Anda di halaman 1dari 18

BAB 4

PEMERINTAHAN ORDE BARU


Latar Belakang Lahirnya Orde Baru
Kekacauan
 polkam Pasca G 30 S/PKI
Penumpasan PKI oleh AD dan Ormas-ormas Islam
Pembantaian orang-orang PKI
Presiden Soekarno tidak mau membubarkan PKI
Ekonomi merosot :

Hiperinflasi 650%
Devaluasi Rp.1.000,- menjadi Rp.1,-
Ekspor dan impor lumpuh
Demo Front Pancasila (KAMI, KAPI, KAPPI, KAGI, KADI)

TRITURA :

1. Bubarkan PKI 
2. Retooling (Pembersihan) Kabinet Dwikora dari orang-orang PKI 
3. Turunkan Harga dan perbaiki ekonomi
Peristiwa Supersemar
 Reaksi Presiden Soekarno :
 Presiden merombak kabinet Dwikora yang
disempurnakan menjadi kabinet Dwikora Yang
Disempurnakan (Kabinet Seratus Menteri)
 Tidak membubarkan PKI
 Devaluasi Rp.1.000,- menjadi Rp.1,-
 Tewasnya Arif Rahman Hakim
 Unjuk rasa tgl 11 Maret 1966 didukung pasukan
misterius
 Sidang kabinet di istana negara dibubarkan
 Presiden Soekarno ke istana Negara di Bogor
 3 jendral bawahan Letjen Soeharto menemui Presiden di Bogor :
1. Mayjen Bsuki Rahmad
2. Brigjen m. Yusuf
3. Brigjen Amiur Mahmud
 Peristiwa Supersemar
 Letjen Soeharto mengambil tindakan :
 membubarkan PKI
 membersihkan lembaga negara dari unsur PKI
 Memperlemah dan mengurangi kekuasaan Presiden Soekarno
secara perlahan
Tiga kontroversi terkait Supersemar.
1. Pertama mengenai keberadaan naskah otentik Supersemar
2. kedua cara mendapatkan surat itu
3. mengenai interpretasi yang dilakukan oleh Soeharto.

 Lebih dari setengah abad, pengungkapan misteri seputar Supersemar


dianggap masih menemui jalan buntu.
 Sebab naskah asli dari surat perintah tersebut, tak diketahui
keberadaannya.
 Menurut peneliti sejarah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),
Asvi Warman Adam, tiga versi naskah Supersemar yang disimpan Arsip
Nasional Republik Indonesia, tidak ada yang otentik.
Isi Supersemar :
1. Mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya
keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan dan
jalannya Revolusi, serta menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan
Pimpinan Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi/ Mandataris
MPRS, demi untuk keutuhan Bangsa dan Negara Republik Indonesia, dan
melaksanakan dengan pasti segala ajaran Pemimpin Besar Revolusi.
2. Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah dengan Panglima-Panglima
Angkatan Lain dengan sebaik-baiknya.
3. Supaya melaporkan segala sesuatu yang bersangkut paut dalam tugas dan
tanggung jawabnya seperti tersebut di atas. 
Penafsiran Supersemar
 Bagi Letjen Soeharto Supersemar adalah pengalihan
kekuasaan dar Presiden Soekarno kepada dirinya
 Letjen Soeharto mengambil tindakan :
 Membubarkan PKI pada tanggal 12 Maret 1966•
 pada tanggal 8 Maret 1966 mengamankan 15 orang
menteri yang dianggap terlibat Gerakan 30
September 1965.
 Memperlemah dan mengurangi kekuasaan Presiden
Soekarno secara perlahan
 Hal ini bertentangan dengan perintah dan keinginan
Presiden Soekarno. Bagi da Supersemar hanya perintah
mengamankan ibukita bukan penyerahan kekuasaan
Pengalihan Kekuasaan
 SI MPRS 20 Juni – 5 Juli 1966 hasil :
1. Tap no. IX /MPRS/1966 : Pegukuhan Supersemar
2. Tap no. X /MPRS/1966 : susduk lembaga-lembaga tinggi negara
3. Tap no. XII /MPRS/1966 : politik luar negeri bebas aktif
4. Tap no. XIII /MPRS/1966 : pembentukan kabinet Ampera
5. Tap no. XX /MPRS/1966 : Tata urutan perundangan
6. Tap no. XXV /MPRS/1966 : pembubaran PKI an larangan ajaran
komunisme-Marxisme
Dualisme kepemimpinan
 Tap MPRS NO. XIII / 1966 : pembentukan Kabinet Ampera oleh Letjen
Soeharto
Ada dualisme kekuasaan :
1. Presiden Soekarno selaku kepala kabinet (de jure)
2. Letjen Soeharto selaku ketua presidium pelaksana (de jure dan de acto)
 Tap MPRS No. XIII/MPRS/1967 :
1. Pertanggungjawaban presiden Nawaksara dan PelNawaksarat tidak
diterima MPRS
2. Pencabutan jabatan presiden Soekarno dan menunjuk Letjen. Soeharto
sebagai pejabat presiden
 Tap MPRS No. XLIV/MPRS/1968
mengangkat Jendral Soeharto sebagai presiden
Orde Baru
 Pengertian Orde Baru : tatanan pemerintahan yang bertujuan
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen
 Tonggak lahirnya Orba : Supersemar
 Ciri-ciri pemerintahan Orba :
 Sentralistik
 Otoriter
 Militeristik (Dwi Fungsi ABRI)
 Pembangunan ekonomi
 KKN
Program Catur Karya Kabinet Ampera:
1. Memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan
2. Melaksanakan pemilihan umum dalam batas waktu yang ditetapkan,
yaitu tanggal 5 Juli 1968
3. Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan
nasional
4. Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam
segala bentuk dan manifestasinya
Setelah MPRS pada tanggal 27 Maret 1968 menetapkan Soeharto
sebagai presiden RI untuk masa jabatan lima tahun, maka
dibentuklah kabinet Pembangunan yang tugasnya:
5. Menciptakan stabilitas politik dan ekonomi
6. Menyusun dan melaksanakan Pemilihan Umum
7. Mengikis habis sisa-sisa Gerakan 30 September
8. Membersihkan aparatur Negara di pusat dan daerah dari
pengaruh PKI.
Kebijakan politik Dalam Negeri

1. Penyederhanaan partai politik 1973


2. Penyelenggaraan pemilu
3. Dwi fungsi ABRI
4. Sentralisasi pemerintahan dan Penguatan kekuasaan
negara untuk stabilitas polkam
5. Idoktrinasi Pancasila dan UUD 1945
1. Penyederhanaan Partai Politik
Pada tahun 1973 setelah dilaksanakan pemilihan umum yang pertama
pada masa Orde Baru pemerintahan pemerintah melakukan
penyederhaan dan penggabungan (fusi) partaipartai politik menjadi
tiga kekuatan social politik.
Tiga kekuatan social politik itu adalah:
1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
yang merupakan gabungan dari NU, Parmusi, PSII, dan
PERTI
2. Golongan Karya
3. Partai Demokrasi Indonesia (PDI)
yang merupakan gabungan dari PNI, Partai Katolik, Partai Murba,
IPKI, danParkindo
Penyederhanaan partai politik ini dilakukan dalam menciptakan
stabilitas berbangsa dan bernegara
2. Pemilihan Umum
 Selama masa orde baru, Indonesia berhasil melaksanakan enam kali
pemilu, yaitu tahun 1971, 1977, 1985, 1987, 1992, dan 1997. Dalam masa
pemerintahan orde baru, partai Golkar selalu mendapatkan suara
terbesar dan memenangkan Pemilu.
 Sedangkan PDI mengalami kemerosotan karena adanya konflik intern
yangmenimbulkan perpecahan pada partai berkepala banteng menjadi
PDI Suryadi dan PDI Megawati Soekarno Putri atau yang dikenal dengan
nama PDIP. Meskipun dalam
 Pemilu sudah sesuai dengan asas LUBER, namun pada kenyataannya
pemilu diarahkan untuk kemenangan salah satu kontestan pemilu, yakni
Golkar. Kemenangan Golkar yang selalu mencolok sejak Pemilu 1971
sampai dengan Pemilu 1997 menguntungkan pemerintah di mana
perimbangan suara di MPR dan DPR didominasi oleh Golkar.
 Keadaan ini telah memungkinkan Soeharto menjadi Presiden Republik
Indonesia selama enam periode.
3. Peran Ganda (Dwifungsi) ABRI

Untuk menciptakan stabilitas politik, pemerintah Orde Baru


memberikan peran ganda kepada ABRI, yaitu peran Hankam
dan sosial politik. Peran ganda ABRI ini kemudian terkenal
dengan sebutan Dwi Fungsi ABRI.
1. ABRI langsung dapat kursi di DPR dan MPR tanpa ikut
pemilu bahkan jumlahnya cukup signifikan
2. Jabatan-jabatan penting dan trategus biasanya dipegang
ABRI misalnya : menkopolkam, menhan, gubernur, bupati
dll.
4. Sentralisasi dan Penguatan kekuasaan
 Semua rencana pemerintahan harus diusetujui pemerintah pusat
(presiden)
 Tidak ada otonomi daerah
 Tidak ada opoisisi dan kenenasan berpendapat
 Pers atau media massa dikontrol dengan ketat dan tidak boleh
menentang pemerintah
 Lembaga-lembaga negara tidak berfungsi maksimal karena dibatasi
 Pelanggaran HAM :
 Pengamanan terhadap aktivis-aktivis gerakan yg dianggap
menentang pemerintah
 Pembunuhan massal tanpa pengadilan terhadap orang-orang PKI
 PETRUS
5. Indroktrinasi
Pancasila dan UUD 1945
 Yang menentang pemerintah sering digunakan ancaman tidak
Pancasilais
 Pendidikan dengan kurikulum Pendidikan Moral Pancasila
 Pengeluaran Tap MPR NO.II/1978 tentang Eka Prasetya Panca Karsa yang
kemudian dikenal dengan sebutan P4 (Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila)
 Pembentukan BP7 (Badan Pembinaan Pendidikan dan Pelaksanaan P4)
 Penataran P4 diseluruh lapisan masyarakat
 Pelajaran PSPB (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa) di sekolah-
sekolah
 Lomba-lomba P4 diberbagai bidang dan tingkatan
Kebijakan Politik Luar Negeri
Tap MPRS NO. XII/MPRS/1966: POLITIK LUA NEGERI BEBAS
DAN AKTIF
 Kembali menjadi anggota PBB tanggal 28 Setember 1966
 NormalIsasi dengan Malaysia dan Singapura
 Mendirikan ASEAN
 Pemutusan hubungan diplomatik dengan RRC
 Cenderung dekat dengan blok Barat karena kepentingan
ekonomi
 Integrasi Timor Timur ke NKRI
 Tetap menjalankan misi-misi perdamaian dengan pengiriman
pasukan perdamaian

Anda mungkin juga menyukai