Anda di halaman 1dari 16

PENGADAAN BARANG / JASA PEMERINTAH

BAB 1

Ketentuan Umum

Pasal 1

Beberapa istilah yang harus diketahui dalam pengadaan barang / jasa :

1. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


2. Kementerian Negara
3. Lembaga
4. Perangkat Daerah
5. Pemerintah Daerah
6. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah
7. Pengguna Anggaran (PA)
8. Kuasa Pengguuna Anggaran (KPA) pada pelaksanaan APBN / APBD
9. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
10. Unit Kerja Pengadaan Barang / Jasa (UKPBJ)
11. Kelompok Kerja Pemilihan (Pokja Pemilihan)
12. Pejabat Pengadaan
13. Pejabat Pemeriksaan Hasil Pekerjaan (PjPHP)
14. Panitia Pemeriksaan Hasil Pekerjaan (PPHP)
15. Agen Pengadaan
16. Penyelenggara Swakelola
17. Pengelola Pengadaan Barang / Jasa
18. Rencana Umum Pengadaan Barang / Jasa (RUP)
19. E – marketplace
20. Layanan Pengadaan Secara Elektronik
21. Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP)
22. Pengadaan Barang / Jasa melalui Swakelola
23. Organisasi Masyarakat (Ormas)
24. Kelompok Masyarakat
25. Pengadaan Barang / Jasa melalui Penyedia
26. Pelaku usaha
27. Penyedia Barang / Jasa Pemerintah
28. Barang
29. Pekerjaan Kontruksi
30. Jasa Konsultasi
31. Jasa Lainnya
32. Harga Perkiraan Sendiri
33. Penelitian
34. Pembelian secara elektronik (E – purchasing)
35. Tender
36. Seleksi
37. Tender / Seleksi Internasional
38. Penunjukkan Langsung
39. Pengadaan Langsung Barang / Pekerjaan Konstruksi / JasaLainnya
40. Pengadaan Langsung Jasa Konsultasi
41. E-reverse Auction
42. Dokumen Pemilihan
43. Kontrak Pengadaan Barang / Jasa
44. Usaha Mikro
45. Usaha Kecil
46. Usaha Menengah
47. Surat Jaminan
48. Sanksi Daftar Hitam
49. Pengadaan Berkelanjutan
50. Konsolidasi Pengadaan Barang / Jasa
51. Keadaan Kahar
52. Kepala Lembaga
Pasal 2

Ruang lingkup pemberlakuan Peraturan Presiden ini meliputi:

a. Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan Kementerian/Lembaga/


Perangkat Daerah yang menggunakan anggaran belanja dari
APBN/APBD;
b. Pengadaan Barang/Casa yang menggunakan anggaran belanja dari
APBN/APBD, termasuk Pengadaan Barang/Jasa yang sebagian atau
seluruh dananya bersumber dari pinjaman dalam negeri dan/atau hibah
dalam negeri yang diterima oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah
Daerah; dan/atau
c. Pengadaan Barang/Jasa yang menggunakan anggaran belanja dari
APBN/APBD, termasuk Pengadaan Barang/Jasa yang sebagian atau
seluruhnya dibiayai dari pinjaman luar negeri atau hibah luar negeri.

Pasal 3

Pengadaan Barang/Jasa dalam Peraturan Presiden ini meliputi:


a. Barang
b. Pekerjaan Konstruksi;
c. Jasa Konsultansi; dan
d. Jasa Lainnya
Pengadaan ini dilakukan secara terintegrasi dan dilaksanakan dengan cara
swakelola dan penyedia.

BAB II

Tujuan, Kebijakan, Prinsip, dan Etika Pengadaan Barang / Jasa

Pasal 4

Tujuan pengadaan ini :

a. Menghasilkan barang/jasa yang tepat dari setiap uang yang


dibelanjakan, diukur dari aspek kualitas, jumlah, waktu, biaya, lokasi,
dan Penyedia;
b. Meningkatkan penggunaan produk dalam negeri;
c. Meningkatkan peran serta Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha
Menengah;
d. Meningkatkan peran pelaku usaha nasional;
e. Mendukung pelaksanaan penelitian dan pemanfaatan barang/jasa hasil
penelitian;
f. Meningkatkan keikutsertaan industri kreatif;
g. Mendorong pemerataan ekonomi; dan
h. Mendorong Pengadaan Bekelanjutan
Pasal 5

Kebijakan pengadaan :

a. Meningkatkan kualitas perencanaanPengadaan Barang/Jasa;


b. Melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang lebih transparan,
terbuka, dan kompetitif;
c. Memperkuat kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia Pengadaan
Barang/Jasa;
d. Mengembangkan E-maTketplace Pengadaan Barang/Jasa;
e. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, serta transaksi
elektronik;
f. Mendorong penggunaan barang/jasa dalam negeri dan Standar Nasional
Indonesia (SNI);
g. Memberikan kesempatan kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha
Menengah;
h. Mendorong pelaksanaan penelitian dan industri kreatif;
i. Melaksanakan Pengadaan Berkelanjutan.
Pasal 6

Prinsip pengadaan barang / jasa adalah efektif, efisien, transparan, terbuka, bersaing, adil, dan
akuntabel.

Pasal 7

Terdapat peraturan etika dalam melakukan pengadaan barang / jasa, yaitu :

a. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk


mencapai sasaran, kelancaran, dan ketepatan tujuan Pengadaan
Barang/Jasa;
b. Bekerja secara profesional, maridiri, dan menjaga kerahasiaan informasi
yang rnenurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah penyimpangan
Pengadaan Barang/Jasa;
c. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang
berakibat persaingan usaha tidak sehat;
d. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan
sesuai dengan kesepakatan tertulis pihak yang terkait;
e. Menghindari dan. mencegah terjadinya pertentangan kepentingan pihak
yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang berakibat
persaingan usaha tidak sehat dalam Pengadaan Barang/Jasa
f. Menghindari dan mencegah pemborosan dan kebocoran keuangan
negara;
g. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau
kolusi; dan
h. Tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak menjanjikan untuk
memberi atau menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat, dan apa saja
dari atau kepada siapapun yang diketahui atau patut diduga berkaitan
dengan Pengadaan Barang/Jasa
BAB III

Pelaku Pengadaan Barang / Jasa

Pasal 8

Pelaku Pengadaan Barang/Jasa terdiri atas PA, KPA pada Pelaksanaan APBN /
APBD, PPK, Pejabat Pengadaan, Pokja Pemilihan, Agen Pengadaan,
PjPHP/PPHP, Penyelenggara Swakelola, dan Penyedia.

Pasal 9

Tugas dan wewenang PA :

1. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran


belanja
2. Mengadakanperjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran belanja
yang telah ditetapkan
3. Menetapkan perencanaan pengadaan
4. Menetapkan dan mengurnumkan RUP
5. Melaksanakan Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa
6. Menetapkan Penunjukan Langsung untuk Tender/ Seleksi ulang gagal;
7. Menetapkan PPK;
8. Menetapkan Pejabat Pengadaan;
9. Menetapkan PjPHP/ PPHP;
10. Menetapkan Penyelenggara Swakelola
11. Menetapkan tim teknis;
12. Menetapkan tim juri/ km ahli untuk pelaksanaan melalui Sayembara/
Kontes;
13. Menyatakan Tender gagal/ Seleksi gagal
14. Menetapkan pemenang pemilihan/ Penyedia untuk metode pemilihan:
a. Tender/Penunjukan Langsung/ E-purchasing untuk paket Pengadaan
Barang/ Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai Pagu
Anggaran paling sedikit di atas Rp100.000.000.000,00; atau
b. Seleksi/ Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa
Konsultansi dengan nilai Pagu Anggaran paling sedikit di atas
Rp10.000.000.000,00.

Pasal 10

KPA dalam Pengadaan Barang/Jasa melaksanakan pendelegasian sesuai dengan


pelimpahan dari PA. KPA juga berwenang menjawab Sanggah Banding
peserta Tender Pekerjaan Kon struksi dan dapat menugaskan PPK untuk
melaksanakan pendelegasian terkait dengan:

a. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran


belanja; dan/ atau
b. Mengadakan perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran belanja
yang telah ditetapkan.
KPA dapat dibantu oleh Pengelola Pengadaan Barang/Jasa dan dapat merangkap
sebagai PPK jika tidak ada personel yang dapat ditunjuk sebagai PPK.

Pasal 11

PPK memiliki tugas yaitu :

1. Menyusun perencanaan pengadaan;


2. Menetapkan spesifikasi teknis / Kerangka Acuan Kerja(KAK)
3. Menetapkan rancangan kontrak
4. Menetapkan HPS
5. Menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan
kepada Penyedia
6. Mengusulkan perubahan jadwal kegiatan
7. Menetapkan tim pendukung
8. Menetapkan tim atau tenaga ahli
9. Melaksanakan E-purchasing untuk nilai paling sedikit di atas
Rp200.000.000,00
10. MenetapkanSurat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa
11. Mengendalikan Kontrak
12. Melaporkan pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan kepada PA/ KPA
13. Menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada PA/ KPA
dengan berita acara penyerahan
14. Menyimpan dan rnenjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan
kegiatan
15. Menilai kinerja Penyedia.
PPK juga melaksanakan tugas pelimpahan kewenangan dari PA/KPA dan dalam
menjalankan tugasnya dapat dibantu oleh Pengelola Pengadaan Barang/Jasa.

Pasal 12

Pejabat Pengadaan dalam Pengadaan Barang/Jasa memiliki tugas:

1. Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Pengadaan Langsung


2. Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Penunjukan Langsung untuk
pengadaan Barang/ Pekerjaan Konstruksi/ Jasa Lainnya yang bernilai
paling banyak Rp200.000.000,00
3. Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Penunjukan Langsung untuk
pengadaan Jasa Konsultansi yang bernilai paling banyak
Rp100.000.000,00
4. Melaksanakan e-purchasing yang bernilai paling banyak
Rp200.000.000,00
Pasal 13

Pokja Pemilihan dalam Pengadaan Barang/Jasa memiliki tugas:

1. Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan Penyedia;


2. Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan Penyedia untuk
katalog elektronik; dan
3. Menetapkan pemenang pemilihan/ Penyedia untuk metode
pemilihan:
a. Tender/ Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Barang/
Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai Pagu Anggaran paling
banyak Rp100.000.000.000,00 dan
b. Seleksi/ Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa
Konsultansi dengan nilai Pagu Anggaran pallng banyak
Rp10.000.000.000,00
Pokja Pemilihan beranggotakan 3 orang dan dapat ditambah sepanjang berjumlah
gasal. Dalam melaksanakan tugas, Pokja Pemilihan dapat dibantu oleh tim atau
tenaga ahli.

Pasal 14

Pelaksanaan tugas Agen Pengadaan dalam melaksanakan Pengadaan


Barang/Jasa kurang lebih sama dengan tugas Pokja Pemilihan dan/ atau PPK
dan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Pasal 15

PjPHP memiliki tugas memeriksa administrasi hasil pekerjaan pengadaan


Barang/ Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling banyak
Rp200. 000.000,00 dan Jasa Konsultansi yang bernilai paling banyak
Rp100.000.000,00. Sedangkan tugas PPHP kebalikan dengan tugas PjPH.

Pasal 16

Penyelenggara Swakelola terdiri atas :

a. Tim Persiapan :Menyusun sasaran, rencana kegiatan, jadwal


pelaksanaan, dan rencana biaya.
b. Tim Pelaksana :Melaksanakan, mencatat, mengevaluasi, dan
melaporkan secara berkala kemajuan pelaksanaan kegiatan dan
penyerapan anggaran.
c. Tim Pengawas :Mengawasi persiapan dan pelaksanaan fisik maupun
administrasi Swakelola.
Pasal 17
Penyedia wajib memenuhi kualifikasi sesuai dengan barang/jasa yang diadakan
dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, serta
bertanggung jawab atas:

a. Pelaksanaan Kontrak
b. Kualitas barang/jasa
c. Ketepatan perhJttliigan jumlah atau volume
d. Ketepatan waktu penyerahan
e. Ketepatan tempat penyerahan.
BAB IV

Perencanaan Pengadaan

Pasal 18

Perencanaan pengadaan meliputi identifikasi kebutuhan, penetapan


barang/jasa, cara, jadwal, dan anggaran Pengadaan Barang/Jasa. Dananya
dapat bersumber dari APBD atau APBN. Hasil perencanaan ini dimuat dalam
RUP. Perencanaan pengadaan terdiri atas :

1. Melalui Swakelola meliputi:

a. Penetapan tipe Swakelola (Tipe I – IV)

b. Penyusunan spesifikasi teknis / KAK

c. Penyusunan perkiraan biaya/ Rencana Anggaran Biaya


(RAB).

2. Melalui Penyedia meliputi :

a. Penyusutan spesifikasi teknis/ KAK

b. Penyusunan perkiraan biaya/ RAB

c. Pemaketan Pengadaan Barang/ Jasa

d. Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa

e. Penyusunan biaya pendukung


Pasal 19
Dalam menyusun spesifikasi teknis / KAK menggunakan produk dalam negeri,
menggunakan produk bersertifikat SNI, dan memaksimalkan penggunaan produk
industri hijau. Dalam penyusunan spesifikasi teknis / KAK dimungkinkan
penyebutan merek terhadap:

a. Komponen barang/jasa
b. Suku cadang
c. Bagian dari satu sistem yang sudah ada
d. Barang/jasa dalam katalog elektronik
e. Barang/jasa pada Tender Cepat
Pasal 20

Pemaketan Pengadaan Barang/Jasa dilakukan dengan berorientasi pada:

1. Keluaran atau hasil


2. Volume barang/jasa
3. Ketersediaan barang/jasa
4. Kemampuan Pelaku Usaha
5. Ketersediaan anggaran belanja.
Ada beberapa hal yang dilarang dalam pemaketan ini :

1. Menyatakan atau memusatkan beberapa paket Pengadaan Barang/Jasa


yang tersebar di beberapa lokasi/ daerah yang menurut sifat pekerjaan dan
tingkat efisiensinya seharusnya dilakukan di beberapa lokasi/ daerah
masing-masing
2. Menyatukan beberapa paket Pengadaan Barang/Jasa yang menurut sifat
dan jenis pekerjaannya harus dipisahkan
3. Menyatukan beberapa paket Pengadaan Barang/Jasa yang besaran nilainya
seharusnya dilakukan oleh usaha kecil; dan/ atau
4. Memecah Pengadaan Barang/Jasa menjadi beberapa paket dengan
maksud menghindari Tender/ Seleksi.
Pasal 21

Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa dilakukanoleh PA/ KPA/ PPK dan/ atau


UKPBJ pada tahap perencanaan pengadaan, persiapan Pengadaan Barang/Jasa
melalui Penyedia, dan/atau persiapan pemilihan Penyedia.
Pasal 22

Pengumuman RUP Kementerian/ Lembaga dilakukan melalui aplikasi Sistem


Informasi Rencana Umum Pengadaan (SIRUP) setelah penetapan alokasi
anggaran belanja dan setelah rancangan Peraturan Daerah tentang APBD
disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD. Pengumuman ini dapat
ditambahkandalam situs web Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah, papan
pengumuman resmi untuk masyarakat, surat kabar, dan/ atau media
lainnya. Pengumuman RUP dilakukan kembali dalam hal terdapat
perubahan/revisi paket pengadaan atau Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA)/Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA).

BAB V

Persiapan Pengadaan Barang / Jasa

Pasal 23

Persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola meliputi penetapan


sasaran yang ditetapkan oleh PA/ KPA, Penyelenggara Swakelola (Tipe I –
IV); rencana kegiatan yang ditetapkan oleh PPK dengan memperhitungkan
tenaga ahli (tipe I dan jumlah tenaga ahli tidak boleh melebihi 50 % dari jumlah
anggota Tim Pelaksana)/ peralatan/ bahan tertentu yang dilaksanakan dengan
Kontrak tersendiri; jadwal pelaksanaan; dan RAB.

Pasal 24

Biaya Pengadaan Barang dan Jasa melalui Swakelola dihitung berdasarkan


komponen biaya pelaksanaan Swakelola. PA dapat mengusulkan standar biaya
masukan/keluaran Swakelola kepada menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan negara atau kepala daerah.

Pasal 25

Persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia oleh PPK meliputi kegiatan:

1. Menetapkan HPS;
2. Menetapkan rancangan kontrak;
3. Menetapkan spesifikasi teknis / KAK; dan/atau
4. Menetapkan uang muka, jaminan uang muka, jaminan pelaksanaan,
jaminan pemeliharaan, sertifikat garansi, dan/ atau penyesuaian harga.

Pasal 26

HPS dihitung secara keahlian dan menggunakan data yang dapat


dipertanggungjawabkan. HPS telah memperhitungkan keuntungan dan biaya
tidak langsung. Nilai HPS bersifat terbuka dan tidak bersifat rahasia. Total
HPS merupakan hasil perhitungan HPS ditambah Pajak Pertambahan Nilai
(PPN). HPS digunakan sebagai:

a. Alat untuk menilai kewajaran harga penawaran dan/atau kewajaran


harga satuan;
b. Dasar untuk menetapkan batas tertinggi penawaran yang sah dalam
Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Casa Lainnya; dan
c. Dasar untuk menetapkan besaran nilai Jaminan Pelaksanaan bagi
penawaran yang nilainya lebih rendah 80% dari nilai HPS.
HPS tidak menjadi dasar perhitungan besaran kerugian negara. Penyusunan
HPS dikecualikan untuk Pengadaan Barang/Jasa dengan Pagu Anggaran paling
banyak Rp10.000.000,00, E-purchasing, dan Tender pekerjaan terintegrasi.
Penetapan HPS paling lama 28 hari kerja sebelum batas akhir untuk:

a. Pemasukan penawaran untuk pemilihan dengan pascakualifikasi; atau


b. Pemasukan dokumen kualifikasi untuk pemilihan dengan
prakualifikasi.

Pasal 27

Jenis Kontrak Pengadaan Barang/ Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya terdiri


atas:

a. Lumsum;

b. Harga Satuan;

c. Gabungan Lumsum dan Harga Satuan;

d. Terima Jadi dan

e. Kontrak Payung.
Jenis Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi terdiri atas:

a. Lumsum;

b. Waktu Penugasan; dan

c. Kontrak Payung.

Kontrak Lumsum merupakan kontrak dengan ruang lingkup pekerjaan dan


jumlah harga yang pasti dan tetap dalam batas waktu tertentu, dengan
ketentuan sebagai berikut:

a. Semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia;

b. Berorientasi kepada keluaran; dan

c. Pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang


dihasilkan sesuai dengan Kontrak.

Kontrak Harga Satuan merupakan kontrak dengan harga satuan yang tetap
atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu yang telah
ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Volume / kuantitas pekerjaannya masih bersifat perkiraan pada saat


Kontrak ditandatangani;

b. Pembayaran berdasarkan hasil pengukuran bersama atas realisasi


volume pekerjaan;
c. Nilai akhir kontrak ditetapkan setelah seluruh pekerjaan
diselesaikan.

Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan merupakan gabungan Lumsum


dan Harga Satuan dalam 1 pekerjaan yang diperjanjikan.

Kontrak Terima Jadi merupakan Kontrak atas penyelesaian seluruh pekerjaan


dalam batas waktu tertentu dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh pekerjaan selesai


dilaksanakan; dan

b. Pembayaran dilakukan berdasarkan termin sesuai kesepakatan dalam


Kontrak.
Kontrak Payung dapat berupa kontrak harga satuan dalam periode waktu
tertentu untuk barang/jasa yang belum dapat ditentukan volume dan/ atau
waktu pengirimannya pada saat Kontrak ditandatangani.

Kontrak berdasarkan Waktu Penugasan merupakan Kontrak untuk pekerjaan


yang ruang lingkupnya belum bisa didefinisikan dengan rinci dan/ atau waktu
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan belum bisa dipastikan.
Kontrak Tahun Jarnak merupakan Kontrak yang membebani lebih dari 1
Tahun Anggaran dilakukan setelah mendapatkan persetujuan pejabat yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dapat
berupa:

a. Pekerjaan yang penyelesaiannya lebih dari 12 bulan atau lebih dari 1


Tahun Anggaran; atau
b. Pekerjaan yang memberikan manfaat lebih apabila dikontrakkan untuk
jangka waktu lebih dari 1 Tahun Anggaran dan paling lama 3 Tahun
Anggaran.
Pasal 28

Bentuk Kontrak terdiri atas:

1. Bukti pembelian/pembayaran :
2. Kuitansi;
3. Surat Perintah Kerja (SPK);
4. Surat perjanjian; dan
5. Surat pesanan.

Pasal 29

Uang muka dapat diberikan untuk persiapan pelaksanaan pekerjaan


dengan ketentuan :

1. Paling tinggi 30% dari nilai kontrak untuk usaha kecil

2. Paling tinggi 20% dari nilai kontrak untuk usaha non-kecil dan Penyedia
Jasa Konsultansi; atau
3. Paling tinggi 15% dari nilai kontrak untuk Kontrak Tahun Jamak
Pemberian uang muka dicantumkan pada rancangan kontrak yang terdapat
dalam Dokumen Pemilihan.

Pasal 30

Jaminan Pengadaan Barang/Jasa terdiri atas:

1. Jaminan Penawaran : hanya untuk pengadaan Pekerjaan Konstruksi


berupa bank garansi atau surety bond yang bersifat:
a. Tidak bersyarat
b. Mudah dicairkan; dan
c. Harus dicairkan oleh penerbit jaminan paling lambat 14 hari kerja
setelah surat perintah pencairan dari Pokja Pemilihan/ PPK/ Pihak
yang diberi kuasa oleh Pokja Pemilihan / PPK diterima
2. Jaminan Sanggah Banding : hanya untuk pengadaan Pekerjaan
Konstruksi
3. Jaminan Pelaksanaan
4. Jaminan Uang Muka; dan
5. Jaminan Pemeliharaan.

Jaminan dari Bank Umum, Perusahaan Penjaminan, Perusahaan Asuransi,


lembaga keuangan khusus yang menjalankan usaha di bidang
pembiayaan, penjaminan, dan asuransi untuk mendorong ekspor
Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang lembaga pembiayaan ekspor Indonesia dapat digunakan untuk
semua jenis Jaminan dan harus merupakan Perusahaan Penerbit Jaminan
yang memiliki izin usaha dan pencatatan produk nuretyyhip di Otoritas
Jasa Keuangan.

Anda mungkin juga menyukai