Anda di halaman 1dari 47

TEORI

HUKUM
 Para ahli tidak mempunyai pandangan yang sama
dalam memberikan pengertian tentang teori.

Ada yang mengatakan, bahwa teori adalah sama


dengan fenomena, ada yang menjelaskan bahwa
teori adalah proses, dan ada juga yang mengatakan
bahwa teori merupakan suatu sistem.
1. Fred N. Kerlinger
“Sepangkat konsep, batasan, dan proposisi
yang menyajikan pandangan sistematis
tentang fenomena dengan memerinci
hubungan-hubungan antar variabel, dengan
tujuan untuk menjelaskan dan
memprediksikan gejala itu.
 Ada 2 hal yang terkandung pada definisi ini, yaitu sebagai berikut :

A. Sebuah teori adalah seperangkat proposisi yang terdiri atas konsep-konsep


yang terdefinisikan dan saling terhubung.
B. Teori menyusun antar hubungan seperangkat variabel konsep sehingga
suatu pandangan sistematis mengenai fenomena-fenomena terdiskripsikan
oleh variabel-variabel itu.
PARA AHLI MENDEFINISIKAN
TEORI SEBAGAI BERIKUT :
1. Duane R. Munette, dkk : Seperangkat proposisi
atau keterangan yang saling berhubungan dalam
sistem deduksi, yang mengemukakan penjelasan
atas suatu masalah.

2. Bruggink mengartikan teori adalah : proses atau


aktivitas dan sebagai produk atau hasil aktivitas itu,
dan hasil itu terdiri atas keseluruhan pernyataan
yang saling berkaitan tentang suatu objek tertentu.
3. Jan Gijssels dan Mark van Hoccke juga
mengemukakan pengertian teori sebagai berikut :
Sebuah sistem pernyataan-pernyataan (klaim-klaim),
pandangan-pandangan dan pengertian-pengertian
yang saling berkaitan secara logika berkenaan dengan
suatu bidang kenyataan, yang dirumuskan sedemikian
rupa sehingga menjadi mungkin untuk menjabarkan
(menurunkan) hipotesis-hipotesis yang dapat diuji .
SYARAT-SYARAT SEBUAH TEORI
1. Sebuah teori harus cermat. Ini mengandung
arti bahwa akibat-akibat yang diderivasi dari
dalam teori harus sesuai dengan hasil-hasil
eksperimen dan pengamatan-pengamatan
yang dilakukan.
2. Sebuah teori harus sederhana. Maksud
sesungguhnya sebuah teori adalah untuk
menciptakan ketertiban dalam suatu
keseluruhan unsur yang kacau balau.
3. Sebuah teori harus konsisten. Ini berati bahwa teori
tidak boleh memuat atau mengandung pertentangan
internal atau tidak boleh membawa pada
kesimpulan-kesimpulan yang saling bertentangan
4. Sebuah teori harus memiliki lingkup jangkauan yang
besar (luas). Sebuah teori harus dapat menjelaskan
lebih banyak ketimbang yang mungkin dihasilkan
sebelumnya dengan pengamatan sederhana atau
dengan teori-teori yang lebih terbatas.
5. Sebuah teori harus produktif dalam
hubungannya dengan temuan-temuan
penelitian yang baru.
6. Sebuah teori harus mengungkapkan atau
relasi-relasi baru antara gejala-gejala yang
sudah dikenal yang sebelumnya tidak
teramati.
Ahmad Mulyana mengemukakan lima patokan
yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam
mengevaluasi kesahihan teori. Kelima patokan
itu disajikan berikut ini :

1. Cakupan teoretis (theoritical scope) : Teori yang


dibangun harus memiliki keberlakuan umum.
Artinya dapat dijadikan standar untuk mengamati
fenomenan yang berkaitan dengan teori
tersebut.
2. Kesesuaian (appropriatness) : Isi teori harus
sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan atau
permasalahnya teoretis yang diteliti. Artinya
landasan pikirnya dapat memberikan cara
yang sesuai dan benar untuk menjawab
pertanyaan penelitian.
3. Heuristic : Teori yang dibentuk mempunyai
potensi untuk menghasilkan penelitian atau
teoti-teori lainnya yang berkaitan.
4. Validity : Teori harus memiliki konsistensi
internal dan eksternal. Artinya,
memilikinilai-nilai objektivitas yang akurat
karena teori merupakan suatu acuan
berpikir.
5. Parsimony. Teori harus memiliki
kesederhanaan. Artinya, teori yang baik
adalah teori yang berisikan penjelasan-
penjelasan yang sederhana.
PENGGOLONGAN TEORI
DALAM ILMU HUKUM
1. Teori koherensi dikembangkan oleh plato (427-347 sebelum
masehi) dan Aristoteles (484-322 sebelum masehi), yang
didasarkan pada pola pemikiran yang dikembangkan oleh Eulid
dalam menyusun Ilmu Ukurnya. Teori koherensi (konsistensi)
berpendapat bahwa :
“ suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu
bersifat koheren atau konsisten (searah) dengan pernyataan-
pernyataan sebelumnya yang dianggap benar”
2. Teori korespondensi dikembangkan dan menjadi tokoh utamanya
adalah Bertrand Rusel (1872-1970). Teori korespondensi
berpendapat bahwa:
“suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan
yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan)
dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut”
3. Teori pragmatis dicetuskan oleh Charles S. Pierce (1839-1914).
Kemudian, teori ini dikembangkan oleh beberapa ahli fisafat yang
berkebangsaan Amerika, yang menyebabkan filsafat ini sering
dikaitkan dengan filsafat Amerika.
 Ahli filsafat ini di antaranya Wiliam James
(1842-1910), John Dewey (1859-1952), George
Herbert Mead (1863-1931), dan C.I. Lewis. Teori
pragmatis berpendapat bahwa :
“ kebenaran suatu pernyataan diukur
dengan kriteria, apakah pernyataan tersebut
bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.
Artinya, suatu pernyataan adalah benar, jika
pernyataan itu atau konsekuensi pernyataan itu
mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan
manusia”
 Teori dalam Ilmu Hukum yang paling tua adalah teori hukum. Teori-teori
yang dikenal dalam bidang hukum perdata meliputi :

1. Teori momentum terjadinya kontrak;


2. Teori ketidaksesuaian antara kehendak dan pernyataan;
3. Teori badan hukum.

 Teori-teori yang dikenal dalam hukum pidana, meliputi :

1. Teori kausalitet;
2. Teori-teori pemidanaan; dan
3. Teori-teori kriminologi.
 Teori-teori yang dikenal dalam Ilmu Negara meliputi :
1. Teori tentang hakikat negara;
2. Teori tentang tujuan negara; dan
3. Teori legitimasi kekuasaan.

 Teori yang dikenal dalam bidang investasi. Teori-teori itu meliputi:


1. The product cycle theory;
2. The indutrial Organization Theory of Vertical Integration;
3. Teori Alan M. Rugman;
4. Teori vernon;
5. Teori John Dunning; dan
6. Teori David K. Eiteman (Pandji Anoraga, 1994: 50-69).
 Disamping itu, juga dikenal teori-teori di dalam
penyelesaian konflik tau sengketa. Teori-teori
itu meliputi :
1. Teori konflik makro;
2. Teori konflik integratif; dan
3. Teori strategi dalam penyelesaian konflik.
 Apabila disintesiskan jenis teori yang dipaparkan diatas,
jenis teori dalam Ilmu Hukum dapat digolongkan
menjadi delapan teori. Kedelapan teori itu meliputi :
1. Teori hukum;
2. Teori konflik;
3. Teori inventasi;
4. Teori kedaulatan;
5. Teori kausalitas;
6. Teori pemidanaan;
7. Teori- teori momentum terjadinya kontrak; dan
8. Teori-teori badan hukum.
KEGUNAAN ATAU
MANFAAT TEORI DALAM
ILMU HUKUM
1. Mengorganisasikan dan menyimpulkan
pengetahuan tentang suatu hal. Ini berati bahwa
dalam mengamati realitas tidak boleh dilakukan
secara sepotong-sepotong.
2. Memfokuskan. Teori pada dasarnya
menjelaskan tentang suatu hal, bukan banyak
hal.
3. Menjelaskan. Teori harus mampu membuat
suatu penjelasan tentang hal yang diamatinya.
4. Pengamatan. Teori tidak sekedar memberi
penjelasan, tetapi juga memberikan petunjuk
bagaimana cara mengamatinya, berupa konsep-
konsep operasional yang akan dijadikan
patokan ketika mengamati hal-hal rinci yang
5. Membuat prediksi. Meskipun kejadian yang diamati
berlaku pada masa lalu, berdasarkan data dan hasil
pengamatan ini harus dibuat suatu pemikiran tentang
keadaan yang bakal terjadi apabila hal-hal yang
digambarkan oleh teori juga tercermin dama
kehidupan di masa sekarang.
6. Fungsi heuristik atau heurisme artinya teori yang baik
harus mampu merangsang penelitian selanjutnya.
7. Komunikasi. Teori tidak harus menjadi monopoli
penciptanya. Teori harus publikasikan, didiskusikan,
dan terbuka terhadapa kritikan-kritikan, yang
memungkinkan untuk menyempurnakan teori.
8. Fungsi kontrol yang bersifat normatif. Asumsi-
asumsi teori dapat berkembang menjadi nilai-
nilai atau norma-norma yang dipegang dalam
kehidupan sehari-hari.
9. Generatif. Fungsi ini terutama menonjol di
kalangan pendukung aliran interpretif dan kritis.
Soerjono Soekanto juga mengemukakan lima kegunaan teori. Kelima
kegunaan itu disajikan berikut ini :

Suatu teori atau beberapa teori merupakan ikhtisar


hal-hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya
yang menyankut objek yang dipelajari sosiologi.
Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap
kekurangan-kekurangan pada seseorang yang
memperdalam pengetahuannya di bidang sosiologi.
Teori berguna untuk lebih mempertajam atau
mengkhususkan fakta yang dipelajari oleh sosiologi.
Suatu teori akan sangat berguna dalam
mengembangkan sistem klasifikasi fakta.
Pengetahuan teoretis memberikan kemingkinan-
kemingkinan untuk mengadakan proyeksi sosial, yaitu
usaha untuk dapat mengetaahui ke arah mana
masyarakat akan berkembang atas dasar fakta yang
diketahui pada masa lampau dan sama sekarang ini .
Ada dua manfaat teori dalam Ilmu Hukum, yaitu manfaat teori dan praktis.

Manfaat teoretis teori dalam ilmu hukum adalah


sebagai alat dalam menganalisis dan mengkaji
penelitian-penelitian hukum yang akan dikembangkan
oleh para ahli hukum, baik itu yang dilakukan dalam
penelitian disertasi, penelitiaan hibah bersaing,
penelitian hibah kompetensi, dan lainnya.
Manfaat praktis teori dalam Ilmu Hukum adalah sebagai alat atau instrumen
dalam mengkaji dan menganalisis fenomena-fenomena yang timbul dan
berkembang dalam masyarakat, bangsa, dan negara.
PENGERTIAN DAN
KARAKTERISTIK HUKUM
PENGERTIAN HUKUM
 Hukum merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu law dan bahasa
Belanda recht. Donald Black memberikan definisi hukum sebagai
berikut. Hukum adalah :
“kontrol sosial dari pemerintah” (Lawrence M. Friedman,
2001)
Selanjutnya Donald Black mengemukakan dua
pengertian dari kontrol sosial, yaitu :

1.Kontrol Sosial dalam arti sempit meruapakan


aturan dan proses sosial yang mencoba
mendorong perilaku baik dan berguna untuk
mencegah perilaku yang buruk. Sedangkan,
2.Kontrol Sosial dalam arti luas merupakan
jaringan aturan dan proses yang menyeluruh
yang membawa akibat hukum terhadap perilaku
tertentu.
Sedangkan John Austin (1790-1859) mengemukakan
hukum sebagai berikut :
“peraturan yang diadakan untuk member bimbingan
kepada makhluk yang berakal oleh makhluk yang berakal
yang berkuasa atasnya” (W. Friedman, 1990: 149)

Austin membagi hukum menjadi dua macam, yaitu :


1.Hukun Tuhan yang tidak mempunyai fungsi yuridis,
namun hukum Tuhan hanya berfungsi sebagai wadah –
wadak kepercayaan utilitarian, yaitu pada prinsip
kegunaannya. Dan,

2.Hukum Manusia yang merupakan undang-undang yang


diadakan oleh manusia untuk manusia.
Hukum Manusia sendiri dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1.Hukum positif (undang-undang atau hukum yang
sebenarnya), merupakan undang-undang yang diadakan oleh
kekuasaan politik orang-orang politis yang merupakan
bawahannya atau peraturan-peraturan yang diadakan oleh
orang-orang sebagai pribadi, berdasarkan hak-hak yang sah
yang diberikan kepadanya. Dan ciri hukum positif yaitu :
a. Perintah
b. Sanksi
c. Kewajiban, dan
d. Kedaulatan
2. Hukum yang tidak sebenarnya adalah yang tidak diadakan
langsung atau tidak langsung oleh kekuasaan politik.
Sudikno Mertokusumo mengemukakan pengertian
hukum. Ia berpendapat, hukum adalah :
“keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan
atau kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan
bersama, keseluruhan peraturan tentang tingkah
laku yang berlaku dalam suatu kehidupan
bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya
dengan suatu sanksi” (Sudikno Mertokusumo,
1999: 40)
Meuwissen juga mengemukakan pengertian hukum
sebagai :
“hukum yang berlaku atau hukum positif. Jadi, kita
berpikir antara lain tentang undang-undang atau
keputusan-keputusan hakim dan tidak tentang salah
satu hukum kodrat atau sistem-sistem hukum ideal
yang mungkin saja dapat dipikrkan sebagai berlaku.
Hukum yang dibicarakan disini adalah hukum
dengannya kita setiap hari berurusan. Tetapi ia
bukanlah suatu gejala sewenang-wenang atau
subjektif, ia memperlihatkan, menurut pemahaman
kami, beberapa ciri objektif” (Meuwissen, 2008: 35)
PENGGOLONGAN HUKUM
1. Penggolongan Hukum Mnrt Kepentingannya,
merupakan penggolongan hukum atas dasar
urusan, kebutuhan, atau keperluan dari warga
masyarakat yang akan diatur oleh hukum, apakah
itu kepentingan umum maupun individual. Hukum
ini dibagi menjadi dua, yaitu :
a. hukum publik
b. hukum privatKepen
2. Penggolongan Hukum Menurut Bentuknya merupakan
penggelompokan hukum atas dasar ujudnya, apakah
tertulis atau tidak tertulis. Hukum golongan ini dibagi
menjadi dua, yaitu :
a. hukum tertulis
b. hukum tidak tertulis

3. Penggolongan Hukum Berdasarkan Keberlakuannya


merupakan penggolongan hukum didasarkan atas
berlakunya hukum dalam suatu negara atau
masyarakat. Hukum golongan ini dibagi menjadi 2
yaitu :
a. hukum negara
b. hukum yang hidup
4. Penggolongan Hukum Berdasarkan Daya Kerjanya
merupakan penggolongan hokum pada kemampuan
untuk dapat dilaksanakan atau diberlakukan. Hukum
golongan ini dibagi menjadi dua, yaitu :
a. hukum yang memaksa
b. hukum yang mengatur

5. Penggolongan Hukum Berdasarkan Isinya


merupakan penggolongan hukum berdasarkan atas
dasat hal yang diatur didalamnya. Hukum golongan
ini dibagi dua, yaitu :
a. hukum materiil
b. hukum formal
Dari ke empat penggolongan tersebut, maka
penggolongan yang paling esensial adalah
penggolongan atas kepentingan yang
diaturnya, yaitu hukum publik dan privat.
Daripenggolongan ini nanti akan dibentuk
berbagai peraturan perundang-undangan, baik
yang mempunyai keberlakuannya, daya
kerjanya, maupun isinya.
KARAKTERISTIK HUKUM
 Keempat ciri-ciri tentang hukum adalah :

1. Attribute of authority
2. Attribute of intention of universal application
3. Attribute of obligation
4. Attribute of sanction
Meuwissen mengemukakan cirri-ciri hukum sebagai
berikut :

1.Hukum itu bagian terbanyak ditetapkan oleh kekuasaan


atau kewibawaan yang berwenang.
2.Hukum memiliki suatu sifat lugas dan objektif.
3.Hukum itu berkaitan dengan tindakan-tindakan dan
perilaku manusia yang dapat diamati.
4.Hukum itu memiliki cara keberadaan tertentu, yang kita
namakan keberlakuan.
5.Hukum itu memiliki suatu bentuk, suatu struktur formal.
6.Hukum itu menyangkut objek dan isi dari hukum
TUJUAN HUKUM
Para ahli tidak memiliki kesamaan pandangan tentang apa yang
menjadi tujuan hukum.

1. Roscou Pound mengemukakan bahwa tujuan hukum melindungi


kepentingan manusia.
2. L.J. Van Apeldoorn mengartikan tujuan hukum mengatur
pergaulan hidup secara teratur.
3. Sudikno Mertokusumo mengemukakan tidak hanya
tentang tujuan hokum, tetapi juga tentang fungsi hukum.
Ia berpendapat bahwa :
“dalam fungsinya sebagai perlindungan kepentingan
manusia hukum mempunyai tujuan. Hukum mempunyai
sasaran yang hendak dicapai. Adapun tujuan pokok
hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat yang
tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbangan.
Dengan tercapainya ketertiban di dalam masyarakat
diharapkan kepentingan manusia terlindungi. Dengan
dicapainya tujuan itu hukum bertugas membagi hak dan
kewajiban antarperorangan di dalam masyarakat,
membagi wewenang dan mengatur cara memecahkan
masalah hukum serta memelihara kepastian hukum”
4. Geny berpendapat bahwa tujuan hukum adalah untuk
keadilan semata-mata.

5. Jeremy Bentham berpendapat bahwa hukum


bertujuan semata-mata apa yang berfaedah bagi
orang banyak.

 Apabila kita sintesiskan (padukan) kelima pandangan


diatas maka tujuan hukum adalah :
a. perlindungan kepentingan masyarakat
b. mengatur dan menciptakan tata tertib dalam
masyarakat secara damai dan adil
c. mencapai keadilan bagi masyarakat
d. memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
masyarakat
SUMBER HUKUM
adalah sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan peraturan
perundang-undangan. Sumber hukum sendiri terdiri atas sumber
hukum tertulis dan tidak tertulis. Sumber hukum dasar nasional
adalah Pancasila sebagaimana yang tertulis dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945
Algra, dkk. membagi sumber hukum menjadi dua
macam yaitu sumber hokum materiil dan sumber
hukum formal.

1.Sumber hukum materiil merupakan tempat dari


mana materi hukum itu diambil.
2.Sumber hukum formal merupakan tempat
memperoleh kekuatan hukum.
Dalam hukum Amerika (Common Law), sumber hokum dibagi
menjadi dua kategori, yaitu :

1.Sumber hukum primer yang merupakan sumber hukum yang


utama dimana para pengacara dan hakim menganggap bahwa
sumber hukum primer sebagai hukum itu sendiri. Sumber hukum
primer meliputi :
a. keputusan pengadilan
b. statute
c. peraturan lainnya
2.Sumber hukum sekunder merupakan sumber hukum kedua
yangmemiliki pengaruh dalam pengadilan, karena pengadilan dapat
mengacu pada sumber hukum sekunder tersebut. Sumber hukum
sekunder terdiri dari :
a. restatement
b. legal comentary

Anda mungkin juga menyukai