Anda di halaman 1dari 32

Aspek Hukum Pidana

dalam
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

Tomson Situmeang, S.H., M.H., CLA., CTLC.


Advokat dan Konsultan Hukum Perpajakan
Kurator dan Pengurus
Auditor Hukum Tersertifikasi
Asesor Kompetensi Bidang Hukum pada BNSP
Dosen Tetap Fakultas Hukum UKI

16 September 2022
BAHASAN
• Definisi dan Dasar Hukum

• Metode Pemilihan Penyedia Barang/Jasa

• Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

• Tahapan Pengadaan Barang/Jasa

• Spesifikasi Barang/Jasa

• Sanksi Dalam Pengadaan Barang/Jasa

• Aspek Pidana Dalam Pengadaan Barang/Jasa

• Nilai & Prinsip Anti-Korupsi

• Strategi Upaya Anti-Korupsi di Bidang Pengadaan Barang/Jasa


Definisi dan Dasar Hukum
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut Pengadaan Barang/Jasa adalah
kegiatan Pengadaan Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang dibiayai,
oleh APBN/APBD yang prosesnya sejak identifikasi kebutuhan, sampai dengan serah terima
hasil pekerjaan.

(Pasal 1 angka 1 PerPres No. 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas PerPres RI No. 16 Tahun
2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah)
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disingkat LKPP


adalah lembaga pemerintah yang bertugas mengembangkan dan merumuskan kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. (Pasal 1 angka 6 PerPres Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah)

Pejabat Pembuat Komitnren yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat yang diberi
kewenangan oleh PA/KPA untuk mengambil keputusan dan/atau melakukan tindakan yang dapat
mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara atau anggaran belanja daerah. (Pasal 1
angka 10 PerPres Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah)

Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola yang selanjutnya disebut Swakelola adalah cara
memperoleh barang/jasa yang dikerjakan sendiri oleh Kementerian/ Lembaga Perangkat Daerah,
Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah lain, organisasi kemasyarakatan, atau kelompok
masyarakat. (Pasal 1 angka 23 PerPres Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah)
METODE PEMILIHAN PENYEDIA
BARANG-JASA dan PEKERJAAN
KONSTRUKSI
Pasal 38 ayat (1) PerPres Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,
Metode Pemilihan Penyedia Barang-Jasa dan Pekerjaan
Konstruksi terdiri atas:
•e-Purchasing
•Pengadaan Langsung
•Penunjukan Langsung
•Tender Cepat, dan
•Tender
e-Purchasing
Pasal 1 angka 35 PerPres Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah  e-Purchasing adalah
tata cara pembelian barang/jasa melalui sistem katalog elektronik atau daring.
Pasal 38 ayat (2) PerPres Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah  kegunaan dari e-
Purchasing adalah untuk Barang/ Pekerjaan Konstruksi/ Jasa Lainnya yang sudah
tercantum dalam Katalog Elektronik atau Toko Daring.
Lampiran PerKa Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 12
Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah tentang
Pelaksaan Pemilihan Penyedia, untuk metode e-Purchasing, menyatakan: PPK
melaksanakan:
•e-Purchasing dengan nilai HPS paling sedikit di atas Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah); dan
•e-Purchasing dengan nilai HPS paling sedikit di atas Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) untuk percepatan pembangunan kesejahteraan di Provinsi Papua dan Provinsi
Papua Barat.
PerKa Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 12
Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa
Pemerintah
•e-Purchasing dikecualikan dari Penetapan HPS.
•Surat Pesanan merupakan bentuk perjanjian dalam pelaksanaan pengadaan
melalui e-Purchasing.
•Tender digunakan dalam hal tidak dapat menggunakan e-Purchasing,
Pengadaan Langsung, Penunjukan Langsung dan Tender Cepat.
•Metode pemilihan melalui e-Purchasing diatur tersendiri dalam Peraturan
LKPP
PENGADAAN LANGSUNG
&
PENUNJUKAN LANGSUNG
Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya dalam keadaan tertentu (bernilai paling banyak Rp.200.000.000,-).

Pengadaan Langsung adalah metode untuk mendapatkan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa


Lainnya dalam keadaan tertentu (bernilai paling banyak Rp.200.000.000,-).

Pejabat Pengadaan melaksanakan:


•Pengadaan Langsung dan Penunjukan Langsung untuk pengadaan Barang/Jasa Lainnya dengan nilai HPS paling
banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) atau Jasa Konsultansi yang bernilai paling banyak
Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah); dan
•Pengadaan Langsung dan Penunjukan Langsung untuk pengadaan Barang/Jasa Lainnya dengan nilai HPS paling
banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah); atau Jasa Konsultansi yang bernilai paling banyak
Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) untuk percepatan pembangunan kesejahteraan di Provinsi Papua dan
Provinsi Papua Barat.
TENDER CEPAT
&
TENDER
Tender adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia Barang/ Pekerjaan
Konstruksi/ Jasa Lainnya.

Tender dimaksud dilaksanakan dalam hal tidak dapat menggunakan metode pemilihan
Penyedia lainnya.

Tender Cepat dilaksanakan dalam hal pelaku usaha telah terkualifikasi dalam Sistem
Informasi Kinerja Penyedia untuk pengadaan yang:
•Spesifikasi dan volume pekerjaannya sudah dapat ditentukan secara rinci; atau
•Dimungkinkan dapat menyebutkan merek.

Pelaksaan Pemilihan Tender dan Tender Cepat untuk pengadaan Barang/ Jasa Lainnya
yang bernilai paling sedikit di atas Rp.1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) dan paling
banyak Rp.2.500.000.000,- (dua miliar lima ratus juta rupiah) untuk percepatan
pembangunan kesejahteraan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.
IV

TAHAP PENGADAAN
BARANG DAN JASA BERDASARKAN
PENGELOMPOKAN KEGIATANNYA
1. Tahap Persiapan 2. Tahap Proses
Pengadaan, meliputi: Pengadaan, meliputi:
• Perencanaan pengadaan barang dan jasa
• Pembentukan Panitia pengadaan barang dan jasa • Pemilihan Penyedia Barang dan Jasa
• Penetapan Sistem pengadaan barang dan jasa • Penetapan Penyedia Barang dan Jasa
• Penyusunan Jadwal pengadaan barang dan jasa
• Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
• Penyusunan Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa

4. Tahap Evaluasi dan 3. Tahap Pelaksanaan


Pengawasan Kontrak
SPESIFIKASI BARANG-
JASA
 Spesifikasi Teknis benar-benar sesuai dengan kebutuhan
Pengguna/ Penerima Akhir;
 Tidak mengarah kepada Merek/ Produk tertentu, kecuali untuk
Pengadaan Suku Cadang;
 Memaksimalkan Penggunaan Produksi Dalam Negeri;
 Memaksimalkan Penggunaan Standar Nasional Indonesia (SNI).
KETENTUAN SANKSI
ADMINISTRATIF
PERPRES PENGADAAN BARANG/ JASA PEMERINTAH
Pasal 78 ayat (1) dan ayat (3)
Peserta Pemilihan dan Penyedia akan terkena sanksi apabila melakukan hal berikut:
•Menyampaikan dokumen atau keterangan palsu/tidak benar untuk memenuhi persyaratan yang
ditentukan dalam Dokumen Pemilihan;
•Terindikasi melakukan persekongkolan dengan peserta lain untuk mengatur harga penawaran;
•Terindikasi melakukan korupsi, kolusi, dan atau nepotisme dalam pemilihan Penyedia;
•Melakukan kesalahan dalam perhitungan jumlah/volume hasil pekerjaan berdasarkan hasil audit;
•Menyerahkan barang/jasa yang kualitasnya tidak sesuai dengan Kontrak berdasarkan hasil audit; atau

Sanksi menurut Pasal 78 ayat (4)


a.Sanksi digugurkan dalam pemilihan;
b.Sanksi pencairan jaminan;
c.Sanksi Daftar Hitam;
d.Sanksi ganti kerugian; dan/atau
e.Sanksi denda.
ASPEK PIDANA
DALAM PENGADAAN
BARANG/JASA
ASPEK PIDANA SECARA UMUM
DALAM PENGADAAN BARANG/JASA
ASPEK PIDANA
SECARA KHUSUS
TINDAK PIDANA
KHUSUS KORUPSI

Korupsi adalah Tindakan yang dengan sengaja melakukan kesalahan atau


melalaikan tugas yang diketahui sebagai kewajiban, atau tanpa hak menggunakan
kekuasaan dengan tujuan memperoleh keuntungan yang sedikit banyak bersifat
pribadi.
RUANG LINGKUP TINDAK
PIDANA KORUPSI
(UU No. 31 Tahun 1999
sebagaimana diubah dengan UU No.
20 Tahun 2001 )
DALAM FORMULA
ROBERT KLITGAARD,
Korupsi DirumuskanSebagai:

C=M+D–A
(Corruption = Monopoly + Discretion - Accountability)
atau
Korupsi sama dengan monopoli ditambah kewenangan, tetapi minus akuntabilitas.
Sumber Sumber Potensial Korupsi Dalam
Pengadaan Barang/Jasa

• Pemberian Suap, penggelapan


• Pemalsuan, pemerasan
• Penyalahgunaan Jabatan/ Wewenang
• Memiliki Usaha Sendiri
• Pilih Kasih (Favoritisme)
• Komisi, Nepotisme, Kontribusi/ Sumbangan Ilegal
TAHAP PENYIMPANGAN
KORUPSI Barang/Jasa
Presentation by
Brigitte Schwartz
1.POLA PENYIMPANGAN PADA TAHAP
PERSIAPAN
2. Pola Penyimpangan pada Tahap
Proses Pengadaan

• Jangka waktu pengumuman singkat


• Pengumuman tidak lengkap dan membingungkan (ambigious)
• Penyebaran dokumen tender yang cacat
• Pembatasan informasi oleh panitia agar hanya kelompok tertentu saja yang memperoleh informasi lengkap
• Aanwijzing dirubah menjadi tanya jawab
• Upaya menghalangi pemasukan dokumen penawaran oleh oknum tertentu agar peserta tertentu terlambat menyampaikan
dokumen penawarannya
• Penggantian dokumen dilakukan dengan cara menyisipkan revisi dokumen di dalam dokumen awal
• Panitia bekerja secara tertutup
• Pengumuman pemenang tender hanya kepada kelompok tertentu
• Tidak seluruh sanggahan ditanggapi
• Surat penetapan sengaja ditunda pengeluarannya
3. Pola Penyimpangan pada Tahap Penyusunan Kontrak & Penandatanganan 4. Pola Penyimpangan padaTahap Pelaksanaan Kontrak & Penyerahan
Kontrak. Barang Dan Jasa.

a. Penandatanganan kontrak yang tidak dilengkapi dengan a. Pekerjaan / Barang tidak sesuai dengan spesifikasi
dokumen pendukung atau dokumen fiktif dan b. Pekerjaan belum selesai, sudah dilakukan serah terima
b. Penandatangan kontrak yang ditunda-tunda

5. Pola Penyimpangan pada Tahap Pengawasan. 6. Pola Penyimpangan Pelaporan Keuangan dan Audit
.
a. Kolusi antara Pelaksana Proyek dengan Pengawas Proyek a Tidak jujur
b. Suap kepada Pengawas Proyek b. Dibeli
c. Hasil Laporan Pengawas Proyek tidak sesuai dengan hasil c. Meluluskan bukti-bukti akuntansi yang tidak benar
pekerjaan
NILAI-NILAI
ANTI KORUPSI
1. Kejujuran
2. Kepedulian
3. Kemandirian
4. Kedisiplinan
5. Tanggungjawab
6. Kerja Keras
7. Sederhana
8. Keberanian
9. Keadilan
PRINSIP-PRINSIP
ANTI KORUPSI

1. Akuntabilitas 3.Kejujuran
2. Transparansi : 4.Kewajaran
• Proses penganggaran 5.Kebijakan
• Proses penyusunan kegiatan 6.Kontrol kebijakan
• Proses pembahasan
• Proses pengawasan
• Proses Evaluasi
STRATEGI UPAYA ANTIKORUPSI DI
BIDANG PENGADAAN BARANG
• Harus ada sistem karier pegawai yang jelas.
• Pemerintah daerah harus menjalin kerjasama dengan lembaga pemeriksa dan
penegak hukum di luar pemerintah daerah.
• Harus ada upaya yang mendukung gerakan anti-korupsi, seperti kehadiran
lembaga-lembaga demokratis, pers yang bebas dan agresif, dan norma-norma
sosial yang memupuk kejujuran.
• Meningkatkan iklim persaingan di bidang-bidang yang rawan monopoli, dapat
melenyapkan peluang untuk tindak korupsi.
• Secara hukum dapat dilakukan melalui pembuatan undang-undang dan
peraturan baru yang bertujuan untuk mengurangi kekuasaan sewenang-
wenang, meningkatkan persaingan, menegakkan keadilan, dan mewujudkan
efisiensi melalui prosedur standar yang jelas dan terbuka sehingga segala
penyimpangan dapat dengan mudah diketahui.
• Tindakan pencegahan untuk mencegah pelaku usaha swasta menyuap atau
“kongkalikong” dengan pejabat daerah.
SEKIAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai