Anda di halaman 1dari 23

Lembar Penambahan Persyaratan dari Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama atau Pengguna

Anggaran Pada Pelaksanaan Pengadaan Pekerjaan Konstruksi


PENINGKATAN JALAN HASANUDDIN - JALAN H. RAIS A. RAHMAN - JALAN HUSEIN HAMZAH
Tahun Anggaran 2023

PENETAPAN PENAMBAHAN PERSYARATAN


Nomor : 620.1/05/HSD-HZH/PUPR

PENINGKATAN JALAN HASANUDDIN - JALAN H. RAIS A. RAHMAN - JALAN


Paket Pekerjaan :
HUSEIN HAMZAH
Perangkat Daerah : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Kalimantan Barat
Sumber Dana : APBD
Pagu Anggaran : Rp. 19.860.000.000,00
Total HPS : Rp. 19.859.660.000,00
Jenis Pekerjaan : Pekerjaan Konstruksi
Tahun Anggaran : 2023

1. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa


Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021
tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah mengatur :
a. PA memiliki tugas dan kewenangan sebagaimana dalam Pasal 9 yang diantaranya:
1) Menetapkan perencanaan pengadaan,
2) menetapkan dan mengumumkan RUP;
b. PPK memiliki tugas sebagaimana dalam Pasal 11:
a. Menyusun Perencanaan Pengadaan; j. Menyimpan dan Menjaga Keutuhan
b. Melaksanakan Konsolidasi Pengadaan Seluruh Dokumen Pelaksanaan
Barang/Jasa; Kegiatan;
c. Menetapkan Spesifikasi k. Melaporkan Pelaksanaan dan
Teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK); Penyelesaian Kegiatan Kepada PA/
d. Menetapkan Rancangan Kontrak; KPA;
e. Menetapkan HPS; l. Menyerahkan Hasil Pekerjaan
f. Menetapkan Besaran Uang Muka Yang Pelaksanaan Kegiatan Kepada PA/KPA
Akan Dibayarkan Kepada Penyedia; Dengan Berita Acara Penyerahan;
g. Mengusulkan Perubahan Jadwal m. Menilai Kinerja Penyedia;
Kegiatan; n. Menetapkan Tim Pendukung;
h. Melaksanakan E-purchasing Untuk Nilai o. Menetapkan Tim Ahli Atau Tenaga
Paling Sedikit Di Atas Rp.200.000.000,00 Ahli; dan
(Dua Ratus Juta rupiah); p. Menetapkan Surat Penunjukan
i. Mengendalikan Kontrak; Penyedia Barang/Jasa
c. Hasil Perencanaan Pengadaan dimuat dalam RUP, termasuk terkait Pemaketan yang
sudah mempertimbangkan yang salah satunya Kemampuan Pelaku Usaha
sebagaimana dalam ayat (8) Pasal 18.
d. Pemaketan Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dalam Pasal 19
Pemaketan Pengadaan Barang/Jasa dilakukan dengan berorientasi pada:
a. keluaran atau hasil;
b. volume barang/jasa;
c. ketersediaan barang/jasa;

Paraf Pengguna Anggaran (…..)


d. kemampuan Pelaku Usaha; dan/atau
e. ketersediaan anggaran belanja.
e. Persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia oleh PPK sebagaimana dalam
pasal 25, meliputi kegiatan:
a. menetapkan HPS;
b. menetapkan rancangan kontrak;
c. menetapkan spesifikasi teknis/KAK; dan/atau
d. menetapkan uang muka, jaminan uang muka, jaminan pelaksanaan, jaminan
pemeliharaan, sertifikat garansi, dan/atau penyesuaian harga.

2. Sebagaimana diatur pada Peraturan Perundang-Undangan pelaksana dari Peraturan


Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 16
Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yaitu :
a. Peraturan LKPP Nomor 12 Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui Penyedia dalam Pasal 5 berbunyi :
PA/KPA dengan pertimbangan untuk mengatasi kekosongan hukum dan/atau stagnasi
pemerintahan guna kemanfaatan dan kepentingan umum dapat menyesuaikan
prosedur/tata cara/tahapan pada tahap persiapan pengadaan, persiapan pelaksanaan
pemilihan, pelaksanaan pemilihan dan/atau pelaksanaan pekerjaan untuk barang/jasa;
b. Sebagaimana diatur dalam Peraturan LKPP huruf a dimaksud diatas, dalam Lampiran
II Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia, huruf
3.5.5 Penambahan Persyaratan Kualifikasi dan Persyaratan Teknis berbunyi :
Dalam hal diperlukan, terhadap persyaratan kualifikasi Penyedia dan persyaratan teknis
dapat dilakukan penambahan persyaratan. Penambahan persyaratan dilakukan pada
setiap paket pekerjaan. Penambahan persyaratan kualifikasi Penyedia dan persyaratan
teknis tidak bertentangan dengan prinsip pengadaan, etika pengadaan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
c. Sebagaimana diatur dalam Peraturan LKPP huruf a dimaksud diatas, dalam Lampiran V
berupa Model Dokumen Pemilihan Pengadaan Jasa Konstruksi melalui Penyedia dan/atau
ketetapan Dokumen Pemilihan Penyedia :
1) ”Metode Tender, Pascakualifikasi, Satu File, Sistem Harga Terendah, Kontrak
Gabungan Lumsum dan Harga Satuan” huruf 28.12.a.f) Evaluasi Teknis
2) ”Metode Tender, Pascakualifikasi, Dua File, Sistem Harga Terendah
Ambang Batas, Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan” huruf
28.12.a.f) Evaluasi Teknis berbunyi :
Dokumen lain yang disyaratkan (harus dengan persetujuan pejabat pimpinan tinggi
madya untuk K/L atau pejabat pimpinan tinggi pratama untuk PD) sebagaimana
tercantum dalam LDP, dengan ketentuan :
(1) Kriteria evaluasi diuraikan secara rinci dan terukur;
(2) Persyaratan harus mempertimbangkan persaingan usaha yang sehat dan jangka
waktu pemenuhan persyaratan.
3. Substansi/cakupan dalam Dokumen penambahanan persyaratan
Dokumen Penambahan Persyaratan Kualifikasi
No
Uraian/Jenis Ket.
1) Laporan Keuangan (Kualifikasi M/B) Kriteria evaluasi terlampir
2) Akta Pendirian Cabang Kriteria evaluasi terlampir
3) Surat Perjanjian KSO Kriteria evaluasi terlampir

Paraf Pengguna Anggaran (….…)


Dokumen Penambahan Persyaratan Teknis
No
Uraian/Jenis Ket.
1) Surat Pernyataan menggunakan material pasir dan Kriteria evaluasi terlampir
material batu dari hasil usaha pertambangan yang
memiliki Ijin Usaha Pertambangan dan wajib
melampirkan Izin Usaha Pertambangan (IUP)
Operasi Produksi atau Surat Dukungan dari
pengusaha/badan usaha/koperasi yang memiliki
Ijin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi
Produksi
2) Dokumen Teknis Kelayakan Operasional / Jalan Kriteria evaluasi terlampir
Peralatan Utama
3) Sertifikasi Laik Operasi Asphalt Mixing Plant Yang Kriteria evaluasi terlampir
Masih Berlaku.
4) Surat Keterangan Hasil Pengujian Alat Ukur UTTP Kriteria evaluasi terlampir
Asphalt Mixing Plant Untuk Pengesahan Tera / Tera
Ulang Yang Masih Berlaku.
4. Muatan dasar dokumen pendukung terhadap Dokumen penambahan sebagaimana angka
nomor 3 (tiga) diatas, meliputi :
a. Latar Belakang;
b. Dasar hukum/Pertimbangan yang mengharuskan kebutuhan penambahan
persyaratan;
c. Dampak penambahan persyaratan terhadap pelaksanaan pengadaan pekerjaan
konstruksi;
d. Penambahan jangka waktu pemenuhan penambahan persyaratan pada (Penyampaian
Dokumen Penawaran);
e. Kriteria evaluasi pada pelaksanaan pemilihan penyedia (Tender).
5. Persyaratan tambahan sebagaimana dimaksud terlampir pada Tabel
Substansi/Cakupan Muatan Dasar Dokumen Penambahanan Persyaratan
berdasarkan masing-masing setiap per-uraian/jenis, serta telah mempertimbangkan :
a. Persaingan usaha yang sehat; dan
b. Tidak bertentangan dengan prinsip pengadaan, etika pengadaan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Demikian disampaikan untuk menjadi pertanggungjawaban mutlak dalam ketentuan dan


prosedur penambahan persyaratan.

Pontianak, 2 Oktober 2023


Lampiran Tabel Substansi/Cakupan Muatan Dasar Dokumen Penetapan
Penambahanan Persyaratan
Nomor : 620.1/05/HSD-HZH/PUPR

Dokumen Penambahan Persyaratan Kualifkasi/Teknis


Nomor Uraian/Jenis:

1). Laporan Keuangan


I Latar Belakang
Dalam upaya mencegah terhambatnya pelaksanaan pengadaan pekerjaan konstruksi
dan dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur, berlandaskan tujuan dari
Value For Money yaitu mendapatkan hasil yang tepat dari setiap uang yang
dibelanjakan, terukur dari aspek kualitas, kuantitas, waktu, biaya, lokasi, dan
penyedia.
II Dasar Hukum/Pertimbangan
1. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan
Berbasis Risiko Pasal 87 Ayat (1) “Kemampuan keuangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 85 ayat (1) huruf b diperoleh dari nilai total ekuitas pada:
a. neraca keuangan BUJK, untuk BUJK kualifikasi kecil; dan
b. neraca keuangan BUJK hasil audit kantor akuntan publik yang teregistrasi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, untuk BUJK
kualifikasi menengah dan besar.
2. Peraturan LKPP Nomor 12 Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Melalui Penyedia dalam Lampiran V MDP Pengadaan
Pekerjaan Konstruksi (Metode Tender, Pascakualifikasi, Satu File, Sistem Harga
Terendah, Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan) dan Konstruksi (Metode
Tender, Pascakualifikasi, Dua File, Sistem Harga Terendah Ambang Batas, Kontrak
Gabungan Lumsum dan Harga Satuan)diatur pada
BAB VII TATA CARA EVALUASI KUALIFIKASI diantaranya
 (Huruf F. angka 2) Pokja membandingkan kesesuaian antara izin berusaha di
bidang Jasa Konstruksi, Sertifikat Badan Usaha, Sertifikat Lain (Apabila
dipersyaratkan), NPWP, dan Akta Pendirian/Perubahan Terakhir, serta laporan
keuangan, dengan yang disampaikan dalam data kualifikasi, dengan
ketentuan:
a. Apabila ditemukan ketidaksesuaian data, maka dinyatakan gugur;
b. Apabila ditemukan pemalsuan berdasarkan hasil klarifikasi kepada penerbit
dokumen, maka peserta selain dinyatakan gugur juga dikenakan sanksi
daftar hitam;
III Dampak Penambahan Persyaratan
1. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan
Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
mengatur Tujuan Pengadaan Barang/Jasa, sebagaimana tertuang pada Pasal 4
Pengadaan Barang/Jasa diantaranya bertujuan untuk:
a. menghasilkan barang/jasa yang tepat dari setiap uang yang dibelanjakan,
diukur dari aspek kualitas, kuantitas, waktu, biaya, lokasi, dan Penyedia;
2. Dalam lampiran Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK), Untuk memitigasi agar
Penyedia mempunyai modal/kemampuan keuangan dalam melaksanakan
pelaksanaan kontrak dan serta memitigasi agar tidak terjadinya pemutusan
kontrak yang disebabkan Karna :
a. Penyedia berada dalam keadaan pailit yang diputuskan oleh pengadilan;
b. Penyedia lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak
memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan;
c. berdasarkan penelitian Pejabat Penandatangan Kontrak, Penyedia tidak akan
mampu menyelesaikan keseluruhan pekerjaan walaupun diberikan kesempatan
untuk menyelesaikan pekerjaan;
d. Penyedia tidak dapat menyelesaikan pekerjaan setelah diberikan kesempatan
menyelesaikan pekerjaan;
e. Penyedia menghentikan pekerjaan selama 28 (dua puluh delapan) hari kalender
dan penghentian ini tidak tercantum dalam jadwal pelaksanaan pekerjaan serta
tanpa persetujuan pengawas pekerjaan; atau
f. Penyedia mengalihkan seluruh kontrak bukan dikarenakan pergantian nama
Penyedia.

IV Penambahan Waktu
Penambahan jangka waktu pemenuhan penambahan persyaratan pada
(Penambahan Persyaratan Laporan Keuangan ini) diberikan 1 (satu) hari
kalender ;
(estimasi waktu minimal/paling kurang ditambah estimasi waktu pemenuhan
penambahan persyaratan)
V Kriteria : 1. Laporan Keuangan Yang Telah di Audit Minimal Tahun
Evaluasi 2022
a. Peserta wajib menyampaikan laporan keuangan saat
pemasukan dokumen kualifikasi. Dalam hal ber-KSO, laporan
keuangan disampaikan oleh seluruh anggota KSO, dengan
ketentuan hanya untuk Kualifikasi Usaha Menengah, laporan
keuangan yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik
yang teregistrasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. Laporan keuangan yang telah diaudit sebagaimana
dimaksud huruf a diatas, harus dengan Opini Wajar Tanpa
Pengecualian atau Wajar dengan Pengecualian.
c. KAP yang diregistrasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, selanjuntnya dapat dilihat pada situs
web Kementerian Keuangan dan/atau situs web Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI).
2. Laporan Non - Kualifikasi Form 8A-6
Sebagaimana lampiran dari SPT Tahunan Pajak Penghasilan
Wajib Pajak Badan Tahun 2022, Menyampaikan Lampiran
Khusus Transkrip Kutipan Elemen Laporan Keuangan 1771 yaitu
Laporan Non - Kualifikasi Form 8A-6 sesuai PER-34/PJ/2010
Penambahan persyaratan sebagaimana dimaksud diatas, telah mempertimbangkan;
a. Persaingan usaha yang sehat dan penambahan jangka waktu pemenuhan persyaratan; dan
b. Tidak bertentangan dengan prinsip pengadaan, etika pengadaan dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pontianak, 2 Oktober 2023


2). Akta Pendirian Cabang

I Latar Belakang
Dalam upaya mencegah terhambatnya pelaksanaan pengadaan pekerjaan
konstruksi dan dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur, berlandaskan
tujuan dari Value For Money yaitu mendapatkan hasil yang tepat dari setiap uang
yang dibelanjakan, terukur dari aspek kualitas, kuantitas, waktu, biaya, lokasi, dan
penyedia.

II Dasar Hukum/Pertimbangan
1. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan
Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
mengatur Tujuan Pengadaan Barang/Jasa,
2. Peraturan LKPP Nomor 4 Tahun 2021 tentang Pembinaan Pelaku Usaha
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, sebagaimana diatur pada Lampiran II,
Angka Romawi III Perbuatan Atau Tindakan Peserta
Pemilihan/Penyedia Yang Dikenakan Sanksi Daftar Hitam, No. 3.4
Sanksi Daftar Hitam yang dikenakan kepada kantor pusat perusahaan/kantor
cabang/perwakilan perusahaan dilaksanakan dengan ketentuan:
a. Sanksi Daftar Hitam yang dikenakan kepada kantor pusat perusahaan berlaku
juga untuk seluruh kantor cabang/perwakilan perusahaan.
b. Sanksi Daftar Hitam yang dikenakan kepada kantor cabang/perwakilan
perusahaan berlaku juga untuk kantor cabang/perwakilan lainnya dan kantor
pusat perusahaan.
c. Sanksi Daftar Hitam yang dikenakan kepada perusahaan induk tidak berlaku
untuk anak perusahaan.
d. Sanksi Daftar Hitam yang dikenakan kepada anak perusahaan tidak berlaku
untuk perusahaan induk.
3. Peraturan LKPP Nomor 12 Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui Penyedia dalam Lampiran V MDP
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi (Metode Tender, Pascakualifikasi, Satu File,
Sistem Harga Terendah, Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan) dan
Konstruksi (Metode Tender, Pascakualifikasi, Dua File, Sistem Harga Terendah
Ambang Batas, Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan)diatur pada
BAB VII TATA CARA EVALUASI KUALIFIKASI diantaranya
 (Huruf F. angka 2) Pokja membandingkan kesesuaian antara izin berusaha
di bidang Jasa Konstruksi, Sertifikat Badan Usaha, Sertifikat Lain (Apabila
dipersyaratkan), NPWP, dan Akta Pendirian/Perubahan Terakhir, serta laporan
keuangan, dengan yang disampaikan dalam data kualifikasi, dengan
ketentuan:
a. Apabila ditemukan ketidaksesuaian data, maka dinyatakan gugur;
b. Apabila ditemukan pemalsuan berdasarkan hasil klarifikasi kepada
penerbit dokumen, maka peserta selain dinyatakan gugur juga dikenakan
sanksi daftar hitam;
III Dampak Penambahan Persyaratan
1. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan
Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
mengatur Tujuan Pengadaan Barang/Jasa, sebagaimana tertuang pada Pasal 4
Pengadaan Barang/Jasa diantaranya bertujuan untuk:
a. menghasilkan barang/jasa yang tepat dari setiap uang yang dibelanjakan,
diukur dari aspek kualitas, kuantitas, waktu, biaya, lokasi, dan Penyedia;
b. mewujudkan pemerataan ekonomi dan memberikan perluasan kesempatan
berusaha
2. Kantor cabang yang bertindak sebagai perwakilan kantor pusat bersifat hanya
menghadiri sebagai perwakilan dari kantor pusat dan bersifat tidak dalam bentuk
pengalihan/melepas tanggung jawab dalam hal adanya penyampaian data yang
tidak benar/pemalsuan sebagaima yang telah disepekati dan disetujui pada BAB
IKP;
a. Pelanggaran terhadap aturan Pengadaan;
b. Larangan pertengangan kepentingan
b. Peserta Pemilihan/penyedia yang dikenakan sanksi daftar hitam:dan
c. Pakta Integritas;
IV Penambahan Waktu
Penambahan jangka waktu pemenuhan penambahan persyaratan pada
Penambahan Persyaratan Akta Pendirian Cabang ini tidak diberikan;
(estimasi waktu minimal/paling kurang ditambah estimasi waktu pemenuhan
penambahan persyaratan)
V Kriteria : 1. Akta Pendirian Cabang
Evaluasi Menyampaikan Akta Penunjukkan/Perubahan pengurus
perwakilan Cabang menjelaskan dan menarasikan kalimat
sebagai berikut :
Di dalam akta pendirian dan atau perubahan
cabang/perwakilan perusahaan bahwa semua
permasalahan Administrasi, Keuangan termasuk
Hutang Piutang, Hukum dan Lain-lain berlaku juga dan
menjadi tanggung jawab untuk kantor
cabang/perwakilan lainnya dan kantor pusat
perusahaan.

Penambahan persyaratan sebagaimana dimaksud diatas, telah mempertimbangkan


a. Persaingan usaha yang sehat dan penambahan jangka waktu pemenuhan persyaratan;
dan
b. Tidak bertentangan dengan prinsip pengadaan, etika pengadaan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pontianak, 2 Oktober 2023


3). Surat Perjanjian KSO
I Latar Belakang
Dalam upaya mencegah terhambatnya pelaksanaan pengadaan pekerjaan
konstruksi dan dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur, berlandaskan
tujuan dari Value For Money yaitu mendapatkan hasil yang tepat dari setiap uang
yang dibelanjakan, terukur dari aspek kualitas, kuantitas, waktu, biaya, lokasi, dan
penyedia.

II Dasar Hukum/Pertimbangan
1. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, yaitu
Pasal 112;
Ayat (2); Gubernur dapat mengembangkan kebijakan khusus Pembinaan Jasa
Konstruksi dalam lingkup daerah provinsi.
Ayat (3); Kebijakan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. kerjasama operasi dan/atau kemitraan badan usaha Jasa
Konstruksi luar daerah dengan badan usaha Jasa Konstruksi
provinsi; dan/atau
b. penggunaan Subpenyedia Jasa daerah.
Ayat (4); Penetapan kebijakan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan dengan ketentuan:
a. pendanaan bersumber dari anggaran pendapatan belanja daerah; dan
b. Pekerjaan Konstruksi mempunyai kriteria berisiko kecil sampai
dengan sedang, berteknologi sederhana sampai dengan madya,
dan berbiaya kecil sampai dengan sedang.
Ayat (5); Gubernur menetapkan kebijakan khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) berupa Peraturan Daerah Provinsi atau Peraturan Kepala
Daerah.
Ayat (6); Penetapan Peraturan Daerah Provinsi atau Peraturan Kepala Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Peraturan LKPP Nomor 11 Tahun 2021 tentang Pedoman Perencanaan


Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, pada Lampiran 2.4.2 Pemaketan
Pengadaan Jasa Konstruksi
Ketentuan pemaketan Pekerjaan Konstruksi untuk:
1) nilai pagu anggaran sampai dengan Rp.15.000.000.000,00 (lima belas milyar
rupiah) dialokasikan hanya untuk Penyedia Pekerjaan Konstruksi dengan
kualifikasi usaha kecil dan/atau koperasi;
2) nilai pagu anggaran di atas Rp.15.000.000.000,00 (lima belas milyar rupiah)
sampai dengan Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) dialokasikan
hanya untuk Penyedia Pekerjaan Konstruksi dengan kualifikasi usaha
menengah;
3) nilai pagu anggaran di atas Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah)
sampai dengan Rp.100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dialokasikan
hanya untuk Penyedia Pekerjaan Konstruksi dengan kualifikasi usaha besar
nonbadan usaha milik negara; atau

3. Peraturan LKPP Nomor 12 Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan


Barang/Jasa Pemerintah Melalui Penyedia, dalam Lampiran II .3.2.7
Subkontrak Persyaratan pekerjaan konstruksi yang disubkontrakkan harus
memperhatikan: “Dalam hal nilai pagu anggaran di atas Rp.25.000.000.000,00
(dua puluh lima miliar rupiah), jenis pekerjaan yang wajib disubkontrakkan
dicantumkan dalam dokumen pemilihan berdasarkan penetapan PPK dalam
dokumen persiapan pengadaan”.
Lampiran V berupa Model Dokumen Pemilihan Pengadaan Jasa Konstruksi melalui
Penyedia dan/atau ketetapan Dokumen Pemilihan Penyedia :
a. ”Metode Tender, Pascakualifikasi, Satu File, Sistem Harga Terendah,
Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan” huruf 28.12.a.f)
Evaluasi Teknis
b. ”Metode Tender, Pascakualifikasi, Dua File, Sistem Harga Terendah
Ambang Batas, Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan”
c. Dengan kesimpulan BAB Intruksi Kepada Penyedia, 28.12. Evaluasi Teknis :
sebagaimana diatur dalam, Evaluasi pekerjaan yang disubkontrakkan
dilakukan dengan ketentuan:
(1) Memeriksa kesesuaian pekerjaan yang disubkontrakkan baik untuk
pekerjaan utama maupun pekerjaan yang bukan pekerjaan utama;
(2) Peserta dinyatakan memenuhi unsur pekerjaan yang disubkontrakkan
apabila Daftar Isian Pekerjaan yang Disubkontrakkan yang disampaikan
sesuai dengan jumlah dan jenis pekerjaan yang dipersyaratkan dalam
SSKK;
d. Pelaksanaan Klarifikasi/Evaluasi nominasi Subkontrak, tidak dilakukan pada
saat Klarifkasi/Evaluasi Tender oleh Kelompok Kerja Pemilihan, sebagaimana
mengacu pada huruf c diatas, Klarifikasi/Evaluasi dimaksud sebagaimana
dilaksanakan pada Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak, yaitu
Subkontraktor yang akan melaksanakan bagian pekerjaan dengan
ketentuan berdasarkan daftar pekerjaan yang disubkontrakkan dan
subkontraktor dalam syarat-syarat khusus kontrak :
1) Untuk pekerjaan utama, maka dilakukan klarifikasi terhadap
kesesuaian pekerjaan yang disubkontrakkan dan kesesuaian
subklasifikasi SBU subpenyedia jasa spesialis yang
dinominasikan; dan/atau
2) Untuk pekerjaan yang bukan pekerjaan utama, maka dilakukan
klarifikasi terhadap kesesuaian pekerjaan yang
disubkontrakkan, kesesuaian kualifikasi usaha, dan kesesuaian
lokasi/domisili usaha subpenyedia jasa usaha kualifikasi kecil
yang dinominasikan.
Dalam hal dalam klarifikasi ditemukan ketidak sesuaian, Penyedia wajib mengganti
subkontraktor dan/atau bagian pekerjaan yang di subkontrakkan dengan
persetujuan Pejabat Penandatangan Kontrak;

4. Peraturan Gubernur Kalimantan Barat Nomor 21 Tahun 2021 Tentang Pedoman


Pelaksanaan Pengadaann Jasa Konstruksi Melalui Penyedia di Lingkungan
Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, yaitu dijelaskan terhadap Kewajiban KSO
dan Subkontrak.
KSO
Pasal 4, Ayat 1;
Pelaku Usaha/Perusahaan nonkecil luar daerah yang mengikuti pengadaan Jasa
Konstruksi wajib melakukan Kemitraan dalam bentuk KSO dengan Pelaku
Usaha/Perusahaan didaerah.
Ayat 2;
Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan dengan
ketentuan :
a. Pendanaan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; dan
b. Pekerjaan Konstruksi yang mempunyai kriteria berisiko kecil sampai dengan
sedang, berteknologi sederhana sampai dengan madya, dan berbiaya kecil
sampai dengan sedang.

SUBKONTRAK
Pasal 6, Ayat 3;
Bagian pekerjaan yang akan disubkontrakkan memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
a. Paket pekerjaan dengan nilai pagu anggaran diatas
Rp.25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) sampai dengan
Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) wajib mensubkontrakkan
sebagian pekerjaan utama kepada penyedia jasa spesialis (apabila telah
tersedia penyedia jasa spesialis), dan sebagian pekerjaan yang bukan
pekerjaan utama kepada sub penyedia jasa Usaha Kecil Daerah (kecuali tidak
tersedia sub penyedia jasa yang dimaksud);
b. Paket pekerjaan dengan nilai pagu anggaran diatas Rp. 50.000.000.000,00
(lima puluh miliar rupiah) wajib :
1. mensubkontrakkan sebagian pekerjaan utama kepada penyedia
jasa spesialis (apabila telah tersedia penyedia jasa spesialis), dan dalam
penawarannya sudah menominasikan penyedia jasa spesialis tersebut; dan
2. mensubkontrakkan sebagian pekerjaan yang bukan pekerjaan
utama kepada penyedia jasa Usaha Kecil dari lokasi pekerjaan
provinsi setempat (kecuali tidak tersedia sub penyedia jasa daerah
setempat yang dimaksud), dan dalam penawarannya sudah
menominasikan sub penyedia jasa Usaha Kecil tersebut.
3. spesialis (apabila telah tersedia penyedia jasa spesialis), dan dalam
penawarannya sudah menominasikan penyedia jasa spesialis tersebut;

III Dampak Penambahan Persyaratan


1. Untuk meningkatkan, mengupayakan dan mewujudkan pengadaan jasa
konstruksi yang efesien, efektif dan akuntabel, serta adanya peningkatan peran
usaha mikro, kecil dan menengah;
2. Agar pelaksanaan pengadaan jasa konstruksi melalui penyedia di Lingkungan
Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dapat memenuhi nilai manfaat yang
sebesar – besarnya guna peningkatan pelayanan publik dan pengembangan
perekonomian;
Upaya mencegah terhambatnya pelaksanaan pengadaan pekerjaan konstruksi
dan dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur di Lingkungan
Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, maka melalui pelaksanaan pengadaan
barang/jasa diharapkan mampu memberikan manfaat sebesar-besarnya
berlandaskan tujuan dari Value For Money yaitu mendapatkan hasil yang tepat
dari setiap uang yang dibelanjakan, terukur dari aspek kualitas, kuantitas, waktu,
biaya, lokasi, dan penyedia.
IV Penambahan Waktu
Penambahan jangka waktu pemenuhan penambahan persyaratan pada
(Penambahan Persyaratan Perjanjian Kemitraan dalam bentuk KSO ini)
diberikan 1 (satu) hari kalender ;
(estimasi waktu minimal/paling kurang ditambah estimasi waktu pemenuhan
penambahan persyaratan)
V Kriteria : 1. Pelaku Usaha/Perusahaan nonkecil luar daerah yang
Evaluasi mengikuti pengadaan Jasa Konstruksi wajib melakukan
Kemitraan dalam bentuk KSO dengan Pelaku
Usaha/Perusahaan didaerah;
2. Pelaksanaan Klarifikasi/Evaluasi nominasi Subkontrak, tidak
dilakukan pada saat Klarifkasi/Evaluasi Tender oleh
Kelompok Kerja Pemilihan, sebagaimana mengacu pada
huruf c diatas, Klarifikasi/Evaluasi dimaksud sebagaimana
dilaksanakan pada Rapat Persiapan Pelaksanaan
Kontrak, yaitu Subkontraktor yang akan melaksanakan
bagian pekerjaan dengan ketentuan berdasarkan daftar
pekerjaan yang disubkontrakkan dan subkontraktor dalam
syarat-syarat khusus kontrak :
a. Untuk pekerjaan utama, maka dilakukan klarifikasi
terhadap kesesuaian pekerjaan yang disubkontrakkan
dan kesesuaian subklasifikasi SBU subpenyedia jasa
spesialis yang dinominasikan; dan/atau
b. Untuk pekerjaan yang bukan pekerjaan utama, maka
dilakukan klarifikasi terhadap kesesuaian pekerjaan yang
disubkontrakkan, kesesuaian kualifikasi usaha, dan
kesesuaian lokasi/domisili usaha subpenyedia jasa usaha
kualifikasi kecil yang dinominasikan.
Dalam hal dalam klarifikasi ditemukan ketidak sesuaian,
Penyedia wajib mengganti subkontraktor dan/atau bagian
pekerjaan yang di subkontrakkan dengan persetujuan Pejabat
Penandatangan Kontrak;
Penambahan persyaratan sebagaimana dimaksud diatas, telah mempertimbangkan
a. Persaingan usaha yang sehat dan penambahan jangka waktu pemenuhan persyaratan; dan
b. Tidak bertentangan dengan prinsip pengadaan, etika pengadaan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pontianak, 2 Oktober 2023


4). Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi
I Latar Belakang
Dalam upaya mencegah terhambatnya pelaksanaan pengadaan pekerjaan
konstruksi dan dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur, berlandaskan
tujuan dari Value For Money yaitu mendapatkan hasil yang tepat dari setiap uang
yang dibelanjakan, terukur dari aspek kualitas, kuantitas, waktu, biaya, lokasi, dan
penyedia.
II Dasar Hukum/Pertimbangan
1. Arahan terkait izin Usaha Pertambangan Dirjen Bina Marga Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat no. HK 0207-Db/584 Tahun 2018.
2. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 34 Tahun 2017
tentang Perizinan Pertambangan di Bidang Mineral dan Batubara.
3. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 16 Tahun 2021
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
nomor 7 Tahun 2020 tentang Tata Cara Pemberian wilayah, Perizinan dan
Pelaporan pada Kegiatan Usaha pertambangan Mineral dan Batubara, yaitu
 Pasal 66, Pemegang IUP atau IUPK dilarang:
Huruf f, memiliki Izin Pertambangan Rakyat, IUP Operasi Produksi khusus
untuk pengolahan dan/atau pemurnian, IUP Operasi Produksi khusus untuk
pengangkutan dan penjualan, dan IUJP;
Huruf I, melakukan kegiatan Konstruksi, Penambangan, Pengolahan
dan/atau Pemurnian, serta Pengangkutan dan Penjualan, termasuk kegiatan
Eksplorasi Lanjutan sebelum RKAB Tahunan IUP Operasi Produksi
disetujui;
4. Berdasarkan hal tersebut bahwa terhadap Izin Usaha Pertambangan (IUP),
sebagaimana diatur pada :
Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Pertambangan yaitu :
 Pasal 16, IUP diperoleh melalui tahapan:
a. Pemberian WIUP; dan
b. Pemberian IUP.
 Pasal 28
Ayat 1, IUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf b terdiri atas 2
(dua) tahap kegiatan:
a. Eksplorasi; dan
b. Operasi Produksi.
Ayat 2, Tahap kegiatan Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a terdiri atas kegiatan:
a. Penyelidikan Umum;
b. Eksplorasi; dan
c. Studi Kelayakan.
Ayat 3, Tahap kegiatan Operasi Produksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b terdiri atas kegiatan:
a. Konstruksi;
b. Penambangan;
c. Pengolahan dan/atau Pemurnian atau Pengembangan dan/atau
d. Pemanfaatan; dan
e. Pengangkutan dan Penjualan.
 Pasal 36
Ayat 1, Pemegang IUP tahap kegiatan Eksplorasi dapat melakukan tahap
kegiatan Operasi Produksi setelah mendapatkan persetujuan permohonan
peningkatan tahap kegiatan Operasi Produksi dari Menteri.
Ayat 2, Persetujuan Menteri sebagaimana dimaksrrd pada ayat (1) diberikan
setelah pemegang IUP tahap kegiatan Eksplorasi memenuhi persyaratan:
a. administratif;
b. teknis;
c. lingkungan; dan
d. finansial.
5. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 5 Tahun 2021 tentang
Standar Kegiatan Usaha dan Produk Pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha
Berbasis Risiko Sektor energi dan Sumber Daya Mineral, tercantum pada
Lampiran III yaitu :
A. Standar Perizinan Berusaha Berbasis Resiko Subsektor Mineral Dan
Batubara
Persyaratan peningkatan IUP tahap kegiatan Eksplorasi menjadi IUP tahap
kegiatan Operasi Produksi berupa :
1) Administratif
2) Teknis
3) Lingkungan
4) Finansial
6. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Barat Nomor 9 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Pertambangan Mineral Dan Batubara
BAB I, Pasal 1 yaitu :
 IUP Eksplorasi adalah izin usaha yang diberikan untuk melakukan tahapan
kegiatan penyelidikan umum,eksplorasi, dan studi kelayakan.
 IUP Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah selesai
pelaksanaan IUP Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi
produksi.
7. Peraturan LKPP Nomor 12 Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui Penyedia dalam Lampiran V MDP
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi (Metode Tender, Pascakualifikasi, Satu File,
Sistem Harga Terendah, Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan) dan
Konstruksi (Metode Tender, Pascakualifikasi, Dua File, Sistem Harga Terendah
Ambang Batas, Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan) diatur pada
BAB IKP diantaranya :
 Isi Dokumen Pemilihan : 20.f). Dokumen lain yang disyaratkan (apabila
disyaratkan).
 Evaluasi Teknis : Dalam hal terdapat penambahan persyaratan sesuai dengan
IKP 29.12 huruf f) yang melingkupi material / barang / bahan, Pokja Pemilihan
dapat melakukan klarifikasi, khususnya kepada pabrikan / produsen / agen /d
istributor material / barang / bahan untuk menjamin konsistensi jenis
material/barang/bahan serta kemampuan untuk menyediakan material sesuai
jadwal yang telah ditetapkan;
III Dampak Penambahan Persyaratan
1. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan
Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
mengatur Tujuan Pengadaan Barang/Jasa, sebagaimana tertuang pada Pasal 4
Pengadaan Barang/Jasa diantaranya bertujuan untuk:
a. menghasilkan barang/jasa yang tepat dari setiap uang yang dibelanjakan,
diukur dari aspek kualitas, kuantitas, waktu, biaya, lokasi, dan Penyedia;
b. meningkatkan penggunaan produk dalam negeri
Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan ditemukan ketidaksesuaian dengan
dokumen, maka akan dikenakan sanksi sesuai peraturan perundangan yang
berlaku.
2. Demi menjamin ketersediaan (supply) material/bahan yang diperlukan untuk
keberhasilan pelaksanaan pekerjaan fisik yang dapat dipertanggungjawabkan
secara teknis sesuai dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan.
IV Penambahan Waktu
Penambahan jangka waktu pemenuhan penambahan persyaratan pada
(Penambahan Persyaratan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi
Produksi ini) diberikan 1 (satu) hari kalender ;
(estimasi waktu minimal/paling kurang ditambah estimasi waktu pemenuhan
penambahan persyaratan)

V Kriteria : Menyampaikan Surat Pernyataan menggunakan material


Evaluasi pasir dan material batu dari hasil usaha pertambangan yang
memiliki Ijin Usaha Pertambangan dan wajib
melampirkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi
Produksi atau Surat Dukungan dari pengusaha/badan
usaha/koperasi yang memiliki Ijin Usaha
Pertambangan (IUP) Operasi Produksi.

Penambahan persyaratan sebagaimana dimaksud diatas, telah mempertimbangkan


a. Persaingan usaha yang sehat dan penambahan jangka waktu pemenuhan persyaratan; dan
b. Tidak bertentangan dengan prinsip pengadaan, etika pengadaan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pontianak, 2 Oktober 2023


5). Ketentuan Dokumen Teknis Kelayakan Operasi/Jalan

I Latar Belakang
Dalam upaya mencegah terhambatnya pelaksanaan pengadaan pekerjaan konstruksi
dan dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur, berlandaskan tujuan dari
Value For Money yaitu mendapatkan hasil yang tepat dari setiap uang yang
dibelanjakan, terukur dari aspek kualitas, kuantitas, waktu, biaya, lokasi, dan penyedia.

II Dasar Hukum/Pertimbangan
1. Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
(LLAJ).
Pasal 49;
Ayat (1), Kendaraan Bermotor, kereta gandengan, dan kereta tempelan yang
diimpor, dibuat dan/atau dirakit di dalam negeri yang akan dioperasikan
di Jalan wajib dilakukan pengujian;
Ayat (2), Pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. uji tipe; dan
b. uji berkala.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 Tentang Kendaraan.
Pasal 121;
Ayat (1), Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan, dan Kereta Tempelan yang
akan dioperasikan di jalan wajib dilakukan pengujian;
Ayat (2), Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan, dan Kereta Tempelan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi yang dibuat atau dirakit
di dalam negeri dan/atau diimpor.
Ayat (3), Pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Uji Tipe; dan
b. Uji Berkala.
Ayat (4), Dalam pelaksanaan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
jenis Kendaraan Bermotor dibagi ke dalam kategori:
a. L1, L2, L3, L4 dan L5 untuk Sepeda Motor;
b. M1 untuk Mobil Penumpang;
c. M2 dan M3 untuk Mobil Bus; dan
d. N1, N2, N3, O1, O2, O3, dan O4 untuk Mobil Barang
3. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 133 Tahun 2015 Tentang Pengujian
Berkala Kendraan Bermotor.
Pasal 4;
Ayat (1), Mobil penumpang umum, mobil bus, mobil barang, kereta gandengan,
dan kereta tempelan yang dioprasikan di jalan wajib dilakukan uji berkala
Ayat (2), Uji Berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
a. Pendaftaran kendaraan wajib uji berkala;
b. Uji berkala pertama; dan
c. Uji berkala perpanjangan masa berlaku.
4. Memperhatikan
Instruksi Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 02/IN/M/2022
Tentang Larangan Penggunaan Kendaraan Berdimensi Lebih Dan/Atau Bermuatan
Lebih Pada Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
III Dampak Penambahan Persyaratan
I. Dalam Rangka Mendukung Keberhasilan Program Zero Over Dimension-Overload
(ODOL) Nasional Tahun 2023:
a. Penggunaan kendaraan berdimensi lebih dan/atau bermuatan lebih untuk
pengangkutan material dan peralatan konstruksi pada penyelenggaraan jasa
konstruksi yang berpotensi menimbulkan atau mempercepat kerusakan jalan
dan/atau jembatan, serta merugikan keselamatan dan kenyamanan publik perlu
dilakukan upaya pelarangan penggunaan kendaraan berdimensi lebih dan/atau
bermuatan lebih;
b. Pengaturan tentang pelarangan penggunaan kendaraan berdimensi lebih
dan/atau bermuatan lebih pada penyelenggaraan jasa konstruksi ini merupakan
bagian dari kebijakan untuk mewujudkan keselamatan konstruksi yaitu
keselamatan keteknikan konstruksi, keselamatan dan kesehatan tenaga kerja,
keselamatan publik, dan keselamatan lingkungan pada setiap tahapan
penyelenggaraan jasa konstruksi;
c. Memitigasi/mengupayakan agar tidak terjadi adanya pelanggaran penggunaan
kendaraan berdimensi lebih dan/atau bermuatan lebih (over dimension-overload)
untuk mobilisasi/demobilisasi pengangkutan material dan peralatan konstruksi dan
menindaklanjuti sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, sebagaimana dalam
Persyaratan Teknis Dokumen Pemilihan Tender dan Dokumen kontrak Untuk
Angkutan barang (mobilisasi/demobilisasi bahan Material) perlu memperkuat
penyelenggaraan dokumen Uji Laik Kendaraan atau KIR sebagai tanda bahwa
kendaraan tersebut layak digunakan secara teknis di jalan raya;
d. Membahas dan menyetujui bersama Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi terkait
larangan penggunaan kendaraan berdimensi lebih dan/atau bermuatan lebih
(over dimension-overload) dalam rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan (pre-
construction meeting);
II. Pemenuhan terhadap persyaratan teknis dan laik jalan merupakan salah satu
diantanya kelengkapan adminisitrasi agar mencegah kendaraan berdimensi lebih
dan/atau bermuatan lebih (over dimension-overload) dengan tujuan untuk
memberikan jaminan keselamatan secara teknis terhadap penggunaan kendaraan
bermotor, mendukung terwujudnya kelestarian lingkungan dari kemungkinan
pencemaran yang diakibatkan oleh penggunaan kendaraan bermotor, serta
memberikan pelayanan umum kepada masyarakat.
IV Penambahan Waktu
Penambahan jangka waktu pemenuhan penambahan persyaratan diberikan 1 hari
kalender
V a. Kriteria : 1. Peserta Tender dalam pemenuhan Persyaratan Tambahan dan
Evaluasi Evaluasi Dokumen Teknis Tambahan untuk Peralatan Utama
Tender pada Tender Pekerjaan ini, dengan kriteria wajib dilengkapi :
Jenis Peralatan
Utama
Dokumen Uji Berkala
No. (Angkutan
(Laik Operasi/Jalan)
Barang/Bahan
Material)
1. Truck Asphalt Uji KIR yang Masih Berlaku
Distributor (min. masa berlaku sama dengan
Tanggal / Bulan / Tahun Terhitung
Jadwal Tahap Pembukaan Dokumen
Penawaran pada SPSE)
2. Dump Truck Uji KIR yang Masih Berlaku
(min. masa berlaku sama dengan
Tanggal / Bulan / Tahun Terhitung
Jadwal Tahap Pembukaan Dokumen
Penawaran pada SPSE)
b. Pengawasan 2. Calon Pemenang/Penyedia pada Tender Pekerjaan ini, dalam
Pada hal :
Pelaksanaan a. Dilarang menggunakan kendaraan berdimensi lebih dan/atau
Kontrak
bermuatan lebih (over dimension - overload) untuk
mobilisasi/demobilisasi pengangkutan material dan peralatan
konstruksi, dan dibahas ;
1) Disepakati dalam rapat persiapan pelaksanaan
kontrak/pre construction meeting (PCM);
2) Pengangkutan material dan peralatan konstruksi yang
mengacu pada spesifikasi teknis, yang dituangkan dalam
Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP);
3) Menghentikan sementara pelaksanaan pekerjaan
konstruksi apabila ditemukan penggunaan kendaraan
berdimensi lebih dan/atau bermuatan lebih (over
dimension-overload) untuk mobilisasi/demobilisasi
pengangkutan material dan peralatan konstruksi di lokasi
pekerjaan konstruksi;
4) Evaluasi terhadap adanya pelanggaran penggunaan
kendaraan berdimensi lebih dan/atau bermuatan lebih
(over dimension - overload) untuk mobilisasi/demobilisasi
pengangkutan material dan peralatan konstruksi dan
menindaklanjuti sesuai dengan kesepakatan
pembahasan;
Penambahan persyaratan sebagaimana dimaksud diatas, telah mempertimbangkan
a. Persaingan usaha yang sehat dan penambahan jangka waktu pemenuhan persyaratan; dan
b. Tidak bertentangan dengan prinsip pengadaan, etika pengadaan dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pontianak, 2 Oktober 2023


6). Sertifikasi Laik Operasi Asphalt Mixing Plant Yang Masih Berlaku
I Latar Belakang
Dalam upaya mencegah terhambatnya pelaksanaan pengadaan pekerjaan konstruksi
dan dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur, berlandaskan tujuan dari
Value For Money yaitu mendapatkan hasil yang tepat dari setiap uang yang
dibelanjakan, terukur dari aspek kualitas, kuantitas, waktu, biaya, lokasi, dan
penyedia.
II Dasar Hukum/Pertimbangan
1. Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2022 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemertntah Nomor 22 Tahun 2020 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi.
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Keamanan Jembatan Dan
Terowongan Jalan.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2021
tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi.

Memperhatikan :
1. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga Nomor 16.1/SE/Db/2020 tentang
Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan
Jembatan (Revisi 2).
2. Manual Konstruksi dan Bangunan Nomor 001-2/BM/2007 tentang Pemeriksaan
Peralatan Unit Pencampur Aspal Panas (Asphalt Mixing Plant) Buku 2 Pemeriksaan
Kelaikan Operasi. h. Manual Konstruksi dan Bangunan Nomor 002/BM/2010
tentang Pemeriksaan Peralatan Produksi Campuran Beton Semen (Batching Plant).
3. Standar Operasional Prosedur (SOP) Sertifikasi Laik Operasi Asphalt Mixing Plant
(AMP) dan Batching Plant SOP/UPM/DJBM-79 rev:01.

Pertimbangan
1) Asphalt Mixing Plant, selanjutnya disebut AMP adalah suatu unit mesin atau
peralatan yang digunakan untuk memproduksi material campuran antara aspal
dengan material agregat.
2) Pemilik AMP adalah kontraktor atau penyedia jasa konstruksi yang memiliki
dan/atau mempergunakan AMP nya untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi
jalan dan jembatan.
3) Pemeriksaan Kelaikan Operasi Peralatan AMP adalah pemeriksaan kondisi tiap
komponen peralatan AMP, apakah kondisinya secara teknis baik atau rusak,
sehingga dapat disimpulkan laik operasi untuk dioperasikan.
4) Sertifikat Laik Operasi AMP adalah Surat Keterangan yang memberikan pernyataan
bahwa peralatan seperti tercantum dalam sertifikat tersebut dalam keadaan laik
operasi setelah melalui pemeriksaan teknis kondisi peralatan yang bersangkutan
seperti pemeriksaan kelengkapan komponen peralatan dan kondisi peralatan, yang
pemeriksaannya dilakukan oleh satu tim pemeriksa.
III Dampak Penambahan Persyaratan
Sertifikasi Laik Operasi Asphalt Mixing Plant (AMP) agar dapat menjamin kinerja
AMP yang handal sesuai dengan Kualitias, Kuantitas, Spesifikasi, Mutu dan Suhu
berdasarkan persyaratan yang berlaku dan sebagaimana berlandaskan tujuan dari
Value For Money yaitu mendapatkan hasil yang tepat dari setiap uang yang
dibelanjakan, terukur dari aspek kualitas, kuantitas, waktu, biaya, lokasi, dan
penyedia.
IV Penambahan Waktu
Diberikan waktu untuk 1 (satu) Hari Kalender
V Kriteria : Peserta Tender dalam pemenuhan Persyaratan Tambahan dan
Evaluasi Evaluasi Dokumen Teknis Tambahan Wajib menyampaikan /
mengupload / melampirkan Dokumen Tambahan Untuk Peralatan
Utama Asphalt Mixing Plant yaitu (Sertifikasi Laik Operasi
Asphalt Mixing Plant).
Pemenuhan Dokumen Teknis
Peralatan Utama
Tambahan
Asphalt Mixing Plant Sertifikasi Laik Operasi Asphalt Mixing
Plant yang masih berlaku, dengan
batas waktu minimal sama dengan
Batas Akhir Tanggal, Bulan dan
Tahun dalam Tahap Upload Dokumen
Penawaran yang tercantum dalam
Aplikasi SPSE

Penambahan persyaratan sebagaimana dimaksud diatas, telah mempertimbangkan


a. Persaingan usaha yang sehat dan penambahan jangka waktu pemenuhan persyaratan; dan
b. Tidak bertentangan dengan prinsip pengadaan, etika pengadaan dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pontianak, 2 Oktober 2023


7). Surat Keterangan Hasil Pengujian Alat Ukur UTTP Asphalt Mixing Plant Untuk
Pengesahan Tera / Tera Ulang Yang Masih Berlaku
I Latar Belakang
Dalam upaya mencegah terhambatnya pelaksanaan pengadaan pekerjaan konstruksi
dan dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur, berlandaskan tujuan dari
Value For Money yaitu mendapatkan hasil yang tepat dari setiap uang yang
dibelanjakan, terukur dari aspek kualitas, kuantitas, waktu, biaya, lokasi, dan
penyedia.
II Dasar Hukum/Pertimbangan
1. Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.
2. Undang – Undang Nomor 2 Tahu 1981 tentang Metrologi Legal
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan
Pembebasan Untuk Ditera dan/atau Ditera Ulang Serta Syarat-Syarat Bagi Alat-
Alat Ukur, Takar, Timbang, Dan Perlengkapannya.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2022 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemertntah Nomor 22 Tahun 2020 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi.
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
6. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 68 Tahun 2018 tentang Tera dan Tera
Ulang Alat-Alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Keamanan Jembatan Dan
Terowongan Jalan.

Pertimbangan

1. Undang – Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal


1) Pasal 12 Dengan Peraturan Pemerintah ditetapkan tentang alat-alat ukur,
takar, timbang dan perlengkapannya yang :
a. Wajib ditera dan ditera ulang;
b. dibebaskan dari tera atau tera ulang, atau dari kedua-duanya;
c. syarat-syaratnya harus dipenuhi.
2) Pasal 13 Menteri mengatur tentang :
a. pengujian dan pemeriksaan alat-alat ukur, takar, timbang dan
perlengkapannya;
b. pelaksanaan serta jangka waktu dilakukan tera dan tera ulang;
c. tempat-tempat dan daerah-daerah dimana dilaksanakan tera dan tera
ulang alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya untuk jenis-
jenis tertentu.
3) Pasal 14
Ayat (1)
Semua alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya yang pada
waktu ditera atau ditera ulang ternyata tidak memenuhi syarat-syarat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf c Undang-undang ini dan
yang tidak mungkin dapat diperbaiki lagi, dapat dirusak sampai tidak dapat
dipergunakan lagi, oleh pegawai yang berhak menera atau menera ulang.
Ayat (2)
Tatacara pengrusakan alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya
diatur oleh Menteri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan


Untuk Ditera dan/atau Ditera Ulang Serta Syarat-Syarat Bagi Alat-Alat Ukur,
Takar, Timbang, dan Perlengkapannya.

Pasal 2
UTTP yang secara langsung atau tidak langsung digunakan atau disimpan
dalam keadaan siap pakai untuk kepertuan menentukan hasil pengukuran,
penakaran, atau penimbangan untuk :
a.kepentingan umum; b.usaha; c.menyerahkan atau menerima barang; d.
menentukan pungutan atau upah; e. menentukan produk akhir dalam
perusahaan; f. melaksanakan peraturan perundang-undangan; wajib ditera dan
ditera ulang.
Pasal 3
UTTP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 harus memenuhi syarat sebagai
berikut : a. menggunakan satuan Sistem Internasional (SI) dan
berdasarkan desimal, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 2
Tahun 1981; b. dibuat dari bahan yang tahan aus, tahan perubahan bentuk,
tahan pengaruh cuaca, dan konstruksinya sesuai dengan penggunaannya yang
wajar, serta menjamin ketahanan sifat ukurnya dan tidak mudah memberikan
kesempatan untuk dapat dilakukannya perbuatan curang.

3. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 68 Tahun 2018 tentang Tera dan Tera
Ulang Alat-Alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya.
1) Pasal 2
Ayat (1) Kegiatan Tera dan Tera Ulang meliputi:
a. Pemeriksaan;
b. Pengujian; dan
c. pembubuhan tanda Tera.
Ayat (2) Pemeriksaan dan Pengujian dilakukan terhadap UTTP sebelum
dibubuhi tanda Tera.
Ayat (3) Pengujian terhadap UTTP sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan dengan menggunakan standar ukuran yang telah tertelusur.
Ayat (4) Pemeriksaan, Pengujian, dan pembubuhan tanda Tera dilakukan
berdasarkan syarat teknis Alat Ukur, Alat Takar, atau Alat Timbang.
2) Pasal 3
Ayat (1) Tera dan Tera Ulang dilakukan terhadap:
a. UTTP produksi dalam negeri; dan
b. UTTP asal impor.
Ayat (2) Tera wajib dilakukan terhadap UTTP produksi dalam negeri dan
asal impor sebelum ditawarkan, dijual, disewakan, diserahkan atau
diadakan sebagai persediaan.
Ayat (3) Tera Ulang wajib dilakukan terhadap UTTP yang:
a. habis masa berlaku tanda sahnya;
b. tanda Tera rusak dan/atau kawat segelnya putus;
c. dilakukan perbaikan atau perubahan yang dapat mempengaruhi
penunjukan; dan
d. penunjukannya menyimpang dari syarat teknis Alat Ukur, Alat Takar,
atau Alat Timbang.
III Dampak Penambahan Persyaratan
Jenis UTTP Asphalt Mixing Plant, sesuai dengan satuan Sistem Internasional (SI) dan
berdasarkan desimal serta dibuat dari bahan yang tahan aus, tahan perubahan
bentuk, tahan pengaruh cuaca, dan konstruksinya sesuai dengan penggunaannya
yang wajar, serta menjamin ketahanan sifat ukurnya dan tidak mudah memberikan
kesempatan untuk dapat dilakukannya perbuatan curang. Sebagaimana berlandaskan
tujuan dari Value For Money yaitu mendapatkan hasil yang tepat dari setiap uang
yang dibelanjakan, terukur dari aspek kualitas, kuantitas, waktu, biaya, lokasi, dan
penyedia.
IV Penambahan Waktu
Diberikan waktu untuk 1 (satu) Hari Kalender
V Kriteria : Peserta Tender dalam pemenuhan Persyaratan Tambahan dan
Evaluasi Evaluasi Dokumen Teknis Tambahan Wajib menyampaikan /
mengupload / melampirkan Dokumen Tambahan Untuk Peralatan
Utama Asphalt Mixing Plant yaitu (Surat Keterangan Hasil
Pengujian Alat Ukur UTTP Untuk Pengesahan Tera / Tera
Ulang).
Pemenuhan Dokumen Teknis
Peralatan Utama
Tambahan
Asphalt Mixing Plant Surat Keterangan Hasil Pengujian Alat
Ukur UTTP Untuk Pengesahan Tera /
Tera Ulang yang masih berlaku,
dengan batas waktu minimal sama
dengan Batas Akhir Tanggal, Bulan
dan Tahun dalam Tahap Upload
Dokumen Penawaran yang tercantum
dalam Aplikasi SPSE

Penambahan persyaratan sebagaimana dimaksud diatas, telah mempertimbangkan


a. Persaingan usaha yang sehat dan penambahan jangka waktu pemenuhan persyaratan; dan
b. Tidak bertentangan dengan prinsip pengadaan, etika pengadaan dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pontianak, 2 Oktober 2023

Anda mungkin juga menyukai