Anda di halaman 1dari 16

RIBA, BUNGA BANK DAN

BAGI HASIL

• Yungki Akbar Kelompo


• Wardah T. Simamora k1
• Uci Roito Anggina • Putri Aulia br Siregar
• Aulia Rahma Pasaribu
Nst
• Sari Wahyuni
A. DALIL YANG MENGHARAMKAN RIBA
• Didalam Al-Qur’an kata riba beserta bentuk derivasinya disebut sebanyak dua belas kali, delapan
diantaranya berbentuk kata riba itu sendiri. Quraisy Shihab menyebut kata riba termaktub dalam
Al-Qur’an sebanyak delapan kali dalam empat surah yaitu Al Baqarah, Ali Imran, An Nisa dan Ar
Ruum. Tiga surah pertama adalah madaniyah, sedangkan Ar Ruum adalah Makkiyah. Ini berarti
ayat pertama yang berbicara mengenai riba adalah Ar Ruum ayat 39.
QS. Ar Ruum ayat 39.

ِ َّ‫َو َما آتَ ْيتُ ْم ِم ْن ِربًا لِيَرْ ب َُو فِي َأ ْم َوا ِل الن‬
َ ‫اس فَاَل يَرْ بُو ِع ْن َد هَّللا ِ ۖ َو َما آتَ ْيتُ ْم ِم ْن َز َكا ٍة تُ ِري ُد‬
َ‫ون َوجْ ه‬
Berikut bunyi ayat tersebut Artinya : Dan sesuatu riba (tambahan) yang .‫ك هُ ُم ْال ُمضْ ِعفُون‬ َ ‫هَّللا ِ فَُأو ٰلَِئ‬
kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba
itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan
Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang
.melipat gandakan (pahalanya)
QS. An Nisa ayat 160

‫ص ِّد ِه ْم َع ْن َسبِي ِل هَّللا ِ َكثِيرًا‬ ْ َّ‫ت ُأ ِحل‬


َ ِ‫ت لَهُ ْم َوب‬ َ ‫فَبِظُ ْل ٍم ِم َن الَّ ِذ‬
َ ‫ين هَا ُدوا َح َّر ْمنَا َعلَ ْي ِه ْم‬
ٍ ‫طيِّبَا‬

Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas


(memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi
mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan
Allah,
QS. An Nisa ayat 161

‫ين ِم ْنهُ ْم َع َذابًا َألِي ًما‬


َ ‫اط ِل ۚ َوَأ ْعتَ ْدنَا لِ ْل َكافِ ِر‬
ِ َ‫اس ِب ْالب‬ َ ‫َوَأ ْخ ِذ ِه ُم ال ِّربَا َوقَ ْد نُهُوا َع ْنهُ َوَأ ْكلِ ِه ْم َأ ْم َو‬
ِ َّ‫ال الن‬

dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka


telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda
orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang
yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.
QS.Al Baqarah ayat 278-279
QS. Ali Imran ayat 130

‫ُون‬ َ ‫ين آ َمنُوا اَل تَْأ ُكلُوا الرِّ بَا َأضْ َعافًا ُم‬
َ ‫ضا َعفَةً ۖ َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِح‬ َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬ ‫ب ِم َن اللَّ ِه‬
ٍ ‫) فَِإ ْن مَل َت ْفعلُوا فَْأذَنُوا حِب َر‬278( ‫ني‬
ْ َ ْ
ِِ ِّ ‫ين آَ َمنُوا َّات ُقوا اللَّهَ َوذَ ُروا َما بَِق َي ِم َن‬
َ ‫الربَا ِإ ْن ُكْنتُ ْم ُمْؤ من‬
ِ َّ
َ ‫يَا َأيُّ َها الذ‬
)279( ‫ون َواَل تُظْلَ ُمو َن‬ َ ‫وس َْأم َوالِ ُك ْم اَل تَظْلِ ُم‬ ‫ِِ ِإ‬
ُ ُ‫َوَر ُسوله َو ْن ُتْبتُ ْم َفلَ ُك ْم ُرء‬
Artinya : “Hai orang-orang beriman, bertakwalah pada Allah dan
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan tinggalkan sisa riba jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika
riba dengan berlipat ganda] dan bertakwalah kamu kepada kamu tidak melaksanakan (apa yang diperintahkan ini) maka ketahuilah,
Allah supaya kamu mendapat keberuntungan bahwa akan terjadi perang dahsyat dari Allah dan RosulNya dan jika
kamu bertaubat maka bagi kamu pokok harta kamu, kamu tidak
dianiaya dan tidak (pula) dianiaya

QS. Al Baqarah ayat 275-276

‫ك بَِأنَّهُ ْم قَالُوا ِإنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل الرِّ بَا َوَأ َح َّل هَّللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم الرِّ بَا‬َ ِ‫ان ِم َن ْال َمسِّ َذل‬ُ ‫ط‬ َ ‫ون ِإال َك َما يَقُو ُم الَّ ِذي يَتَ َخبَّطُهُ ال َّش ْي‬َ ‫ون الرِّ بَا ال يَقُو ُم‬َ ُ‫ين يَْأ ُكل‬
َ ‫• الَّ ِذ‬
‫ق هَّللا ُ الرِّ بَا‬
ُ ‫) يَ ْم َح‬٢٧٥( ‫ون‬ َ ‫ار هُ ْم فِيهَا َخالِ ُد‬ ِ َّ‫ك َأصْ َحابُ الن‬ َ ‫ف َوَأ ْم ُرهُ ِإلَى هَّللا ِ َو َم ْن َعا َد فَُأولَِئ‬ َ َ‫ظةٌ ِم ْن َربِّ ِه فَا ْنتَهَى فَلَهُ َما َسل‬َ ‫فَ َم ْن َجا َءهُ َم ْو ِع‬
)٢٧٦( ‫ار َأثِ ٍيم‬ ٍ َّ‫ت َوهَّللا ُ ال ي ُِحبُّ ُك َّل َكف‬ ِ ‫ص َدقَا‬ َّ ‫َويُرْ بِي ال‬

275. Orang-orang yang memakan riba tidakk dapat berdiri melainkann seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena (tekanan)
penyakit gila yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Barang siapa mendapatkan peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi
miliknya,, dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa yang mengulangi (mengambil riba), maka mereka itu penghuni neraka mereka
kekal di dalamnya.
276. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah, Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa.
B. JENIS JENIS RIBA
• Riba terbagi menjadi empat macam yaitu :

2. Riba fadhl
Riba fadhl adalah pertukaran antara barang sejenis dengan
1. Riba Nasi’ah kadar atau takaran yang berbeda, sedangkan barang yang
riba Nasi’ah adala Tambahann yang diambil karena dipertukarkan itu termasuk dalam jenis barang Ribawi.
penundaan pembayaran utang untuk dibayarkan pada
Tempo yang baru, sama saja apakah tambahan itu
merupakan sanksi atas keterlambatan pembayaran
utang, atau sebagai tambahan utang baru.

4. Riba Yadd
Riba Yadd adalah riba yang disebabkan karena menunda
3. Riba Qardh pembayaran dalam pertukaran barang barang. Dengan kata
Riba Qardh adalah meminjam uang kepada lain, kedua belah pihak yang melakukan pertukaran uang
seseorang dengan syarat ada kelebihan atau atau barang telah berpisah dari tempat akad sebelum
keuntungan yang harus diberikan oleh peminjam diadakan serah terima.
kepada pemberi pinjaman
C. PENGERTIAN BUNGA
• Bunga adalah penambahan, perkembangan, peningkatan dan pembesaran yang diterima
pemberi pinjaman dari peminjam dari jumlah pinjaman pokok sebagai imbalan karena
menangguhkan atau berpisah dari sebagai modelnya selama periode waktu tertentu.
• Secara umum riba adalah pengambilan tambahan yang harus dibayarkan, baik dalam
transaksi jual beli maupun pinjam meminjam yang bertentangan dengan prinsip syariah.
Selain itu dalam kegiatan perbankan konvensional sehari-hari ada 2 macam bunga yang
diberikan kepada nasabahnya yaitu :
1. Bunga Simpanan merupakan harga beli yang harus dibayar bank kepada nasabah
pemilik simpanan.
2. Bunga pinjaman merupakan bunga yang dibebankan kepada para peminjam (debitur)
atau harga jual yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank.
D. BUNGA DALAM PANDANGAN ISLAM
1. Perspektif ekonomi

Bunga bank yang dimanifestasikan dengan interest rate yang merupakan urat nadi perekonomian kapitalisme. Hal ini, merupakan
kompensasi atas saving (tabungan) yang dilakukan oleh manusia, nilai bunga yang ada sangat dipengaruhi oleh banyaknya
penawaran dan permintaan atas tabungan.

Di dalam Islam, prinsip utama yang menentukan dalam distribusi (kekayaan) ialah keadilan dan kasih sayang. Tujuan
pendistribusian ada dua: pertama, agar kekayaannya tidak menumpuk pada segolongan kecil masyarakat tetapi selalu beredar dalam
masyarakat. Kedua, pelbagai faktor produksi yang ada perlu mempunyai pembagian yang adil dalam kemakmuran Negara. Jika
pendistribusian tidak merata, maka orang kaya akan semakin kaya, dan miskin akan semakin terpuruk.

Inilah problem ekonomi yang paling dianggap prinsip oleh masyarakat modern, baik yang maju, sedang atau apalagi yang
terbelakang. Ini disebabkan masyarakat modern adalah pengumbar angan: menciptakan hidup serba berkecukupan, dengan income
besar dan hidup serba gemerlapan. Sebagaimana dalam firman Allah, “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu
dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya, karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal”. (QS al-Isrâ: 29).
2. Perspektif Ushul fiqh
Dalam perspektif ushul fiqh, mengenai bunga bank yang telah dijelaskan beserta implikasinya yang begitu
besar terhadap sosio-ekonomi personal, komunal, nasional maupun global. Dan dalam rangka kehati-hatian dalam
beramal, bila menghadapi benturan antara maslahat dan mafsadat. Bila maslahat yang dominan, maka boleh
dilakukan; dan bila mafsadat yang dominan, maka harus ditinggalkan. Hal ini berdasarkan kaidah, “yagtafiru fî at-
tawâbi mâ lâ yastagfiru fî ghairihâ” yang artinya “dapat dimaafkan pada hal-hal yang mengikuti, dan tidak
dimaafkan pada hal yang lainnya”
Contoh dari kasus ini adalah tidak diperbolehkan menjual buah yang belum layak panen, karena mengandung
gharar di dalamnya, namun jika dijual bersama pohonnya dibolehkan. Sama halnya dengan bunga bank, tidak
boleh mengembalikan uang lebih dari jumlah utang, karena mengandung gharar, tetapi boleh mengembalikan utang
sesuai dengan jumlah utangnya.
Gharar secara harfiah adalah resiko, sementara dalam istilah bisnis adalah menjalankan suatu usaha secara
buta tanpa memiliki pengetahuan cukup, atau menjalankan suatu transaksi yang resikonya berlebihan, atau dalam
kata lain, bahwa dalam setiap transaksi, akibat abai atau lalai dalam menetapkan point-point perjanjian penting
yang berhubungan dengan pertimbangan atau ukuran objek, para pihak penanggung resiko yang sebenarnya tidak
perlu terjadi pada mereka. Jenis resiko ini dianggap tidak bisa diterima dan sama dengan spekulasi karena
sifatnya yang tidak pasti. Oleh karena itu, transaksi spekulatif yang seperti ini dilarang. Dalam kaidah yang lain,
“Ketika telah diharamkan sesuatu, maka diharamkan segala jalan yang dapat menjerumuskan seseorang ke dalam
tindakan tersebut”. Atau kaidah lain pula bisa diberlakukan yakni la darara wala dhirar. Dengan hadis ini para ahli
fikih berkesimpulan dengan garis umum hukum: Segala perilaku yang berakibat merugikan menjadi haram.
Sebab perilaku merugikan jelas berlawanan dengan nilai-nilai moral. Hal ini didasarkan pada kaidah dar’ul
mafâsid muqaddamun ‘ala jalbil mashâlih yang artinya menolak kerusakan diutamakan ketimbang mengambil
kemaslhatan.
E. BUNGA DAN RIBA

   Dalam konteks syariah (hukum Islam) memakan riba termasuk salah satu dosa
besar. Namun pada praktiknya masih banyak masyarakat yang bingung dengan
praktik riba tersebut dalam kehidupan sehari-hari khususnya yang terkait dengan
transaksi perbankan. Riba secara bahasa bermakna tambahan atau meminta
kelebihan uang dari nilai awal. Secara lebih spesifik lagi riba adalah meminta
tambahan uang dari pinjaman awal baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam
meminjam yang bertentangan dengan prinsip syariah Islam. Dalam hal ini pinjam
meminjam atau jual beli tersebut masuk kategori transaksi yang haram. Misalnya si
A memberi pinjaman kepada si B, dengan syarat si B harus mengembalikan uang
pokok pinjaman beserta sekian persen tambahannya.
F. PENGERTIAN BAGI HASIL
• Bagi hasil adalah sistem yang mencakup prosedur untuk mendistribusikan hasil
bisnis antara penyedia dana dan manajer dana (Rofiq, 2004: 153).
• Bagi hasil adalah bentuk perjanjian kerja sama antara investor (investor) dan
manajer modal (Pengusaha) dengan melakukan kegiatan bisnis ekonomi.
Mekanisme perhitungan bagi hasil yang diterapkan didalam perbankan syariah
terdiri dari dua sistem yaitu :
1.
Profit Sharing 
merupakan bagi hasil yang dihitung dari
pendapatan setelah dikurangi biaya pengelolaan
dana. Dalam sistem Islam, pola ini dapat digunakan
untuk pembagian hasil bisnis lembaga keuangan
syariah.

2.
Revenue Sharing 
adalah bagi hasil yang dihitung dari total
pendapatan pengelolaan dana. Dalam sistem
Islam, pola ini dapat digunakan untuk
distribusi hasil bisnis lembaga keuangan
syariah.
G. KONSEP BAGI HASIL
Konsep bagi hasil ini sangat berbeda sekali dengan konsep bunga yang diterapkan oleh sistem
ekonomi konvensional. Dalam ekonomi syariah, konsep bagi hasil dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Pemilik dana menanamkan dananya melalui institusi


keuangan yang bertindak sebagai pengolah dana.
Pengelola pengelola dana dana tersebut dalam sistem 2. Kedua belah pihak membuat kesepakatan (akad)
yang dikenal dengan sistem pool of fund (penghimpunan yang berisi ruang lingkup kerjasama, jumlah nominal
dana), selanjutnya pengelola akan menginvestasikan dana dana, nisbah,dan jangka waktu berlakunya
dana tersebut kedalam proyek atau usaha usah yang layak
dan menguntungkan serta memenuhi semua aspek
kesempatan tersebut.
syariah.

3. Sumber dana terdiri dari:


a. Simpanan : tabungan dan simpanan berjangka
b. Modal : simpanan pokok, simpanan wajib, dan lain
lain
c. Hutang pihak lain
H. JENIS JENIS AKAD BAGI HASIL
• Bentuk bentuk kontrak kerjasama bagi hasil dalam perbankan syariah secara umum dapat
dilakukan dalam empat akad, yaitu musyarakah, Mudharabah, muzara’ah dan musaqah.
namun pada penerapannya prinsip yang digunakan pada sistem bagi hasil, pada umumnya
bank syariah menggunakan kontrak kerjasama pada akad musyarakah dan Mudharabah.

1. Musyarakah ( joint venture profit & loss sharing) 2. Mudharabah ( Trustee profit Sharing)
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak Mudharabah atau qiradh termasuk salah satu bentuk akad
atau lebih untuk suatu tertentu dimana masing-masing syirkah (perkongsian). Istilah lain Mudharabah digunakan
pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan oleh orang Irak, sedangkan orang Hijaz menyebutnya
bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama dengan istilah qiradh. Dengan demikian, Mudharabah dan
sesuai dengan kesepakatan. qiradh adalah istilah maksud yang sama.
I. PERBEDAAN SISTEM BUNGA DAN BAGI
HASIL

no

Sistem Bunga Sistem Bagi Hasil

1. Penentuan suku bunga dibuat pada waktu akad dengan Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu
pedoman harus selalu untung untuk pihak Bank akad dengan berpedoman pada kemungkinan untuk dan rugi

2. Besarnya prosentase berdasarkan pada jumlah uang ( modal) Besarnya nisbah (rasio) bagi hasil berdasarkan pada jumlah
yang dipinjamkan. keuntungan yang diperoleh
3 Tidak tergantung kepada kinerja usaha. Jumlah Tergantung kepada kinerja usaha. Jumlah pembagian
pembayaran bunga tidak mengikat meskipun jumlah bagi hasil meningkat sesuai dengan peningkatan
keuntungan berlipat ganda saat keadaan Ekonomi jumlah pendapatan
sedang baik

4 Eksistensi bunga diragukan kehalalannya oleh semua Tidak ada agama yang meragukan keabsahan bagi hasil
agama termaksud agama Islam

5 Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa Bagi hasil tergantung kepada keuntungan proyek yang
pertimbangan proyek yang dijalankan oleh pihak dijalankan. Jika proyek itu tidak mendapatkan
nasabah untung atau rugii keuntungan maka kerugian akan ditanggung bersama
oleh kedua belah pihak.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai