Asni
Sofia Nasila
Mulia Amanda
Siti Ramidah
Wildayanti
Firizki
Suryadi Barat
Haikal
Musliadi
Dandi Muharjais
FAKULTAS MANAJEMEN
UNIVERSITAS SEKOLAH TINNI ILMU EKONOMI SABANG
2023
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah dengan judul “Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan” ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak
terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata
kuliah Pengantar Antropologi. Selain itu, pembuatan makalah ini juga
bertujuan agar menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.
Bagi kamu baik para pelaku usaha maupun para pejabat pengadaan
yang cukup sulit membedakan dan memahami Perpres 12/2021 dengan
Perpres 16/2018, berikut ini kami berikan matriks Perpres 12 Tahun
2021 yang merupakan perubahan dari Perpres 16 Tahun 2018.
Dengan aturan Perpres 12 Tahun 2021 ini, para pelaku UKM harus
tumbuh dan mendapatkan kesempatan serta peluang sebesar-besarnya
untuk dapat bersaing dengan sehat, terutama dalam pengadaan
barang/jasa pemerintah.
Selain itu, Perpres ini juga megatur untuk pemenuhan SDM PBJ yang
profesional sehingga mampu mencapai tugas dan fungsi yang diemban,
serta membentuk UKPBJ sebagai pusat keunggulan “Center of
Excellence” PBJ dengan tingkat kematangan level 3 (proaktif).
Dengan Perpres 12/21, harapannya pelaksanaan tender kedepannya
dapat memberikan kemudahan dan mempercepat proses pengadaan
barang/jasa tanpa meninggalkan tujuh prinsip dan etika pengadaan.
Perpres No. 12 Tahun 2021 mulai berlaku sejak tanggal 2 Februari 2021
di mana Presiden Joko Widodo telah menandatanganinya. Dan berikut
ini adalah matriks Perpres 12 Tahun 2021 dan poin-poin pentingnya
yang akan memudahkanmu untuk memahami perbedaannya dengan
Perpres 16 Tahun 2018.
Perubahannya
menjadi :
Filosofis Perubahan
Pada bagian “Menimbang” di Perpres 12/2021 tertulis :
Tepat Kuantitas
Kuantitas secara sempit memiliki makna setara dengan makna kata
“jumlah” sebagaimana versi sebelumnya yang telah dibahas diatas,
namun pada pemaknaan yang lebih luas dapat bermakna lebih inklusif.
Ketepatan pada aspek Kuantitas lebih pada aspek kuantitas yang
dibutuhkan pembeli dan dijual oleh pemasok, dalam hal ini antara
kuantitas yang dibutuhkan pembeli dan dijual pemasok dapat
berpengaruh pada keseimbangan dari kebutuhan kedua belah pihak.
Dalam hal ini ditilik dari perspektif yang lebih luas dari sudut pandang
pengadaan/manajemen rantai pasok, maka kemungkinan kolaborasi
atau metode kemitraan yang dapat digunakan untuk menghadirkan
keseimbangan kebutuhan yang lebih baik dan memberikan value for
money yang semakin optimal.
(Buku : Excelence in Public Sector Procurement, Stuart Emmet and Paul
Wright, dan referensi lainnya).
Kesimpulan
Perubahan Tujuan Pengadaan di dominasi dari keberadaan Cipta Kerja,
dalam hal ini dimaknai dengan perluasan definisi Jumlah menjadi
Kuantitas yang memiliki pengaruh antara pembeli dan penjual
(diperkuat dari keberadaan penegasan Konsolidasi sebagai strategi
yang menjadi tugas PPK saat ini), dalam hal ini kuantitas yang tepat dan
kuantitas kebutuhan barang/jasa pemerintah dalam aspek yang lebih
luas berpengaruh pada keberadaan dan tujuan pelaku usaha sebagai
penjual yang semakin di dukung untuk semakin berkembang dengan
pergeseran dari UMKM dengan pergeseran fokus menjadi pada UMK
dan Koperasi, kemudian “mendorong” menjadi “mewujudkan”, dan tidak
hanya pemerataan semata tapi juga perluasan kesempatan berusaha
yang merupakan semangat dari UU Cipta Kerja.
Menyukai ini: