Anda di halaman 1dari 9

BAB I

A. Latar Belakang

Dalam Perpres nomor 16 tahun 2018, yang dimaksud dengan PPK adalah pejabat
yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Salah satu tugas PPK
adalah menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa, sehingga PPK
merupakan pihak yang sangat penting untuk menentukan suksesnya kegiatan pengadaan
barang/jasa. Salah satu syarat wajib yang harus dipenuhi untuk diangkat sebagai PPK
ladalah memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah yang diterbitkan
oleh LKPP. Seorang ASN tidak bisa diangkat sebagai PPK jika tidak memiliki sertifikat
ahli pengadaan barang/jasa tingkat dasar, sertifikat ahli pengadaan barang/jasa tingkat
dasar merupakan tanda bukti pengakuan dari pemerintah atas kompetensi di bidang
pengadaan barang/jasa hingga 31 Desember 2023. Disamping itu, sebagai syarat
manajerial, seorang PPK minimal berpendidikan S1 (Strata 1) dengan bidang ilmu yang
sesuai dengan tuntutan pekerjaan serta memiliki pengalaman dalam kegiatan pengadaan
barang/jasa minimal 2 (dua) tahun. Kompetensi seorang PPK tidak hanya dinilai dengan
memiliki sertifikat ahli pengadaan barang/jasa tingkat dasar serta terpenuhinya syarat
manejerial. Kompetensi yang sesungguhnya adalah ketika seorang PPK mampu
melaksanakan tugas pokok dan kewenangannya berdasarkan prinsip pengadaan
barang/jasa dengan bukti sertifikat kompetensi yang merupakan Critical Success Factor
(CSF) dalam kinerja pelaksanaan dan pengendalian pengadaan barang/jasa pemerintah.

Karena tugas yang sangat berat tersebut, maka untuk diangkat mejadi seorang PPK
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Memiliki integritas;
2. Memiliki disiplin tinggi;
3. Memiliki tanggung jawab dan kualifikasi teknis serta manajerial untuk melaksanakan
tugas;
4. Mampu mengambil keputusan, bertindak tegas dan memiliki keteladanan dalam sikap
perilaku serta tidak pernah terlibat KKN;
5. Menandatangani Pakta Integritas;
6. Tidak menjabat sebagai Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (PPSPM)
atau Bendahara;
7. Memiliki Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/Jasa.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, terjadinya perubahan regulasi dan sistem


pengelolaan pengadaan barang/jasa tersebut berdampak secara langsung terhadap
kompetensi yang harus dimiliki seorang Pejabat Pembuat Komitmen dalam mengelola
kinerja pengadaan barang/jasa.

1
B. Tujuan

Tujuan dari artikel ini adalah:

1. Untuk mengetahui sejauhmana Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)


melaksanakan tugas pokok dan kewenangannya sesuai dengan prinsip
pengadaan barang/jasa pemerintah dalam Perpres nomor 16 tahun 2018.
2. Tujuan operasional dari artikel ini adalah untuk mengetahui kendala-kendala apa
saja yang dihadapi oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam pengelolaan
pengadaan pada satuan kerja di lingkungan Kantor Wilayah kementerian Hukum
dan HAM Daerah Istimewa Yogyakarta yang sedang berjalan saat ini.
3. Tujuan Fungsional dari artikel ini yaitu agar dapat dimanfaatkan dan digunakan
oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) di lingkungan Kantor Wilayah
kementerian Hukum dan HAM Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai referensi
dasar untuk mengambil pelatihan pengembangan kompetensi. Sehingga Satuan
kerja di lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Daerah
Istimewa Yogyakarta dapat mempersiapkan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
yang memiliki sertifikasi kompetensi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
sesuai amanat Perpres No. 16 Tahun 2018 pasal 74 ayat (1) Sumber Daya
Manusia Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dan ayat (1) huruf c memiliki kompetensi di bidang Pengadaan Barang/Jasa dan
pasal 88 poin b. PPK/Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan yang dijabat oleh
Aparatur Sipil Negara/TNI/Polri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (1)
huruf b wajib memiliki sertifikat kompetensi di bidang Pengadaan Barang/Jasa
paling lambat 31 Desember 2023.

C. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Dapat mengetahui dan memahami peran kompetensi Pejabat pembuat Komitmen (PPK)
terhadap kinerja pengelolaan pengadaan barang/jasa, sehingga artikel ini dapat
digunakan sebagai referensi penulisan karya ilmiah dalam pengembangan keilmuwan
dan referensi.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, artikel
ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mempersiapkan
pengembangan kompetensi Pejabat Pembuat Komitmen sesuai amanat Peraturan
Presiden Nomor 16 Tahun 2018 pasal 74 yang menyebutkan bahwa Sumber
Daya Manusia Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dan ayat (1) huruf c memiliki kompetensi di bidang Pengadaan
Barang/Jasa. Kemudian dipertegas pada Pasal 88 yang menyebutkan lebih
spesifik yaitu PPK/Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan yang dijabat oleh
Aparatur Sipil Negara/TNI/Polri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (1)
huruf b wajib memiliki sertifikat kompetensi di bidang Pengadaan Barang/Jasa
paling lambat 31 Desember 2023.
b. Untuk Unit Kerja Pengadaan Barang dan Jasa Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia, artikel ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
2
menyusun kebutuhan anggaran peningkatan dan pengembangan kompetensi
pengelola pengadaan barang/jasa sehingga dapat mewujudkan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang kompeten di bidang pengelolaan pengadaan barang/jasa
pemerintah.
c. Untuk masyarakat, artikel ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan
edukasi sekaligus penjelasan bahwa reformasi birokrasi sedang berjalan
sehingga masyarakat dapat mendapat keadilan dan keterbukaan dalam
pengelolaan pengadaan barang/jasa, khususnya masyarakat yang berprofesi
sebagai pelaku usaha dapat mendapatkan informasi yang jelas terkait proses
pengadaan barang/jasa sesuai peraturan perundang-undangan jika pengelola
pengadaan barang/jasa melaksanakan tugas fungsinya secara profesional.

3
BAB II

A. Tugas dan Wewenang PPK

PPK adalah Pejabat Perbendaharaan Negara yang ditunjuk oleh KPA9 untuk
melaksanakan sebagian kewenangan KPA10 antara lain penyusunan rencana
pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana, penerbitan Surat Penunjukan
Penyedia Barang/Jasa, pelaksanaan kontrak baik dengan Penyedia Barang/Jasa maupun
Swakelola, pengujian dan penandatanganan surat bukti mengenai hak tagih kepada
negara, pembuatan SPP, dan pelaksanaan tugas dan wewenang lainnya. Pasal 8 huruf e
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 mengatur tentang cakupan tugas dan
wewenang PPK. PPK memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara. Dalam tataran pelaksanaan tugas
sehari-hari, rincian tugas dan wewenang PPK diatur dalam Pasal 12 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 dalam melakukan tindakan sebagai berikut:

a. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana pencairan dana;

b. Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;

c.Membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian dengan penyedia


barang/jasa;

d. Melaksanakan kegiatan Swakelola;

e. Memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian yang dilakukannya;

f. Mengendalikan pelaksanaan perikatan;

g. Menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepadanegara;

h. Membuat dan menandatangani SPP atau dokumen lain yang dipersamakan dengan
SPP;

i. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA;

j. Menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada KPA dengan berita acara
penyerahan;

k. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan; dan


Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara.

PPK dalam Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c


Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 memiliki tugas:

a. Menyusun perencanaan pengadaan;


b. Menetapkan spesifikasi teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK);
4
c. Menetapkan rancangan kontrak;
d. Menetapkan HPS;
e. Menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada penyedia;
f. Mengusulkan perubahan jadwal kegiatan;
g. Menetapkan tim pendukung;
h. Menetapkan tim atau tenaga ahli;
i. Melaksanakan e-purchasing untuk nilai paling sedikit di atas Rp. 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah);
j. Menetapkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;
k. Mengendalikan kontrak;
l. Melaporkan pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan kepada PA/KPA;
m. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada PA/KPA dengan
berita acara penyerahan;
n. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan; dan
o. menilai kinerja Penyedia.

PA/KPA menetapkan PPK pada Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah, dengan


Persyaratan sebagai berikut (Pasal 5 Peraturan LKPP Nomor 15 Tahun 2018 tentang
Pelaku Pengadaan Barang/Jasa) :

a. Memiliki integritas dan disiplin; Persyaratan ini merupakan kualifikasi yang


bersifat kecukupan kompetensi norma yang memang sulit diukur.
Kecenderungannya lebih kepada penilaian kualitatif yang dilakukan oleh
PA/KPA dalam pengangkatan berdasarkan rekam jejak.
b. Menandatangani Pakta Integritas; Integritas merupakan mutu, sifat atau
keadaan yang menunjukan kesatian yang utuh sehingga memiliki potensi dan
kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan atau kejujuran. Sedangkan
pakta merupakan bentuk perjanjian. Sehingga dapat kita sebut bahwa pakta
integritas merupakan pernyataan janji bersama atau komitmen sebagai bentuk
kesanggupan untuk patuh terhadap ketentuan yang berlaku. Dokumen tertulis ini
biasanya digunakan dalam rangka mencegah terjadinya tidakan korupsi.
Penerapan penandatanganan perjanjian ini dalam penyelenggaraan pemerintah
merupakan langkah untuk memastikan bahwa aparatur sanggup untuk
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta peran dan wewenangnya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selain itu dokumen tersebut
merupakan wujud penyelenggaraan pemerintah yang akuntabel, transparan dan
bertanggungjawab dalam rangka menciptakan pemerintahan yang baik.
Pemenuhan syarat menandatangani Pakta Integritas ini dapat dilakukan sebelum
diterbitkannya Surat Penugasan atau segera setelah diterbitkannya Surat
Penugasan sebagai PPK.
c. Memiliki Sertifikat Kompetensi sesuai dengan bidang tugas PPK; Skema
Sertifikasi Kompetensi Okupasi PPK digunakan untuk pekerjaan Pengadaan
Barang/Jasa mengacu pada Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik
lndonesia Nomor 70 Tahun 2016 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja
Nasional lndonesia Kategori Jasa Profesional, llmiah dan Teknis Golongan
Pokok Jasa Profesional, llmiah dan Teknis Lainnya Bidang Pengadaan
Barang/Jasa. Rincian

5
Dalam hal persyaratan Sertifikat Kompetensi sesuai dengan bidang tugas PPK ini
tidak dapat terpenuhi, maka persyaratan ini dapat digantikan dengan Sertifikat Keahlian
Tingkat Dasar, namun hanya dapat digunakan sampai dengan 31 Desember 2023.

d. Berpendidikan paling rendah Sarjana Strata Satu (S1) atau setara. Dalam hal
persyaratan dimaksud tidak dapat terpenuhi, persyaratan Sarjana Strata Satu (S1)
dapat diganti dengan paling rendah golongan III/a atau disetarakan dengan
golongan III/a.
e. Memiliki kemampuan manajerial level 3 sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil dijelaskan
mengenai Kompetensi Manajerial, yang memiliki definisi berupa pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan
untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi. Adapun penggunaan
istilah Level diatur di dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2017 Tentang
Standar Kompetensi Jabatan Aparatur Sipil Negara, sebagai tingkat (level)
penguasaan kompetensi dari yang terendah, sampai yang tertinggi. Level
kompetensi menunjukkan tingkat penguasaan kompetensi yang dirumuskan
berupa indikator perilaku pemangku jabatan, yang dalam Peraturan ini tingkat
penguasan kompetensi di kelompokan dalam 5 (lima) tingkatan dari Level 1
sampai dengan Level 5.

B. Profil PPK Kementerian Lembaga/Negara

1. Data Yang Dikumpulkan


Berdasarkan hasil pemutakhiran database Pejabat Perbendaharaan Negara pada
Satker pengelola APBN yang diterima dari KPPN dan Kanwil Ditjen Perbendaharaan
tahun 2016 (data diolah terakhir per 31 Maret 2017), Ditjen Perbendaharaan telah
melakukan inventarisasi data Pejabat Perbendaharaan Negara pada K/L berjumlah
22.060 dari total 23.653 Satker (data SPAN per tanggal 31 Desember 2016) atau sebesar
93,27%. Dari 22.060 Satker tersebut, terdata 22.060 KPA, 25.545 PPK (Gambar 3), dan
21.012 PPSPM.

2. Usia dan Golongan PPK


Berdasarkan usia, sebagian besar PPK berusia antara 40 sampai dengan 50
tahun, dengan jumlah 10.485 PPK (41,05%) dari seluruh PPK (Gambar 5). Sedangkan
untuk PPK yang berusia di atas 50 tahun memiliki porsi sebanyak 9.844 PPK (38,54%).
Sebanyak 4.875 PPK (19,08%) berumur diantara 30 sampai dengan 40 tahun.
Sementara, untuk yang berumur dibawah 30 tahun hanya berjumlah 341 PPK (1,33%).
Menurut golongan/kepangkatan, PPK saat ini mayoritas menduduki golongan III
dengan jumlah 13.608 PPK (53,27%) dari keseluruhan PPK (Gambar 4), diikuti
golongan IV sebanyak 11.577 PPK (45,32%). Sisanya sebanyak 360 PPK (1,33%)
masih menduduki golongan II.

6
3. Tingkat Pendidikan PPK
Dari sisi tingkat pendidikan, PPK sebagian besar mempunyai strata pendidikan
Sarjana/D4 dengan jumlah 13.452 PPK dari 25.545 keseluruhan PPK atau 52,66%,
diikuti S2 sebanyak 9.196 PPK atau sekitar 36%, dan SMA/sederajat atau lebih rendah
sebanyak 1.479 PPK atau sekitar 5,79%. Selebihnya, 1.035 PPK atau sekitar 4,05%
memiliki tingkat pendidikan Doktoral dan yang terkecil sebanyak 383 PPK 1,5%
memiliki pendidikan Diploma.

4. Pendidikan dan Pelatihan PPK


Dari data yang diolah berdasarkan pernah atau tidaknya mengikuti program
diklat terkait tugas dan wewenang PPK, dari total 25.545 PPK hanya 6.360 (24,9%)
yang memiliki sertifikat diklat terkait peningkatan kapasitas sebagai PPK, sedangkan
sisanya sejumlah 19.185 PPK (75,1%) belum atau tidak mempunyai sertifikat
pendidikan dan pelatihan.

5. Perangkapan Jabatan PPK Oleh KPA


Dari sisi perangkapan jabatan, dari total 25.545 PPK, 6.095 di antaranya
dirangkap oleh KPA (23,86%).

7
BAB III

A. Simpulan
Kondisi PPK di lingkungan Kemenkumham saat ini masih belum mencapai
level ideal. Hal tersebut dikarenakan masih banyak PPK yang belum memiliki sertifikat
PBJ tingkat dasar sehingga kompetensi teknis dari para PPK masih dirasakan terbatas.
Peningkatan kompetensi PPK di lingkungan Kemenkumham adalah hal yang mutlak
direncanakan dan dilaksanakan sebagai upaya penguatan kapasitas teknis bagi para
PPK. Terpenuhinya kapasitas teknis PPK berhubungan erat dengan perencanaan,
pengelolaan kinerja baik oleh penyedia maupun swakelola, evaluasi dan monitoring
pelaksanaan kegiatan serta rencana tindak lanjut perbaikan dalam pelaksanaan
anggaran, sehingga PPK yang kompeten akan lebih cakap, lebih akuntabel dan efektif
dan efisien dalam mengelola anggaran.
Dengan adanya peningkatan pengetahuan dan pemahaman PPK terhadap tugas
dan fungsinya dalam pelaksanaan PBJ sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 16
Tahun 2018 serta peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa, diharapkan
Kemenkumham telah memiliki PPK yang kredibel dan bersertifikat kompetensi sesuai
dengan peraturan perundangan-undangan yang nanti akan diberlakukan per tanggal 1
Januari 2024. Jika performa PBJ sudah optimal, maka akan mampu mendongkrak
performa kinerja pelaksanaan anggaran Kemenkumham.

B. Saran
Perlu adanya motivasi, daya dorong dari Jajaran Pimpinan Kementerian Hukum
dan HAM RI yang tercermin dari kebijakan maupun porsi anggaran dalam
mempersiapkan PPK yang kredibel dan bersertifikat kompetensi sesuai dengan
peraturan perundangan-undangan yang nanti akan diberlakukan per tanggal 1 Januari
2024, kegiatan yang dapat dilakukan antara lain adalah dengan kegiatan Ujian
Sertifikasi PBJ pada PPK yang belum memiliki sertifikat dasar, agar setiap PPK yang
belum bersertifikat PBJ dapat segera memiliki legalitas dalam menjalankan tugas dan
fungsinya; Memfasilitasi dan menjembatani pelatihan okupasi Pejabat Pembuat
Komitmen melalui BPSDM; serta Mengedepankan kebijakan yang berpihak kepada
pengembangan Sumber Daya Manusia yang memiliki kompetensi dalam pelaksanaan
pengelolaan anggaran.

8
Daftar Pustaka

https://djpb.kemenkeu.go.id/portal/images/panduan_teknis/ppk/
Panduan_Teknis_PPK_lq.pdf

https://jogja.kemenkumham.go.id/pusat-informasi/artikel/peran-kompetensi-pejabat-
pembuat-komitmen-terhadap-kinerja-pengelolaan-pengadaan-barang-jasa

Anda mungkin juga menyukai