FORMULARIUM NASIONAL DAFTAR OBAT ESENSIAL NASIONAL
FORMULARIUM NASIONAL
FORMULARIUM RUMAH SAKIT
Peraturan Kepmenkes No HK.01.07/Menkes/499/2020 tentang Komite Nasional Penyusunan Daftar Obat Esensial Nasional Kepmenkes no HK.02.02 / Menkes / 524 /2015 tentang Pedoman dan penerapan Formularium Nasional Kepmenkes no HK.01.07 / Menkes /395/ 2017 tentang Daftar Obat Esensial Nasional Kepmenkes No.HK.01.07/MENKES/813/2019 Tentang Formularium Nasional Public health objectives and the essential medicine concept Program kesehatan masyarakat berkaitan dengan penggunaan sumber daya yang tersedia untuk mencapai peningkatan kesehatan yang maksimal bagi penduduk Perspektifnya bukanlah tentang pasien secara individu, yang mungkin mendapat manfaat dari obat yang mahal, tetapi dari seluruh komunitas atau populasi, yang akan mendapat manfaat paling banyak jika obat-obatan yang aman dan efektif dapat diakses oleh semua yang membutuhkannya. The essential medicines concept Sebagian besar masalah kesehatan bagi sebagian besar penduduk dapat diobati dengan sedikit obat yang dipilih dengan cermat Dalam prakteknya kebanyakan dokter dan ahli kesehatan secara rutin menggunakan sebagian kecil dari obat-obatan yang diproduksi. Pelatihan dan pengalaman klinis harus berfokus pada penggunaan beberapa obat ini dengan benar The essential medicines concept Pengadaan, distribusi, dan aktivitas pasokan lainnya dapat dilakukan secara paling ekonomis dan paling efisien untuk daftar terbatas produk farmasi Pasien dapat memperoleh informasi yang lebih baik tentang penggunaan obat yang efektif ketika jumlah obat yang mereka hadapi terbatas Essential medicines Obat esensial adalah obat yang memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan sebagian besar penduduk. Obat ini harus tersedia setiap saat dalam jumlah yang cukup dan dalam bentuk sediaan yang sesuai. Obat esensial adalah konsep global Berdasarkan evaluasi efisiensi, keamanan dan kualitas Reasons to use essential medicines Keadilan, layanan kesehatan dasar dapat diakses oleh semua orang Tidak ada sektor publik atau sistem asuransi kesehatan yang mampu memasok atau mengganti semua obat yang tersedia di pasar Daftar terbatas obat esensial mewakili konsensus pemberi resep Peningkatan efektivitas dan efisiensi Pemilihan obat esensial dalam jumlah terbatas memudahkan upaya pemberian informasi dan edukasi obat Advantages of a limited list of essential medicines Pasokan Pengadaan, penyimpanan, dan distribusi yang lebih mudah Stok lebih rendah Jaminan kualitas yang lebih baik Pengeluaran lebih mudah Advantages of a limited list of essential medicines Peresepan Pelatihan lebih fokus dan karenanya lebih sederhana Lebih banyak pengalaman dengan lebih sedikit obat Alternatif pengobatan irasional yang tidak tersedia Mengurangi resistensi antimikroba Informasi obat yang terfokus Pengenalan yang lebih baik terhadap reaksi obat yang merugikan Advantages of a limited list of essential medicines Biaya Harga lebih rendah, lebih banyak persaingan Penggunaan Pasien Upaya pendidikan yang terfokus Mengurangi kebingungan dan meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan Ketersediaan obat yang lebih baik Formularium Nasional Kepmenkes No.HK.01.07/MENKES/813/2019 Tentang Formularium Nasional Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan perlu menjamin aksesibilitas obat yang aman, berkhasiat, bermutu, dan terjangkau dalam jenis dan jumlah yang cukup Dalam rangka pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional perlu disusun daftar obat dalam bentuk Formularium Nasional FORNAS Formularium Nasional merupakan daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan digunakan sebagai acuan penulisan resep pada pelaksanaan pelayanan kesehatan dalam penyelenggaraan program jaminan kesehatan. Dalam hal obat yang dibutuhkan tidak tercantum dalam Formularium Nasional, dapat digunakan obat lain secara terbatas berdasarkan persetujuan Kepala atau Direktur Rumah Sakit setempat PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2019 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGADAAN OBAT BERDASARKAN KATALOG ELEKTRONIK E-PURCHASING Bahwa untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi, dan transparansi dalam proses perencanaan dan pengadaan obat program Jaminan Kesehatan dan obat program kesehatan lainnya, perlu perluasan cakupan fasilitas kesehatan pengguna e-purchasing berdasarkan katalog elektronik E-purchasing Pembelian secara Elektronik yang selanjutnya disebut E-purchasing adalah tata cara pembelian barang/jasa melalui sistem Katalog Elektronik E-Monev Obat adalah sistem informasi elektronik untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan perencanaan obat dan pengadaan obat berdasarkan Katalog Elektronik. Katalog Elektronik adalah sistem informasi elektronik yang memuat informasi berupa daftar, jenis, spesifikasi teknis, tingkat komponen dalam negeri, produk dalam negeri, produk standar nasional indonesia, produk industri hijau, negara asal, harga, Penyedia, dan informasi lainnya terkait barang/jasa. RKO dan HPS Rencana Kebutuhan Obat yang selanjutnya disingkat RKO adalah perkiraan kebutuhan obat satu tahun berikutnya berdasarkan perhitungan pemakaian ratarata obat satu tahun dan sisa stok akhir tahun. Menurut Perpres No, 16 Tahun 2018, HPS adalah perkiraan harga barang/jasa yang ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). RUMAH SAKIT RENCANA RUMAH KEBUTUHAN KEMENTERIA SAKIT OBAT N KESEHATAN (RKO) RUMAH SAKIT HARGA RKO PERKIRAAN NASIONAL SENDIRI (HPS)
TENDER ATAU NEGOSIASI
PABRIK PEMENANG TENDER
E-purchasing Pasal 2 Pengaturan perencanaan dan pengadaan obat berdasarkan Katalog Elektronik bertujuan untuk menjamin transparansi, efektifitas, dan efisiensi proses perencanaan dan pengadaan obat melalui E-purchasing berdasarkan Katalog Elektronik yang dilaksanakan oleh institusi pemerintah dan institusi swasta. Perencanaan obat Pasal 3 (1) Setiap institusi pemerintah dan institusi swasta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 wajib menyampaikan RKO kepada Menteri. (2) Penyampaian RKO sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling lambat bulan April pada tahun sebelumnya. (3) Penyampaian RKO sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan E- Monev Obat. Pengadaan obat Pasal 4 (1) Pengadaan obat oleh institusi pemerintah dan institusi swasta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 untuk program Jaminan Kesehatan dilakukan melalui Epurchasing berdasarkan Katalog Elektronik. (2) FKTP milik swasta dan Apotek yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf b hanya dapat melakukan pengadaan obat PRB. Pengadaan Manual Pasal 6 (1) Pengadaan obat berdasarkan Katalog Elektronik dapat dilakukan secara manual dalam hal: a. pengadaan obat melalui E-purchasing berdasarkan Katalog Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 mengalami kendala operasional dalam aplikasi; dan/atau b. b. institusi swasta yang telah menyampaikan RKO melalui E-Monev Obat belum mendapatkan akun E- purchasing. (2) Pengadaan secara manual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara langsung kepada industri farmasi yang tercantum dalam Katalog Elektronik. Kegagalan Pengadaan Pasal 7 (1) Dalam hal terjadi kegagalan pengadaan obat dengan Katalog Elektronik sehingga berpotensi terjadinya kekosongan obat maka institusi pemerintah dan institusi swasta dapat mengadakan obat dengan zat aktif yang sama sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Kegagalan pengadaan obat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disebabkan karena industri farmasi tidak dapat memenuhi surat pesanan dari institusi pemerintah dan institusi swasta. (3) Kegagalan pengadaan obat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dibuktikan dengan pernyataan dari industri farmasi. Pemantauan dan Evaluasi Pasal 8 (1) Pemantauan dan evaluasi perencanaan dan pengadaan obat berdasarkan Katalog Elektronik dilakukan secara elektronik melalui E-Monev Obat. (2) Pemantauan dan evaluasi perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap data RKO yang disampaikan institusi pemerintah dan institusi swasta. Pemantauan dan Evaluasi Pasal 8 (3) Pemantauan dan evaluasi pengadaan obat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap data: a. realisasi pemenuhan pesanan obat b. realisasi pendistribusian obat c. realisasi penerimaan obat d. realisasi pembayaran obat. (4) Data realisasi pemenuhan pesanan obat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a meliputi jenis dan jumlah obat serta waktu persetujuan pemenuhan pesanan obat dari industri farmasi yang tercantum dalam katalog elektronik kepada institusi pemerintah dan institusi swasta. Pemantauan dan Evaluasi Pasal 8 (5) Data realisasi pendistribusian obat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b meliputi jenis dan jumlah obat serta waktu pendistribusian obat dari industri farmasi dan pedagang besar farmasi yang tercantum dalam katalog elektronik kepada institusi pemerintah dan institusi swasta. (6) Data realisasi penerimaan obat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c meliputi jenis dan jumlah obat serta waktu penerimaan obat di institusi pemerintah dan institusi swasta. (7) Data realisasi pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d meliputi jumlah yang dibayarkan dan waktu pembayaran oleh institusi pemerintah dan institusi swasta. Sanksi Pasal 10 (1) Institusi pemerintah dan institusi swasta yang tidak menyampaikan RKO sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dikenakan sanksi penghentian sementara transaksi Epurchasing dengan menonaktifkan akun E-purchasing. (2) Akun E-purchasing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaktifkan kembali setelah institusi pemerintah dan institusi swasta menyampaikan RKO tahun berjalan. Sanksi Pasal 11 Terhadap institusi pemerintah dan institusi swasta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 yang kerja samanya dengan BPJS Kesehatan telah berakhir dilakukan penutupan akun E-purchasing. KEBIJAKAN KESEHATAN Mengapa Kebijakan Kesehatan Penting Mengapa Kebijakan Kesehatan Penting Mengapa Kebijakan Kesehatan Penting Segitiga Kebijakan Kesehatan Istilah Istilah Istilah Apa yang dimaksud Kebijakan Kesehatan Apa yang dimaksud dengan Kebijakan Kesehatan Segala arah tindakan yang mempengaruhi tatanan kelembagaan, organisasi, layanan dan aturan dalam pembiayaan dalam sistem kesehatan. Kebijakan mencakup sektor publik maupun swasta Kebijakan kesehatan juga menaruh perhatian pada segala tindakan dan rencana tindakan dari organisasi diluar sistem kesehatan yang memiliki dampak pada kesehatan Segitiga Kebijakan Kesehatan Segitiga Kebijakan Kesehatan Actor / Pelaku Actor / Pelaku Pelaku mempengaruhi kebijakan melalui kekuasaan yang mereka miliki Kekuasaan dapat berupa kekayaan pribadi, kepribadian, tingkat atau akses terhadap ilmu pengetahuan atau kewenangan yang berhubungan dengan organisasi dan struktur dimana para pelaku ini bekerja atau tinggal. Konteks Konteks mengacu ke faktor sistematis politik, ekonomi, sosial, nasional dan internasional yang memiliki pengaruh pada kebijakan kesehatan. Faktor tersebut dikelompokan menjadi : Faktor situasional adalah kondisi yang tidak permanen atau khusus yang berdampak pada kebijakan contoh pandemi corona Faktor struktural merupakan bagian dari masyarakat yang relatif tidak berubah contohnya sistem politik yang mengatur peran masyarakat dalam pembahsan kebijakan Faktor budaya merupakan sistem hirarki yang menduduki tempat yang penting contohnya keberadaan pejabat senior Faktor internasional menyebabkan ketergantungan antar negara dan mempegaruhi kemandirian dan kerjasama internasional dalam kesehatan Proses Proses penyusunan kebijakan Identifikasi masalah adalah menemukan isu-isu yang ada dan dapat masuk dalam agenda kebijakan dan mengapa isu-isu yang lain tidak masuk dalam agenda kebijakan Perumusan kebijakan adalah menentukan siapa saja yang terlibat dalam perumusan kebijakan, bagaimana kebijakan dihasilkan, disetujui dan dikomunikasikan Pelaksanaan kebijakan merupakan tahap yang paling penting dalam penyusunan kebijakan karena bila kebijakan tidak dilaksanakan maka sesuatu yang salah mungkin terjadi Evaluasi kebijakan menemukan apa yang terjadi dalam pelaksanaan kebijakan, bagaimana pengawasannya, apakah tujuan tercapai, apa akibat yang dialami Isi / content Berisi sejumlah daftar pilihan keputusan tentang urusan publik yang dibuat oleh lembaga atau pejabat pemerintah. Isi kebijakan merespon berbagai masalah publik yang mencakup berbagai bidang kehidupan mulai dari masalah pertahanan, keamanan, energi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan dll Isi / content kebijakan 1. Pernyataan tujuan berisi alasan mengapa kebijakan dibuat dan apa dampak yang diharapkan 2. Ruang lingkup menerangkan siapa saja yang tercakup dalam kebijakan dan tindakan-tindakan apa yang akan dipengaruhi kebijakan tersebut 3. Durasi waktu yang efektif mengindikasikan kapan kebijakan mulai dilakukan 4. Pertanggungjawaban mengindikasikan siapa individu atau organisasi mana yang bertanggung jawab dalam melaksanakan kebijakan Isi / content kebijakan 5. Pernyataan kebijakan mengindikasikan aturan-aturan khusus atau modifikasi aturan terhadap perilaku organisasi yang membuat kebijakan tersebut 6. Latar belakang mengindikasikan alasan dan sejarah penbuatan kebijakan tersebut 7. Definisi menyediakan secara jelas dan tidak ambigu mengenai definisi bagi sitilah dan konsep dalam dokumen kebijakan Analisis kebijakan kesehatan Terbagi 2 yaitu analisis kebijakan dan analisis untuk kebijakan Analisis kebijakan dilakukan pada kebijakan yang sudah dijalankan, bersifat retrospektif, melihat kembali penentu kebijakan, isi kebijakan, evaluasi dan monitoring kebijakan yang sudah dilakukan. Contoh evaluasi pelaksanaan rapid test pada tenaga kesehatan Analisis untuk kebijakan dilakukan pada kebijakan yang akan dilakukan, bersifat prospektif, melihat kedepan mencoba mengantisipasi jika suatu kebijakan akan dijalankan. Pengkajian ini bersifat strategis untuk masa yang akan datang. Contoh apa yang akan terjadi jika pemerintah melakukan lockdown Proses analisis kebijakan 1. Perumusan masalah. Masalah kebijakan adalah kebutuhan, nilai-nilai atau kesempatan yang tidak terealisasi tetapi dapat dicapai melalui tindakan publik 2. Peramalan adalah suatu prosedur untuk membuat informasi faktual tentang situasi sosial masa depan atas dasar informasi yang telah ada tentang masalah kebijakan 3. Rekomendasi merupakan proses rasional dimana para analis memproduksi informasi dan argumen argumen yan g beralasan tentang solusi-solusi yang potensial dari masalah publik 4. Pemantauan merupakan prosedur analisis kebijakan guna menghasilkan informasi tentang penyebab dan konsekuensi dari kebijakan publik 5. Evaluasi menitikberatkan pada nilai hubungan ketergantungan antara nilai dan fakta, orientasi masa kini dan masa lalu dan dualitas nilai Rekomendasi kebijakan Rekomendasi kebijakan adalah prosedur analisis kebijakan yang digunakan untuk menghasilkan informasi mengenai konsekuensi yang mungkin dari serangkaian arah tindakan di masa depan dan nilai-nilai atau menfaat dari tindakan tersebut. Rekomendasi kebijakan adalah saran-saran kebijakan secara sederhana yang disiapkan untuk kelompok tertentu yang memiliki kewenangan untuk membuat keputusan, baik kabinet, DPR, badan penyelenggara atau lainnya. Rekomendasi memungkinkan analis menghasilkan informasi tentang kemungkinan serangkaian aksi dimasa mendatang untuk menghasilkan konsekuensi berharga bagi idnividu, kelompok atau masyarakat Rekomendasi kebijakan menjelaskan konsekuensi dimasa datang setelah dilakukannya berbagai alternatif tindakan Cara menyampaikan rekomendasi kebijakan Direct Rekomendasi kebijakan disampaikan dahulu kemudian bagian analisis yang meliputi latar belakang, faktor yang dipertimbangkan, analisis opsi dan informasi yang penting Indirect Disampaikan isu kebijakan, dilanjutkan dengan analisis konten yang berisi latar belakang, faktor yang dipertimbangkan, analisis opsi dan informasi penting. Analisis yang dilakukan terhadap isu dan permasalahan tersebutlah yang nantinya akan menghasilkan rekomendasi pada akhir dokumen