Anda di halaman 1dari 12

BATUK DAN PILEK

Pricilia Onibala 15101105035

Patricia R. Moga 18101105061


Trifena Tulangow 18101105064
Veronica C. Rorong 18101105065
Florence J. G. Raintama 18101105093
Juan S. Lambey 18101105073
DEFINISI
Batuk pilek adalah infeksi primer nasofaring
dan hidung yang sering mengenai bayi dan
anak. Penyakit batuk pilek pada balita
cenderung berlangsung lebih berat karena
infeksi mencakup daerah sinus paranasal,
telinga bawah, dan nasofaring disertai demam
yang tinggi. Penyakit ini sebenarnya
merupakan self limited diseased yang sembuh
sendiri 5- 6 hari jika tidak terjadi invasi kuman
lain. (Ngastiyah, 1997:12).
Batuk pilek adalah infeksi virus yang
menyerang saluran nafas atas (hidung
sampai tenggookan) dan menimbulkan
gejala ingus meler atau hidung mampet,
batuk sering disertai demam dan sakit
kepala (Arifianto, 2018:93)
ETIOLOGI
Penyebab batuk pilek hampir selalu virus. Lebih dari
dua ratus virus dikenal sebagai penyebab batuk-pilek
(termasuk rhinovirus, virus parainfluenza, dan virus
sinsitial pernafasan), dan diduga ada lebih dari 1.500
virus batuk pilek atau kombinasi virus. Karena anak
balita belum mempunyai banyak kesempatan untuk
membangun daya tahan tubuh terhadap virus-virus ini,
maka anak balita sangat peka terhadap batuk pilek.
(Einsenberg,1998:636)
PATOFISIOLOGI
• Penularan rinitis dapat terjadi melalui inhalasi aerosol yang mengandung partikel kecil, deposisi droplet
pada mukosa hidung atau konjungtiva, atau melalui kontak tangan dengan sekret yang mengandung virus
yang berasal dari penyandang atau dari lingkungan. Cara penularan antara virus yang satu berbeda dengan
yang lainnya, rhinovirus ditularkan melalui kontak tangan dengan sekret, yang diikuti dengan kontak
tangan ke mukosa hidung atau konjungtiva.

• Patogenesis rinitis sama dengan patogenesis infeksi virus pada umumnya, yaitu melibatkan interaksi antara
replikasi virus dan respon inflamasi pejamu. Meskipun demikian, patogenesis virus-virus saluran
respiratori dapat sangat berbeda antara satu dengan yang lainnya karena perbedaan lokasi primer tempat
replikasi virus.

• Replikasi rhinovirus terutama di epitel nasofaring. Infeksi dimulai dengan deposit virus di mukosa hidung-
anterior atau di mata. Dari mata, virus menuju hidung melalui duktus lakrimalis, lalu berpindah ke
nasofaring posterior akibat gerakan mukosilier. Di daerah adenoid, virus memasuki sel epitel dengan cara
berikatan dengan reseptor spesifik di epitel. Sekitar 90% virus Rhinovirus menggunakan intercellular
adhesion molecule-1 (ICAM-1) sebagai reseptornya.
PATOFISIOLOGI
• Setelah berada di dalam sel epitel, virus bereplikasi dengan cepat. Hasil replikasi virus tersebut dapat dideteksi 8–10 jam setelah
inokulasi virus intranasal. Meskipun demikian, tidak semua infeksi menyebabkan timbulnya gejala klinis. Gejala rinitis hanya
terjadi pada 75% orang yang terinfeksi.

• Infeksi virus pada mukosa hidung menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler, sehingga timbul gejala
klinis hidung tersumbat dan sekret hidung yang merupakan gejala utama rinitis. Stimulasi kolinergik menyebabkan peningkatan
sekresi kelenjar mukosa dan bersin. Mekanisme pasti tentang bagaimana virus menyebabkan perubahan di mukosa hidung
belum diketahui dengan pasti. Dilaporkan bahwa gejala timbul bersamaan dengan influks sel-sel polimorfonuklear (PMN) ke
dalam mukosa dan sel epitel hidung.

• Derajat keparahan kerusakan mukosa hidung infeksi Rhinovirus tidak menyebabkan perubahan histopatologik pada mukosa
hidung. Tidak adanya kerusakan mukosa pada infeksi Rhinovirus menimbulkan dugaan bahwa gejala klinis pada infeksi
Rhinovirus mungkin bukan disebabkan oleh efek sitopatik virus, melainkan karena respons inflamasi pejamu. Beberapa
mediator inflamasi yang berperan pada rinitis adalah kinin, leukotrien, histamin, interleukin (IL) 1, 6, dan 8, tumor necrosis
factor (TNF), dan regulated by activaton normal T cell expressed and secreted (RANTES). Kadar IL-6 dan IL-8 menentukan
derajat keparahan rinitis.
GEJALA KLINIK
• Gejala rinitis timbul setelah masa inkubasi yang sangat bervariasi antar virus. Gejala klinis pada
infeksi Rhinovirus terjadi 10–12 jam setelah inokulasi intranasal

• Secara umum, keparahan gejala meningkat secara cepat, mencapai puncak dalam 2–3 hari, dan
setelah itu membaik. Rata-rata lama terjadinya rinitis adalah 7–14 hari, tetapi pada beberapa
pasien gejala dapat menetap hingga tiga minggu.

• Adanya sekret hidung dan demam merupakan gejala yang sering ditemukan selama tiga hari
pertama. Sekret hidung yang semula encer dan jernih akan berubah menjadi lebih kental dan
purulen.

• Sekret yang purulen tersebut tidak selalu menunjukkan adanya infeksi bakteri, tetapi
berhubungan dengan peningkatan jumlah sel PMN. Sekret bewarna putih atau kuning
berhubungan dengan adanya sel PMN, sedangkan sekret berwarna kehijauan disebabkan oleh
aktivitas enzim sel PMN.
GEJALA KLINIK
01 Nyeri tenggorokan Gangguan tidur
03

02 Batuk Penurunan nafsu makan 04


Pemeriksaan fisis tidak menunjukkan Beberapa penelitian menunjukkan

05 tanda yang khas, tetapi dapat dijumpai


edema dan eritema mukosa hidung
bahwa efek rinitis tidak terbatas
hanya di kavum nasalis, tetapi dapat 06
serta limfadenopati servikalis anterior. juga terjadi di sinus paranasalis.
TERAPI FARMAKOLOGI
Dekongestan
Bertujuan melegakan hidung tersumbat. Obat jenis ini
mempunyai efek samping jantung berdebar-debar dan
membuat anak gelisah. Obat-obat yang dapat
digolongkan sebagai dekongestan antara lain:
fenilpropanolamin, fenilefrin, pseudoefedrin dan
efedrin. (Depkes RI, 2007)
TERAPI FARMAKOLOGI

Antihistamin
Ditunjukan untuk meredakan gejala bersin-bersin
(Arifianto,2018 :100). Beberapa antihistamin yang
dapat diperoleh tanpa resep dokter antara lain:
klorfenon (CTM), promethazin, triprolidin, dll. Dosis
CTM untuk anak umur 2-6 tahun 1 mg.
TERAPI FARMAKOLOGI
Antipiretik
Dapat digunakan jika anak mengalami demam dan rewel. Inilah
satu-satunya jenis obat yang paling aman digunakan dan
diperbolehkan untuk diminum saat anak mengalami batuk pilek.
(Arikunto,2018 :100). Dosis yang dapat diberikan untuk anak 2 –
6 tahun adalah 1 – 2 sendok teh atau 120 – 250 mg. (Depkes RI,
2007).

__ __ __ __ __
TERAPI NON FARMAKOLOGI

Menjauhi penggunaan kompor kayu yang


Menjaga pola hidup Hindari asap rokok mengotori udara karena asap dari pembakaran
sehat kayu dapat mengurangi daya tahan anak
sehingga ank mudah terserang batuk pilek

Sebisa mungkin menjauhi anak Membiasakan anak mencuci tangan Cara terbaik untuk mencegah terjadinya
balita dari orang yang sedang sebelum dan sesudah memegang sesuatu penularan adalah dengan mencuci tangan,
yang telah tersentuh oleh orang yang khususnya setelah kontak dengan
terkena batuk pilek
sedang terinfeksi batuk pilek. penderita baik secara langusng maupun
(Einsenberg,1998:637) tidak langsung.
THANKYO
U


Anda mungkin juga menyukai