Asfiksia DR Agus
Asfiksia DR Agus
Pembekapan (smothering).
Penyumbatan saluran napas (gagging dan choking).
Tekanan di daerah leher.
Pengaruh berat badan: mati gantung (hanging).
Tenaga dari luar: penjeratan (strangulation).
pencekikan (throttling).
Tersumbat oleh cairan: tenggelam (drowning).
Gangguan gerakan pernafasan (asfiksia traumatik).
Sufokasi (suffocation).
Secara patofisiologi, menurut Gordon
dibedakan
4 bentuk asfiksia:
1. ANOKSIA ANOKSIK
O2 tidak dapat masuk ke dalam paru-paru
Penyebab :
1. Pembekapan
Penutupan saluran napas bagian luar.
Alat-alat: telapak tangan, kain, handuk, bantal, kasur, atau plester
lebar.
Tanda: luka memar atau lecet pada lubang hidung dan mulut.
Dapat tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan bila menggunakan
bahan halus.
2. 2.Penyumbatan saluran napas
Gagging: sumbatan pada orofaring.
Choking: sumbatan pada laringofaring.
Penyebab:
Tertelan permen atau kacang.
Penyumpalan mulut dengan kain, kertas, atau tisu
Tanda: benda asing pada saluran napas dan luka pada
saluran napas akibat benda asing.
3. Mati gantung
Suatu strangulasi berupa tekanan pada leher akibat adanya jeratan yang menjadi erat oleh
berat badan korban.
Alat: tali, kain, atau dasi
Pemeriksaan luar:
Bekas jeratan berparit, seperti v terbalik, tidak bersambung, terletak di bagian atas leh
warna kecoklatan, dan kering seperti kertas perkamen.
Luka lecet.
Leher sedikit memanjang dengan bekas jeratan di leher.
Ada garis ludah di pinggir salah satu sudut mulut.
Pemeriksaan dalam:
Resapan darah pada jeratan, pangkal tenggorokan dan esofagus.
Tanda-tanda pembendungan.
Perdarahan berupa garis yang letaknya melintang pada tunika intima dari arteri karotis
interna, setentang dengan tekanan tali pada leher.
4. Penjeratan
Keadaan udara terhalang masuk ke saluran pernapasan akibat tenaga luar.
Alat-alat: tali, ikat pinggang, rantai, kawat, kabel, atau kaos kaki.
Pemeriksaan luar:
Bekas jeratan di leher berwarna merah kecoklatan bersambung di bawah atau setentang
kartilago tiroid, lecet di sekitar jeratan, dan ada vesikel halus.
Bila korban tetap terjerat, maka warna bekas jeratan kecoklatan seperti kertas perkamen.
Tanda-tanda asfiksia sangat jelas (muka bengkak, membiru, mata melotot, dan lidah
menjulur).
Dapat dijumpai keluar feses dan urin.
Pemeriksaan dalam
Fraktur tulang krikoid dan tulang rawan trakea lainnya.
Mukosa laring dan trakea menebal kadang disertai perdarahan kecil.
Pembendungan paru-paru.
Tardieu’s spot.
5. 5.Pencekikan
Penekanan leher dengan tangan yang menyebabkan dinding saluran napas bagian
atas tertekan dan terjadi penyempitan saluran napas.
Pemeriksaan luar:
Banyak bekas kuku jari tangan pada leher korban.
Memar.
Pemeriksaan dalam:
Perdarahan otot bagian dalam leher.
Fraktur os hyoid dan lidah.
Pembendungan pada wajah dan kepala.
6. Tenggelam
Terhalangnya udara masuk ke dalam saluran pernapasan oleh sumbatan cairan
Tenggelam dapat terjadi pada
Air tawar.
Air asin.
Pemeriksaan luar:
Tanda-tanda asfiksia.
Tangan menggenggam rumput atau kayu.
Washer woman’s hand.
Cutis anserina.
Kadang gigitan ikan dan binatang air lainnya.
Pemeriksaan dalam:
Lumpur, pasir halus, dan benda asing lainnya dalam mulut dan saluran napas, lumen
laring, trakea, dan bronkus.
Ada pitting oedem.
Esofagus dan lambung berisi cairan dan lumpur.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan diatom: dijumpai 4 sampai 5 diatom per lapangan
pandang besar atau 10 sampai 20 per satu sediaan.
Pemeriksaan darah: berat jenis dan kadar elektrolit darah untuk
menentukan jenis air tempat korban tenggelam.
7. 7. Asfiksia traumatik
Asfiksia yang terjadi akibat penekanan dari luar pada dinding dada sehingga dada
terfiksasi dan menimbulkan gangguan gerak pernapasan.
Penyebab:
Korban tertimbun oleh pasir, tanah, runtuhan tembok.
Korban tergencet saat berdesakan.
Tanda postmortem:
Sianosis.
Pembendungan muka disertai petekie.
Edema konjungtiva.
Perdarahan subkonjungtiva.
Petekie pada leher, bokong, dan kaki.
8. Sufokasi
Sufokasi ialah asfiksia yang murni.
Sufokasi terjadi karena korban berada dalam ruangan kecil tertutup, lemari es,
kepala dimasukkan ke dalam kantong plastik tertutup yang diikat di bagian
leher, atau korban masuk selokan pengap.
9.Asfiksia akibat keracunan
Racun ialah zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologi dalam
dosis toksik menyebabkan gangguan kesehatan atau mengakibatkan kematian.
Menurut sumber:
Racun tumbuhan.
Racun hewan.
Racun mineral.
Racun sintetik.
Menurut tempat :
Racun alam bebas.
Racun rumah tangga.
Racun pertanian.
Racun industri.
Racun farmasi.
Pemeriksaan luar:
Bau.
Pakaian.
Kelainan pada tempat masuk racun.
Kulit.
Rambut.
Kuku.
Sklera.
Pemeriksaan dalam:
Perdarahan kecil otak.
Lidah ternoda oleh warna tablet atau kapsul.
Esophagus mengalami regurgitasi, selaput lendir hiperemis.
Epiglotis, glotis mengalami hiperemi, edema, atau regurgitasi.
Pada paru, terjadi pembendungan akut, edema, atau emfisema akut.
Pada lambung dan usus 12 jari: bau, warna isi lambung, dan bahan-bahan racun
(tablet atau kapsul).
Jantung mengalami pelunakan, warna merah pucat atau coklat kuning, dan pelebaran
ventrikel;
Pada usus dijumpai tablet yang belum tercerna;
Degenerasi lemak atau nekrosis hati.
Pembendungan akut pada limpa.
Ginjal agak membesar, korteks membengkak, warna kelabu kuning.
Konsentrasi zat racun yang tinggi dalam urin.
Aspek Medikolegal
Pembunuhan lebih sering pada pembekapan dan penjeratan.
Pembunuhan juga terjadi pada gagging, choking, mati
gantung, pencekikan, tenggelam, sufokasi, dan keracunan.
Bunuh diri dapat terjadi pada gagging, choking, mati gantung,
penjeratan, tenggelam dan keracunan.
Kecelakaan umumnya tenggelam terutama di musim hujan dan
banjir. Kecelakaan dapat terjadi pada pembekapan, gagging,
choking, mati gantung, penjeratan, pencekikan, asfiksia
traumatik, sufokasi, dan keracunan.
Berdasarkan pasal 179 KUHAP seorang dokter wajib
memberikan keterangan yang sebaik baiknya dan sebenarnya
menurut penegtahuan dibidang keahlihanya demi
peradilan,oleh karena itu dokter perlu mengetahui mengenai
ilmu forensik salah satunya asfiksia.
MATUR NUWUN