Anda di halaman 1dari 56

SISTEM

AKUNTABILITAS KINERJA
INSTANSI PEMERINTAH
MATERI

• PENGANTAR
I

• DASAR HUKUM
II
• PENGERTIAN KINERJA
III
• PENGEMBANGAN SAKIP
IV
• PERJANJIAN KINERJA
V
• INDIKATOR KINERJA
VI
MATERI

• PENGUKURAN KINERJA
VII
• PENGELOLAAN DATA KINERJA
VIII
• LAPORAN KINERJA
IX
• EVALUASI KINERJA
X
I. PENGANTAR

 Krisis keuangan yang menerjang wilayah Asia, yang kemudian menyapu


hampir seluruh Asia Timur pada pertengahan Juli 1997, telah menimbulkan
kepanikan.
 Krisis berawal dari penurunan nilai mata uang Thailand, Baht, yang kemudian
secara cepat memunculkan kepanikan ekonomi dan menyebar ke berbagai
negara lainnya.
 Negara-negara yang terkena dampak terparah adalah Thailand, Indonesia, dan
Korea Selatan. Krisis ini juga mengguncang Hongkong, Laos, Malaysia dan
Filipina namun tidak separah tiga negara tersebut.
 Negara-negara lain, seperti Brunei, SIngapura, Cina, Taiwan dan Vietnam
merupakan negara yang dapat bertahan dari terpaan krisis sehingga
dampaknya bagi perekonomian negara tersebut dapat dikatakan tidak terlalu
besar.
I. PENGANTAR

 Indonesia sebagai negara yang mengalami dampak terparah dari krisis


keuangan tersebut pada akhirnya di tahun 1998 harus mengalami pergantian
kepemimpinan Nasional dari Presiden Soeharta ke B.J Habibie.
 Presdien B.J Habibie memulai perubahan pengelolaan pemerintahan dengan
mulai mendorong penerapan manajemen kinerja di pemerintahan dengan
menetapkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah.
 Untuk mendukung penerapan Inpres Nomor 7 tahun 1999 diterbitkan
Keputusan Kepala LAN Nomor 589/IX/6/Y/99 tentang Pedoman
Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah, yang kemudian
diperbaiki dengan Keputusan Kepala LAN Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang
Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah
II. DASAR HUKUM

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan


Negara

Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan


Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional
II. DASAR HUKUM

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja


Pemerintah

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan


Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah

Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara


Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Rencana Kerja


Kementerian Negara/Lembaga
II. DASAR HUKUM

Peraturan Presiden tentang Rencana Kerja Pemerintah (seperti :


Perpres No.79 Tahun 2017 Tentang RKP Tahun 2018)

Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Sistem


Akuntanbilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi


Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas
Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
II. DASAR HUKUM : UU NOMOR 17 TAHUN 2003

 Pasal 9 huruf g UU Nomor 17 tahun 2003 menyebutkan bahwa menteri /


Pimpinan Lembaga mempunyai tugas menyusun dan menyampaikan laporan
keuangan kementerian negara /lembaga yang dipimpinnya.

 Dalam bagian penjelasan UU diuraikan bahwa penyusunan dan penyajian LKKL


adalah dalam rangka akuntabilitas dan keterbukaan dalam pengelolaan keuangan
negara, termasuk prestasi kerja yang dicapai atas penggunaan anggaran.
II. DASAR HUKUM : UU NOMOR 1 TAHUN 2004 DAN
PP NOMOR 8 TAHUN 2006
 Pasal 55 ayat (5) UU Nomor 1 tahun 2004 menyatakan :
 Ketentuan lebih lanjut mengenai laporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah diatur
dengan peraturan pemerintah

 Berdasarkan Pasal 55 ayat (5) UU Nomor 1 tahun 2004 tersebut, Pemerintah


kemudian menyusun dan menetapkan :
 Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah

 Dalam Pasal 2 PP Nomor 8 tahun 2006 ditetapkan bahwa :


 Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD, setiap Entitas Pelaporan
wajib menyusun dan menyajikan:
a. Laporan Keuangan; dan
b. Laporan Kinerja.
II. DASAR HUKUM : UU NOMOR 1 TAHUN 2004 DAN
PP NOMOR 8 TAHUN 2006
 Dalam Pasal 20 ayat (3) PP Nomor 8 tahun 2006 ditetapkan bahwa :
 Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam Peraturan Presiden.

 Berdasarkan pada Pasal 20 ayat (3) PP Nomor 8 tahun 2006 tersebut maka
Presdin menetapkan :
 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntanbilitas Kinerja
Instansi Pemerintah
 Perpres Nomor 29 Tahun 2014 ini merupakan pedoman pembangunan dan pengelolaan
Sistem Akuntanbilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang ditujukan untuk dapat
menghasilkan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
II. DASAR HUKUM : PP NOMOR 20 TAHUN 2004

 Sebagai wujud upaya peningkatan kinerja pemerintah maka laporan yang


disajikan oleh setiap instansi pemerintah, baik berupa Laporan Keuangan (LK)
maupun Laporan Kinerja (LAKIP), perlu dilakukan evaluasi.

 Dalam Pasal 9 ayat (5) PP Nomor 20 tahun 2004 diatur bahwa :


 Laporan kinerja menjadi masukan dan bahan pertimbangan bagi analisis dan evaluasi
usulan anggaran tahun berikutnya yang diajukan oleh kementerian negara/lembaga yang
bersangkutan.

 Agar evaluasi dapat dilaksanakan dengan baik maka ditetapkan :


 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah.
II. DASAR HUKUM : PERPRES NOMOR 29 TAHUN 2014

 Pengertian dari SAKIP tertuang dalam Pasal 1 ayat (1) Perpres Nomor 29
Tahun 2014 sbb :
 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) adalah rangkaian
sistematik dari berbagai aktivitas, alat dan prosedur yang dirancang untuk tujuan
penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran
dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka
pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah.
 Aturan penyelenggaraan SAKIP dimulai dari Pasal 2 Perpres Nomor 29 Tahun
2014, yang menyatakan :
 Penyelenggaraan SAKIP dilaksanakan untuk menyusun Laporan Kinerja sesuai
dengan ketentuan peraturan yang perundang-undangan.
 Penyelenggaraan SAKIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara
selaras dan sesuai dengan penyelenggaraan Sistem Akuntansi Pemerintahan dan tata
cara pengendalian serta evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan.
II. DASAR HUKUM : PERPRES NOMOR 29 TAHUN 2014

 Pasal 3 Perpres Nomor 29 Tahun 2014, yang menyatakan :


1) Penyelanggaraan SAKIP pada Kementerian Negara / Lembaga dilaksanakan oleh entitas
akuntabilitas kinerja secara berjenjang dengan tingkatan sebagai berikut :
a. Entitas akuntabilitas kinerja satuan kerja;
b. Entitas akuntabilitas kinerja unit organisasi; dan
c. Entitas akuntabilitas kinerja kementerian negara / Lembaga.
2) Kementerian negara / Lembaga yang memiliki instansi vertikal di daerah menetapkan
entitas selaku koordinator penyusunan laporan kinerja satuan kerja di wilayah yang
bersangkutan.

 Pasal 4 Perpres Nomor 29 Tahun 2014, yang menyatakan :


 Penyelenggaraan SAKIP pada SKPD dilaksanakan oleh Entitas Akuntabilitas
Kinerja SKPD.
III. PENGERTIAN KINERJA

PRESTASI KERJA
=
KINERJA

Keluaran/hasil dari kegiatan/program yang telah atau hendak dicapai


sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas
terukur

Ref : Pasal 1 ayat (2) PP Nomor 8 tahun 2004 j.o Pasal 1 ayat (2) Perpres Nomor 29 tahun 2014
III. PENGERTIAN KINERJA

 Keluaran (output) adalah


 barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk
mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan.

 Hasil (outcome) adalah


 segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan-
kegiatan dalam satu program.

Ref : Pasal 1 ayat (3) dan ayat (4) Perpres Nomor 29 tahun 2014
III. PENGERTIAN KINERJA

 Kegiatan adalah
 Bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa satuan kerja pada
kementerian negara / lembaga atau unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari
pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan
pengerahan sumberdaya baik yang berupa personil (SDM), barang modal termasuk
peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis
sumberdaya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output)
dalam bentuk barang/jasa.
 Program adalah :
 Penjabaran kebijakan kementerian negara / Lembaga atau SKPD dalam bentuk upaya
yang berisi satu atau beberapa kegiatan dengan menggunakan sumberdaya yang
disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi K/L/SKPD.

Ref : Pasal 1 ayat (3) dan ayat (4) Perpres Nomor 29 tahun 2014
III. PENGERTIAN KINERJA
IV. PENGEMBANGAN SAKIP

 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) adalah


 rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang
untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian,
pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka
pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi Pemerintah.

Ref : Pasal 1 ayat (1) Perpres Nomor 29 tahun 2014


IV. PENGEMBANGAN SAKIP

1 Rencana Strategis

2 Perjanjian Kinerja

3 Pengukuran Kinerja
Penyelanggaraan
SAKIP Meliputi 4 Pengelolaan Data Kinerja

5 Pelaporan Kinerja

6 Reviu dan Evaluasi Kinerja


Ref : Pasal 5 Perpres Nomor 29 tahun 2014
IV. PENGEMBANGAN SAKIP
IV. PENGEMBANGAN SAKIP
IV. PENGEMBANGAN SAKIP
V. PERJANJIAN KINERJA

 Perjanjian Kinerja adalah


 lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih
tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan
program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja

Ref : Pasal 5 Perpres Nomor 29 tahun 2014


V. PERJANJIAN KINERJA
V. PERJANJIAN KINERJA

 Ketentuan lebih lanjut mengenai perjanjian kinerja diatur dalam :


 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
V. PERJANJIAN KINERJA
VI. INDIKATOR KINERJA

1 Indikator Kinerja

2 Indikator Kinerja Program


Indikator dalam
Pengukuran Kinerja
3 Indikator Kinerja Kegiatan

4 Indikator Kinerja Utama


VI. INDIKATOR KINERJA

 Indikator kinerja adalah


 ukuran keberhasilan yang akan dicapai dari kinerja program dan kegiatan yang
direncanakan.
 Indikator kinerja program
 adalah ukuran atas hasil (outcome) dari suatu program yang merupakan pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi suatu kementerian negara / lembaga dan pemerintah daerah
yang dilaksanakan oleh satuan kerja / SKPD.
 Indikator Kinerja kegiatan adalah
 ukuran atas keluaran (output) dari suatu kegiatan yang terkait secara logis dengan
indikator kinerja program.
 Indikator kinerj utama (IKU) adalah
 ukuran keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan merupakan ikhtisar hasil
berbagai program dan kegiatan sebagai penjabaran tugas dan fungsi organisasi.
Ref : Pasal 1 ayat (7) s.d ayat (10) Perpres Nomor 29 tahun 2014
VI. INDIKATOR KINERJA

1 Spesifik (spesific)

2 Dapat diukur (measurable)

Kriteria 3 Dapat Dicapai (attainable)


Indikator Kinerja

4 Berjangka Waktu Tertentu (time bound)

5 Dapat Dipantau dan Dikumpulkan (trackable)

Ref : Pasal 9 ayat (3) Perpres Nomor 29 tahun 2014


VII. PENGUKURAN KINERJA

 Setiap entitas akuntabilitas kinerja melakukan pengukuran kinerja dengan


menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam lembar / dokumen
perjanjian kinerja.

 Pengukuran kinerja dilakukan dengan cara :


 Membandingkan realisasi kinerja dengan sasaran (target) kinerja yang
dicantumkan dalam lembar / dokumen Perjanjian Kinerja dalam rangka
pelaksanaan APBN / APBD tahun berjalan.
 membangdingkan realisasi kinerja program sampai dengan tahun berjalan
dengan sasaran (target) kinerja 5 (lima) tahunan yang direncanakan dalam
Rencana Strategis Kementerian Negara / Lembaga / Rencana Strategis SKPD.

Ref : Pasal 15 dan Pasal 16 Perpres Nomor 29 tahun 2014


VIII. PENGELOLAAN DATA KINERJA

1 Penetapan data dasar (baseline)

Penyediaan instrumen perolehan data


2 berupa pencatatan dan registrasi
Pengelolaan
Data Kinerja meliputi
3 Penatausahaan dan penyimpanan data

4 Pengkompilasian dan perangkuman

Ref : Pasal 17 ayat (4) Perpres Nomor 29 tahun 2014


IX. LAPORAN KINERJA
IX. LAPORAN KINERJA

 Laporan Kinerja adalah


 Ikhtisar yang menjelaskan secara ringkas dan lengkap tentang capaian kinerja
yang disusun berdasarkan rencana kerja yang ditetapkan dalam rangka
pelaksanaan APBN / APBD.

Ref : Pasal 1 ayat (11) Perpres Nomor 29 tahun 2014


IX. LAPORAN KINERJA

● LAPORAN KINERJA
INTERIM (TRIWULANAN)

● LAPORAN KINERJA
TAHUNAN

Ref : Pasal 18 s.d Pasal 20 Perpres Nomor 29 tahun 2014


IX. LAPORAN KINERJA

 Laporan kinerja tahunan berisi ringkasan tentang keluaran dari kegiatan dan
hasil yang dicapai dari program sebagaimana ditetapkan dalam dokumen
pelaksanaan APBN/APBD, yang setidaknya menyajikan informasi tentang :
a. pencapaian tujuan dan sasaran kementerian negara / lembaga / SKPD;
b. realisasi pencapaian target kinerja kementerian negara / lembaga / SKPD;
c. penjelasan yang memadai atas pencapaian kinerja; dan
d. pembandingan capaian kinerja kegiatan dan program sampai dengan tahun
berjalan dengan target kinerja 5 (lima) tahunan yang direncanakan dalam
rencana strategis kementerian negara / lembaga / rencana strategis SKPD.

Ref : Pasal 24 Perpres Nomor 29 tahun 2014


IX. LAPORAN KINERJA : PELAPORAN TRIWULANAN
IX. LAPORAN KINERJA : PELAPORAN TAHUNAN
IX. LAPORAN KINERJA : PELAPORAN TAHUNAN
IX. LAPORAN KINERJA : TINGKAT SATKER
IX. LAPORAN KINERJA : TINGKAT SATKER
Kementerian Negara/Lembaga :
Unit Organisasi :
Satuan Kerja :
Fungsi :
Sub Fungsi :
Program :
Lokasi Hasil Program:
:
Belanja Keluaran
Kode Kegiatan Ket
Anggaran Realisasi Rencana Realisasi Satuan

xxxxx Kegiatan A
Indikator Kinerja 1
Indikator Kinerja 2

47
IX. LAPORAN KINERJA : TINGKAT UNIT ORGANISASI
IX. LAPORAN KINERJA : TINGKAT K/L
. EVALUASI SAKIP
IX.
 Pasal 1
 Pedoman Umum Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP), digunakan sebagai acuan untuk melakukan evaluasi atas implementasi
SAKIP di Instansi Pemerintah dan/atau unit kerja/Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di
lingkungan Instansi Pemerintah.

 Pasal 3
 Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kementerian PAN
RB) melaksanakan evaluasi atas implementasi SAKIP Kementerian/Lembaga/Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/ Kota.
 Inspektorat pemerintah provinsi membantu melakukan evaluasi atas implementasi SAKIP
pemerintah kabupaten/kota dengan supervisi dari tim bersama yang terdiri dari Kementerian
PAN RB dan Kementerian Dalam Negeri.
 Dalam melaksanakan evaluasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), Kementerian
PAN RB dapat dibantu oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

Ref : PerMenPANRB Nomor 12 tahun 2015


. EVALUASI SAKIP
IX.
 Pasal 5
 Setiap pimpinan instansi pemerintah melakukan evaluasi atas implementasi SAKIP di
lingkungannya setiap tahun.
 Hasil evaluasi digunakan untuk memperbaiki manajemen kinerja dan peningkatan
akuntabilitas kinerja khususnya kinerja pelayanan publik di instansinya secara berkelanjutan.
 Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh aparat pengawasan internal masing-masing.

Ref : PerMenPANRB Nomor 12 tahun 2015


. EVALUASI SAKIP
IX.
 Penguatan akuntabilitas kinerja merupakan salah satu program yang
dilaksanakan dalam rangka reformasi birokrasi untuk mewujudkan :
 Pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN,
 Peningkatan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat, dan
 Peningkatan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.

 Evaluasi atas implementasi SAKIP adalah aktivitas analisis yang sistematis,


pemberian nilai, atribut, apresiasi, dan pengenalan permasalahan, serta
pemberian solusi atas masalah yang ditemukan untuk tujuan peningkatan
akuntabilitas dan kinerja instansi/unit kerja pemerintah.

 Tahapan evaluasi SAKIP :


 Perencanaan evaluasi
 Pelaksanaan Evaluasi
 Pelaporan Hasil Evaluasi
.
TUJUAN EVALUASI SAKIP
 Tujuan evaluasi atas implementasi SAKIP dapat ditentukan setiap tahun sesuai
dengan kebijakan evaluasi yang ditetapkan. Tujuan dan Sasaran evaluasi
sangat tergantung pada para pihak pengguna hasil evaluasi dan kebijakan
pimpinan instansi/unit kerja yang diberi wewenang untuk melakukan evaluasi,
dengan mempertimbangkan berbagai kendala yang ada.

 Secara umum, tujuan evaluasi atas implementasi SAKIP adalah untuk:


 Memperoleh informasi tentang implementasi SAKIP.
 Menilai tingkat implementasi SAKIP.
 Memberikan saran perbaikan untuk peningkatan implementasi SAKIP.
 Memonitor tindak lanjut rekomendasi hasil evaluasi periode sebelumnya.
.
RUANG LINGKUP EVALUASI SAKIP
 Ruang lingkup evaluasi atas implementasi SAKIP meliputi kegiatan evaluasi
terhadap perencanaan kinerja dan perjanjian kinerja termasuk penerapan
anggaran berbasis kinerja, pelaksanaan program dan kegiatan, pengukuran
kinerja, pelaporan kinerja, evaluasi internal serta pencapaian kinerja. Informasi
kinerja yang dipertanggungjawabkan dalam laporan kinerja bukanlah satu-
satunya yang digunakan dalam menentukan nilai dalam evaluasi, akan tetapi
juga termasuk berbagai hal (knowledge) yang dapat dihimpun guna mengukur
keberhasilan ataupun keunggulan instansi.

 Dalam penerapannya, lingkup evaluasi atas implementasi SAKIP mencakup:


 Penilaian terhadap perencanaan strategis, termasuk di dalamnya perjanjian kinerja, dan
sistem pengukuran kinerja;
 Penilaian terhadap penyajian dan pengungkapan informasi kinerja;
 Evaluasi terhadap program dan kegiatan; dan
 Evaluasi terhadap kebijakan instansi/unit kerja yang bersangkutan.
.
BENTUK PERENCANAAN EVALUASI
 Evaluasi Sederhana (desk evaluation)
 yaitu evaluasi yang dilakukan di kantor tanpa menguji kebenaran dan pembuktian di lapangan,
reviu, dan telaahan atas SAKIP (reviu dokumen Renstra dan Laporan Kinerja). Evaluasi ini
dapat meliputi evaluasi atas pengungkapan dan penyajian informasi dalam Laporan Kinerja,
misalnya: keselarasan antar komponen dalam perencanaan strategis, logika program, dan
logika strategi pemecahan masalah yang direncanakan/diusulkan.
 Evaluasi terbatas
 misalnya untuk mengetahui kemajuan dalam implementasi SAKIP atau untuk mengevaluasi
akuntabilitas kinerja instansi/unit kerja yang terbatas pada penelitian, pengujian, dan penilaian
atas kinerja program tertentu. Evaluasi ini menggunakan langkah-langkah evaluasi sederhana
ditambah berbagai konfirmasi dan penelitian, pengujian, dan penelitian terbatas pada
program/kegiatan tertentu.
 Evaluasi Mendalam (in-depth evaluation atau disebut evaluasi saja)
 sama seperti evaluasi pada butir a. dan b. ditambah pengujian dan pembuktian di lapangan
tentang beberapa hal yang dilaporkan dalam Laporan Kinerja. Walaupun evaluasi ini tidak
dilakukan terhadap seluruh elemen, unit, atau kebijakan, program, dan kegiatan instansi/unit
kerja, namun dari uji petik (sampling) atau pemilihan beberapa elemen yang dilaporkan dalam
Laporan Kinerja dapat dilakukan pengujian dan pembuktian secara lebih mendalam.
TAHAPAN PELAKSANAAN EVALUASI
 Pengumpulan, analisis, dan interpretasi data
 Kegiatan utama dalam pelaksanaan evaluasi adalah pengumpulan dan analisis data serta
menginterpretasikan hasilnya. Hal ini sesuai dengan tujuan evaluasi atas implementasi
SAKIP, yaitu untuk memberikan keyakinan bahwa evaluasi yang dilakukan oleh instansi/unit
kerja telah memadai dan memberikan saran atau rekomendasi guna peningkatan
akuntabilitas kinerja.

 Penyusunan draft Laporan Hasil Evaluasi (LHE)


 Penyusunan draft LHE biasanya dilakukan oleh ketua tim evaluasi. Sebelum menyusun draft
LHE evaluator, pengendali teknis, pegendali mutu, dan penanggung jawab evaluasi telah
menyetujui permasalahan yang diperoleh tim.

 Pembahasan dan reviu draft LHE


 Meskipun sebelum penyusunan draft LHE telah diadakan pertemuan antara pihak yang
terlibat dalam tim evaluasi dengan pihak yang dievaluasi, dalam penerapannya sering terjadi
pembahasan draft LHE secara bersama.
TAHAPAN PELAKSANAAN EVALUASI
 Finalisasi LHE
 Finalisasi LHE merupakan tahap akhir dalam penulisan laporan. Hal ini dilakukan setelah
adanya reviu dari pihak-pihak yang berwenang terhadap draft LHE yang telah disusun
sebelumnya.

 Penyebaran dan Pengomunikasian LHE


 Penyebaran LHE sebaiknya dilakukan secara langsung dengan mengomunikasikan hal-hal
yang penting dan mendesak. Untuk mendapatkan respon atau tindakan dari para pengambil
keputusan pada instansi/unit kerja yang dievaluasi.
. OMPONEN PENILAIAN
K

NO KOMPONEN BOBOT SUB KOMPONEN

1 Perencanaan Kinerja 30% a. Rencana Strategis (10%), meliputi:


Pemenuhan Renstra (2%), Kualitas
Renstra (5%) dan Implementasi Renstra
(3%)
b. Perencanaan Kinerja Tahunan (20%),
meliputi Pemenuhan RKT (4%), Kualitas
RKT (10%) dan Implementasi RKT (6%).
2 Pengukuran Kinerja 25% a. Pemenuhan pengukuran (5%)
b. Kualitas Pengukuran (12,5%)
c. Implementasi pengukuran (7,5%)
3 Pelaporan Kinerja 15% a. Pemenuhan pelaporan (3%)
b. Kualitas pelaporan (7,5%)
c. Pemanfaatan pelaporan (4,5%)
. OMPONEN PENILAIAN
K

NO KOMPONEN BOBOT SUB KOMPONEN

4 Evaluasi Internal 10% a. Pemenuhan evaluasi (2%)


b. Kualitas evaluasi (5%)
c. Pemanfaatan hasil evaluasi (3%)
5 Capaian Kinerja 20% a. Kinerja yang dilaporkan (output) (5%)
b. Kinerja yang dilaporkan (outcome) (10%)
c. Kinerja tahun berjalan (benchmark) (5%)
Total 100%
. ATEGORI HASIL PENILAIAN
K

NO KATEGORI NILAI ANGKA INTERPRETASI

1 AA > 90 - 100 Sangat Memuaskan,

2 A > 80 - 90 Memuaskan, Memimpin perubahan, berkinerja tinggi,


dan sangat akuntabel.
3 BB > 70 – 80 Sangat Baik, Akuntabel, berkinerja baik, memiliki sistem
manajemen kinerja yang andal.
4 B > 60 – 70 Baik, Akuntabilitas kinerjanya sudah baik, memiliki
sistem yang dapat digunakan untuk manajemen kinerja,
dan perlu sedikit perbaikan.
5 CC > 50 - 60 Cukup (Memadai), Akuntabilitas kinerjanya cukup baik,
taat kebijakan, memiliki sistem yang dapat digunakan
untuk memproduksi informasi kinerja untuk pertanggung
jawaban, perlu banyak perbaikan tidak mendasar.
. ATEGORI HASIL PENILAIAN
K

NO KATEGORI NILAI ANGKA INTERPRETASI

6 C > 30 - 50 Kurang, Sistem dan tatanan kurang dapat diandalkan,


memiliki sistem untuk manajemen kinerja tapi perlu
banyak perbaikan minor dan perbaikan yang mendasar.

7 D 0 - 30 Sangat Kurang, Sistem dan tatanan tidak dapat


diandalkan untuk penerapan manajemen kinerja; Perlu
banyak perbaikan, sebagian perubahan yang sangat
mendasar.
PA T H

P erformance
A ccountability
TERIMAKASIH
T ransparency
H onesty

Anda mungkin juga menyukai