Anda di halaman 1dari 28

Akuntansi Biaya Bahan Baku

Oleh : Karina Odia Julialevi, SE., M.Si., Ak., CA.


 Materi ini akan mengeksplorasi perlakuan, akuntansi,
dan pengendalian untuk bahan mentah yang nantinya
akan dipisahkan menjadi dua, yaitu bahan baku dan
bahan penolong.
 Selain bahan baku pada perusahaan manufaktur juga ada
tenaga kerja yang berperan penting karena
mempengaruhi produktivitas produksi dan pada akhirnya
ikut mempengaruhi besaran laba yang diperoleh
perusahaan sehingga perlakuan, pengendalian dan
akuntansi atasnya menjadi penting.
Pengendalian dan Perencanaan
Bahan Baku
A. Klasifikasi Bahan
1. Bahan baku (direct materials) adalah bahan yang
digunakan sebagai sumber utama dalam pembuatan
produk
2. Bahan penolong (indirect materials) adalah bahan yang
digunakan sebagai sumber tambahan dalam
pembuatan produk
Bahan merupakan unsur dasar yang akan ditransformasi
menjadi produk jadi melalui penggunaan TKL dan
Overhead pabrik dalam proses produksi.
B. Bahan Baku
Karakteristik bahan baku :
1. Dapat diidentifikasi secara jelas pada produk jadi
2. Dapat secara mudah dilacak pada produk
3. Memiliki jumlah proporsi biaya yang signifikan pada
biaya produksi
C. Bahan Penolong
Karakteristik bahan penolong :
1. Tidak dapat diidentifikasi secara jelas pada produk
jadi
2. Tidak dapat secara mudah dilacak pada produk
3. Memiliki jumlah proporsi biaya yang tidak signifikan
pada biaya produksi
D. Pengendalian Pengadaan dan Penggunaan Bahan
Tujuan : agar sediaan bahan yang dimiliki dan digunakan
oleh perusahaan dapat optimal dan ekonomis maka
perusahaan harus menerapkan prosedur pengendalian
yang memadai.
Bahan merupakan elemen penting bagi produk, baik
fungsinya secara fisik maupun biaya yang melekat
padanya. Penerapan proses pengendalian yang memadai
akan menjamin biaya sediaan pada tingkat minimum dan
proses produksi yang lancar tanpa adanya hambatan
E. Pengenalan Pengadaan Bahan
Semua bahan, baik bahan baku dan bahan penolong dapat
digunakan dalam proses produksi maka terlebih dahulu harus
dilakukan pengadaan, pemerolehan, atau pembelian atas
bahan tersebut.
Tahapan prosedur pengadaan bahan :
1. Formulir kebutuhan bahan
2. Anggaran produksi
3. Permintaan pembelian
4. Order pembelian
5. Laporan penerimaan
F. Pengendalian Penggunaan Bahan
Dokumen yang dibutuhkan ;
1. Permintaan bahan
2. Kartu bahan
G. Perencanaan Bahan
Metode yang dapat digunakan ;
1. Economic Order Quantity
2. Order point
Akuntansi Bahan
A. Biaya Pemerolehan Bahan
Biaya sediaan bahan : biaya yang digunakan oleh
perusahaan untuk mengadakan bahan dan meyimpannya di
gudang
Biaya bahan : biaya yang dibebankan ke produk saat
bahan digunakan dalam proses produksi
Biaya Bahan Baku

 Menjelaskan elemen biaya yang membentuk harga pokok


bahan baku yang dibeli
 Menjelaskan penentuan harga pokok bahan baku yang
dipakai dalam produksi
 Menjelaskan metode pencatatan biaya bahan baku
 Menjelaskan masalah-masalah khusus yang berhubungan
dengan bahan baku
Biaya diperhitungkan dalam
harga pokok bahan baku
 Biaya angkut diperlakukan sebagai tambahan harga
produk
 Biaya angkut tidak diperlakukan sebagai tambahan harga
produk
B. Metode Penentuan Biaya Bahan
1. Metode Periodik
2. Metode Perpetual
Metode penentuan besaran biaya :
3. Metode tanda pengenal khusus
4. MPKP (FIFO)
5. MTKP (LIFO)
6. Metode Rata – Rata Sederhana
Contoh

 Dari catatan PT Alisa sebuah perusahaan industri di Malang diperoleh


keterangan-keterangan yang bersangkutan tentang bahan baku
sebagai berikut:

1 Sep 2015: Persediaan: 400 kg @ Rp 600,00 per kg


5 Sep 2015 : Pembelian: 1200 kg @ Rp 640,00 per
kg
10 Sep 2015 : Pembelian : 800 Kg @ Rp 580,00 per
kg
15 Sep 2015 : Dipakai dalam proses produksi: 1000
kg
Diminta

 Tentukan harga pokok bahan baku yang dipakai


berdasarkan:
1. Metode tanda pengenal khusus, apabila diketahui
bahwa berdasarkan tanda-tanda yang ada
pemakaian tersebut 850 kg pembelian tanggal 5
September 2015 dan sisanya dari persediaan awal.
2. Metode MPKP
3. Metode MTKP
4. Metode rata-rata sederhana
Jawab

1. Metode tanda pengenal khusus


850 x Rp 640,00 = Rp 544.000,00
150 x Rp 600,00 = Rp 90.000,00
1000 = Rp 634.000,00

2. Metode MPKP
400 x Rp 600,00 = Rp 240.000,00
600 x Rp 640,00 = Rp 384.000,00
1000 = Rp 624.000,00
Lanjutan

3. Metode MTKP
800 x Rp 580,00 = Rp 464.000,00
200 x Rp 640,00 = Rp 128.000,00
1000 = Rp 592.000,00

4. Metode rata-rata sederhana


Harga pokok rata-rata = Rp 600,00 + Rp 640,00 + Rp580,00
3
Harga pokok pemakaian = 1000 x Rp 606,70 = Rp606.700,00
Masalah-masalah khusus yang
berhubungan dengan bahan
baku
1. Sisa bahan (scrap materials)
2. Produk rusak (spoiled goods)
3. Produk cacat (defective goods)
Sisa bahan (scrap materials)

 adalah bahan yang tidak dipakai atau tidak menjadi


bagian dari produk dalam proses produksi, dan tidak
dapat dipakai dalam proses produksi berikutnya atau
telah rusak tetapi mempunyai nilai jual
Pencatatan sisa bahan

 Hasil penjualan sisa bahan dicatat


mengurangi biaya bahan pada pesanan
terjadinya sisa bahan tersebut
 Hasil penjualan sisa bahan dicatat
mengurangi jumlah BOP yang
sesungguhnya
 Hasil penjualan sisa bahan dicatat
sebagai pendapatan lain-lain
Contoh

 Pada tanggal 1 Mei 2015, bagian produksi menyerahkan


sisa bahan ke gudang sebanyak 60 kg ditaksir harga
jualnya Rp 300,00 per kg.
 Pada tangal 20 Mei 2015, seluruh sisa bahan dijual tunai
dengan harga Rp 320,00 per kg.
 Bagaimana pencatatan yang harus dilakukan untuk
keterangan-keterangan tersebut?
Dicatat sebagai pengurang biaya bahan baku

 Jurnal: tanggal 1 Mei 2015 pada saat penyerahan ke


gudang:
Persediaan sisa bahan Rp 18.000,00
BDP-Biaya bahan baku Rp 18.000,00

 Jurnal: tanggal 20 Mei 2015: pada saat penjualan:


Kas Rp 19.200,00
Persediaan sisa bahan Rp 19.200,00
Persediaan sisa bahan Rp 1.200,00
BDP-Biaya bahan baku Rp 1.200,00
Dicatat sebagai pengurang BOB yang
sebenarnya
 Jurnal: tanggal 1 Mei 2015:
Persedian sisa bahan Rp 18.000,00
BOP yang sesungguhnya Rp 18.000,00

 Jurnal: tanggal 20 Mei 2015:


Kas Rp 19.200,00
Persediaan sisa baha Rp 19.200,00
Persediaan sisa bahanRp 1.200,00
BOP yang sesungguhnya Rp 1.200,00
Dicatat sebagai pendapatan lain-lain
 Jurnal: tanggal 1 Mei 2015:
Persediaan sisa bahanRp 18.000,00
Pendapatan dr sisa bahan Rp 18.000,00

 Jurnal: tanggal 20 Mei 2015:


Kas Rp 19.200,00
Persediaan sisa bahan Rp 19.200,00
Persediaan sisa bahanRp 1.200,00
Pendapatan dr sisa bahan Rp 1.200,00
Produk rusak (spoiled goods)

 adalah produk yang tidak memenuhi kualitas yang


seharusnya dan tidak dapat diperbaiki
 Pencatatan:
1. Apabila produk rusak disebabkan spesifikasi
sesuatu pesanan, maka harga pokok produk rusak
dibebankan ke pesanan tempat terjadinya produk
rusak tersebut
2. Apabila terjadinya produk rusak dianggap
merupakan hal yang normal, maka kerugian
akibat produk rusak dibebankan kepada semua
produk dengan memperhitungkannya ke dalam
tarip BOP
Contoh
 Sebuah perusahaan industri menerima pesanan satu jenis barang sebanyak
25 unit. Tetapi karena sifat pesanan tersebut sulit pengerjaannya, maka
dalam proses pengerjaan terdapat 5 unit produk rusak sehingga untuk
memenuhi pesanan tersebut (25 unit) diproduksi barang 30 unit dengan
biaya-biaya sebagai berikut:
Bahan baku: 30 x Rp 100.000,00 = Rp 3.000.000,00
BTKL = Rp 1.600.000,00
BOP = Rp 1.400.000,00
Total harga pokok = Rp 6.000.000,00
Lanjutan

 Dengan demikian harga pokok per unit =


Rp 6.000.000,00 : 25 = Rp 240.000,00

 Seandainya tidak ada produk rusak, maka harga pokok


per unit =
Rp 6.000.000,00 : 30 = Rp 200.000,00
Produk cacat (defective
goods)
 adalah produk yang tidak memenuhi kualitas yang
seharusnya, tetapi masih dapat diperbaiki dengan
pengerjaan kembali
 Pencatatan :
1. Apabila timbul produk cacat akibat
spesifikasi pesanan, maka biaya pengerjaan
kembali dibebankan ke pesanan yang
bersangkutan
2. Apabila produk cacat merupakan hal yang
biasa terjadi, maka biaya pengerjaan
kembali, dibebankan ke tarip BOP

Anda mungkin juga menyukai