satu tahun masa konstruksi selesai dilaksanakan yaitu tahun
2014 yang jangka menengah akan diproyeksikan sampai 2018 dengan dana investasi sebesar
Market Criteria + + + + Rp. 124.402.630.000,-
Perluasan pasar + + + + + 2. Investasi tahap kedua dilakukan dengan besaran Rp 48.567.200.000,- yang dimaksudkan
keberlanjutan pembiayaan + + + + + sampai 2023.
pertumbuhan industry + + + + + 3. Investasi tahap ketiga dilakukan dengan biaya investasi Rp. 29.444.800.000,- dengan tahapan
sampai 2033.
tenaga kerja + + + + +
ketersediaan input factor + + + + Pendapatan pelabuhan diperoleh dari hasil penjumlahan proyeksi pendapatan total dari jasa kapal,
jasa barang dan jasa penumpang antara lain dapat dilihat pada table sebagai berikut :
Sumber penerimaan + + + + +
Pendanaan Pemerintah + + + + + Tabel 5.11 . Proyeksi Rencana Pendapatan Pelabuhan Menurut Jenis Pendapatan
pendanaan swasta (investasi) + + No Jenis Pendapatan Uraian Jumlah
Keterangan : + = Berkolerasi Positif A Dermaga Nusantara
Pelayanan terminal 10 voyage x 12 bulan x Rp. 5.000,- x 300 orang Rp.180.000.000,-
keberangkatan penumpang : = Rp.180.000.000,-
Dalam perkembangan nantinya akan dibagi dalam dua hal penting: Pelayanan terminal pengantar 10 voyage x 12bulan x Rp. 1000,- x 300 orang Rp. 36.000.000,-
penumpang : = Rp. 36.000.000,-
1. Kriteria Pengembangan (Development Criteria) Biaya bongkar muat barang : Rp. 350,-/m3 x 10 voyage x 12bulan x 10jenis x Rp. 4.200.000,-
Efek positif yang menjadi dasar dari kelayakan pembangunan pelabuhan di Wayamli terkait 10m3
= Rp. 4.200.000,-
dengan struktur bangunan ataupun struktur alamnya. Hal ini aktifitas masyarakat akan
Jasa labuh kapal : Rp. 40,-/GT x 797.000 GT Rp. 31.880.000,-
berubah dan mengikuti dinamika kegiatan-kegiatan yang lebih menjadi penting dikarenakan = Rp. 31.880.000,-
ketika pelabuhan beroperasi, diharapkan segala cepat dan besar. Ini akan juga memerlukan
Jasa tambat kapal : Rp. 30/GT x 5000 GT x 10 voyage x 12 bulan Rp. 18.200.000,-
pertimbangan kelayakan sebagai conoth kemungkinan adanya ekspandi dan perluasan = Rp. 18.200.000,-
peklabuhan itu sendiri dalam masa 30 tahun. Jasa dermaga : Rp. 350,-x100 ton/m3 x10 voyage x12 bulan Rp. 4.200.000,-
= Rp. 4.200.000,-
Nilai positif untuk beberapa parameter seperti, konsistensi zoning, fisibilitas konstruksi,
Jasa penumpukan : Rp. 60,- x 100 ton/m3 x 12 bulan x 30 hari Rp. 2.160.000,-
mempertahankan kondisi laut dan perikanan laut menunjukkan bahwa dalam
= Rp. 2.160.000,-
perkembangannya masih diperkirakan akan memberikan efek layak bila dikaitkan dengan
Executive Summary
47
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

Sewa/retribusi tanah toko/kios : Rp. 5000,-x 20 x 3 m2 x 30 hari x 12 bulan Rp.108.000.000,- b) Pekerjaan reklamasi
Untuk 1 tahun Rp. 384.400.000,- c) Pekerjaan Jalan Beton
B Pelayaran Rakyat d) Pengembangan Terminal Penumpang
Jasa labuh Rp.35/GTx500GTx12 bulan x100 kapal Rp. 21.000.000,- e) Pembangunan Areal Parkir
Jasa dermaga :87,5,- x 20ton/m3 x 100 kapal x 12 bulan Rp. 10.500.000,- f) Pembangunan Pagar
Jasa penumpukan barang Rp. 60,- x 10ton/m3 x 12bln x 30 hr Rp. 2.160.000,-  Pada Zona Pelayaran Rakyat :
Untuk 1 tahun Rp. 33.660.000,- a) Pembanguna Dermaga Beton
Dengan memperhitungkan pertumbuhan pendapatan dari operasional pelabuhan Nusantara b) Pembangunan Trestle Beton
berkisar sebesar Rp. 418.060.000 per tahun plus 20 persen penumpang dan barang untuk c) Pembangunan causeway
perubahannya, yang berasal dari jasa pelayanan pelabuhan untuk pelayaran perintis dan jasa d) Lapangan Penumpukan
pelabuhan untuk jasa pelayaran rakyat, maka Benefit ekonomi yang didapat adalah dengan e) Pembangunan gudang
perkiraan total penerimaan mencapai Rp 13.356.180.854,- selama 20 tahun operasi. Nilai ini f) Perkerasan jalan Beton
masih jauh dari biaya investasi pembangunan pelabuhannya seperti terlihat pada grafik dan g) Pembangunan Areal parkir
tabel berikut: h) Pembangunan Pagar
i) Utilitas Site
2) Dalam Periode Jangka Menengah direncanakan akan dilakukan pembangunan:
 Pada Zona Pelayaran rakyat :
a) Pembanguna Dermaga Beton
b) Pembangunan Trestle Beton
c) Pembangunan causeway
d) Lapangan Penumpukan
e) Pembangunan gudanng
f) Utilitas Site
Gambar 5.14. Grafik Perkembangan Estimasi Pendapatan g) SBNP
Dari Jasa Pelayanan Pelabuhan 3) Dalam periode Jangka Panjang akan dilakukan pembangunan :
5.4.3. Analisis Kelayakan Finansial  Pada Zona Pelayaran Rakyat :
Asumsi analisis ini menggunakan formula penganggaran modal, dengan metode analisis Net a) Pembanguna Dermaga Beton
b) Lapangan Penumpukan
Present Value dengan Horizon Investasi selama 30 tahun. Dengan demikian, rumus yang
c) Pembangunan gudang
digunakan adalah:
d) Utilitas Site
 FCF1 FCF2 FCF30  c. Biaya konstruksi pembangunan Pelabuhan Bima dalam ketiga tahapan rencana pembagunan
NetPV     ...    InitialInv estment
 1  r  (1  r )2
1
(1  r )30  dapat dilihat pada Tabel 3.35 .
Dimana: d. Umur teknis proyek 20 tahun.
 Net Present Value adalah selisih antara akumulasi nilai sekarang dari Free Cash Flow e. Secara teknis daerah ini merupakan daerah penghasil Padi dan komoditas perkebunan.
selama 30 tahun ke depan dengan nilai total investasi sekarang f. Perhitungan NPV dapat dilihat dalam berbagai skenario :
 Free Cash Flow adalah jumlah arus kas per tahun yang merupakan hasil penjumlahan laba - Terdapat 3 skenario yang dibuat untuk melihat kelayakn finansial berdasarkan NPV nya. Hal
bersih dan biaya depresiasi ini perlu dilakukan untuk mendapatkan gambaran apakah menguntungkan atau tidak.
 r adalah tingkat pendiskonto yang digunakan untuk menghitung nilai sekarang dari nilai - Kektiga skenario menjelaskan dasar perhitungan dengan dasar perbedaan yang terletak
dana masa depan. Angka ini juga merupakan refleksi tingkat premium risiko yang hendak pada asumsi tingkat inflasi dan pertumbuhan pendapatan.
ditanggung oleh investor Uraian Indikator Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3
 Initial investment adalah total dana yang diinvestasikan berdasarkan nilai sekarang. Inflasi 10% 11% 12%
Konsultan diberi tugas Ditjen Perhubungan Laut untuk mengkaji dan menelaah kemungkinan Pertumbuhan
20% 17% 17%
daerah tersebut dapat dikembangkan, dengan hasil sebagai berikut : pendapatan
NPV 12.822.811.771 - 98.107.864.309 10.643.441.073
a. Lokasi Rencana Pelabuhan Bima secara teknis masih dapat dikembangkan.
IRR 20% 17% 17%
b. Berdasarkan rencana tahapan pengembangan Pelabuhan Bima disusun tahapan rencana
g. Dari hasil perhitungan Total Present Value tedapat 2 (dua) skenario yang dapat memberikan
pembangunan sebagai berikut :
nilai NPV positif pada tahun ke 21 yaitu di temukan pada skenario 1 dan 3 dengan IRR 20 %
1) Dalam Periode Jangka Pendek akan dilakukan pembangunan : pada skenario 1 dengan nilai NPV sebesar Rp. 12.822.811.771 dengan tingkat inflasi sebesar
10 %. Pada skenario 3 dengan IRR 17 % nilai NPV sebesar Rp. 10.643.441.073 dengan tingkat
 Pada Zona Terminal Penumpang : inflasi 12 %.
a) Pekerjaan Talud sepanjang 100 m
Executive Summary
48
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

h. Pada skenario ke 2 ditemukan nilai NPV negative (98.107.864.309) dan baru akan ditemukan NO. NAMA DAERAH NAMA LATIN KETERANGAN
nilai positif pada tahun ke 30. 1 2 3 4
i. Dengan bercirikan operasi yang bersifat public service dengan PSOnya maka secara keuangan 11 Kayu Putih Eucalyptus globulus
dengan adanya pembangunan pelabuhan dibandingkan dengan aktivitas ekonominya akan 12 Cemara laut Casuarina equisetifolia
mengedepankan economic benefit yang mungkin bersifat non-tangible.
13 Bengkal puri Nauclea sp.
j. Kebijakan Publik menjadi sangat penting karena terdapat sisi positif dari potensi ekonomi untuk
masyarakat yang dapat dikembangkan. 14 Mahang Macaranga involucrata

6. ANALISA LINGKUNGAN 15 Mahang Macaranga longistipulata


16 Beringin Ficus nodosa
Secara umum Pengaruh lingkungan pelabuhan dapat ditinjau melalui dua cara yaitu : 17 Jambu-jambuan Eugenia sp
a. Dampak lingkungan terhadap keberadaan pelabuhan
18 Nyamplung Callophyllum soulatri
b. Dampak dari keberadaan pelabuhan terhadap lingkungan.
19 Nyamplung Callophyllum inophyllum
Dampak potensial pengembangan pelabuhan terhadap lingkungan dapat berupa polusi
20 Pulai Alstonia scholaris
terhadap air, polusi terhadap udara, polusi tampilan termasuk dampak pada sosial budaya,
kebisingan, getaran, kontaminasi endapan dasar perairan, hilangnya habitat dasar perairan, 21 Jabon Anthocephalus cadamba.
kerusakan terhadap ekologi marine dan perikanan erosi pantai, perubahan pola arus, buangan Alstonia macrophylla var.
22 Pulai
limbah, bocoran dan limpahan BBM serta emisi bahan berbahaya. acuminata
23 Benuang Octomeles sumatrana
Rona lingkungan awal yang dikaji untuk menyusun analisa lingkungan ini meliputi :
1. Komponen Fisik, meliputi : 24 Beringin Ficus sp
 Iklim 25 Bangkirai Litsea sp
 Topografi Dan Bathymetri
26 Cendana Santalum Album
 Pasang Surut Dan Arus
 Gelombang 27 Pohon Lontar Borassus flabelifer
2. Komponen Biologi 28 Rumput jara-jara Svinivax litoralis
 Flora Darat 29 Bengkal puri Nauclea sp.
 Fauna Darat
Agrostopphyllum bicuspidatum,
3. Sosial Ekonomi Dan Budaya 30 Anggrek
dll jenis yang tercatat ±85 Jenis
 Jumlah Dan Kepadatan Penduduk
31 Ketapang Terminalia cattapa
 Perkembangan Ekonomi Daerah
Flora darat dapat dijumpai disekitar wilayah studi adalah vegetasi hutan disekitar lokasi. 32 Pandan, buah merah Pandanus sp
Beberapa jenis pohon yang tercatat ialah: meranti, suntai, terantang. Hasil identifikasi 33 Tumbuhan paku Cyanthea binaya
selengkapnya disajikan pada Tabel 6.1.
34 Tumbuhan perdu Impatiens sp.
35 Tumbuhan perdu Dianella sp.
Tabel 6.1. Hasil Analisa Flora Darat di Wilayah Studi
36 Tumbuhan perdu Burmannia sp.
NO. NAMA DAERAH NAMA LATIN KETERANGAN 37 Tumbuhan perdu Dacrydium sp.
1 2 3 4 38 Ekaliptus Eucalypthus degluptha
1 Tancang/pedada Sonneratia alba 39 Meranti Shorea selanica
2 Bakau-bakauan Rhyzopora sp. 40 Meranti Vatica sp
3 Api-api Avicenia sp. 41 Meranti Dipterocarpaceae sp
4 Nipah Nypa fructicans 42 Biti Vitex gofasus
5 Bidu Bruguiera sexangula 43 Kayu kapur Hopea spp
Rhododendron stresemannii dll, 44 Kayu raja Koompassia malaccensis
6 Tumbuhan lumut
jenis yang tercatat± 6 jenis
Tapak kuda/katang- 45 Kenari Canarium spp
7 Ipomea pescaprea
katang 46 Bintanggur Callophyllum inophyllum
8 Rumput jara-jara Svinivax litoralis 47 Merbau Intsia bijuga
9 Ketapang Terminalia cattapa 48 Damar Agathis alba
10 Kayu Hitam Diospyros rostrata 49 Damar Agathis phillipinensis
Executive Summary
49
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

NO. NAMA DAERAH NAMA LATIN KETERANGAN NO. NAMA DAERAH NAMA LATIN KETERANGAN
1 2 3 4 1 2 3 4
50 Cemara Casuarina montana 28 Kepudang Coracina ceramencis
Sumber: Dinas Kehutanan 2007 29 Rangkong Famili Bucerotidae Dilindungi UU
30 Bayan Lorius roratus Dilindungi UU
31 Burung Gosong Megapodius reintwardtii Dilindungi UU
Sumber: Dinas Kehutanan 2007
Jenis satwa yang ditemukan antara lain dari kelas mammalia, aves, dan reptilia. Keberadaan
jenis fauna di lokasi studi ditampilkan dalam Tabel 6.2.
6.1. ANALISIS DATA KUALITAS AIR

Tabel 6. 2 Hasil Analisa Fauna Darat di Wilayah Studi Hasil Pengujian Laboratorium atas contoh air yang diambil dari lokasi perairan dan daratan
pelabuhan Bima adalah sebagai berikut :
NO. NAMA DAERAH NAMA LATIN KETERANGAN
1 2 3 4 Hasil Pengujian
1 Bandicoot/mapea Rhyncomeles prattorum Testing Result
Parameter Satuan Baku Mutu Metoda Acuan
No. AL AL AL
2 Kuskus Phalanger orientalis Dilindungi UU Parameter Unit Specification Method Reference
(Perairan (Perairan (Perairan
3 Ayam Hutan Gallus – gallus 0,2d) 0,6d) 0,8d)
FISIKA
4 Rusa Cervus timorensis Dilindungi UU
1 Salinitas % - 27,7 28,0 28,6 Trimetri
5 Kuda Sumba Residu - 7,50 2,50 3,00 SNI 06-6989.26-2005
6 Babi hutan Sus Vitacus 2 Tersuspensi mg/L
(TSS)
7 Biawak Varanus Salvator 3 Suhu o
C Alami 18,5 18,1 18,4 SNI 69-6989.23-2005
8 Anjing liar Canis familiar KIMIA
9 kucing liar / luwak Felis catus Amonia (NH3- 0,3 0,3 > < 0,3 < 0,3
1 mg/L SNI 06-6989.30-2005
N)
10 musang Paradoxurus hermaphroditus 2 *Arsen (As) mg/L - 0,005 > 0,005 > 0,005 > **SM 3114 – C
11 musang Vivera tangulunga Deterjen 1 0,50 0,23 ^1,04
3 mg/L SNI 06-6989.51.2005
Rousettus amplixicaudus dll, (MBAS)
12 Kelelawar 4 Fenol mg/L 0,002 0,005 > 0,005 > 0,005 > SNI 06-6989.21-2004
yang tercatat ± 4 jenis
13 Kucing hutan Egus cabalus 5 Fosfat (PO4) mg/L - 0,01 > 0,01 > 0,01 > ** SM 4500 – P.D

Ratus Ceramicus dll, yang Kadmium 0,01 0,003 0,003 > 0,003 >
14 Tikus 6 mg/L SNI 6989.16:2009
*(Cd)
tercatat ± 7 jenis
Khromium - 0,01 > 0,01 > 0,01 >
15 Tikus hutan Pogonomelomys fraterculus 7 +6 mg/L SNI 6989.71:2009
(Cr)
16 Tikus hutan Nesororomysn ceramycus 8 *Mercury (Hg) mg/L 0,003 0,001 > 0,001 > 0,001 > SNI 6989.78:2011
Minyak & 5 1> 1> 1>
17 Kura-kura air tawar 9
Lemak
mg/L SNI 06-6989.10-2004
18 Penyu Sisik Eretmochelys imbricata Dilindungi UU 10 *Nikel (Ni) mg/L - 0,005 > 0,005 > 0,005 > SNI 6989.79:2011
19 Buaya Muara Crocodylus porosus Dilindungi UU 11 Nitrat (NO3) mg/L - 1,83 0,76 1,61 SNI 6989.18:2009
Oksigen - 5,52 5,59 5,79
20 Kadal (24 jenis) Dibamus seramensis 12 mg/L SNI 06-2425-1991
Terlarut(DO)
21 Ular (17 jenis) Calamaria ceramensis 13 pH mg/L 8,5 – 6,5 7,1 7,1 7,1 SNI 06-6989.11-2004
22 Ular Thyphlops kraai 14 Sanitas 0/00 Alami 32,64 32,04 32,18 Potensiometri
15 * Seng (Zn) mg/L 0,1 0,005 > 0,005 > 0,005 > SNI 6989.7:2009
23 Soa-soa Hydrosaurus amboinensis Dilindungi UU
Sulfida 0,03 0,006 0,005 0,005
24 Nuri kepala hitam Lorius domicella Dilindungi UU 16 mg/L SNI 6989.70:2009
Sebagai H2S
25 Nuri telinga biru Eos semilarvata Tembaga 0,05 0,02 > 0,02 0,02 >
17 mg/L SNI 6989.67:2009
*(Cu)
26 Burung madu Deaceum vulneratum 18 *Timbal (Pb) mg/L 0,05 ^0,14 0,01 0,02 SNI 6989.8:2009
27 Kipas Rhipidura dedemi MIKROBIOLOGI
1 Coliform Jml/100 1.000 460 240 240 ** SM 9211 B

Executive Summary
50
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

ml PENGELOLAAN DAMPAK LINGKUNGAN

Tabel 6.4.
Matrik Upaya Pengelolaan Lingkungan (UPL) Pelabuhan Bima

6.2. KOMPONEN DAN ARAHAN LINGKUNGAN

Tabel 6.3.
Komponen Lingkungan yang Diperkirakan Terkena Dampak
No. Sumber Alam / Komponen Uraian Dampak
Lingkungan Yang
Diperikirakan Terkena dampak
1 Laut Perubahan pola alur karena adanya dermaga
Perubahan pola alur karena adanya breakwater
Perubahan pola arus dapat menyebabkan pengikisan tebing
pantai (abrasi/erosi) dan meyebabkan sedimentasi
Terkontaminasinya air laut oleh buangan ceceran minyak,
meningkatnya COD, Logam berat, Fe, Mn dan Pb di perairan.
Terkontaminasinya air laut oleh lumpur buangan saat
pengerukan alur pelayaran dan kolam pelabuhan
2 Udara Gangguan debu dan kebisingan sesaat terhadap masyarakat
6.3. saat mobilisasi tenaga, alat, bahan serta saat operasional A
R pelabuhan
A 3 Air Tanah Pencernaan air tanah oleh limbah buangan minyak oli dan
H limbah cair sisa penanganan ikan
A Terkontaminasinya air tanah oleh buangan kegiatan
N pelabuhan darat
4 Ruang, Lahan dan Tanah Kerusakan jalan umum saat mobilisasi tenaga, alat dan
bahan
Terjadinya pengikisan hutan mangrove saat penggalian dan
pembuatan bangunan pelabuhan
Berdirinya bangunan liar saat pengoperasian pelabuhan
5 Sosial Ekonomi Kecemburan sosial dengan adanya penggunaan tenaga kerja
dari luar
Rasa khawatir akan hilangnya sebagian / seluruh tanah milik
akibat proyek pada kegiatan penentu lokasi, study dan
desain
6 Sosial Budaya Kecemburuan sosial dan interaksi sosial yang meresahkan
masyarakat karena penggunaan tenaga kerja dari luar saat
mobilisasi tenaga, alat dan bahan.
Kecemburuan sosial pada bagian masyarakat yang tidak
memperoleh kesempatan menggunakan fasilitas pelabuhan
7 Estetika Gangguan estetik oleh sisa galian saat pembersihan jalan
dan land clearing
Gangguan terhadap kelancaran lalu lintas penduduk saat
pembuatan bangunan utama pelabuhan dan bangunan
pelengkap

Executive Summary
51
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

6.4. FASILITAS PENGELOLAAN LIMBAH


6.4.1 Fasilitas Pengolah Limbah
Sesuai dengan ketentuan MARPOL 73/78 dan Surat Keputusan Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut No. PK.101/1/4/DJPL-13 Tanggal 28 Maret 2013 bahwa tiap pelabuhan
harus memiliki dan mulai mempersiapkan fasilitas penampungan limbah atau Reciption
Facilities (RF).
Reception Facilities (RF) di pelabuhan dapat menerima limbah dari hasil kegiatan kapal,
kendaraan pengumpul limbah di darat serta dari kendaraan pengumpul limbah dilaut.
Umumnya pada kapal-kapal, limbah-limbah tersebut terlebih dahulu sudah dilakukan
pemisahan menurut klasifikasinya sebelum diserahkan ke Reception Facilities (RF)
dipelabuhan. Sedangkan limbah yang berasal dari kendaraan pengumpul limbah di laut,
pemisahan limbah-limbah berdasarkan klasifikasinya dilakukan di kendaraan pengumpul
limbah di laut tersebut (onboard) setelah menerima limbah dari sumbernya. Limbah yang
berasal dari kendaraan pengumpul limbah didarat dapat langsung diserahkan ke Reception
Facilities (RF) dipelabuhan, karena kendaraan pengumpul limbah di darat hanya dapat
mengangkut limbah sesuai dengan izin yang dimilikinya.
Jenis, ukuran serta sarana dan prasarana fasilitas pengelolaan limbah di pelabuhan tersebut
tergantung pada potensi, kapasitas, jenis serta karakteristik limbah dan bahan dari hasil
kegiatan kapal.
Dalam proses perizinannya, maka jenis-jenis limbah B3 yang diizinkan untuk disimpan dan
dikumpulkan di Reception Facilities (RF) dipelabuhan ini terbatas hanya untuk limbah-limbah
B3 yang telah diketahui secara pasti dan dijamin ketersediaan fasilitas pengelolaan
lanjutannya. Izin yang perlu dimiliki oleh Reception Facilities (RF) limbah B3 dipelabuhan
adalah:
1.Penyimpanan.
2.Pengumpulan.
3.Pengangkutan
Reception Facilities (RF) di pelabuhan, selain melakukan kegiatan pengumpulan dan
penyimpanan limbah B3, juga dapat memiliki fasilitas pengolahan (antara lain : oil
separator, waste water treatment plant / WWTP) dan landfill residu atau limbah B3 lainnya
(antara lain : incinerator) baik yang berlokasi dikawasan pelabuhan maupun diluar kawasan
pelabuhan. Hal ini disebut dengan Fasilitas Pengelolaan Limbah di Pelabuhan, dan izin yang
perlu dimiliki oleh fasilitas semacam ini adalah:
1.Pengoperasian alat pengolahan.
2.Penyimpanan.
3.Pengumpulan.
4.Pengangkutan.
5.Pengolahan.
6.Pemanfaatan.
7.Landfill.

6.4.2 Tipikal Fasilitas Pengelolaan Limbah Di Pelabuhan


Fasilitas pengelolaan limbah dipelabuhan terbagi atas 2 (dua) tipe, yaitu:
1.Tipe fasilitas pengelolaan limbah sejenis.
2.Tipe fasilitas pengelolaan limbah terpadu.
Tipe fasilitas pengelolaan limbah terpadu, fasilitas pendukungnya berlokasi didalam kawasan
pelabuhan dan pengusahaannya dapat dilakukan oleh pengelola fasilitas itu sendiri atau dapat
Sumber: Hasil Analisis Konsultan Tahun 2013
juga oleh pihak ketiga.
Executive Summary
52
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

Gambar 6.2. Type Fasilitas Pengolahan Limbah Terpadu di dalam Kawasan Pelabuhan
Adapun fasilitas pendukung tersebut antara lain:
- Separator.
- Incinerator.
1. Kriteria Pengadaan Fasilitas Pengelolaan Limbah di Pelabuhan
- Waste Water Treatment Plant (WWTP).
- Dan lainnya. a. Semua pelabuhan, terminal dan dermaga dimana minyak mentah dimuat ke dalam
tanker minyak yang mana tanker tersebut mempunyai prioritas untuk segera
RF yang dipersiapkan di kawasan Pelabuhan Bima adalah RF terpadu
melakukan ballast tidak lebih dari 72 jam atau lego jangkar pada perairan pelabuhan
(DLKR dan atau DLKP) atau yang menempuh perjalanan minimal 1200 mil laut.
b. Semua pelabuhan, terminal dan dermaga dimana minyak selain minyak mentah curah
dimuat pada tingkat rata-rata lebih dari 1000 metrik ton perhari.
c. Semua pelabuhan, terminal dan dermaga yang mempunyai halaman untuk perbaikan
kapal atau fasilitas tank cleaning dan atau jenis pengusahaan tank cleaning.
d. Semua pelabuhan, terminal dan dermaga yang menangani kapal-kapal harus
dilengkapi pula dengan tangki sludge sebagaimana dalam peraturan 17 Annex I
MARPOL 73/78.
e. Semua pelabuhan yang berhubungan dengan air kotor berminyak dan jenis-jenis
residu lainnya, yang tidak dapat dibuang sesuai ketentuan peraturan 9 Annex I
MARPOL 73/78 dan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
f. Semua pelabuhan untuk pemuatan kargo curah dan yang berhubungan dengan residu
minyak yang tidak dapat dibuang sesuai dengan ketentuan peraturan 9 Annex I
MARPOL 73/78 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
g. Pelabuhan, terminal dan dermaga perbaikan kapal yang melakukan kegiatan
perbaikan dan pembersihan tangki kapal tanker Diagram Alur Proses di Fasilitas
Pengelolaan Limbah Terpadu.

2. Persyaratan Lokasi
a. Memiliki area yang cukup (sekurang-kurangnya 1 (satu) hektar) untuk kemudahan
penanganan dan perlindungan dari situasi darurat.
Gambar 6.1. Diagram Alur proses di Fasilitas Pengolah Limbah Terpadu b. Area secara geologis dan geografis merupakan daerah bebas banjir,
c. Longsor dan genangan serta mempunyai sostem drainase yang baik.
d. Lokasi berada diluar area kepabeanan pelabuhan.
e. Memiliki akses yang baik, baik dari laut (bila berlokasi dipelabuhan itu sendiri) maupun
dari darat, yang memungkinan untuk operasi manuever kapal secara aman dan
mencegah penundaaan yang tidak diinginkan.
f. Memiliki akses yang mudah terhadap berbagai keperluan yang dibutuhkan seperti
listrik, uap dan lain sebagainya.
g. Memiliki jarak yang cukup aman (minimum 50 meter) dari lokasi
h. pemukiman, lingkungan yang sensitif serta lingkungan untuk kepentingan tertentu
guna meminimalisasi dampak lingkungan dan kesehatan.

3. Persyaratan Bangunan
a. Fasilitas pada bangunan penyimpanan dan pengumpulan harus dilengkapi dengan
berbagai sarana penunjang dengan tata ruang yang tepat sehingga kegiatan
penyimpanan dan pengumpulan limbah B3 dapat berlangsung dengan baik dan aman
bagi lingkungan
b. Setiap bangunan penyimpanan dan pengumpulan limbah B3 dirancang khusus, dan di
lengkapi dengan bak pengumpul tumpahan/ceceran limbah yang dirancang
sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pengangkatannya;
c. Fasilitas pada bangunan penyimpanan dan pengumpulan harus di lengkapi dengan:
1) Peralatan dan sistem pemadam kebakaran;
2) Pembangkit listrik cadangan;
3) Fasilitas pertolongan pertama;
Executive Summary
53
Studi Penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pelabuhan Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat T. A 2013

4) Peralatan komunikasi; Jika terjadi kecelakaan, maka para pihak dapat memberikan respon yang cepat dalam
5) Gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan; rangka mengurangi setiap bahaya yang timbul pada kesehatan manusia dan / atau
6) Pintu darurat dan alarm. lingkungan.

4. Fasilitas Tambahan
Fasilitas pengelolaan limbah B3 di pelabuhan harus dilengkapi dengan sarana dan
prasarana tambahan antara lain: laboratorium, pencucian, bongkar muat, kolam
pengumpul, dan peralatan penanganan tumpahan.

Gambar 6.4. Diagram Pengawasan.

B. Ruang Lingkup Pengawasan


Ruang lingkup pengawasan antara lain:
a) Perizinan
b) Pemantauan secara rutin
c) Pelaporan dalam bentuk neraca limbah B3
Neraca Limbah B3 adalah data kuantitas kegiatan yang menunjukkan kinerja
pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan dan yang dikelola pada satuan waktu
penaatannya.
d) Kualitas media lingkungan hidup untuk parameter-parameter sesuai yang ditetapkan
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku
e) Penaatan kebijakan

Gambar 6.3. Tata Ruang Fasilitas Penyimpan dan Pengumpul

6.4.3 Pengawasan
Pengawasan secara menyeluruh terhadap pengoperasian fasilitas pengelolaan limbah B3 di
pelabuhan dilakukan oleh para pihak terkait sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
masing-masing seperti yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
A. Mekanisme Pengawasan
Mekanisme pengawasan yang komprehensif perlu dilakukan pada aspek–aspek antara
lain:
1. Aspek teknis, dan
2. Aspek administrasi.

Executive Summary
54

Anda mungkin juga menyukai