Anda di halaman 1dari 13

Perpres no 16 tahun 2018

Pengadaan Barang atau jasa pemerintah

 TUJUAN, KEBIJAKAN, PRINSIP, DAN ETIKA PENGADAAN


BARANG/JASA
o Pengadaan Barang/Jasa bertujuan untuk: menghasilkan barang/jasa
yang tepat dari setiap uang yang dibelanjakan, diukur dari aspek
kualitas, jumlah, waktu, biaya, lokasi, dan Penyedia;
o Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa meliputi:
 meningkatkan kualitas perencanaan Pengadaan
Barang/Jasa;
 melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang lebih
transparan, terbuka, dan kompetitif;
 memperkuat kapasitas kelembagaan dan sumber daya
manusia Pengadaan Barang/Jasa;
 Prinsip Pengadaan Barang/Jasa
o Pengadaan Barang/Jasa menerapkan prinsip sebagai berikut:
 efisien;
 efektif;
 transparan;
 terbuka;
 bersaing;
 adil; dan
 akuntabel.
 Etika Pengadaan Barang/Jasa
o Semua pihak yang terlibat dalam Pengadaan Barang/Jasa mematuhi
etika melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab
untuk mencapai sasaran, kelancaran, dan ketepatan tujuan
Pengadaan Barang/Jasa;
 PELAKU PENGADAAN BARANG/JASA
o Pelaku Pengadaan Barang/Jasa terdiri atas:
 PA;
 KPA;
 PPK;
 Pejabat Pengadaan;
 Pokja Pemilihan;
 Agen Pengadaan;
 PjPHP/PPHP;
 Penyelenggara Swakelola; dan
 Penyedia.
 Pengguna Anggaran
o melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran
belanja;
o mengadakan perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran
belanja yang telah ditetapkan;
o menetapkan perencanaan pengadaan;
o menetapkan dan mengumumkan RUP;
o melaksanakan Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa;
o menetapkan Penunjukan Langsung untuk Tender
o menetapkan pemenang pemilihan/Penyedia untuk metode
pemilihan:
 Tender/ Penunjukan Langsung/ E-purchasing untuk paket
Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
dengan nilai Pagu Anggaran paling sedikit di atas
Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); atau
 Seleksi/Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa
Konsultansi dengan nilai Pagu Anggaran paling sedikit di
atas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
 Kuasa Pengguna Anggaran
o KPA dalam Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 huruf b melaksanakan pendelegasian sesuai dengan
pelimpahan dari PA.
o KPA dapat menugaskan PPK untuk melaksanakan kewenangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang terkait dengan:
 melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
anggaran belanja; dan/atau
 mengadakan perjanjian dengan pihak lain dalam batas
anggaran belanja yang telah ditetapkan.
 Pejabat Pembuat Komitmen
o PPK dalam Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 huruf c memiliki tugas:
 menyusun perencanaan pengadaan;
 menetapkan spesifikasi teknis/Kerangka Acuan Kerja
(KAK);
 menetapkan rancangan kontrak;
 menetapkan HPS;
 menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan
kepada Penyedia.
 Pejabat Pengadaan
o Pejabat Pengadaan dalam Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 huruf d memiliki tugas:
 melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Pengadaan
Langsung;
 melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Penunjukan
Langsung untuk pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);
 melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Penunjukan
Langsung untuk pengadaan Jasa Konsultansi yang bernilai
paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah); dan
 melaksanakan E-purchasing yang bernilai paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
 Kelompok Kerja Pemilihan
o Pokja Pemilihan dalam Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 huruf e memiliki tugas:
 melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan
Penyedia;
 melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan
Penyedia untuk katalog elektronik; dan
 menetapkan pemenang pemilihan/Penyedia untuk metode
pemilihan:
 Tender/Penu.njukan Langsung untuk paket
Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya dengan nilai Pagu Anggaran banyak
Rp100.000.000.000,00 (seratus rupiah); dan
 Seleksi/ Penunjukan Langsung untuk paket
Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai Pagu
Anggaran paling banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah).
 Agen Pengadaan
o Agen Pengadaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf f dapat
melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa.
 Pejabat/Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan
o PjPHP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf g memiliki tugas
memeriksa administrasi hasil pekerjaan pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling
banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan Jasa
Konsultansi yang bernilai paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus
juta rupiah).
o PPHP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf g memiliki tugas
memeriksa administrasi hasil pekerjaan pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling
sedikit di atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan Jasa
Konsultansi yang bernilai paling sedikit di atas Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah).
 Penyelenggara Swakelola
o Penyelenggara Swakelola sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
huruf h terdiri atas Tim Persiapan, Tim Pelaksana, dan/atau Tim
Pengawas.
 Penyedia
o Penyedia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab
atas:
 pelaksanaan Kontrak;
 kualitas barang/jasa;
 ketepatan perhitungan jumlah atau volume;
 ketepatan waktu penyerahan; dan
 ketepatan tempat penyerahan.
 PERENCANAAN PENGADAAN
o Perencanaan Pengadaan
 Perencanaan pengadaan meliputi identifikasi kebutuhan,
penetapan barang/jasa, cara, jadwal, dan anggaran
Pengadaan Barang/Jasa.
o Spesifikasi Teknis/Kerangka Acuan Kerja
 Dalam menyusun spesifikasi teknis/KAK:
 menggunakan produk dalam negeri;
 menggunakan produk bersertifikat SNI; dan
 memaksimalkan penggunaan produk industri hijau
 Dalam penyusunan spesifikasi teknis/KAK dimungkinkan
penyebutan merek terhadap:
 komponen barang/jasa;
 suku cadang;
 bagian dari satu sistem yang sudah ada;
 barang/jasa dalam katalog elektronik; atau
 barang/jasa pada Tender Cepat.
o Pemaketan Pengadaan Barang/Jasa
 Pemaketan Pengadaan Barang/Jasa dilakukan dengan
berorientasi pada:
 keluaran atau hasil;
 volume barang/jasa;
 ketersediaan barang/jasa;
 kemampuan Pelaku Usaha; dan/atau
 ketersediaan anggaran belanja.
o Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa
 Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa dilakukan pada tahap
perencanaan pengadaan, persiapan Pengadaan Barang/Jasa
melalui Penyedia, dan/atau persiapan pemilihan Penyedia.
o Pengumuman Rencana Umum Pengadaan
 Pengumuman RUP Kementerian/ Lembaga dilakukan
setelah penetapan alokasi anggaran belanja.
 PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA
o Persiapan Swakelola
 Persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola
meliputi penetapan sasaran, Penyelenggara Swakelola,
rencana kegiatan, jadwal pelaksanaan, dan RAB.
o Persiapan Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia
 Persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia oleh
PPK meliputi kegiatan:
 menetapkan HPS;
 menetapkan rancangan kontrak;
 menetapkan spesifikasi teknis/KAK; dan/atau
 menetapkan uang muka, jaminan uang muka,
jaminan pelaksanaan, jaminan pemeliharaan,
sertifikat garansi, dan/ atau penyesuaian harga.
 Penetapan HPS paling lama 28 (dua puluh delapan) hari
kerja sebelum batas akhir untuk:
 pemasukan penawaran untuk pemilihan dengan
pascakualifikasi; atau
 pemasukan dokumen kualifikasi untuk pemilihan
dengan prakualifikasi.
o Bentuk Kontrak terdiri atas:
 bukti pembelian/pembayaran;
 kuitansi;
 Surat Perintah Kerja (SPK);
 surat perjanjian; dan
 surat pesanan.
o Metode pemilihan Penyedia Barang/ Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya terdiri atas:
 E-purchasing;
 Pengadaan Langsung;
 Penunjukan Langsung;
 Tender Cepat; dan
 Tender.
o Metode evaluasi penawaran Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya dilakukan dengan:
 Sistem Nilai;
 Penilaian Biaya Selama Umur Ekonomis; atau
 Harga Terendah.
o Jadwal pemilihan untuk setiap tahapan ditetapkan berdasarkan
alokasi waktu yang cukup bagi Pokja Pemilihan dan peserta
pemilihan sesuai dengan kompleksitas pekerjaan.
 PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI
SWAKELOLA
o Pelaksanaan
o Pembayaran Swakelola
 Pembayaran Swakelola dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
o Pengawasan dan Pertanggungjawaban
 Tim Pelaksana melaporkan kemajuan pelaksanaan
Swakelola dan penggunaan keuangan kepada PPK secara
berkala.
 PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI
PENYEDIA
o Pelaksanaan Pemilihan Penyedia
o elaksanaan pemilihan melalui Tender/Seleksi meliputi:
 Pelaksanaan Kualifikasi;
 Pengumuman dan/atau Undangan;
 Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen Pemilihan;
 Pemberian Penjelasan;
 Penyampaian Dokumen Penawaran;
 Evaluasi Dokumen Penawaran;
 Penetapan dan Pengumuman Pemenang; dan
 Sanggah.
o Tender/Seleksi Gagal
o Pelaksanaan Kontrak
o Pembayaran Prestasi Pekerjaan
o Perubahan Kontrak
o Keadaan Kahar
o Penyelesaian Kontrak
o Serah Terima Hasil Pekerjaan
 PENGADAAN KHUSUS
o Pengadaan Barang/Jasa Dalam Rangka Penanganan Keadaan
Darurat
o Pengadaan Barang/Jasa di Luar Negeri
o Penelitian
o Tender/Seleksi Internasional dan Dana Pinjaman Luar Negeri atau
Hibah Luar Negeri
 USAHA KECIL, PRODUK DALAM NEGERI, DAN PENGADAAN
BERKELANJUTAN
o Peran Serta Usaha Kecil
o Penggunaan Produk Dalam Negeri
o Pengadaan Berkelanjutan
 PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK
o Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik
o Layanan Pengadaan Secara Elektronik
 SUMBER DAYA MANUSIA DAN KELEMBAGAAN
o Sumber Daya Manusia Pengadaan Barang/Jasa
o Kelembagaan Pengadaan Barang/Jasa
 PENGAWASAN, PENGADUAN, SANKSI, DAN PELAYANAN
HUKUM
o Pengawasan Internal
o Pengaduan oleh Masyarakat
o Sanksi
 Perbuatan atau tindakan peserta pemilihan yang dikenakan
sanksi dalam pelaksanaan pemilihan Penyedia adalah:
 menyampaikan dokumen atau keterangan palsu/tidak
benar untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan
dalam Dokumen Pemilihan;
 terindikasi melakukan persekongkolan dengan
peserta lain untuk mengatur harga penawaran;
 terindikasi melakukan KKN dalam pemilihan
Penyedia; atau
 mengundurkan diri dengan alasan yang tidak dapat
diterima oleh Pejabat Pengadaan/Pokja
Pemilihan/Agen Pengadaan.
 Perbuatan atau tindakan pemenang pemilihan yang telah
menerima SPPBJ yang dapat dikenakan sanksi adalah
pemenang pemilihan mengundurkan diri sebelum
penandatanganan Kontrak
o Daftar Hitam Nasional
 PA/KPA menyampaikan identitas peserta
pemilihan/Penyedia yang dikenakan Sanksi Daftar Hitam
kepada unit kerja yang melaksanakan fungsi layanan
pengadaan secara elektronik, untuk ditayangkan dalam
Daftar Hitam Nasional.
o Pelayanan Hukurn Bagi Pelaku Pengadaan Barang/Jasa
o Penyelesaian Sengketa Kontrak
 Penyelesaian sengketa kontrak antara PPK dan Penyedia
dalam pelaksanaan Kontrak dapat dilakukan melalui layanan
penyelesaian sengketa kontrak, arbitrase, atau penyelesaian
melalui pengadilan.
 KETENTUAN LAIN-LAIN
o Menteri/ kepala lembaga dapat menindaklanjuti pelaksanaan
Peraturan Presiden ini untuk pengadaan yang dibiayai APBN
dengan peraturan menteri/peraturan kepala lembaga.
o Kepala Daerah dapat menindaklanjuti pelaksanaan Peraturan
Presiden ini untuk pengadaan yang dibiayai APBD dengan peraturan
daerah/peraturan kepala daerah.
o LKPP mengembangkan sistem dan kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa se suai dengan perkembangan dan kebutuhan, dengan
mempertimbangkan tujuan, kebijakan, prinsip, dan etika Pengadaan
Barang/Jasa.
 KETENTUAN PERALIHAN
o Pada saat Peraturan Presiden ini berlaku:
 Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan wajib dijabat oleh
Pengelola Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 74 ayat (1) huruf a paling lambat 31 Desember
2020;
 PPK/Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan yang dijabat oleh
Aparatur Sipil Negara/TNI/Polri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 74 ayat (1) huruf b wajib memiliki sertifikat
kompetensi di bidang Pengadaan Barang/Jasa paling lambat
31 Desember 2023;
 PPK/Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan yang dijabat oleh
personel lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (1)
huruf c wajib memiliki sertifikat kompetensi di bidang
Pengadaan Barang/Jasa paling lambat 31 Desember 2023;
 PPK/Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan wajib memiliki
Sertifikat Keahlian Tingkat Dasar di bidang Pengadaan
Barang/Jasa sepanjang belum memiliki sertifikat kompetensi
di bidang Pengadaan Barang/Jasa sampai dengan 31
Desember 2023.
o Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini:
 Pengadaan Barang/Jasa yang persiapan dan pelaksanaan
dilakukan sebelum tanggal 1 Juli 2018 dapat dilakukan
berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat
atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Bara.ng/Jasa Pemerintah.
 Kontrak yang ditandatangani berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun
2015 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden
Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, tetap berlaku sampai dengan berakhirnya
Kontrak.
 KETENTUAN PENUTUP
o ketentuan lebih lanjut mengenai ditetapkan dengan Peraturan
Kepala Lembaga paling lama 90 (sembilan puluh) hari terhitung
sejak Peraturan Presiden ini diundangkan.
o Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah,
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang
Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
o Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, semua peraturan
pelaksanaan dari Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015
tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dinyatakan
masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum
diganti dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden ini.

UU No 9 Tahun 2018
Penerimaan Negara Bukan Pajak

 KETENTUAN UMUM
o Penerimaan Negara Bukan pajak yang selanjutnya disingkat PNBP
adalah pungutan yang dibayar oteh orang pribadi atau badan dengan
memperoleh manfaat langsung maupun tidak langsung aLas layanan
atau pemanfaatan sumber daya dan hak yang diperoleh negara,
berdasarkan peraturan perundang-undangan,
o mewujudkan peningkatan kemandirian bangsa dengan
mengoptimalkan sumber pendapatan negara dari PNBP guna
memperkuat ketahanan fiskal, mendukung pembangunan nasional
yang berkelanjutan dan berkeadilan, serta untuk kesejahteraan
rakyat.
 Objek dan Subjek PNBP
o Objek
1. Seluruh aktivitas, hal, dan/atau benda, yang menjadi sumber
penerimaan negara di luar perpajakan dan hibah dinyatakan
sebagai objek PNBP
2. Objek PNBP meliputi :
a) Pemanfaatan Sumber Daya Alam;
b) Pelayanan;
c) Pengelolaan Kekayaan Negara Dipisahkan;
d) Pengelolaan Barang Milik Negara;
e) Pengelolaan Dana; dan
f) Hak Negara Lainnya.
o Subjek
o Subjek PNBP meliputi :
 Orang pribadi
 Badan
Yang berkaitan dengan objek PNBP.
 Subjek PNBP merupakan wajib Bayar dalam hal memiliki
kewajiban; membayar PNBP sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
 TARIF ATAS JENIS PNBP

Tarif atas jenis PNBP berbentuk:


a) tarif spesifik; dan/atau
b) tarif ad valorem.
a) Tarif atas jenis PNBP yang berasal dari pemanfaatan Sumber
Daya Alam dengan mempertimbangkan:
a) nilai manfaat, kadar, atau kualitas sumber daya alam;
b) dampak pengenaan tarif terhadap masyarakat, dunia
usaha, pelestarian alam dan lingkungan, serta sosial
budaya;
c) aspek keadilan; dan/atau
d) kebijakan Pemerintah.
b) Tarif atas jenis PNBP yang berasal dari pelayanan
mempertimbangkan:
a) dampak pengenaan tarif terhadap masyarakat, dunia
usaha, dan sosial budaya;
b) biaya penyelenggaraa.n layanan;
c) aspek keadilan; dan/atau
d) kebijakan pemerintah.
c) Tarif atas jenis PNBP yang berasal dari pengelolaan Kekayaan
Negara Dipisahkan disusun dengan mempertimbangkan:
a) kebutuhan investasi Badan;
b) kondisi keuangan Badan;
c) operasional Badan; dan/atau
d) kebijakan Pemerintah.
d) Tarif atas jenis PNBP yang berasal dari pengelolaan Barang
Milik Negara sebagaimana dengan mempertimbangkan nilai
guna aset tertinggi dan terbaik, serta kebijakan pemerintah.
e) Tarif atas jenis PNBP yang berasal dari pengelolaan Dana
disusun dengan mempertimbangkan hasil dan manfaat terbaik
serta kebijakan pemerintah.
f) Tarif atas jenis PNBP yang berasal dari Hak Negara Lainnya
disusun dengan mempertimbangkan:
a) dampak pengenaan tarif terhadap masyarakat, dunia
usaha, dan sosial budaya;
b) aspek keadilan; dan/atau
c) kebijakan Pemerintah.

 KEWENANGAN PENGELOLAAN PNBP


 Menteri keuangan selaku pengelola fiskal dalam mengelola PNBP
berwenang mengatur ketentuan umum, menargetkan penerimaan,
dan menyusun penggunaan PNBP.
 Pimpinan Instansi Pengelola PNBP mempunyai kewenangan untuk
mengelola PNBP pada Instansi Pengelola PNBP yang dipimpinnya.
 Pengelolaan PNBP
 Pengelolaan PNBP meliputi:
 perencanaan;
 pelaksanaan;
 pertanggung jawaban; dan
 pengawasan
 Pelaksanaan
a) penentuan PNBP Terutang;
b) pemungutan PNBP;
c) pembayaran dan penyetoran PNBP;
d) penggunaan dana PNBP;
e) pengelolaan piutang PNBP; dan
f) penetapan dan penagihan PNBP Terutang.
 Pertanggungjawaban
a) Penatausahaan
 Instansi Pengelola PNBP dan wajib bayar yang menghitung
sendiri PNBP terutang wajib menatausahakan PNBP
 Dalam hal wajib Bayar tidak memenuhi kewajiban dikenai
sanksi administratif berupa denda sebesar Rp10.000.000,00
b) Pelaporan dan Pertanggungjawaban
 Dalam rangla pertanggungiawaban pNBp, Wajib Bayar yang
menghitung sendiri pNBp Terutang wajib menyampaikan
laporan realisasi pNBp dan -laporln PNBP Terutang kepada
Instansi pengelola pNBp
 Menyampaikan laporan ke menteri
 Pengawasan
 Untuk meningkatkan kualitas perencanaan, pelaksanaan, dan
pertanggungiawaban PNBP, Menteri melakukcrn
pengawasan terhadap Instansi pengelola PNBP.

 Pemeriksaan PNBP

a. Terdapat kekurangan pembayaran PNBP Terutang, pimpinan


Instansi Pengelola PNBP atau pejabat kuasa pengelola PNBP
menindaklanjuti dengan menerbitkan dan menyampaikan
Surat Ketetapan PNBP Kurang Bayar dan Surat Tagihan
PNBP kepada Wajib Bayar
b. Terdapat kelebihan pembayaran PNBP, Pimpinan Instansi
Pengelola PNBP atau pejabat kuasa pengelola PNBP
menerbitkan Surat Ketetapan PNBP Lebih Bayar dan
menyampaikan surat pemberitahuan kepada Wajib Bayar.
c. Tidak terdapat kekurangan atau kelebihan pembayaran
PNBP, Pimpinan Instansi pengelola PNBP atau pejabat
kuasa pengelola PNBP menerbitkan surat Ketetapan PNBP
Nihil dan menyampaikan surat pemberitahuan kepada Wajib
Bayar.
 Keberatan PNBP
Wajib Bayar dapat mengajukan keberatan kepada Instansi Pengelola
PNBP atas:
1. Surat Ketetapan PNBP Kurang Bayar;
2. Surat Ketetapan PNBP Nihil; atau
3. Surat Ketetapan PNBP Iebih Bayar.
 Keringanan PNBP
 Dalam hal tertentu, Wajib Bayar dapat mengajukan permohonan keringanan
pNBp Terutang kepada Instansi Pengelola PNBP.
 Surat persetujuan atas permohonan keringanan PNBP meliputi:
1. penundaan;
2. pengangsuran;
3. pengurangan; dan/atau
4. pembebasan.
 Pengembalian PNBP
Permohonan pengembalian atas kelebihan pembayaran PNBP dapat diajukan oleh
Wajib Bayar dalam hal terdapat:
1. kesalahan pembayaran PNBP;
2. kesalahan pemungutan PNBP oleh Instansi Pengelola PNBP dan/atau
Mitra Instansi pengelola PNBP;
3. penetapan pimpinan Instansi Pengelola PNBP atau pejabat kuasa
pengelola PNBP atas pengajuan keberatan PNBP
4. putusan pengadilan yang telah kekuatan hukum yang tetap; mempunyai
5. hasil pemeriksaan instansi pemeriksa;
6. pelayanan yang tidak dapat dipenuhi oleh Instansi Pengelola PNBP
dan/atau Mitra Instansi Pengelola PNBP secara sepihak; dan/atau
7. ketentuan peraturan perundang-undangan.
 PNBP Badan Layanan Umum
o Pendapatan yang diperoleh BLU dapat digunakan langsung untuk
membiayai belanja badan layanan umum yang bersangkutan
 Ketentuan Pidana
o Wajib Bayar yang menghitung sendiri kewajiban pNBp
sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 huruf c yang dengan sengaja
tidak membayar atau menyampaikan laporan PNBP Terutang yang
tidak benar, aipidana 9engan pidana denda sebanyak 4 (empat) kati
jumlah PNBP Terutang dan pidana penjara paling singkat 2 (dua)
tahun dan paling lama 6 (enam) tahun.
o setiap orang yang dengan sengaja tidak memberikan dokumen,
keterangan, dan /atau bukti lain yang dimiliki sebagaimana
dimaksud dalam pasal 54 ayat (2), memberikan dokumen,
keterangan, dan/ atau bukti lain yang dimiliki narnun isinya tidak
benar, dipidana dengan pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000 (satu miliar rupiah) atau pidana kurungan paling
lama 1 (satu) tahun.
 Ketentuan Peralihan
o Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, terhadap hak dan
kewajiban Wajib Bayar yang belum diselesaikan sebelum Undang-
Undang - ini mulai berlaku, penyelesaiannya mengikuti peraturan
perundang-undangan di bidang PNBP yang ditetapkan sebelum
berlakunya Undang-undang ini.
o Penyelesaian hak dan kewajiban Wajib Bayar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 6 (enam) bulan
sejak Undang_Undang ini mulai berlaku.
 Ketentuan Penutup
o Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-undang
Nomor 20 tahun 1997 tentang penerimaan Negara Bukan Pajak
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43) dan
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3687,dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Anda mungkin juga menyukai