Latar Belakang Lahirnya Orde Baru Kekacauan polkam Pasca G 30 S/PKI Penumpasan PKI oleh AD dan Ormas-ormas Islam Pembantaian orang-orang PKI Presiden Soekarno tidak mau membubarkan PKI Ekonomi merosot : Hiperinflasi 650% Devaluasi Rp.1.000,- menjadi Rp.1,- Ekspor dan impor lumpuh Demo Front Pancasila (KAMI, KAPI, KAPPI, KAGI, KADI) TRITURA : 1. Bubarkan PKI 2. Retooling (Pembersihan) Kabinet Dwikora dari orang-orang PKI 3. Turunkan Harga dan perbaiki ekonomi Peristiwa Supersemar Reaksi Presiden Soekarno : Presiden merombak kabinet Dwikora yang disempurnakan menjadi kabinet Dwikora Yang Disempurnakan (Kabinet Seratus Menteri) Tidak membubarkan PKI Devaluasi Rp.1.000,- menjadi Rp.1,- Tewasnya Arif Rahman Hakim Unjuk rasa tgl 11 Maret 1966 didukung pasukan misterius Sidang kabinet di istana negara dibubarkan Presiden Soekarno ke istana Negara di Bogor 3 jendral bawahan Letjen Soeharto menemui Presiden di Bogor : 1. Mayjen Bsuki Rahmad 2. Brigjen m. Yusuf 3. Brigjen Amiur Mahmud Peristiwa Supersemar Letjen Soeharto mengambil tindakan : membubarkan PKI membersihkan lembaga negara dari unsur PKI Memperlemah dan mengurangi kekuasaan Presiden Soekarno secara perlahan Tiga kontroversi terkait Supersemar. 1. Pertama mengenai keberadaan naskah otentik Supersemar 2. kedua cara mendapatkan surat itu 3. mengenai interpretasi yang dilakukan oleh Soeharto.
Lebih dari setengah abad, pengungkapan misteri seputar Supersemar
dianggap masih menemui jalan buntu. Sebab naskah asli dari surat perintah tersebut, tak diketahui keberadaannya. Menurut peneliti sejarah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Asvi Warman Adam, tiga versi naskah Supersemar yang disimpan Arsip Nasional Republik Indonesia, tidak ada yang otentik. Isi Supersemar : 1. Mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya Revolusi, serta menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Pimpinan Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi/ Mandataris MPRS, demi untuk keutuhan Bangsa dan Negara Republik Indonesia, dan melaksanakan dengan pasti segala ajaran Pemimpin Besar Revolusi. 2. Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah dengan Panglima-Panglima Angkatan Lain dengan sebaik-baiknya. 3. Supaya melaporkan segala sesuatu yang bersangkut paut dalam tugas dan tanggung jawabnya seperti tersebut di atas. Penafsiran Supersemar Bagi Letjen Soeharto Supersemar adalah pengalihan kekuasaan dar Presiden Soekarno kepada dirinya Letjen Soeharto mengambil tindakan : Membubarkan PKI pada tanggal 12 Maret 1966• pada tanggal 8 Maret 1966 mengamankan 15 orang menteri yang dianggap terlibat Gerakan 30 September 1965. Memperlemah dan mengurangi kekuasaan Presiden Soekarno secara perlahan Hal ini bertentangan dengan perintah dan keinginan Presiden Soekarno. Bagi da Supersemar hanya perintah mengamankan ibukita bukan penyerahan kekuasaan Pengalihan Kekuasaan SI MPRS 20 Juni – 5 Juli 1966 hasil : 1. Tap no. IX /MPRS/1966 : Pegukuhan Supersemar 2. Tap no. X /MPRS/1966 : susduk lembaga-lembaga tinggi negara 3. Tap no. XII /MPRS/1966 : politik luar negeri bebas aktif 4. Tap no. XIII /MPRS/1966 : pembentukan kabinet Ampera 5. Tap no. XX /MPRS/1966 : Tata urutan perundangan 6. Tap no. XXV /MPRS/1966 : pembubaran PKI an larangan ajaran komunisme-Marxisme Dualisme kepemimpinan Tap MPRS NO. XIII / 1966 : pembentukan Kabinet Ampera oleh Letjen Soeharto Ada dualisme kekuasaan : 1. Presiden Soekarno selaku kepala kabinet (de jure) 2. Letjen Soeharto selaku ketua presidium pelaksana (de jure dan de acto) Tap MPRS No. XIII/MPRS/1967 : 1. Pertanggungjawaban presiden Nawaksara dan PelNawaksarat tidak diterima MPRS 2. Pencabutan jabatan presiden Soekarno dan menunjuk Letjen. Soeharto sebagai pejabat presiden Tap MPRS No. XLIV/MPRS/1968 mengangkat Jendral Soeharto sebagai presiden Orde Baru Pengertian Orde Baru : tatanan pemerintahan yang bertujuan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen Tonggak lahirnya Orba : Supersemar Ciri-ciri pemerintahan Orba : Sentralistik Otoriter Militeristik (Dwi Fungsi ABRI) Pembangunan ekonomi KKN Program Catur Karya Kabinet Ampera: 1. Memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan 2. Melaksanakan pemilihan umum dalam batas waktu yang ditetapkan, yaitu tanggal 5 Juli 1968 3. Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional 4. Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya Setelah MPRS pada tanggal 27 Maret 1968 menetapkan Soeharto sebagai presiden RI untuk masa jabatan lima tahun, maka dibentuklah kabinet Pembangunan yang tugasnya: 5. Menciptakan stabilitas politik dan ekonomi 6. Menyusun dan melaksanakan Pemilihan Umum 7. Mengikis habis sisa-sisa Gerakan 30 September 8. Membersihkan aparatur Negara di pusat dan daerah dari pengaruh PKI. Kebijakan politik Dalam Negeri
1. Penyederhanaan partai politik 1973
2. Penyelenggaraan pemilu 3. Dwi fungsi ABRI 4. Sentralisasi pemerintahan dan Penguatan kekuasaan negara untuk stabilitas polkam 5. Idoktrinasi Pancasila dan UUD 1945 1. Penyederhanaan Partai Politik Pada tahun 1973 setelah dilaksanakan pemilihan umum yang pertama pada masa Orde Baru pemerintahan pemerintah melakukan penyederhaan dan penggabungan (fusi) partaipartai politik menjadi tiga kekuatan social politik. Tiga kekuatan social politik itu adalah: 1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan gabungan dari NU, Parmusi, PSII, dan PERTI 2. Golongan Karya 3. Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang merupakan gabungan dari PNI, Partai Katolik, Partai Murba, IPKI, danParkindo Penyederhanaan partai politik ini dilakukan dalam menciptakan stabilitas berbangsa dan bernegara 2. Pemilihan Umum Selama masa orde baru, Indonesia berhasil melaksanakan enam kali pemilu, yaitu tahun 1971, 1977, 1985, 1987, 1992, dan 1997. Dalam masa pemerintahan orde baru, partai Golkar selalu mendapatkan suara terbesar dan memenangkan Pemilu. Sedangkan PDI mengalami kemerosotan karena adanya konflik intern yangmenimbulkan perpecahan pada partai berkepala banteng menjadi PDI Suryadi dan PDI Megawati Soekarno Putri atau yang dikenal dengan nama PDIP. Meskipun dalam Pemilu sudah sesuai dengan asas LUBER, namun pada kenyataannya pemilu diarahkan untuk kemenangan salah satu kontestan pemilu, yakni Golkar. Kemenangan Golkar yang selalu mencolok sejak Pemilu 1971 sampai dengan Pemilu 1997 menguntungkan pemerintah di mana perimbangan suara di MPR dan DPR didominasi oleh Golkar. Keadaan ini telah memungkinkan Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia selama enam periode. 3. Peran Ganda (Dwifungsi) ABRI
Untuk menciptakan stabilitas politik, pemerintah Orde Baru
memberikan peran ganda kepada ABRI, yaitu peran Hankam dan sosial politik. Peran ganda ABRI ini kemudian terkenal dengan sebutan Dwi Fungsi ABRI. 1. ABRI langsung dapat kursi di DPR dan MPR tanpa ikut pemilu bahkan jumlahnya cukup signifikan 2. Jabatan-jabatan penting dan trategus biasanya dipegang ABRI misalnya : menkopolkam, menhan, gubernur, bupati dll. 4. Sentralisasi dan Penguatan kekuasaan Semua rencana pemerintahan harus diusetujui pemerintah pusat (presiden) Tidak ada otonomi daerah Tidak ada opoisisi dan kenenasan berpendapat Pers atau media massa dikontrol dengan ketat dan tidak boleh menentang pemerintah Lembaga-lembaga negara tidak berfungsi maksimal karena dibatasi Pelanggaran HAM : Pengamanan terhadap aktivis-aktivis gerakan yg dianggap menentang pemerintah Pembunuhan massal tanpa pengadilan terhadap orang-orang PKI PETRUS 5. Indroktrinasi Pancasila dan UUD 1945 Yang menentang pemerintah sering digunakan ancaman tidak Pancasilais Pendidikan dengan kurikulum Pendidikan Moral Pancasila Pengeluaran Tap MPR NO.II/1978 tentang Eka Prasetya Panca Karsa yang kemudian dikenal dengan sebutan P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) Pembentukan BP7 (Badan Pembinaan Pendidikan dan Pelaksanaan P4) Penataran P4 diseluruh lapisan masyarakat Pelajaran PSPB (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa) di sekolah- sekolah Lomba-lomba P4 diberbagai bidang dan tingkatan Kebijakan Politik Luar Negeri Tap MPRS NO. XII/MPRS/1966: POLITIK LUA NEGERI BEBAS DAN AKTIF Kembali menjadi anggota PBB tanggal 28 Setember 1966 NormalIsasi dengan Malaysia dan Singapura Mendirikan ASEAN Pemutusan hubungan diplomatik dengan RRC Cenderung dekat dengan blok Barat karena kepentingan ekonomi Integrasi Timor Timur ke NKRI Tetap menjalankan misi-misi perdamaian dengan pengiriman pasukan perdamaian