Anda di halaman 1dari 46

Yosias Sia’bi’

ANATOMI
SISTEM MUSKULOSKELETAL
&
SISTEM INTEGUMEN
ANATOMI

Anatomi = ilmu urai


Ilmu yg mempelajari suatu bangun atau suatu bentuk dengan mengurai-uraikannya ke
dalam bagian-bagiannya

Sikap anatomi
“mata memandang lurus ke depan, sejajar bidang Jerman (bidang yg melalui pinggir
bawah lekuk mata dan pinggir atas liang pendengaran luar), mendatar, kedua lengan
tergantung di samping badan dengan tapak tangan menghadap ke depan, badan tegak
dan kedua kaki berdampingan dengan jari-jari kaki mengarah ke depan.”
Istilah-istilah dalam Anatomi

Bidang
Median: bidang yg membagi badan dlm 2 belahan, kiri dan kanan
Sagital: bidang yg sejajar dgn bidang median
Paramedian: bidang sagital yang dekat pada bidang median
Frontal: bidang yg tegak lurus pd bidang median dan sejajar dengan sumbu panjang badan
Transversal: bidang melintang yang tegak lurus pada sumbu panjang badan
Arah
Transversal: arah kiri-kanan
Sagital: arah muka-belakang
Longitudinal: arah sumbu panjang
Letak
Anterior: letak lebih dekat ke bagian depan badan
Posterior: letak lebih dekat ke bagian belakang badan
Superior: letak lebih dekat ke atas (kepala)
Inferior: letak lebih dekat ke bawah (kaki)
Medial: letak lebih dekat ke bidang median
Lateral: letak lebih jauh dari bidang medial
Kranial: letak lebih dekat ke kepala
Kaudal: letak lebih dekat ke ekor
Ventral: letak lebih dekat ke perut
Dorsal: letak lebih dekat ke punggung
Rostral: lebih dekat ke pertengahan (regio oris & regio nasi); lebih dekat ke ujung depan
Radial: lebih dekat ke os radius; Ulnar: lebih dekat ke os ulna
Tibial: lebih dekat ke os tibia; Fibular: lebih dekat ke os fibula
Distal: lebih jauh dari batang badan; proksimal: lebih dekat dr batang badan

JARINGAN
Jaringan adalah; sekumpulan sel yang serupa bentuk , besar dan fungsinya serta terikat menjadi
satu.
MACAM-MACAM JARINGAN
• Jaringan epitel
• Jaringan otot
• Jaringan saraf
• Jaringan ikat/ konektif
JARINGAN EPITEL
Jaringan penutup yang menutupi permukaan tubuh bagian luar dan dalam yang berhubungan
dengan udara.
FUNGSI JARINGAN EPITEL
1. PROTEKSI, melindungi jaringan di bawahnya
2. ABSORPSI, menyerap zat-zat, mis. pd usus.
3. SEKRESI, mengeluarkan & menghasilkan zat-zat yg berguna bagi tubuh, mis. kelenjar
4. SENSASI, rangsang sensorik menembus sel epitel yg memiliki reseptor/ujung-ujung saraf
sensorik
5. EKSKRESI, mengeluarkan zat-zat yg sudah tdk berguna, mis. Epitel pd ginjal & kelenjar
keringat
6. FILTRASI, menyaring zat-zat, mis. Dinding kapiler darah & kapsula bowman pd ginjal
7. DIFUSI, memperantarai difusi gas, cairan, & zat gizi
8. PEMBERSIH, epitel bersilia membantu membersihkan partikel & benda asing yg masuk ke
saluran
KELENJAR
Kumpulan sel yg berfungsi sebagai organ sekretori atau ekskretori berupa hormon, enzim, metabolit, &
molekul lain
Macam-macam kelenjar:
1. Kelenjar eksokrin; memiliki saluran & mengalirkan produknya ke permukaan tubuh
2. Kelenjar endokrin: tdk memiliki saluran ke permukaan tubuh; produk yg dihasilkan menembus
membran sel ke interstisial & berdifusi ke kapiler
JARINGAN IKAT
• Fungsi utama: menyokong tubuh & mengikat atau menghubungkan bbrp macam jaringan yg berbeda.
•Fungsi lain:membentuk kerangka kerja mekanik untuk bergerak, mis.sistem rangka
Macam-macam jaringan ikat
1. Jaringan ikat longgar
- serat kolagen
- serat elastin
- serat retikular
2. Jaringan ikat fibrosa: sbgn bsr tersusun atas serat kolagen yg rapat
- ligamen & tendon
3. Jaringan ikat khusus
- jaringan adiposa  lemak
- tulang rawan/ kartilago  serat kolagen dl
- tulang  serat kolagen & mineral (kalsium fosfat)
- darah
SISTEM MUSKULOSKELETAL (OTOT-RANGKA)

Otot (muscle)
jaringan tubuh yg berfungsi mengubah energi kimia menjadi kerja mekanik sebagai respons
tubuh terhadap perubahan lingkungan
Rangka (skeletal)
bagian tubuh yg tdd tulang, sendi, dan tulang rawan (kartilago) sbg tempat menempelnya otot
dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi

Fungsi Sistem Rangka


1. Penyangga: berdirinya tubuh, tempat melekatnya ligamen-ligamen, otot, jaringan lunak & organ
2. Penyimpanan mineral (kalsium & fosfat) dan lipid (yellow marrow)
3. Produksi sel darah (red marrow)
4. Pelindung; membentuk rongga melindungi organ yang halus & lunak
5. Penggerak; dpt mengubah arah & kekuatan otot rangka saat bergerak; adanya persendian
TULANG
•Pembentuk jaringan:
-sel-sel tulang (sel osteoprogenitor, osteoblast, osteosit, dan osteoklas)
- Matriks
• Matriksnya mengandung unsur anorganik, terutama kalsium fosfat (hidroksiapatit)
•Scr makroskopik:
- spongiosa (kanselosa)
- kompak (padat)
• Permukaan luar tulang dilapisi selubung fibrosa (periosteum); lapis tipis jaringan ikat (endosteum)
melapisi rongga sumsum & meluas ke dlm kanalikuli tulang kompak

Struktur Mikroskopis Tulang


• Sistem Havers: saluran Havers (saraf, pembuluh darah, aliran limfe)
• Lamella (lempeng tulang yang tersusun konsentris).
• Lacuna (ruangan kecil yang terdapat di antara lempengan–lempengan yang mengandung sel
tulang).
• Kanalikuli (memancar di antara lacuna dan tempat difusi makanan sampai ke osteon).
Tulang menurut bentuknya
1. Ossa longa (tulang panjang): tulang yg ukuran panjangnya terbesar, cth: os humerus
2. Ossa brevia (tulang pendek): tulang yg ketiga ukurannya kira-kira sama besar, cth: ossa carpi
3. Ossa plana (tulang gepeng/pipih): tulang yg ukuran lebarnya terbesar, cth: os parietale
4. Ossa irregular (tulang tak beraturan), cth: os sphenoidale
5. Ossa pneumatica (tulang berongga udara), cth: os maxilla

SENDI
Persambungan/ artikulasio : pertemuan antara dua atau lebih dari tulang rangka.

3 Jenis Sendi Berdasarkan strukturnya


Fibrosa: hubungan antar sendi oleh jaringan fibrosa
Kartilago/tulang rawan: ruang antar sendinya berikatan dengan tulang rawan.
Sinovial/sinovial joint: ada ruang sendi dan ligament untuk mempertahankan persendian.
Sendi berdasarkan jenis persambungannya
Sinartrosis
Syndesmosis: jaringan penghubungnya mrp jaringan ikat
Synchondrosis: jaringan penghubungnya jaringan tulang rawan. Cth:antara epifisis & diafisis sebelum
penulangan selesai, antara kedua ossa pubica
Synostosis: jaringan penghubungnya jaringan tulang. Cth: antara epifisis & diafisis setelah penulangan
selesai, antara os ilium, os pubis, dan os ischium
Diartrosis
Pada diartrosis tdp bgn2 sbb:
1. Ujung-ujung tulang yg bersendi: kepala sendi (caput articulare)& lekuk sendi
cavitas glenoidalis)
2. Simpai sendi (capsula articularis): stratum fibrosum (bgn luar) & stratum synoviale (bgn dlm)
3. Rongga sendi (cavum articulare) berisi cairan synovial
4. Alat-alat khusus:
- tendon: membatasi gerak sendi & sbg penyokong mekanik
- kartilago & bantalan lemak (fat pads): discus & meniscus articulares sbg alat menerima
tumbukan, penyangga, & untuk mengurangi diskongruen
- kandung sega (bursae mucosae) untuk memudahkan gerakan sendi
- ligament (accessories, extracapsular, & intracapsular ligaments)
Sistem Integumen
• Mrpkn organ terbesar, tertipis, & sangat penting (vital, diverse, complex,
extensive)
• Mampu memperbaiki sendiri (self-repairing) & mekanisme pertahanan
tubuh pertama (pembatas antara lingkungan luar tubuh dg dalam tubuh)
• Pd orang dewasa: luas=1,6-1,9 m2; tebal= 0,05-0,3cm

Fungsi Sistem Integumen


• PELINDUNG; dr kekeringan, invasi mikroorganisme, sinar ultraviolet, & … mekanik, kimia, atau suhu
• PENERIMA SENSASI; sentuhan, tekanan, nyeri, & suhu
• PENGATUR SUHU; menurunkan kehilangan panas saat suhu dingin & meningkatkan kehilangan
panas saat suhu panas
• FUNGSI METABOLIK; menyimpan energi mll cadangan lemak; sintesis vitamin D
•EKSKRESI & ABSORPSI
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM
PERSYARAFAN
System syaraf dibagi menjadi dua sistem syaraf pusat yang terdiri dari otak dan medula spinalis
dan system syaraf perifer terdiri dari: saraf kranial dan syaraf spinal.
1.      Jaringan syaraf
a.       Neuron
Susunan saraf pusat manusia mengandung sekitar 100 miliar neuron. Neuron adalah suatu
sel saraf dan merupakan unit anatomis dan fungsional system persyarafan.
b. Transmisi sinap
Neuron menyalurkan sinyal – sinyal saraf ke seluruh tubuh. Kejadian listrik ini yang kita
kenal dengan impuls saraf. Impuls saraf bersifat listrik di sepanjang neuron dan bersifat kimia di
antara neuron.
2. Sistem Syaraf Pusat
a.       Otak
Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh
manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa.
b. Cerebrum
Menurut Arif Muttaqin, (2008, hlm. 9) Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar, kira-
kira 80% dari berat otak. Cerebrum mempunyai dua hemisfer yang dihubungkan oleh Korpus
Kallosum yaitu hemisfer substansia alba, yang menghubungkan bagian – bagian otak dengan
bagian yang lain dan substansia grisea yang terdapat diluar terbentuk dari badan – badan sel
saraf.  Keempat lobus serebrum yaitu lobus frontal, parietal, temporal dan oksipital.
c.  Batang Otak
Menurut Arif Muttaqin, (2008. Hlm 12-14) Batang otak terdiri dari otak tengah atau
Mesencephalon, pons dan medula oblongata, berfungsi pengaturan reflek untuk fungsi vital
tubuh.
d.   Cerebellum
Besarnya kira-kira ¼ dari cerebrum, antara cerebellum dan cerebrum dibatasai oleh
tentorium serebri. Fungsi utama cerebrum koordinasi aktivitas muskuler: kontrol tonus otot,
mempertahankan postur dan keseimbangan dan melakukan program akan gerakan – gerakan
pada keadaan sadar dan tidak sadar.
e. Hipotalamus
Berfungsi memproduksi Anti Diuretik Hormon, mengatur suhu tubuh, mengatur asupan
makanan, mengatur aktivitas organ, seperti jantung, pembuluh darah dan usus, merangsang
respons organ viseral selama dalam kondisi emosional, mengatur ritme tubuh seperti siklus tidur,
perubahan mood dan kesiagaan mental.
f. Thalamus
Terletak diatas hipotalamus dibawah serebrum, fungsi thalamus serkait dengan sensasi
pengindraan sehingga serebrum akan memahami secara keseluruhan. (Valeria C. Scanlon Tina
Sanders, 2006,)
g.  Sirkulasi serebral
Suzzane C. Smelzzer, dkk, (2001, hlm. 2078) menjelaskan Sirkulasi serebral. Sirkulasi serebral
menerima kira – kira 20% dari curah jantung atau 750 ml permenit.
Darah arteri yang disulai ke otak berasal dari dua arteri karotis internal dan dua arteri
vertebral dan meluas ke sistem percabangan. Karotis internal dibentuk dari percabangan dua
karotis dan memberikan sirkulasi darah otak bagian anterior.
h.  Medula Spinalis
Medula Spinalis  atau sum-sum tulang belakang  bermula pada medula oblongata. Fungsi
medula spinalis sebagai gerakan otot tubuh dan pusat refleks.
3.  Sistem Saraf Perifer
Sistem  Saraf Perifer terbagi atas Saraf  Spinal  dan Saraf Kranial
a.   Saraf Spinal
Terdiri atas 31 pasang Saraf Spinal yang terbagi atas :
1)      8 pasang Saraf Servikal
2)      12 pasang Saraf Torakal
3)      5 pasang Saraf lumbal
4)      5 pasang Saraf Sacral
5)      1 pasang  Saraf Coccigeal

b.   Saraf Kranial
Menurut Sylvia A. Price, dkk, (2006, hlm. 1034), bahwa ada 12 saraf kranial 
yang masing-masing terbagi berdasarkan fungsinya masing-masing,
ASUHAN KEPERAATAN GANGGUAN
INTEGUMEN
( COMBUTSIO )
Definisi
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti:
1. Api air panas
2. Listrik,
3. Bahan kimia
4. Radiasi.
5. Juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah ( frostbite )
Luka bakar ini dapat menyebabkan kematian atau akibat lain yang berkaitan dengan problem
fungsi maupun estetik.
Etiologi
Kontak dengan suhu tinggi seperti :
1. Api
2. Air panas
3. Listrik
4. Bahan kimia
5. Radiasi
Patofisiologi
Cedera dermis menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Sampai syok yang dapat
menimbulkan asidosis, nekrosis tubular akut dan disfungsi serebral. Kondisi- kondisi ini seperti ini
dapat dijumpai pada fase awal / akut / syok yang biasanya berlangsung sampai 72 jam pertama.
Kedalaman Luka Bakar
• Derajat 1
Luka bakar hanya terbatas pada lapisan epidermis.
Luka bakar derajat ini disertai dengan kemerahan yang biasanya akan sembuh tanpa jaringan parut
dalam wktu 5-7 hari.
• Derajat 2
Luka bakar derajat II mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada elemen epitel yang tersisa seperti sel
epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat dan folikel rambut. Dengan adanya sisa sel epitel yang
sehat ini luka dapat sembuh sendiri dalam 10-21 hari.
• Derajat 3
Luka bakar derajat 3 meliputi seluruh kedalaman kulit organ yang lebih dalam oleh karena tidak
ada lagi elemen epitel yang hidup maka untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan
cangkok kulit koagulasi protein yang terjadi memberikan gambaran luka bakar berwarna
keputihan, tidak ada bula dan tidak nyeri
Manifestasi Klinis
1. Keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit
2. Perubahan tonus / melemah
3. Pembentukan udema jaringan
4. Anoreksia
5. Nyeri
6. Kerusakan permukaan kulit
Klasifikasi Luka Bakar
1. Berat / kritis bila :
- Derajat 2 dengan luas 25 %
- Derajat 3 dengan luas 10 % atau terdapat dimuka kaki dan tangan
- Luka bakar disertai taruma jalan nafas atau jaringan lunak luar atau fraktur
- Luka bakar akibat listrik
2. Sedang bila :
- Derajar 2 dengan luas 15 – 25 %
- Derajat 3 dengan luas kurang dari 10 % kecuali muka kaki dan tangan
3. Ringan bila :
- Derajar 2 dengan luas kuang dari 15 %
- Derajat 3 dengan kurang dari 10 %
Luas Luka Bakar

Perhitungan luas luka bakar antara lain berdasarkan RULE OF NINE dari wallace yaitu :
1. Kepala dan leher : 9 %
2. Ekstremitas atas : 2 x 9 % ( kiri dan kanan )
3. Paha dan betis – kaki : 4 x 9 % ( kiri dan kanan )
4. Dada, perut, bokong, punggung : 4 x 9%
5. Peritonium dan genitalia : 1 %
Rumus tersebut tidak digunakan pada anak dan bayi karena luas relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan relatif
permukaan kaki lebih kecil. Oleh karena itu digunkan rumus 10 untuk bayi dan rumus 10 – 15 – 20 dari Lund dan Browder
untuk anak. Dasar presentasi yang digunakan dalam rumus rumus tersebut diatas adalah luas telapak tangan dianggap = 1
%

Komplikasi :
1. Gagal ginjal
2. Asidosis metabolik
3. Hiperkalemia
4. Hiponatremia
5. Hipokalsemia
6. Masalah paru
7. Infeksi
8. Ulkus curling
PENATALAKSANAAN
Prinsip penanganan luka bakar adalah penutpan lesi secepat mungkin, pencegahan infeksi,
mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital dan elemen didalamnya
dan pembatasan pembentukan jaringan parut.
Dua cara yang lasim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada penderita luka bakar
yaitu :
a. Cara evans untuk menghitung kebutuhan cairan pada pertama hitunglah :
• Bb( kg ) x % luka bakar x 1 cc NaCl (1)
• Bb( kg ) x % luka bakar x 1 cc larutan koloid (2)
• 2000 glukosa 5 % (3)
b. Cara baxter merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah kebutuhan cairan
pada hasil pertama dihitung dengan rumus:
= % luka bakar x BB (kg) x 4cc
Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari
pertama terutama dalam 8 jam pertama sisanya larutan RL karena terjadi hipotermia. Untuk hari
kedua diberikan setengah dari jumlah pemberian hasil pertama.
Diagnosa yang sering terjadi pada klien luka bakar :
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan luka bakar sirkomfesional yang
menyebabkan konstruksi
2. Hipotermia yang berhubungan dengan kerusakan jaringan epitel fluktuasi suhu udara
sekitarnya
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan peningkatan metabolic
untuk penyembuhan luka
4. Nyeri yang berhubungan dengan cedera luka bakar, pemajanan ujung saraf, pengobatan dan
ansietas
5. Risiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan kerusakan barier kulit, kerusakan respon
imun, terdapatnya kateter invasi ( kateter urine, kateter IV ),prosedur invasi F ( samping
darah uteri dan vena serta bronkoskopi )
6. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan edema, nyeri dan kontraksi sendi.
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Stroke Non Hemoragik
Pengertian
Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global), yang
berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab
selain daripada gangguan vascular.
Penyebab-penyebabnya antara lain:
1. Trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak).
2. Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain).
3. Iskemia (Penurunan aliran darah ke area otak).(Smeltzer C. Suzanne, 2002).
Faktor resiko pada stroke
4. Hipertensi
5. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif)
6. Kolesterol tinggi
7. Obesitas
8. Peningkatan hematokrit ( resiko infark serebral)
9. Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
10.Kontrasepasi oral( khususnya dengan disertai hipertensi, merkok, dan kadar estrogen tinggi)
11.Penyalahgunaan obat ( kokain)
12.Konsumsi alkohol (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131).
Manifestasi Klinis
Gejala – gejala CVA muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh
terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul bervariasi, bergantung bagian
otak yang terganggu.
Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark.
2. Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan atau obstruksi arteri.
3. Pungsi Lumbal
a. Menunjukan adanya tekanan normal.
b. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan.
4. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
5. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena.
6. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal.(DoengesE,
Marilynn,2000).
Penatalaksanaan
1. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral.
2. Anti koagulan: Mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi. (Smeltzer C. Suzanne,
2002, hal 2131).
Diagnosa Keperawatan
3. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputusnya aliran darah : penyakit oklusi,
perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral.
4. Kerusakan mobilitas fisik b.d keterlibatan neuromuskuler, kelemahan, parestesia, flaksid/
paralysis hipotonik, paralysis spastis. Kerusakan perceptual / kognitif.
5. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan adanya depresan pusat pernapasan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN GANGGUAN SISTEM
PENGINDERAAN
ANATOMI - FISIOLOGI SISTEM PENGLIHATAN
Mekanisme Fisiologi Proses Penglihatan
Berkas Cahaya

Kornea

Pupil

Lensa

Retina
( fotoreseptor -> sel batang / sel kerucut )

Hiperpolarisasi membran
( Potensial reseptor )

Pembentukan potensial aksi di syaraf optikus

Thalamus

Korteks Serebrum ( lobus oksipitalis )

Presepsi
Gangguan Sistem Penglihatan
1. Kelainan Kelopak Mata
Hordeulum/Bintit/Timbil

Definisi :
Peradangan akut bernanah pada kelenjar lemak kelopak mata, kelenjar keringat, kelenjar
folikel rambut.

Etiologi :
Stafilokokus

Bentuk :
2. Hordeulum Eksternum
Merupakan infeksi pada kelenjar Zeis & folikel rambut
3. Hordeulum Internum
Merupakan infeksi pada kelenjar Meibom
Manifestasi Klinis :
1. Kelopak bengkak & merah yang terdapat pada kelopak atas dan bawah
2. Kelopak sakit bila diraba, mulai dari daerah tepi kelopak
3. Penglihatan tidak terganggu
Biasanya disertai konjungtivitis
Penatalaksanaan Medis :
Antibiotika tetes mata atau salep
Antibiotik oral
Steroid
Insisi pada abses

2. Chalazion ( infeksi & non infeksi )

Definisi :
Merupakan benjolan pada kelopak mata yang merupakan peradangan
granulomatosa kronis kelenjar meibom, dimulai oleh adanya penyumbatan saluran
kelenjar oleh infeksi, jaringan parut & lain-lain

Etiologi :
Bintit atau hordeolum
Sebelumnya ada riwayat kelopak mata merah & bengkak
Manifestasi Klinik :
Benjolan pada kelopak atas maupun bawah
Keras
Tidak nyeri
Tidak merah
Penatalaksanaan Medis :
Non infeksi Tetes mata
Infeksi Eksisi, antibiotika & kortikosteroid

3. Blefaritis
Definisi :
Peradangan pada kelopak terutama pada tepi kelopak & pangkal bulu mata.
Etiologi :
Infeksi kuman staphlococcus pada tepi kelopak
Alergi
Radang pada saluran kelenjar Meibom
Hygiene yang kurang
Manifestasi Klinis :
Mata merah
Mata gatal
Rasa kelilipan
Mata berair
Keropeng di tepi kelopak
Bulu mata rontok
Penglihatan sering terganggu
Biasanya mengenai kedua mata
Penatalaksanaan Medis :
Antibiotika tetes mata atau salep
Antibiotik oral

4. Pitosis
Definisi :
Keadaan dimana kelopak mata atas terletak lebih rendah dari puncak iris pada
permukaan mata.
Etiologi :
Kerusakan syaraf Cranial (N.III ),trauma, pembedahan, tumor atau abnormalitas
kongenital.
Intervensi Kep :
Kompres air hangat 3-4x/hr selama 10-15 menit
Posisi tidur klien miring kearah sisi mata yang sakit sehingga secret tidak
menyebar ke mata yang sehat
Lakukan penekanan pada mata & tekan isi kelenjar meibom

5. Konjungtivitis
Definisi :
Inflamasi konjungtiva yang ditandai dgn pembengkakan & eksudat
Etiologi :
Konjungtivitis Bakterial -> Bakteri
Konjungtivitis Viral -> Virus
Konjungtivitis Alergi -> Alergen
Konjungtivitis Sika -> Kelenjar lakrimaris
Manifestasi Klinik :
Hiperemia, cairan, udema, gatal, rasa terbakar, terdapat kotoran pada mata &
seperti ada benda asing
Penatalaksanaan Medis :
Antibiotika sistemik atau topikal & antiinflamasi
6. Trachoma
Definisi :
Suatu konjungtivitis
Etiologi :
Infeksius
Manifestasi Klinik :
Iritasi & gatal ringan, folikel -> entropion serta trikiasis
Penatalaksanaan Medis :
Antibiotika sistemik atau topikal & antiinflamasi

7. Katarak
Definisi :
Opasitas pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya
Etiologi :
Senil, kogenital, kelainan sistemik & metabolik, traumatik
Manifestasi Klinik :
Visus menurun secara prograsif, penglihatan seperti berasap, pupil berwarna kekuningan, abu-abu atau putih
Penatalaksanaan Medis :
 Farmakoterapi ≠
 ICCE ( Intracapsular Cataract Extraction )
 ECCE ( Ekstracapsular Cataract Extraction )
 Fakoemulsifikasi
 Kaca mata apakia
 Lensa Kontak
 IOL ( Intra Oculer Lens Implant )
8. Retino Blastoma
Definisi :
Tumor malignan utama intraokuler pada retina yang ditemukan pada anak-anak
dengan bentuk endofitik atau eksofitik.

Etilogi :
Karena kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dalam pita kromosom
13q14, bisa karena mutasi atau diturunkan

Manifestasi Klinik :
Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain di mata:
Bila sel-sel tumor terlepas & masuk ke segmen anterior mata, akan menyebabkan
glaukoma.
Bila tumor teletak pada makula dapat telihat gejal awal stabismus
Tumor dapat bermetastasis melalui N.Optikus ke otak, ke sumsum tulang melalui
pembuluh darah, dsb

Penatalaksanaan Medis :
Tergantung letak,besar & tebal. Bila tumor masih terletak intraokuler dapat
dilakukan Kemoterapi or radioteraphi/ fotokoagulasi laser tapi bila tumor
intraokuler yang sudah mencapai seluruh vitreus & visus nol, dilakukan enukleasi.
9. Diabetic Retinopathy
Definisi :
Komplikasi diabetes yang disebabkan oleh kerusakan atau penyumbatan pembuluh
darah yang memberi nutrisi retina sebagai kontrol glukosa darah yang tidak
adekuat.

Etiologi :
Komplikasi Diabetes Mielitus (DM)

Manifestasi Klinik :
Bila terdapat pengumpulan cairan pada makula -> penglihatan kabur sentral
Pendarahan vitreus -> penglihatan kabur/berkabut dengan awitan mendadak

Penatalaksanaan Medis :
Fotokoagulasi laser -> gelombang laser u/ menutup kebocoran pembuluh darah
Virektomi -> u/ mengangkat vitreus yang penuh darah
Pemberian Salep Mata
Indikasi :
Setiap inflamasi kelopak mata,konjungtiva & kornea
Alat/bahan :
 Salep
 Hand Scund
 Kapas lembab
Pelaksanaan :
 Mencuci tangan
 Perawat berdiri di depan klien
 Menggunakan Hand Scund
 Klien berbaring terlentang atau duduk dengan kepala sedikit dicondongkan kebelakang
 Membersihkan mata dari kantus dalam ke luar dengan kapas lembab
 Mintalah klien memandang ke atas
 Tarik ke bawah kelopak mata agar sedikit membalik
 Tanpa menyentuh mata dengan tabung salep, oleskan salep sepanjang konjungtiva dari medialis ke
lateral, berikan hanya 1/3 tengah kelopak mata bawah
 Pijat dengan ringan kelopak mata untuk meratakan obat, atau minta klien untuk mengerlingkan mata
 Bereskan alat & cuci tangan
 Dokumentasi
Catatan :
selama pemberian salep mata tidak boleh ada satu bagian dari alat
salep mata yang menyentuh pada kelopak mata dan mata.
GANGGUAN SISTEM PERSEPSI
SENSORI OTITIS
GANGGUAN TELINGA TENGAH
 Perforasi membran telinga
 Otitis Media akut
 Otitis Media serosa
 Otitis Media Kronik
PERFORASI MEMBRAN TIMPANI
ETIOLOGI
1. TRAUMA
2. INFEKSI
TRAUMA
Fraktur tulang tengkorak
Cedera ledakan
cedera benda asing: peniti, kapas lidi
kunci.
INFEKSI
Selama infeksi, membran timpani dapat ruptur akibat tekanan dalam telinga
tengah lebih tinggi dibanding dlm kanalis auditorius eksternus
PENATALAKSANAAN
Kebanyakan perforasi membran timpani dapat sembuh spontan dalam beberapa
minggu setelah ruptur.
Selama proses penyembuhan telinga harus dilindungi dari air

OTITIS MEDIA AKUT


Otitis media akut ad. Infeksi akut telinga tengah.
Penyebab utama : masuknya mikroorganisme kedalam ke dlm telinga tengah yg
normalnya steril
Paling sering terjadi oleh disfungsi tuba eustachii sep. obstruksi yg disebabkan
infeksi saluran pernafasan
Bakteri umum ditemukan ad. Streptococcus pneumoniae, Hemophylus influenza,
moraxella chatarrhalis.
Manisfetasi klinis :
 Terdapat otalgia (nyeri akan hilan jika terjadi perforasi spontan atau setelah
dilakukan miringotomi.
Keluar cairan dari telinga
Demam
kehilangan pendegaran
Tinitus
Pada otoskopis kanalis auditorius tampak normal, jika aurikula ditarik tidak
terdapat nyeri.
Penatalaksanaan
Keberhasilan penatalaksanaan OMA tergantung pada efektifitas terapi (dosis
antibiotik dan durasinya), virulensi bakteri dan status fisik pasien.
Kondisi bisa berkembang menjadi subakut( berlangsung 3 minggu s/d 3 bulan)
dgn pengeluaran cairan purulen dari telinga
Jarang sekali terjadi kehilangan pendengaran yg permanen.
OTITIS MEDIA KRONIK
 OMK adalah kondisi yg berhub. Dengan patologi jaringan dan biasanya
disebabkan karena episode berulang otitis media akut.
 Sering dihubungkan dengan perforasi membran timpani menetap.
 Dapat jg menyebabkan kerusakan osikulus dan hampir selalu melibatkan
mastoid.
Manifestasi klinis
 Gejala dpat minimal dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran
 Otorea intermitten persisten yang berbau busuk
 Biasanya tidak ada nyeri kecuali ada mastoiditis akut
Penatalaksanaan :
Penanganan lokal berupa membersihkan telinga dengan hati2 menggunakan
mikroskop dan alat pengisap telinga.
Pemberian tetes antibiotik atai bubuk antibiotik dapat membantu bila ada cairan
purulen.

Anda mungkin juga menyukai