Anda di halaman 1dari 85

REVIU

LAPORAN KINERJA
INSTANSI PEMERINTAH

Disampaikan oleh:
Agus Suharyono, Ak, M.Ak., CA

Bandung, 9 Maret 2023


PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN
APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI
NOMOR 36 TAHUN 2020
TENTANG
JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS
PENYELENGGARAAN URUSAN
PEMERINTAHAN DAERAH
TUGAS JABATAN

Tugas Jabatan Fungsional Pengawas


Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
Daerah yaitu melaksanakan kegiatan
pengawasan atas penyelenggaraan
urusan pemerintahan konkuren yang
meliputi reviu, monitoring, evaluasi,
dan pemeriksaan
Unsur kegiatan tugas Jabatan Fungsional Pengawas
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah yang
dapat dinilai Angka Kreditnya, terdiri dari:
a. Pelaksanaan manajemen pengawasan;
b. Pengawasan umum penyelenggaraan pemerintahan daerah;
c. Pengawasan capaian standar pelayanan minimal;
d. Pengawasan terhadap ketaatan atas norma, standar,
prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh pemerintah;
e. Pengawasan terhadap dampak pelaksanaan urusan
pemerintahan konkuren oleh pemerintahan daerah;
f. Pengawasan penyelenggaraan pemerintahan desa;
g. Pemeriksaan khusus; dan
h. Pengawasan wajib dilakukan oleh aparat pengawas intern
pemerintah.
PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 13 TAHUN 2019

TENTANG
LAPORAN DAN EVALUASI
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
DAERAH
DEFINISI
1. LPPD adalah laporan yang disampaikan oleh Pemerintah Daerah
kepada Pemerintah Pusat yang memuat capaian kinerja
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pelaksanaan tugas
pembantuan selama satu tahun anggaran;
2. Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EPPD) adalah
evaluasi yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
kabupaten/Kota dalam rangka penilaian kinerja penyelenggaraan
pemerintahan daerah;
3. Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah hasil
kerja dari suatu keluaran yang dapat diukur dalam
penyelenggaraan urusan pemerintahan sesuai dengan tanggung
jawab kewenangan dalam waktu yang telah ditentukan
1. LPPD memuat satu kesatuan hasil pengukuran kinerja pemerintahan
daerah yang terdiri atas:
a. Capaian Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
1) Capaian Kinerja Makro
2) Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
Daerah;
3) Capaian Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah
b. Capaian kinerja pelaksanaan tugas pembantuan
2. Capaian Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah merupakan
pertanggungjawaban Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan
program dan kegiatan untuk mencapai visi dan misi Pemerintah
Daerah secara terukur dengan sasaran dan target kinerja yang telah
ditetapkan melalui sistem pertanggungjawaban yang disusun secara
periodik.
3. Capaian Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah dihasilkan dari
sistem manajemen kinerja sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai sistem akuntabilitas kinerja pemerintah daerah
DASAR HUKUM
1. UU 17 TAHUN 2003 TENTANG KEUANGAN NEGARA
2. UU 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA
3. PP 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN DAN
KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
4. PERPRES 29 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS
KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
5. PERMENPAN 53 TAHUN 2014 TENTANG PERJANJIAN KINERJA,
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH, DAN REVIU
LAPORAN KINERJA
6. PERMENPAN 88 TAHUN 2021 TENTANG EVALUASI
AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
7. SE PERMENPAN RB NOMOR 5 TAHUN 2021 TENTANG
PELAPORAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH
UU 17 TAHUN 2003 TTG KEUANGAN NEGARA
Pasal 31
1) Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan
yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6
(enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
2) Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi APBD,
Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri
dengan laporan keuangan perusahaan daerah.
Penjelasan Pasal 31 ayat (1) dan (2)
3) Pemeriksaan laporan keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan diselesaikan
selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah menerima laporan keuangan dari
Pemerintah Daerah.
4) Laporan Realisasi Anggaran selain menyajikan realisasi pendapatan dan belanja,
juga menjelaskan prestasi kerja satuan kerja perangkat daerah.
UU 1/2004 TTG PERBENDAHARAAN NEGARA
Bagian Keempat
Laporan Keuangan
Pasal 55
1) Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
untuk disampaikan kepada Presiden dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN.
2) Dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1):
a) Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang menyusun
dan menyampaikan laporan keuangan yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan dilampiri laporan keuangan Badan Layanan
Umum pada kementerian negara/lembaga masing-masing.
b) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada huruf a disampaikan kepada Menteri
Keuangan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
c) Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara menyusun Laporan Arus Kas
Pemerintah Pusat;
d) Menteri Keuangan selaku wakil Pemerintah Pusat dalam kepemilikan kekayaan negara
yang dipisahkan menyusun ikhtisar laporan keuangan perusahaan negara.
Lanjutan..............
3) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan Presiden
kepada Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun
anggaran berakhir.
4) Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
memberikan pernyataan bahwa pengelolaan APBN telah diselenggarakan
berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan akuntansi keuangan
telah diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai laporan keuangan dan kinerja instansi
pemerintah diatur dengan peraturan pemerintah.
PP 8/2006 TENTANGPELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

1. Laporan Keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban


pengelolaan keuangan negara/daerah selama suatu
periode.
2. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program
yang hendak atau telah dicapai sehubungan dengan
penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas
terukur.
3. Laporan Kinerja adalah ikhtisar yang menjelaskan
secara ringkas dan lengkap tentang capaian Kinerja yang
disusun berdasarkan rencana kerja yang ditetapkan
dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD.
(Pasal 1 angka 1,2, dan 3 PP 8/2006)
Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi

1. Sistem Akuntansi Pemerintahan adalah rangkaian sistematik dari


prosedur, penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk
mewujudkan fungsi akuntansi sejak analisis transaksi sampai
dengan pelaporan keuangan di lingkungan organisasi pemerintah.
2. Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu
atau lebih entitas akuntansi yang berkewajiban menyampaikan
laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.
3. Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan Pengguna Anggaran
yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan menyusun
laporan keuangan untuk digabungkan pada Entitas Pelaporan.
4. (Pasal 1 angka 10, 11, dan 12 PP 8/2006)
PELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA

Pasal 2
Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD, setiap Entitas
Pelaporan wajib menyusun dan menyajikan:
a. Laporan Keuangan; dan
b. Laporan Kinerja.
Pasal 3
1) Entitas Pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 terdiri dari:
a) Pemerintah pusat;
b) Pemerintah daerah;
c) Kementerian Negara/Lembaga; dan
d) Bendahara Umum Negara.
2) Entitas Pelaporan Kementerian Negara/Lembaga sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan selaku
Bendahara Umum Negara.
PELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA

Pasal 17
1) Laporan Kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, berisi ringkasan
tentang keluaran dari masing-masing kegiatan dan hasil yang dicapai dari
masing-masing program sebagaimana ditetapkan dalam dokumen
pelaksanaan APBN/APBD.
2) Bentuk dan isi Laporan Kinerja disesuaikan dengan bantuk dan isi rencana
kerja dan anggaran sebagaimana ditetapkan dalam peraturan pemerintah
terkait, ilustrasi format Laporan Kinerja disajikan pada Lampiran III.
Penjelasan Pasal 17 Ayat (1)
• Tata cara tentang penyusunan kegiatan dan indikator Kinerja
dimaksud didasarkan pada ketentuan peraturan pemerintah
tentang rencana kerja pemerintah dan peraturan pemerintah
tentang penyusunan rencana kerja dan anggaran
Kementerian Negara/Lembaga.
• Informasi tentang Realisasi Kinerja disajikan secara
bersanding dengan Kinerja yang direncanakan dan
dianggarkan sebagaimana tercantum dalam Rencana Kerja
dan Anggaran Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
Daerah/Pemerintah Pusat/Daerah untuk tahun anggaran
yang bersangkutan.
Pasal 19
1) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku Pengguna Anggaran
menyusun Laporan Kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
dan menyampaikannya kepada gubernur/bupati/walikota, dan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.
2) Laporan Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Pasal 20
3) Laporan Kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dihasilkan
dari suatu sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang
diselenggarakan oleh masing-masing Entitas Pelaporan dan/atau
Entitas Akuntansi.
4) Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikembangkan secara terintegrasi dengan
sistem perencanaan, sistem penganggaran, sistem perbendaharaan,
dan Sistem Akuntansi Pemerintahan
Pasal 20 ....
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dalam Peraturan Presiden.
4) Peraturan Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diusulkan oleh Menteri Keuangan setelah berkoordinasi dengan
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, dan Menteri Dalam
Negeri.
5) Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) setidak-tidaknya mencakup
perkembangan keluaran dari masing-masing kegiatan dan hasil
yang dicapai dari masing-masing program sebagaimana
ditetapkan dalam dokumen pelaksanaan APBN/APBD.
6) Hubungan Laporan Kinerja dan Laporan Keuangan digambarkan
pada diagram yang tercantum pada Lampiran IV.
LAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INTERIM

1) Kepala satuan kerja sebagai kuasa Pengguna Anggaran di lingkungan


Kementerian Negara/Lembaga menyampaikan Laporan Keuangan dan Kinerja
interim sekurang-kurangnya setiap triwulan kepada Menteri/Pimpinan
Lembaga.
2) Menteri/Pimpinan Lembaga menyusun Laporan Keuangan dan Kinerja
interim Kementerian Negara/Lembaga berdasarkan Laporan Keuangan dan
Kinerja interim kuasa Pengguna Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan menyampaikannya kepada Menteri Keuangan, Menteri Perencanaan,
dan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.
3) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagai Pengguna Anggaran/kuasa
Pengguna Anggaran menyampaikan Laporan Keuangan dan Kinerja interim
sekurang-kurangnya setiap triwulan kepada gubernur/bupati/walikota,
dilampiri dengan Laporan Keuangan dan Kinerja interim atas pelaksanaan
kegiatan Dana Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, isi, dan tata cara
penyampaian Laporan Keuangan dan Kinerja interim di
lingkungan pemerintah pusat diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan, dan di lingkungan pemerintah daerah
diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri.
Penjelasan PP 8/2006
Selain itu, menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, pada rancangan
undang-undang atau peraturan daerah tentang Laporan Keuangan pemerintah
pusat/daerah disertakan atau dilampirkan informasi tambahan mengenai Kinerja
instansi pemerintah, yakni prestasi yang berhasil dicapai oleh Pengguna Anggaran
sehubungan dengan anggaran yang telah digunakan. Pengungkapan informasi
tentang Kinerja ini adalah relevan dengan perubahan paradigma penganggaran
pemerintah yang ditetapkan dengan mengidentifikasikan secara jelas keluaran
(outputs) dari setiap kegiatan dan hasil (outcomes) dari setiap program. Untuk
keperluan tersebut, perlu disusun suatu sistem akuntabilitas Kinerja instansi
pemerintah yang terintegrasi dengan sistem perencanaan strategis, sistem
penganggaran, dan Sistem Akuntansi Pemerintahan. Ketentuan yang dicakup
dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah tersebut sekaligus
dimaksudkan untuk menggantikan ketentuan yang termuat dalam Instruksi
Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,
sehingga dapat dihasilkan suatu Laporan Keuangan dan Kinerja yang terpadu.
PERATURAN PRESIDEN TENTANG SISTEM
AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI
PEMERINTAH.
(PERPRES 29 TAHUN 2014)
1. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang selanjutnya
disingkat SAKIP, adalah rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas,
alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan
pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran,
dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka
pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah.
2. Laporan Kinerja adalah ikhtisar yang menjelaskan secara ringkas dan
lengkap tentang capaian Kinerja yang disusun berdasarkan rencana
kerja yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBN/APBD).
• Akuntabilitas Kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah
untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/ kegagalan pelaksanaan
Program dan Kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan
dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target
Kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah yang
disusun secara periodik.
• Entitas Akuntabilitas Kinerja SKPD adalah unit instansi pemerintah daerah
selaku pengguna/kuasa pengguna anggaran yang melakukan pencatatan,
pengolahan, dan pelaporan data Kinerja.
PENYELENGGARAAN SAKIP
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 2
1. Penyelenggaraan SAKIP dilaksanakan untuk penyusunan Laporan Kinerja
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Penyelenggaraan SAKIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan secara selaras dan sesuai dengan penyelenggaraan Sistem
Akuntansi Pemerintahan dan tata cara pengendalian serta evaluasi
pelaksanaan rencana pembangunan.
Pasal 4
1) Penyelenggaraan SAKIP pada SKPD dilaksanakan oleh
Entitas Akuntabilitas Kinerja SKPD.
Pasal 5
2) Penyelenggaraan SAKIP meliputi:
a) rencana strategis;
b) Perjanjian Kinerja;
c) pengukuran Kinerja;
d) pengelolaan data Kinerja;
e) pelaporan Kinerja; dan
f) reviu dan evaluasi Kinerja.
Perjanjian Kinerja

• Pasal 8
• Setiap entitas Akuntabilitas Kinerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4 menyusun
Rencana Kerja dan Anggaran yang ditetapkan dalam
dokumen pelaksanaan anggaran.
• Dokumen pelaksanaan anggaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar penyusunan
Perjanjian Kinerja.
Pasal 9
1. Setiap entitas Akuntabilitas Kinerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 dan Pasal 4 menyusun lembar/dokumen
Perjanjian Kinerja dengan memperhatikan dokumen
pelaksanaan anggaran.
2. Perjanjian Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun
dengan mencantumkan Indikator Kinerja dan target Kinerja.
3. Indikator Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. spesifik (specific);
b. dapat terukur (measurable);
c. dapat dicapai (attainable)
d. berjangka waktu tertentu (time bound); dan
e. dapat dipantau dan dikumpulkan (trackable).
PERJANJIAN KINERJA
Pasal 11

1) Untuk mewujudkan Perjanjian Kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), setiap
SKPD menyusun lembar/dokumen Perjanjian Kinerja dengan menggunakan Indikator Kinerja
Program dan/atau Indikator Kinerja Kegiatan dan/atau Indikator Kinerja Utama SKPD.
2) Lembar/dokumen Perjanjian Kinerja tingkat SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disepakati oleh Gubernur/Bupati/Walikota dan pimpinan SKPD.
Pasal 12
3) Pemerintah provinsi/kabupaten/kota mengikhtisarkan Perjanjian Kinerja tingkat SKPD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dalam bentuk lembar/dokumen Perjanjian
Kinerja tingkat pemerintah provinsi/ kabupaten/kota.
4) Lembar/dokumen Perjanjian Kinerja tingkat pemerintah provinsi/ kabupaten/kota disampaikan
kepada Presiden melalui Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Pasal 13
• Pimpinan masing -masing Entitas Akuntabilitas Kinerja pada Kementerian Negara/Lembaga dan
SKPD bertanggung jawab atas pelaksanaan dan pencapaian Kinerja sesuai dengan
lembar/dokumen Perjanjian Kinerja dan anggaran yang telah dialokasikan untuk masing-masing
Entitas Akuntabilitas Kinerja Kementerian Negara/Lembaga dan SKPD.
PENGUKURAN KINERJA

Pasal 15
1) Setiap entitas Akuntabilitas Kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4
melakukan pengukuran kinerja.
2) Pengukuran Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan
Indikator Kinerja yang telah ditetapkan dalam lembar/dokumen Perjanjian Kinerja.

Pasal 16
3) Pengukuran Kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dilakukan dengan cara:
4) membandingkan realisasi Kinerja dengan Sasaran (target) Kinerja yang dicantumkan dalam
lembar/dokumen Perjanjian Kinerja dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD tahun berjalan;
5) membandingkan realisasi Kinerja Program sampai dengan tahun berjalan dengan Sasaran
(target) Kinerja 5 (lima) tahunan yang
6) direncanakan dalam Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga/Rencana Strategis
SKPD.
PENGELOLAAN DATA KINERJA

Pasal 17
1) Setiap entitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4
melakukan pengelolaan data Kinerja.
2) Pengelolaan data Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan cara mencatat, mengolah, dan melaporkan data Kinerja.
3) Pengelolaan data Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempertimbangkan kebutuhan informasi pada setiap tingkatan
organisasi, kebutuhan manajerial, data/laporan keuangan yang dihasilkan
dari sistem akuntansi, dan statistik pemerintah.
4) Pengelolaan data Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup:
a) penetapan data dasar (baseline data);
b) penyediaan instrumen perolehan data berupa pencatatan dan
registrasi;
c) penatausahaan dan penyimpanan data; dan
d) pengkompilasian dan perangkuman.
PELAPORAN KINERJA

Pasal 18
1) Setiap entitas Akuntabilitas Kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal
4, menyusun dan menyajikan Laporan Kinerja atas prestasi kerja yang dicapai
berdasarkan Penggunaan Anggaran yang telah dialokasikan.
2) Laporan Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Laporan Kinerja
interim dan Laporan Kinerja tahunan.

Pasal 19
3) Laporan Kinerja interim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) adalah
Laporan Kinerja triwulanan.
4) Laporan Kinerja triwulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
bersamaan dengan laporan keuangan triwulanan.
5) Bentuk, isi, dan tata cara penyampaian Laporan Kinerja triwulanan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 21
• Laporan Kinerja tahunan SKPD disampaikan oleh Kepala SKPD kepada
Gubernur/Bupati/Walikota, paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun
anggaran berakhir.
Pasal 22
• Berdasarkan Laporan Kinerja tahunan SKPD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21, Bupati/Walikota menyusun Laporan Kinerja tahunan pemerintah
kabupaten/kota dan menyampaikannya kepada Gubernur, Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi, dan Menteri Dalam Negeri paling lambat 3 (tiga) bulan
setelah tahun anggaran berakhir.
Pasal 23
• Berdasarkan Laporan Kinerja tahunan SKPD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21, Gubernur menyusun Laporan Kinerja tahunan pemerintah provinsi
dan menyampaikannya kepada Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Menteri Dalam
Negeri paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Pasal 24
1. Laporan Kinerja tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, Pasal
21, Pasal 22, dan Pasal 23 berisi ringkasan tentang Keluaran dari
Kegiatan dan Hasil yang dicapai dari Program sebagaimana ditetapkan
dalam dokumen pelaksanaan APBN/APBD.
2. Ringkasan tentang Keluaran dari Kegiatan dan Hasil yang dicapai dari
Program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
menyajikan informasi tentang:
a. pencapaian tujuan dan Sasaran Kementerian
Negara/Lembaga/SKPD;
b. realisasi pencapaian target Kinerja Kementerian
Negara/Lembaga/SKPD;
c. penjelasan yang memadai atas pencapaian Kinerja; dan
d. pembandingan capaian Kinerja Kegiatan dan Program sampai
dengan tahun berjalan dengan target Kinerja 5 (lima) tahunan yang
direncanakan dalam Rencana Strategis Kementerian
Negara/Lembaga/Rencana Strategis SKPD.
REVIU DAN EVALUASI

Pasal 28
• Aparat Pengawasan Intern Pemerintah pada Kementerian
Negara/Lembaga/ pemerintah daerah melakukan reviu atas Laporan
Kinerja dalam rangka meyakinkan keandalan informasi yang disajikan
sebelum disampaikan oleh Menteri/Pimpinan
Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (3), Pasal 21, Pasal 22, dan Pasal 23.
• Hasil reviu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam
pernyataan telah direviu dan ditandatangani oleh Aparat Pengawasan
Internal Pemerintah.
Pasal 29
1) Aparat Pengawasan Internal Pemerintah melakukan evaluasi atas implementasi
SAKIP dan/atau evaluasi Kinerja pada Kementerian Negara/Lembaga/ pemerintah
daerah sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kewenangannya.
2) Laporan evaluasi atas implementasi SAKIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan oleh Aparat Pengawasan Interna Pemerintah kepada Menteri/ Pimpinan
Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota.
3) Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan laporan
evaluasi atas implementasi SAKIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
4) Laporan evaluasi Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh
Aparat Pengawasan Internal Pemerintah kepada Menteri/Pimpinan Lembaga/
Gubernur/Bupati/Walikota.
5) Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
mengkoordinasikan penyelenggaraan evaluasi atas implementasi SAKIP pada
Kementerian Negara/Lembaga/pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2).
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR
NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 53 TAHUN 2014
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PERJANJIAN KINERJA, PELAPORAN
KINERJA DAN TATA CARA REVIU ATAS LAPORAN
KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
Petunjuk Teknis Penyusunan Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja, dan Reviu atas Laporan Kinerja
dipergunakan sebagai pedoman bagi setiap
instansi pemerintah dalam menyusun Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu
atas Laporan Kinerja
PERJANJIAN KINERJA
PENGERTIAN
1. Perjanjian kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari
pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah
untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja.
2. Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan
kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur
tertentu berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta sumber daya yang
tersedia.
3. Kinerja yang disepakati tidak dibatasi pada kinerja yang dihasilkan atas kegiatan
tahun bersangkutan, tetapi termasuk kinerja (outcome) yang seharusnya
terwujud akibat kegiatan tahun-tahun sebelumnya. Dengan demikian target
kinerja yang diperjanjikan juga mencakup outcome yang dihasilkan dari
kegiatan tahun-tahun sebelumnya, sehingga terwujud kesinambungan kinerja
setiap tahunnya.
TUJUAN PENYUSUNAN PERJANJIAN
KINERJA

1. Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima dan pemberi amanah


untuk meningkatkan integritas, akuntabilitas, transparansi, dan kinerja
Aparatur;
2. Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur
3. Sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi dan sebagai dasar pemberian penghargaan dan sanksi
4. Sebagai dasar bagi pemberi amanah untuk melakukan monitoring, evaluasi
dan supervisi atas perkembangan/kemajuan kinerja penerima amanah;
5. Sebagai dasar dalam penetapan sasaran kinerja pegawai.
PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA

Pihak yang menyusun Perjanjian kinerja


1. Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
Pimpinan Tertinggi (Gubernur/Bupati/Walikota) Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota menyusun Perjanjian kinerja tingkat Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota ditandatangani oleh Gubernur/Bupati/Walikota.
2. Pimpinan Satuan Kinerja Pemerintah Daerah (SKPD)
Perjanjian kinerja ditingkat SKPD dan unit kerja mandiri Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota disusun oleh Pimpinan SKPD kemudian ditandatangani
oleh Gubernur/Bupati/ Walikota dan Pimpinan SKPD/unit kerja
Selain yang diatur di atas, Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/ Bupati/Walikota
dapat memperluas praktek penyusunan perjanjian kinerja sesuai kebijakan internal.
1. Waktu penyusunan perjanjian kinerja
Perjanjian kinerja harus disusun setelah suatu instansi pemerintah telah menerima
dokumen pelaksanaan anggaran, paling lambat satu bulan setelah dokumen anggaran
disahkan.
2. Penggunaan Sasaran dan Indikator
Perjanjian Kinerja menyajikan Indikator Kinerja Utama yang menggambarkan hasil-hasil
yang utama dan kondisi yang seharusnya, tanpa mengesampingkan indikator lain yang
relevan.
a. Untuk tingkat K/L/Pemda sasaran yang digunakan menggambarkan dampak dan
outcome yang dihasilkan serta menggunakan Indikator Kinerja Utama K/L/Pemda dan
indikator kinerja lain yang relevan.
b. Untuk tingkat Eselon I sasaran yang digunakan menggambarkan dampak pada
bidangnya dan outcome yang dihasilkan serta menggunakan Indikator Kinerja Utama
Eselon I dan indikator kinerja lain yang relevan;
c. Untuk tingkat Eselon II sasaran yang digunakan menggambarkan outcome dan output
pada bidangnya serta menggunakan Indikator Kinerja Utama Eselon II dan indikator
kinerja lain yang relevan.
FORMAT PERJANJIAN KINERJA

Secara umum format Perjanjian Kinerja (PK) terdiri atas 2 (dua) bagian,
yaitu Pernyataan Perjanjian Kinerja dan Lampiran Perjanjian Kinerja.
Selain itu harus juga diperhatikan muatan yang disajikan dalam perjanjian
kinerja tersebut.
1. Pernyataan Perjanjian Kinerja
Pernyataan Perjanjian Kinerja ini paling tidak terdiri atas:
a. Pernyataan untuk mewujudkan suatu kinerja pada suatu tahun
tertentu;
b. Tanda tangan pihak yang berjanji/para pihak yang bersepakat.
2.Lampiran Perjanjian Kinerja
Lampiran Perjanjian Kinerja merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dalam dokumen perjanjian kinerja. Informasi yang disajikan dalam
lampiran perjanjian kinerja disesuaikan dengan tingkatnya
REVISI DAN PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA

Perjanjian Kinerja dapat direvisi atau disesuaikan


dalam hal terjadi kondisi sebagai berikut:
1. Terjadi pergantian atau mutasi pejabat;
2. Perubahan dalam strategi yang mempengaruhi
pencapaian tujuan dan sasaran (perubahan
program, kegiatan dan alokasi anggaran);
3. Perubahan prioritas atau asumsi yang berakibat
secara signifikan dalam proses pencapaian tujuan
dan sasaran.
PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TINGKAT
KEMENTERIAN/LEMBAGA/PEMERINTAH
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
-Logo Lembaga-

PERJANJIAN KINERJA TAHUN ..........................

Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif,


transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan
di bawah ini:

Nama :

Jabatan :

berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran


perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti
yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan.

Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja tersebut menjadi


tanggung jawab kami.

........................., .......................

Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota

.........................................................................................
PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TINGKAT UNIT KERJA/SKPD/SATUAN KERJA

-Logo Lembaga-

PERJANJIAN KINERJA TAHUN ..........................

Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan


dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di
bawah ini:

Nama :

Jabatan :

selanjutnya disebut pihak pertama

Nama :

Jabatan :

selaku atasan pihak pertama, selanjutnya disebut pihak kedua

Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai
lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah
seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan. Keberhasilan dan
kegagalan pencapaian target kinerja tersebut menjadi tanggung jawab kami.

Pihak kedua akan melakukan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan
evaluasi terhadap capaian kinerja dari perjanjian ini dan mengambil tindakan
yang diperlukan dalam rangka pemberian penghargaan dan sanksi.

......................,................

Pihak Kedua, Pihak Pertama,


CONTOH FORMULIR LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA
UNIT KERJA

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 20XX


UNIT KERJA

Sasaran Program/
No. In d ik a to r K in e rja Target
Kegiatan

(1) (2 ) (3) (4)

Kegiatan Anggaran
1........................... Rp ...............................
2........................... Rp ...............................

..........................., ..................20XX

Atasan Pimpinan Unit Kerja Pimpinan Unit Kerja


CONTOH FORMULIR LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA
KEMENTERIAN/LEMBAGA/PROVINSI/KABUPATEN/KOTA

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 20XX


KEMENTERIAN/LEMBAGA/PROVINSI/KABUPATEN/KOTA

No. Sasaran Strategis In d i k a t o r K i n e r ja T a rg e t

(1) (2) (3) (4)

Program Anggaran
1 . ... .. ... ... .. ... ... .. ... .. Rp ...............................
2 . ... .. ... ... .. ... ... .. ... .. Rp ...............................

..................., .............20XX

Menteri/Kepala/Gubernur/Bupati/Walikota
................................................................

( )
LAPORAN KINERJA
PENGERTIAN PELAPORAN
KINERJA
Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari
pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan
kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan
anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam
penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran kinerja
dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara
memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja.
TUJUAN PELAPORAN KINERJA
1. Memberikan informasi kinerja yang terukur kepada
pemberi mandat atas kinerja yang telah dan
seharusnya dicapai,
2. Sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi
instansi pemerintah untuk meningkatkan
kinerjanya.
FORMAT LAPORAN KINERJA

Pada dasarnya laporan kinerja disusun oleh setiap


tingkatan organisasi yang menyusun perjanjian
kinerja dan menyajikan informasi tentang:
1. Uraian singkat organisasi;
2. Rencana dan target kinerja yang ditetapkan;
3. Pengukuran kinerja;
4. Evaluasi dan analisis kinerja untuk setiap sasaran strategis atau
hasil program/kegiatan dan kondisi terakhir yang seharusnya
terwujud. Analisis ini juga mencakup atas efisiensi penggunaan
sumber daya.
PENYAMPAIAN LAPORAN KINERJA K/L

• Pimpinan Satuan Kerja menyusun dan menyampaikan Laporan Kinerja kepada Pimpinan
Unit Kerja. Pimpinan unit kerja menyusun laporan kinerja tahunan tingkat unit kerja
berdasarkan perjanjian kinerja yang disepakati dan menyampaikannya kepada
Menteri/Pimpinan Lembaga;
• Menteri/Pimpinan Lembaga menyusun Laporan Kinerja tahunan tingkat
Kementerian/Lembaga berdasarkan perjanjian kinerja yang ditandatangani dan
menyampaikan kepada Menteri Keuangan, Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun
anggaran berakhir.
• Menteri/Pimpinan Lembaga dapat menetapkan suatu petunjuk pelaksanaan internal
mekanisme penyampaian perjanjian kinerja dan pelaporan kinerja.
PENYAMPAIAN LAPORAN KINERJA
KEPALA SKPD
Kepala SKPD menyusun laporan kinerja tahunan berdasarkan perjanjian
kinerja yang disepakati dan menyampaikannya kepada
Gubernur/Bupati/Walikota, paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun
anggaran berakhir.
Bupati/Walikota menyusun Laporan Kinerja tahunan pemerintah
Kabupaten/Kota berdasarkan perjanjian kinerja yang ditandatangani dan
menyampaikannya kepada Gubernur, Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Menteri
Dalam Negeri paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
PENYAMPAIAN LAPORAN KINERJA
KEPALA DAERAH

• Gubernur/Bupati/Walikota menyusun laporan kinerja tahunan berdasarkan


perjanjian kinerja yang ditandatangani dan menyampaikannya kepada
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi, dan Menteri Dalam Negeri paling lambat 3 (tiga) bulan
setelah tahun anggaran berakhir.
• Gubernur/Bupati/Walikota dapat menetapkan suatu petunjuk pelaksanaan
internal mekanisme penyampaian perjanjian kinerja dan pelaporan kinerja.
PENGUKURAN KINERJA

• Salah satu fondasi utama dalam menerapkan manajemen kinerja adalah


pengukuran kinerja dalam rangka menjamin adanya peningkatan dalam
pelayanan publik dan meningkatkan akuntabilitas dengan melakukan
klarifikasi output dan outcome yang akan dan seharusnya dicapai untuk
memudahkan terwujudnya organisasi yang akuntabel.
• Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara kinerja yang
(seharusnya) terjadi dengan kinerja yang diharapkan. Pengukuran kinerja ini
dilakukan secara berkala (triwulan) dan tahunan. Pengukuran dan
pembandingan kinerja dalam laporan kinerja harus cukup menggambarkan
posisi kinerja instansi pemerintah.
INDIKATOR KINERJA

Indikator kinerja adalah ukuran keberhasilan yang


menggambarkan tewujudnya kinerja, tercapainya
hasil program dan hasil kegiatan. Indikator kinerja
instansi pemerintah harus selaras antar tingkatan
unit organisasi. Indikator kinerja yang digunakan
harus memenuhi kriteria spesifik, dapat diukur, dapat
dicapai, relevan, dan sesuai dengan kurun waktu
tertentu.
INDIKATOR KINERJA UTAMA

1. Indikator Kinerja Utama (IKU) merupakan ukuran keberhasilan yang


menggambarkan kinerja utama instansi pemerintah sesuai dengan tugas fungsi
serta mandat (core business) yang diemban.
2. IKU dipilih dari seperangkat indikator kinerja yang berhasil diidentifikasi dengan
memperhatikan proses bisnis organisasi dan kriteria indikator kinerja yang baik.
IKU perlu ditetapkan oleh pimpinan Kementerian/Lembaga/ Pemerintah Daerah
sebagai dasar penilaian untuk setiap tingkatan organisasi. Indikator Kinerja pada
tingkat Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya adalah
indikator hasil (outcome) sesuai dengan kewenangan, tugas dan fungsinya
masing-masing.
3. Indikator kinerja pada unit kerja (setingkat Eselon I) adalah indikator hasil
(outcome) dan atau keluaran (output) yang setingkat lebih tinggi dari keluaran
(output) unit kerja dibawahnya. Indikator kinerja pada unit kerja (setingkat
Eselon II) sekurang-kurangnya adalah indikator keluaran (output).
PENGUMPULAN DATA KINERJA

Sebagai salah satu bentuk transparansi dan akuntabilitas serta


untuk memudahkan pengelolaan kinerja, maka data kinerja
harus dikumpulkan dan dirangkum. Pengumpulan dan
perangkuman harus memperhatikan indikator kinerja yang
digunakan, frekuensi pengumpulan data, penanggungjawab,
mekanisme perhitungan dan media yang digunakan.
CONTOH FORMAT LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
• Bab I Pendahuluan
Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic
issued) yang sedang dihadapi organisasi.
• Bab II Perencanaan Kinerja
Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan.
• Bab III Akuntabilitas Kinerja
A. Capaian Kinerja Organisasi
Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis Organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi.
Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja sebagai berikut:
1. Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini;
2. Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir;
3. Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi;
4. Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional (jika ada);
5. Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta alternative solusi yang telah dilakukan;
6. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya;
7. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja).
B. Realisasi Anggaran
Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian
Kinerja.

• Bab IV Penutup
Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk
meningkatkan kinerjanya
• Lampiran
1. Perjanjian Kinerja
2. Lain-lain yang dianggap perlu
PEDOMAN TATA CARA
REVIU ATAS LAPORAN
KINERJA
PENGERTIAN REVIU ATAS
LAPORAN KINERJA

Reviu adalah penelaahan atas laporan kinerja untuk


memastikan bahwa laporan kinerja telah menyajikan
informasi kinerja yang andal, akurat dan berkualitas.
TUJUAN REVIU ATAS LAPORAN KINERJA
1) Tujuan reviu atas laporan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah adalah:
a) Membantu penyelenggaraan sistem akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah.
b) Memberikan keyakinan terbatas mengenai akurasi,
keandalan, dan keabsahan data/informasi kinerja Instansi
Pemerintah sehingga dapat menghasilkan Laporan Kinerja
yang berkualitas.
2) Untuk mencapai hal tersebut diatas, maka apabila pereviu
menemukan kelemahan dalam penyelenggaraan manajemen
kinerja dan kesalahan penyajian data/informasi dan penyajian
laporan kinerja, maka unit pengelola kinerja harus segera
melakukan perbaikan atau koreksi atas kelemahan/kesalahan
tersebut secara berjenjang.
PELAKSANA REVIU LAPORAN KINERJA
Pihak yang melaksanakan reviu
• Laporan kinerja harus direviu oleh auditor Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah atau tim yang dibentuk untuk itu.

Waktu pelaksanaan reviu


• Tahapan reviu laporan kinerja merupakan bagian tidak
terpisahkan dari tahapan pelaporan kinerja. Reviu dilaksanakan
secara paralel dengan pelaksanaan manajemen kinerja dan
penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Reviu harus
sudah selesai sebelum ditandatangani pimpinan dan sebelum
disampaikan kepada Menteri PAN dan RB.
RUANG LINGKUP PELAKSANAAN REVIU

1. Metode pengumpulan data/informas


Hal ini dilakukan terkait untuk menguji keandalan dan akurasi data/informasi kinerja
yang disajikan dalam Laporan Kinerja
2. Penelaahan penyelenggaraan SAKIP secara ringkas
Hal ini dilakukan untuk menilai keselarasan antara perencanaan strategis di tingkat
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah dengan perencanaan strategis unit
dibawahnya, terutama dalam hal keselarasan sasaran, indikator kinerja, program dan
kegiatannya
3. Penyusunan kertas kerja reviu
Kertas kerja reviu, setidaknya mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Hasil pengujian atas keandalan dan akurasi data atau informasi kinerja dalam
laporan kinerja
b. Telaahan atas aktivitas penyelenggaraan SAKIP;
c. Hal yang direviu dan langkah-langkah reviu yang dilaksanakan
d. Hasil pelaksanaan langkah-langkah reviu dan kesimpulan/ catatan pereviu.
4. Setelah melakukan reviu, pereviu harus membuat surat pernyataan telah direviu
dan surat tersebut merupakan bagian dari laporan kinerja
5. Reviu dilakukan hanya atas laporan kinerja tingkat K/L/Pemda saja
PELAPORAN REVIU

Rangkaian aktivitas dalam pelaporan reviu dititikberatkan pada


pertanggungjawaban pelaksanaan reviu yang pada pokoknya
mengungkapkan prosedur reviu yang dilakukan, kesalahan atau
kelemahan yang ditemui, langkah perbaikan yang disepakati,
langkah perbaikan yang telah dilakukan dan saran perbaikan
yang tidak atau belum dilaksanakan, laporan tersebut
merupakan dasar penyusunan pernyataan telah direviu. Hasil
pelaporan reviu merupakan dasar bagi pereviu untuk membuat
pernyataan telah direviu, yang antara lain menyatakan bahwa:
1. Reviu telah dilakukan atas laporan kinerja untuk tahun yang
bersangkutan.
2. Reviu telah dilaksanakan sesuai dengan pedoman reviu
laporan kinerja.
3. Semua informasi yang dimuat dalam laporan reviu adalah
penyajian manajemen.
4. Tujuan reviu adalah untuk memberikan keyakinan
mengenai akurasi, keandalan dan keabsahan
informasi kinerja dalam laporan kinerja kepada
pimpinan instansi pemerintah.
5. Simpulan reviu yaitu apakah laporan kinerja telah
menyajikan informasi kinerja yang handal, akurat
dan absah.
6. Paragraph penjelas (apabila diperlukan) yang
menguraikan perbaikan penyelenggaraan SAKIP
dan koreksi atas penyajian laporan kinerja yang
belum atau belum selesai dilakukan oleh unit
pengelola kerja.
PERNYATAAN TELAH DIREVIU
PEMERINTAH PROV/KAB/KOTA
TAHUN ANGGARAN

Kami telah mereviu Laporan Kinerja instansi pemerintah (Kementerian/Lembaga/Pemda)


untuk tahun anggaran…………..sesuai Pedoman Reviu atas Laporan Kinerja. Substansi
informasi yang dimuat dalam Laporan Kinerja menjadi tanggung jawab manajemen
Kementerian/Lembaga/Pemda........
Reviu bertujuan untuk memberikan keyakinan terbatas laporan kinerja telah disajikan
secara akurat, andal, dan valid.
Berdasarkan reviu kami, tidak terdapat kondisi atau hal-hal yang menimbulkan
perbedaan dalam meyakini keandalan informasi yang disajikan di dalam laporan kinerja
ini.

(Nama Kota), (tanggal, bulan, tahun)


Inspektur ..................................

(nama Penanda tangan)


LAPORAN HASIL REVIU
1. Prosedur reviu yang dilakukan
2. Kesalahan/kelemahan yang ditemui
3. Langkah Perbaikan yang disepakati,
4. Langkah Perbaikan yang telah dilakukan
5. Saran Perbaikan yang telah/tidak dilaksanakan
6. Dasar penyusunan pernyataan telah direviu

69
PERNYATAAN TELAH
DIREVIU
1. Reviu dilaksanakan atas Laporan Kinerja Tahun yang bersangkutan
2. Reviu dilaksanakan sesuai dengan Pedoman Reviu Laporan Kinerja
3. Semua Informasi yang dimuat dalam laporan reviu adalah penyajian
manajemen
4. Tujuan reviu memberikan keyakinan mengenai akurasi, kehandalan dan
keabsahan informasi kinerja
5. Simpulan reviu apakah laporan kinerja telah menyajikan informasi kinerja
yang handal, akurat dan absah
6. Paragraf penjelas (uraikan perbaikan/koreksi yang belum /selesai
dilakukan)

70
AKURASI INFORMASI
NUMERIK

REALISASI

CAPAIAN
TARGET

80% 75% 90%


? ? ?
Perhitungan di atas ada yang
salah.

71
VALIDITAS INFORMASI
NUMERIK

JUMLAH PRODUKSI PADI

24.801 24.801 100%


REALISASI

CAPAIAN
TARGET

KG KG
? ?
Kemungkinan data tentang
realisasi tidak valid krn persis
dengan target.

72
VALIDITAS INFORMASI
NUMERIK

JUMLAH PRODUKSI PADI

REALISASI

CAPAIAN
TARGET

10 9 90%
JUTA JUTA
KG KG ?
Kemungkinan data tentang
?
realisasi tidak valid krn
dibulatkan. Sajikan data realnya.

73
VALIDITAS INFORMASI
NUMERIK

TINGKAT KESADARAN MASYARAKAT


?
REALISASI

CAPAIAN
TARGET

100 100 100%


% %?
Indikator kualitatif, data tentang
realisasi mungkin hanya
menduga2.

74
VALIDITAS INFORMASI
NUMERIK

JUMLAH PRODUKSI PADI


DARI SUMBER YG VALID

25.000 24.801 99,20%


REALISASI

CAPAIAN
TARGET

KG KG
?
Yakinkan bisa dirinci ke
komponen2 secara akurat.

75
KONSISTENSI INFORMASI
NUMERIK
JUMLAH PRODUKSI PADI: 24.801
KONSISTENSI DLM BAGIAN YANG SAMA KONSISTENSI DNG BAGIAN YANG LAIN DLM LAKIP KONSISTENSI DENGAN LAKIP YANG LAIN KONSISTENSI INFORMASI YANG LAIN

• DENGAN • DENGAN • LAKIP • DATA


NARASI IKHTISAR TAHUN SEKUNDER
LAIN EKSEKUTIF SEBELUM
• DENGAN • DENGAN NYA
TABEL BAB LAIN • LAKIP
PENDUKU • DENGAN UNIT
NG LAMPIRAN KERJA

28.401 24.401 28.801 16.775

76
VALIDITAS INFORMASI (NARASI)

Pada tahun 2014 TIDAK ADA kematian ibu


melahirkan, jika dibandingkan dengan beberapa
tahun sebelumnya setiap tahunnya angka
kematian ibu melahirkan masih terjadi.

DATA VALID ?
DARI SUMBER YG VALID ?

77
KONSISTENSI INFORMASI NON NUMERIK (NARASI)

Kasus-kasus penyakit menular yang timbul di masyarakat yang


perlu ditanggulangi secara cepat adalah Demam Berdarah.
KONSISTENSI DLM BAGIAN YANG SAMA KONSISTENSI DNG BAGIAN YANG LAIN DLM LAKIP KONSISTENSI DENGAN LAKIP YANG LAIN KONSISTENSI INFORMASI YANG LAIN

• DENGAN • DENGAN • LAKIP • DATA


NARASI IKHTISAR TAHUN SEKUNDER
LAIN EKSEKUTIF SEBELUM
• DENGAN • DENGAN NYA
TABEL BAB LAIN • LAKIP
PENDUKU • DENGAN UNIT
NG LAMPIRAN KERJA

Malaria HIV/ Diare Kolera


AIDS
78
CEK LIST REVIU

79
FORMAT
1 2 Ya Tidak
I
Format
1. Laporan Kinerja (Lkj) telah menampilkan data penting IP

2.LKj telah menyajikan informasi target kinerja

3.LKj telah menyajikan capaian kinerja IP yang memadai

4.Telah menyajikan dengan lampiran yang mendukung


informasi pada badan laporan
5.Telah menyajikan upaya perbaikan ke depan
6.Telah menyajikan akuntabilitas keuangan

80
Mekanisme Penyusunan
II Mekanisme Penyusunan
Mekanisme Penyusunan
1. LKj IP disusun oleh unit kerja yang memiliki tugas fungsi untuk itu √
2.Informasi yang disampaikan dalam LKj telah didukung dengan data
yang memadai √
3. Telah terdapat mekanisme penyampaian data dan informasi dari unit
kerja ke unit penyusun LKj √
4. Telah ditetapkan penanggungjawab pengumpulan data/informasi di
setiap unit kerja √
5. Data/informasi kinerja yang disampaikan dalam LKj telah diyakini
keandalannya √
6. Analisis/penjelasan dalam LKj telah diketahui oleh unit kerja terkait √
1. LKj IP bulanan merupakan gabungan partisipasi dari dibawahnya

81
III Substansi
SUBSTANSI
1. Tujuan/sasaran dalam LKj telah sesuai dengan tujuan/sasaran dalam perjanjian
kinerjasubstansi √
2. Tujuan/sasaran dalam LKj telah selaras dengan rincana strategis

3. Jika butir 1 dan 2 jawabannya tidak, maka terdapat penjelasan yang memadai.

4. Tujuan/sasaran dalam LKj telah sesuai dengan tujuan/sasaran dalam indikator
kinerja √
5. Tujuan/sasaran dalam LKj telah sesuai dengan tujuan/sasaran dalam indikator
kinerja utama √

6. Jika butir 4 dan 5 jawabannya tidak, maka terdapat penjelasan yang memadai

7. Telah terdapat perbandingan data kinerja dengan tahun lalu, standar nasional dan
sebagainya yang bermanfaatan √
8. IKU dan IK telah cukup mengukur tujuan/sasaran √
8. Jika “Tidak” telah terdapat penjelasan yang memadai
10. IKU dan IK telah SMART √

82
FORMAT

Peraturan Menteri Pendayagunaan Laporan Kinerja Ditjen ........... TA.2015


Aparatur Negara Nomor 53 Tahun 2014

Bab I Pendahuluan Bab I Pendahuluan


Bab II Perencanaan Kinerja Bab II Rencana, Target dan
Bab III Akuntabilitas Kinerja Capaian pengukuran Kinerja
Kinerja Organisasi Bab III Evaluasi dan Analisis Kinerja
Realisasi Anggaran Bab IV Agenda Strategis Mendukung
Bab IV Penutup Nawacita
Bab V Penutup

83
SUBSTANSI
N Indikator Kinerja pada Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Indikator Kinerja pada draft Laporan Kinerja Tahun 2015
o
Peningkatan
1 kualitas tata kelola Pemerintahan Daerah sesuai Tingkat kualitas tata kelola Pemerintahan Daerah sesuai dengan
dengan
. ketentuan peraturan perundang-undangan, dengan target : ketentuan peraturan perundang-undangan, dengan target :
- 55% daerah provinsi yang berkinerja tinggi; - 55% daerah provinsi yang berkinerja tinggi;
- 45% daerah kab/kota yang berkinerja tinggi - 45% daerah kab/kota yang berkinerja tinggi

2 Peningkatan kinerja pemerintahan daerah otonom baru, Peningkatan kinerja pemerintahan daerah otonom daerah, dengan
. dengan target 20% DOB yang berkinerja baik dari total target 20% DOB yang berkinerja baik dari total jumlah DOB
jumlah DOB

3 Peningkatan keberhasilan penerapan kebijakan Peningkatan keberhasilan penerapan kebijakan otsus/keistimewaan


. otsus/keistimewaan daerah, dengan target 50% daerah, dengan target 60%
keberhasilan penerapan ketentuan/kebijakan
otsus/keistimewaan daerah sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan

4 Persentase kelembagaan organisasi perangkat daerah yang ideal, dengan


. target 45%

5 Jumlah perda bermasalah, dengan target 350 Perda


.

84
TERIMA KASIH

85

Anda mungkin juga menyukai