Anda di halaman 1dari 8

Nama : Given A.

Mamusung

Nim : 18101105079

Kelas : farmasi B/2018

TUGAS KOMUNIKASI

KOMPONEN WAWANCARA DAN WAWANCARA DALAM PRAKTEK FARMASI

1. KOMPONEN WAWANCARA

Seperti yang disebutkan sebelumnya, melakukan wawancara yang efektif


bukanlah proses yang sederhana. Proses wawancara mengandung beberapa komponen
penting yang seharusnya dikuasai. Keterampilan komunikasi dan wawancara perlu
dikuasai dengan baik. Masalah dalam proses wawancara dapat berupa masalah kecil
(misalnya melewatkan satu sepotong informasi) ataupun besar (misalnya gagal
mengidentifikasi kerugian yang penting efek yang dialami pasien terhadap obat). Dengan
mempertimbangkan elemen wawancara yang efektif, kita akan dapat menghindari
masalah dan menganalisis apa yang salah jika masalah muncul.

 Mendengarkan

Secara umum, orang yang mengirim informasi lebih baik daripada penerima
informasi. Kita harus berkonsentrasi untuk dapat mendengarkan dengan baik dalam
berkomunikasi. Berikut adalah teknik mendengarkan dalam proses wawancara:

Berhenti berbicara, anda tidak dapat mendengarkan saat anda berbicara.

Singkirkan gangguan agar tidak memecah konsentrasi.

Gunakan kontak mata yang baik, untuk membantu anda berkonsentrasi dan tunjukkan
pada orang lain bahwa anda memang mendengarkan.

Bereaksi terhadap gagasan, bukan kepada orangnya, fokus pada apa yang dikatakan

Baca pesan nonverbal untuk dapat memahami pesan yang berbeda dari yang diberikan
secara lisan.
Dengarkan bagaimana cara lawan bicara mengatakan sesuatu, perhatiakan nada suara dan
lajunya.

Berikan umpan balik untuk mengklarifikasi pesan apa pun, ini menunjukkan bahwa anda
mendengarkan dan mencoba memahami.

 Menyelidik

Keterampilan komunikasi penting lainnya adalah belajar mengajukan pertanyaan


untuk memunculkan informasi yang paling akurat. Teknik ini disebut "menyelidik."
Probing atau menyelidik adalah penggunaan pertanyaan untuk memperoleh informasi
yang diperlukan dari pasien atau untuk membantu memperjelas masalah atau
kekhawatiran mereka. Mengajukan pertanyaan sepertinya memang mudah. Namun
beberapa hal harus dipertimbangkan sebelum mengajukan pertanyaan. Ungkapan
pertanyaan itu penting. Pasien sering bersikap defensif dengan pertanyaan tertentu,
misalnya "mengapa" jenis pertanyaan bisa membuat orang merasa bahwa mereka harus
membenarkan alasan mereka melakukan hal tertentu. Biasanya lebih baik menggunakan
jenis pertanyaan "apa" atau "bagaimana". Misalnya orang mungkin menjadi defensif jika
ditanya "Mengapa Anda melewatkan dosis obat?" sebagai gantinya "Apa yang
menyebabkan Anda melewatkan dosis obat?" Selain itu, waktu pemberian pertanyaan
sangatlah penting. Beberapa pertanyaan berurutan dapat membuat pasien merasa
diinterogasi. Pasien harus diberi waktu untuk menjawab pertanyaan saat ini sebelum
melanjutkan ke pertanyaan berikutnya.

Untuk melakukan wawancara yang efektif, penting untuk memahami


perbedaannya antara pertanyaan tertutup dan terbuka. Pertanyaan tertutup dapat dijawab
dengan jawaban "ya" atau "tidak". Di sisi lain, pertanyaan terbuka tidak membatasi
pasien dalam memberikan respon. Misalnya pada pertanyaan tertutup "Apakah dokter
anda memberi tahu anda cara meminum obat ini?" Pasien hanya dapat menanggapi
dengan "ya" atau "tidak". Di sisi lain, contoh pertanyaan terbuka adalah “Bagaimana
dokter anda menyuruh anda minum obat ini?” Ungkap pertanyaan ini memungkinkan
pasien memberikan informasi dengan kata-kata mereka sendiri dengan lebih lengkap.
Pertanyaan tertutup mengurangi tingkat keterbukaan dan penyebab pasien
menjadi lebih pasif selama proses wawancara karena anda melakukan sebagian besar
pembicaraan. Pertanyaan tertutup juga memungkinkan pasien untuk menghindari subjek
tertentu dan menyembunyikan ekspresi emosional. Pertanyaan tertutup bisa berkonotasi
introgasi dan impersonaliti. Karena itu, pertanyaan tertutup disebut sebagai "pertanyaan
yang berpusat pada apoteker" sedangkan pertanyaan terbuka "pertanyaan yang berpusat
pada pasien." Pertanyaan tertutup diperlukan dan memang berguna. Namun pertanyaan
terbuka lebih kecil kemungkinannya menghasilkan kesalahpahaman dan cenderung untuk
menjaga hubungan.

 Menanyakan Pertanyaan Sensitif

Beberapa pertanyaan yang anda tanyakan kepada pasien mungkin sangat sensitif.
Pertanyaan tentang kepatuhan, penggunaan alkohol, atau penggunaan narkoba merupakan
hal yang sulit untuk ditanyakan. Penilaian efek (termasuk efek samping) dari obat yang
berhubungan dengan penyakit seksual yang menular mungkin juga memerlukan
pendekatan diplomatik. Ada sejumlah teknik yang dapat membuat pertanyaan semacam
itu lebih mudah ditanyakan. Sebelum mengajukan pertanyaan tentang topik sensitif, beri
tahu pasien bahwa perilaku atau masalah yang anda tanyakan adalah hal biasa.

Teknik lain untuk mengurangi kekhawatiran mengenai pertanyaan sensitif adalah


dengan bertanya apakah situasinya pernah, kapan saja, bagaimana dapat terjadi, dan
kemudian bertanya tentang alur situasinya. Misalnya, jika anda memutuskan untuk
menilai penggunaan obat-obatan terlarang, anda dapat mengutarakan pertanyaan dengan
cara berikut: “Jenis obat lain seperti ganja biasanya digunakan. Orang mungkin
menggunakannya untuk bersantai bersama teman di sebuah pesta. Apakah anda pernah
merokok ganja di kehidupan anda?” Jika jawabannya“ ya,” pertanyaan tindak lanjutnya
mungkin "apakah anda merokok ganja selama setahun terakhir?" Pertanyaan tentang
frekuensi penggunaan dan penggunaan obat lain bisa mengikuti. Proses serupa bisa
digunakan untuk mendapatkan informasi yang tepat tentang kepatuhan meminum obat.
Tanyakan dahulu apakah pasien pernah melewatkan dosis obat dan kemudian mengganti
jumlah dosis yang terlewat pada minggu terakhir. Bagaimanapun, sebelum mengajukan
pertanyaan, terutama yang mungkin sensitif, pastikan bahwa pertanyaan tersebut perlu
dan anda memang memiliki kebutuhan yang jelas untuk mendapatkan informasi sebagai
upaya untuk membantu pasien.

 Penggunaan Jeda

Keterampilan lain yang harus dipelajari untuk menjadi pewawancara yang efektif
adalah diam pada waktu dengan tepat. Selama wawancara akan ada saat-saat ketika anda
atau pasien tidak akan berbicara, terutama pada saat-saat awal. Anda perlu belajar
memperlakukan jeda ini sebagai bagian penting dari proses dan tidak menjadikan anda
merasa tidak nyaman dengan mereka. Sering kali, pasien perlu waktu untuk berfikir
dalam memberikan informasi atas pertanyaan yang diajukan. Memecahkan kesunyian
menghancurkan kesempatan bagi pasien untuk berfikir. Di sisi lain, jeda mungkin
disebabkan oleh fakta bahwa pasien tidak memahami pertanyaan itu sepenuhnya. Dalam
situasi ini, pertanyaannya seharusnya disajikan kembali atau diulang. Pada saat yang
sama, terlalu banyak kesunyian ketika seorang pasien mengungkapkan perasaan seperti
rasa takut atau depresi dapat ditafsirkan oleh pasien sebagai penolakan. Jadi, sebisa
mungkin buat pasien tenang dan diberi waktu untuk berpikir selama diperlukan.

 Menjaga Hubungan Baik

Wawancara yang berhasil ditandai dengan tingkat hubungan yang baik diantara
keduanya peserta. Hubungan baik dibangun berdasarkan pertimbangan dan rasa saling
menghormati. Hal-hal yang dapat dilakukan antara lain dengan menggunakan kontak
mata yang baik, menggunakan ucapan yang tulus dan ramah, bersikap sopan selama
diskusi, dan bersabar. Setiap pasien harus dilihat sebagai individu yang unik.

2. WAWANCARA SEBAGAI PROSES

Perencanaan yang tepat dan urutan wawancara sangat penting dalam


melaksanakan suatu penilaian bagi pasien. Sebelum wawancara dimulai perlu dibuat
rancangan tertentu agar wawancara terstruktur. Tipe pendekatan biasanya tergantung
pada jenis informasi yang diinginkan dan lingkungan serta waktu yang tersedia dalam
wawancara.

Jenis Informasi

Sebelum wawancara dimulai, anda perlu menentukan jumlah dan jenis


informasinya diinginkan. Sebagai contoh, jika anda menginginkan informasi spesifik,
anda tentu memiliki kontrol lebih besar dalam proses wawancara. Ini disebut sebagai
pendekatan wawancara yang diarahkan. Namun, jika hasilnya tidak diketahui atau agak
ambigu, anda perlu menggunakan pendekatan yang lebih tidak diarahkan. Pendekatan ini
memungkinkan wawancara menjadi lebih mengalir. Dalam pendekatan yang tidak
diarahkan, pertanyaan terbuka harus digunakan lebih sering daripada pertanyaan tertutup.

Jenis Lingkungan

Perencanaan wawancara harus mencakup pertimbangan jenis lingkungan yang


digunakan. Lingkungan sangat penting, karena salah satu prinsip dasar wawancara adalah
untuk menyediakan privasi sebaik mungkin. Privasi juga memungkinkan anda dan pasien
untuk mengungkapkan kepedulian pribadi, mengajukan pertanyaan sulit, mendengarkan
dengan lebih efektif, dan untuk berbagi pendapat yang jujur. Sayangnya, pengaturan
wawancara dalam banyak hal seperti di apotek — di atas meja resep yang mungkin
banyak orang atau di tempat lain di mana ada gangguan berlimpah — tidak selalu
optimal. Sebelum memulai wawancara, interupsi harus dikurangi sebanyak mungkin.
Sebuah partisi di ruang khusus atau area konsultasi dapat memberikan privasi yang
diperlukan.

Memulai Wawancara
Setelah mempertimbangkan jenis lingkungan yang digunakan dan jenis informasi
diinginkan, anda harus memulai wawancara dengan menyapa pasien dengan
memperkenalkan diri kepada pasien. Ini membantu membangun hubungan dengan
pasien. Anda juga harus menyatakan tujuan dari wawancara, garis besar wawancara,
batas waktu yang diperlukan, subjek yang akan dibahas, dan hasil akhir seharusnya
disebutkan sehingga pasien memiliki pemahaman yang jelas mengenai proses yang
dilaluinya.

Permulaan seperti itu memungkinkan anda menentukan batas dan harapan


wawancara. Setelah wawancara dimulai, saran-saran berikut akan membantu anda
melakukan wawancara yang lebih efisien:

Hindari membuat rekomendasi selama fase pengumpulan informasi wawancara.


Rekomendasi semacam itu mencegah pasien memberikan semua informasi yang
dibutuhkan dan dapat mengganggu kemampuan anda untuk memahami kebutuhan pasien.

Jangan langsung mengambil kesimpulan atau solusi dengan cepat tanpa mendengar
semuanya fakta-fakta.

Jangan beralih dari satu hal ke hal lainnya sampai setiap subjek telah dilalui. Pandu
wawancara menggunakan kombinasi pertanyaan terbuka dan tertutup.

Pertahankan tujuan anda dengan jelas

Fleksibilitas diperlukan sehingga dapat membuat pasien dapat membicarakan masalah


yang mereka anggap penting. Agar komunikasi berpusat pada pasien, pasien harus
memiliki kontrol atas proses komunikasi itu sendiri.

Pertahankan objektivitas dengan tidak membiarkan sikap, keyakinan, atau prasangka


pasien mempengaruhi pikiran.

Gunakan keterampilan komunikasi yang baik, terutama probing, mendengarkan, dan


umpan balik.

Pahami dengan baik dengan pesan nonverbal pasien

Pencatatan informasi harus dilakukan sesingkat mungkin.


Mengakhiri Wawancara

Untuk mengakhiri wawancara, anda perlu meringkas secara singkat informasi


yang diberikan. Ringkasan memungkinkan kedua belah pihak untuk meninjau kembali
apa yang telah didiskusikan dan membantu mengklarifikasi kesalahpahaman. Ringkasan
juga dengan bijaksana mengisyaratkan kepada pasien bahwa wawancara itu akhir. Anda
juga dapat menggunakan isyarat nonverbal untuk ditunjukkan kepada pasien yang
diwawancara. Misalnya, anda bisa bangun dari kursi atau mengubah sikap anda
sedemikian rupa yang menunjukkan bahwa anda perlu berpindah tempat. Pertanyaan
tertutup sederhana seperti: "Apakah Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut?" atau
pernyataan seperti: “Saya senang berbicara dengan anda. Jika anda mengingat sesuatu
yang anda lupa, sebutkan atau ajukan pertanyaan ketika anda pulang, atau silakan
hubungi saya. Semoga bermanfaat.” Sebelum mengakhiri wawancara pasien, Anda harus
merefleksikan apakah tujuan wawancara tercapai dan apa yang seharusnya dilakukan jika
tidak.

3. WAWANCARA DALAM PRAKTIK FARMASI

Wawancara terhadap pasien dilakukan untuk mengevaluasi kebutuhan obat dan


terapi obat pasien secara menyeluruh berikut yang berkenaan dengan permasalahannya.
Untuk setiap obat, penilaian dibuat dari:

Persepsi pasien dari tujuan pengobatan

Cara pengobatan yang sebenarnya digunakan oleh pasien,

Efektivitas yang dirasakan pasien

Masalah yang dirasakan pasien dengan terapi.

Masalah yang dirasakan pasien mungkin termasuk efek samping yang dialami,
masalah biaya, ketidaknyamanan, jadwal pemberian dosis, dan sebagainya. Bertanya
mengenai masalah tersebut memungkinkan pasien untuk mendiskusikan apa pun yang
mereka rasakan sebagai masalah. Salah satu manfaat dari melakukan wawancara
mendalam adalah anda akan lebih mampu untuk menentukan kualitas hidup pasien yang
merupakan ukuran penting keberhasilan terapeutik.

Anda mungkin juga menyukai