Anda di halaman 1dari 37

Keadaan Darurat untuk Bedah Mata

dan Manajemen Anestesi pada


Keadaan Darurat Bedah Mata
Presentan :
Anangga Aristantyo

Pembimbing :
dr. Rakhman Adiwinata SpAn

Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif


Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran / RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung 2023
1
Bab I
Pendahuluan
Pendahuluan
Keadaan Darurat
• Peristiwa yang harus segera ditangani, biasanya dalam satu jam pertama
setelah kejadian
• Dalam keadaan darurat kasus mata, terdapat kasus-kasus yang
memerlukan pembedahan seperti prolaps iris

Anestesi
• Anestesi regional blok retro-bulbar, blok peri-bulbar, blok sub-konjungtiva, anestesi
sub-tenon serta anestesi topikal telah menjadi bentuk anestesi yang sering digunakan
secara global untuk prosedur bedah mata.
• Teknik anestesi regional menghilangkan kebutuhan akan beberapa pemeriksaan rutin
seperti rontgen dada, EKG, serta risiko yang terkait dengan anestesi umum.

Komplikasi dan Tujuan Referat


• Anestesi untuk operasi mata dalam keadaan kegawatdaruratan dapat
menimbulkan masalah khusus bagi anestesiologis.
• Pembahamengenai anestesi pada keadaan darurat bedah mata dan keadaan
darurat bedah mata, khususnya pada kasus prolaps iris
Bab II
Kajian Pustaka
KEGAWATDARURATAN MATA
Kegawatdaruratan Mata

Trauma Tumpul

Trauma
Trauma Tembus

Non - trauma
Kondisi Akut Pada Mata

Emergency Sangat Segera


( Secepatnya ) Segera
( Dalam beberapa jam ) ( Dalam satu hari )

• Trauma tembus • Selulitis Orbita


• CRAO (Central
(Perforasi) • Orbital Injury
Retina Artery
• Ulkus kornea
Occlusion)
• Glaukoma • Kornea Abrasi
Serangan Akut • Hifema
• Trauma Kimia
• Intra Ocular Foreign
• Proptosis Body (IOFB)
• Ablasio Retina
• Edema Makula
Nontraumatic Ocular Emergencies
Acute Dacryocystitis

Gawat darurat mata Acute Dacryoadenitis


Sellulitis preseptal
Perdarahan Subconjungtiva spontan
Konjungtivitis
Ulkus kornea
Kondisi mata yang membutuhkan Keratokonjungtivitis viral
tindakan segera:
Acute hydrops of the cornea
Acute Angle-Closure Glaucoma
Hyphema
Central Retinal Artery Occlusion
Uveitis ( iritis & iridocyclitis )
Selulitis orbita
Perdarahan vitreus
Cavernous Sinus Thrombosis
Perdarahan retina
Endophthalmitis
Central retinal vein occlusion (CRVO)
Ablasio retina
Optik neuritis
Toxic Causes of blindness
Ocular burns and trauma
Ocular Burn
Alkali Burns
Acid Burns
Kegawatdaruratan Thermal Burns

Mata Burns Due to Ultraviolet Radiation


Trauma mekanik pada mata
Trauma tembus atau perforasi
Trauma timpul pada mata, Adnexa,& Orbita
1. Ekimosis kelopak mata
2. Laserasi kelopak mata
3. perdarahan orbita
4. Fraktur tulang etmoid
5. Blowout Fractures of the Floor of the Orbit
6. abrasi kornea
7. Benda asing pada konjungtiva dan kornea
Trauma pada mata

Closed Globe Open Globe

Burn Laserasi Ruptur Laserasi

Kontusio

Penetrasi Perforasi
PANOPTHALMITIS
Definition
Panophthalmitis is an inflammation of all three coats of the eye (and adjacent cavities);  it often starts a
an endophthalmitis that then involves the sclera an spreads to orbital structures.

Yanoff, Myron (2015). Ocular Pathology || Nongranulomatous Inflammation. , (), 53–66.e2. doi:10.1016/b978-1-4557-2874-9.00003-x 
Source of Inflammation
• Exogenous:

Sources originate outside the eye and body[e.g., local ocular physical injury (surgical trauma,
penetrating and perforating nonsurgical trauma, and radiant energy); chemical injuries (acid and alkali);
and allergic reactions to external antigens (conjunctivitis secondary to pollen)].

• Endogenous:

Sources originate in the eye [e.g., inflammation secondary to cellular immunity (phacoanaphylactic
endophthalmitis); spread from contiguous structures (the sinuses); hematogenous spread (virus,
bacteria, fungus, and foreign particle); and conditions of unknown cause  (sarcoidosis)].

Yanoff, Myron (2015). Ocular Pathology || Nongranulomatous Inflammation. , (), 53–66.e2. doi:10.1016/b978-1-4557-2874-9.00003-x 
Clinical Features
• Severe ocular congestion, chemosis, and haziness of the cornea, aqueous, and vitreous are
characteristic a purulent exudate, frequently visible as a hypopyon, may be present in the anterior
chamber.

• Pain is prominent in both conditions but especially in panophthalmitis.

• Extension into orbital tissue often results in congestion and edema of the lids and even
exophthalmos.

• The cause may be infectious or noninfectious.

Yanoff, Myron (2015). Ocular Pathology || Nongranulomatous Inflammation. , (), 53–66.e2. doi:10.1016/b978-1-4557-2874-9.00003-x 
Classifications
• Exogenous

 Infectious keratitis and corneal ulcers may cause a reflex sterile suppurative iridocyclitis and
hypopyon

 Nonsurgical penetrating or perforating trauma may lead to the presence of a contaminated or


sterile intraocular foreign body, producing a suppurative inflammation.

 Postoperative suppurative inflammation in the first day or two after surgery is usually purulent,
fulminating, and caused by bacteria.

1. Delayed (e.g., a month or two after intraocular surgery) endophthalmitis suggests a fungal
infection.

2. A bacterial infection is also a possible cause of delayed endophthalmitis, especially with


less virulent bacteria such as Staphylococcus epidermidis and Propionibacterium acnes

Yanoff, Myron (2015). Ocular Pathology || Nongranulomatous Inflammation. , (), 53–66.e2. doi:10.1016/b978-1-4557-2874-9.00003-x 
• Endogenous

 Metastatic septic emboli, especially in children or debilitated persons, may occur in subacute
bacterial endocarditis, meningococcemia, or other infections associated with a bacteremia,
viremia, or fungemia.

 Necrosis of an intraocular neoplasm, particularly retinoblastoma, may rarely result in a


suppurative endophthalmitis or even panophthalmitis.

Yanoff, Myron (2015). Ocular Pathology || Nongranulomatous Inflammation. , (), 53–66.e2. doi:10.1016/b978-1-4557-2874-9.00003-x 
Risk

Factor
Endogenous ● Exogenous

1. Bacterial colonized in eyelid


1. Chronic metabolites margin and conjunctiva
2. Immunosuppression 2. Helathcare presonnel
3. Malignancy 3. Surgical instrument and solutions
4. Intraoperative complication
4. IV drug abuse
5. Systemic issues (older age abpve
5. Long term intracorporeal foreign 80, DM)
body
6. Invasive surgery
Treatment
• The main treatment for endogenous bacterial panophthalmitis included intravitreal and periocular
injections of antibiotic/dexamethasone combinations.

• The periocular treatment included subconjunctival and sub-Tenon’s injections


Keadaan Darurat untuk Bedah
Mata
Kegawat •Keadaan darurat  peristiwa yang harus segera ditangani,
biasanya dalam satu jam pertama setelah kejadian

Daruratan
• Sebagian besar kasus yang muncul sebagai keadaan darurat dapat
didefinisikan sebagai kasus yang mendesak.

Kedaruratan •Trauma sejauh ini merupakan indikasi paling umum untuk urgensi
operasi
• Trauma sering dikaitkan dengan kecelakaan industri atau kendaraan
Trauma bermotor

Kedaruratan
• Kedaruratan bedah non-trauma termasuk ablasi retina spontan,
infeksi, dan komplikasi dari operasi sebelumnya
•Salah satu faktor yang menentukan tingkat urgensi operasi ablasi
Non-Trauma retina adalah kondisi makula. Risiko detasemen berkembang dan
mengakibatkan hilangnya makula meningkatkan rasa urgensi.

19
Waktu Operasi : Keadaan Darurat Bedah
Mata
Idealnya semua pasien harus berpuasa sebelum menjalani
anestesi  meminimalkan risiko aspirasi dan cedera paru, hal
ini perlu dipertimbangkan terhadap risiko pada mata yang
dapat menyebabkan penundaan operasi.

Pada cedera mata terbuka, banyak ahli bedah


mata bersedia menunda operasi sampai pasien
cukup berpuasa sebelum anestesi

Puasa menjadi penting khususnya pada kasus dimana


terdapat kerusakan parah pada mata dan
pembedahan tidak akan memperbaiki penglihatan

20
Waktu Operasi : Keadaan Darurat Bedah
Mata

Sebagian besar kasus yang melibatkan trauma tumpul biasanya dapat ditunda
untuk memungkinkan pasien berpuasa

Cedera tembus mungkin perlu ditangani dengan lebih mendesak karena risiko
infeksi dan endoftalmitis  Jika pasien mengalami cedera mata terbuka, terdapat
risiko kehilangan vitreous dan ablasi retina.

Cedera mata terbuka di mana sebagian besar mata masih utuh dan
prognosis visualnya baik perlu ditangani dengan lebih mendesak

21
Waktu Operasi : Keadaan Darurat Bedah
Mata
• Dilakukan berdasarkan kasus per kasus
Pengambilan dengan tingkat urgensi tergantung pada
ukuran laserasi dan sepadan dengan risiko
Keputusan kehilangan isi okular, seberapa kotor lukanya
dan risiko infeksi

• Selama 6 jam pada pasien yang tidak rumit


• Pasien dapat minum cairan bening (air,
minuman buah tidak bersoda) hingga 2-4
Waktu jam sebelum waktu operasi
• Pasien dengan trauma atau menerima
Puasa opioid  membutuhkan waktu 24 jam
untuk berpuasa
• Interval waktu terpenting  waktu makan
terakhir dan waktu cidera

22
Komorbiditas atau Masalah Medis pada
Pasien
• Trauma mata yang membutuhkan pembedahan dapat berkaitan dengan
cedera lain yang mungkin memerlukan atau tidak memerlukan
pembedahan.
• Pada pasien cedera multiple  masalah yang mengancam jiwa harus
ditangani sebelum masalah yang mengancam penglihatan.
• Pasien dengan proses penyakit lain seperti diabetes atau penyakit
jantung iskemik harus dioptimalkan sebelum operasi jika waktu
memungkinkan

23
Anestesi untuk Prosedur Bedah Mata :
Pilihan Teknik Anestesi Lokal atau Umum
Pilihan teknik akan bergantung pada faktor pasien serta
fasilitas lokal dan preferensi ahli bedah, namun pada operasi
mata ekstraokular, segmen anterior, dan vitreoretina umumnya
menggunakan teknik anestesi lokal

Pada praktiknya terdapat beberapa alasan untuk penggunaan


anestesi umum pada kasus darurat, salah satunya agar pasien
kooperatif khususnya pada kasus anak-anak dan lansia

Pada beberapa pasien dimungkinkan untuk melakukan


operasi pada cedera mata terbuka kecil menggunakan
anestesi topikal, blok subtenon atau blok peribulbar atau
retrobulbar yang hati-hati
24
Anestesi untuk Prosedur Bedah Mata :
Opsi Sedasi
Sedasi tidak boleh digunakan sebagai alternatif anestesi umum
pada pasien dengan perut penuh  Jika pasien mengalami nyeri
selama operasi menggunakan teknik anestesi lokal, pasien
memerlukan analgesia, bukan sedasi.

Jika sedasi akan digunakan maka dosis kecil agen kerja singkat
seperti midazolam atau diazepam dosis rendah harus diberikan.
Propofol dalam dosis kecil 10mg juga dapat digunakan terutama
sebelum melakukan blok mata anestesi lokal

Beberapa ahli anestesi menggunakan alfentanil atau fentanil


dosis kecil. Kunci sedasi yang baik adalah mempertahankan
kontak verbal dengan pasien

25
Anestesi untuk Prosedur Bedah Mata :
Opsi Sedasi : Pilihan Obat Anestesi Umum
• Ketamine mungkin meningkatkan tekanan intraocular (secara literatur
bertentangan).
• Sebagian besar buku teks menyatakan bahwa itu harus dihindari pada
cedera mata terbuka  Jika akan digunakan sebaiknya digunakan dalam
kombinasi dengan benzodiazepin dosis kecil (midazolam, diazepam)
untuk menumpulkan efek rangsangnya
• Idealnya ketamin harus digunakan dengan relaksan otot dan ventilasi
terkontrol jika kontrol tekanan intraokular
• Salah satu pilihan relaksan otot non-depolarisasi adalah Suxamethonium
(scoline)  meningkatkan tekanan intraokular.

26
Anestesi untuk Prosedur Bedah Mata :
Manajemen Jalan Napad & Mode
Ventilasi
• Melakukan intubasi dan ventilasi  memastikan jalan napas yang
aman (bidang bedah masuk jarak dekat) dan untuk memfasilitasi
hipokarbia ringan (ini mengurangi tekanan intraokular).
• Penggunaan laryngeal mask tidak disarankan  respon pressor
terhadap laringoskopi dan intubasi menyebabkan peningkatan
tekanan intraokular.
• Laryngeal mask tidak melindungi terhadap aspirasi isi lambung 
Oleh karena itu penggunaannya dalam anestesi darurat terbatas

27
Anestesi untuk Prosedur Bedah Mata :
Analgesik dan Kontrol Mual dan Muntah

Obat Analgesik Oral


yang dapat digunakan

28
Anestesi untuk Prosedur Bedah Mata :
Analgesik dan Kontrol Mual dan Muntah

Obat Mual dan


Muntah yang
dapat digunakan

29
Anestesi untuk Prosedur Bedah Mata :
Pendekatan Praktis untuk Anestesi Kegawatdaruratan
Mata
Kaji indikasi untuk anestesi darurat dalam diskusi dengan ahli bedah. Bisa
operasi ditangguhkan sampai jam kerja normal dan untuk memungkinkan
puasa yang memadai?
1-2 Lakukan penilaian pra operasi lengkap termasuk anamnesis dan
pemeriksaan

Apakah ada masalah medis/trauma yang perlu dialamatkan dulu? Tentukan


pilihan teknik anestesi. Menyediakan pasien dengan penjelasan lengkap.
Beri tahu pasien apa yang diharapkan jika teknik anestesi lokal yang akan
3 digunakan

Jika anestesi umum dipilih, putuskan apakah perut pasien penuh dan berisiko
aspirasi
4

30
Anestesi untuk Prosedur Bedah Mata :
Pendekatan Praktis untuk Anestesi Kegawatdaruratan
Mata
Jika pasien memiliki perut penuh urutan yang cepat teknik induksi harus
digunakan.
Lakukan preoksigenasi dengan oksigen 100%.
Tekanan pada mata yang terkena dari mask harus dihindari.
Pasien kemudian harus diinduksi dengan agen anestesi intravena (misalnya
thiopentone 4- 7mg/kg) dan relaksan otot onset cepat (suxamethonium 1-
1.5mg/kg saat ini satu-satunya opsi realistis).

5
Selama pasien diinduksi tekanan krikoid harus diterapkan oleh asisten (manuver
Sellick) sehingga menutup kerongkongan di belakang. Trakea pasien harus
diintubasi setelah itu tekanan krikoid dapat dihilangkan. Perhatikan bahwa
ikatan pipa endotrakeal tidak boleh ketat di sekitar leher karena ini
menghambat vena drainase dan meningkatkan tekanan intraokular.

31
Anestesi untuk Prosedur Bedah Mata :
Pendekatan Praktis untuk Anestesi Kegawatdaruratan
Mata
Pilihan perawatan tergantung pada ketersediaan local misalnya 40% O2, 60%
N2O dan agen inhalasi. Perhatikan bahwa semua agen inhalasi mengurangi
6 tekanan intraocular

Kontrol ventilasi selama prosedur bertujuan untuk karbon dioksida end-tidal rendah
hingga normal. Ini mungkin memerlukan penggunaan pelemas otot yang bekerja
lebih lama (misalnya vecuronium 0,1 mg/kg). Sedikit memiringkan kepala
7 membantu mengurangi tekanan intraokular.

Pada akhir prosedur pasien harus diekstubasi miring dan setelah refleks pelindung jalan
napas telah kembali. Pada pasien yang dianggap tidak berisiko terhadap aspirasi,
ekstubasi dengan pasien dalam dan bernapas secara spontan dapat mencegah batuk.

8 Batuk dan mengejan yang parah perlu dihindari karena hal ini meningkatkan risiko
perdarahan okular

32
Anestesi untuk Prosedur Bedah Mata :
Pendekatan Praktis untuk Anestesi Kegawatdaruratan
Mata
Jika perut pasien tidak kenyang dan sedang tidak dianggap berisiko
aspirasi, anestesi umum harus dilanjutkan seperti untuk pasien elektif.
Pra-oksigenasi pasien untuk keselamatan dan induksi dengan agen
intravena. Berikan relaksan long-acting setelah kemampuan ventilasi
terbentuk.
Laringoskopi harus dilakukan dengan lembut.

9
Pertimbangkan untuk menyemprot pita suara dengan lignokain untuk
meminimalkan respons pressor terhadap intubasi. Ini juga dapat
mengurangi risiko batuk saat intubasi. Intubasi, ventilasi dan
pertahankan anestesi.

33
Anestesi untuk Prosedur Bedah Mata :
Pendekatan Praktis untuk Anestesi Kegawatdaruratan
Mata

Pasca operasi mual, muntah dan nyeri harus dijaga seminimal mungkin
karena dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. Resep
teratur analgesia oral dan antiemetik.
Beberapa pasien mungkin membutuhkan analgesia yang lebih kuat di

10
awal setelah operasi. Titrasi dosis kecil opioid intravena (morfin,
pethidine) untuk mengontrol rasa sakit.

34
Anestesi untuk Prosedur Bedah Mata :
Pendekatan Praktis untuk Anestesi Kegawatdaruratan
Mata

Pasca operasi mual, muntah dan nyeri harus dijaga seminimal mungkin
karena dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. Resep
teratur analgesia oral dan antiemetik.
Beberapa pasien mungkin membutuhkan analgesia yang lebih kuat di

10
awal setelah operasi. Titrasi dosis kecil opioid intravena (morfin,
pethidine) untuk mengontrol rasa sakit.

35
Kesimpulan
 Pasien dengan cedera mata traumatis membutuhkan prosedur bedah mata
lebih mungkin membutuhkan anestesi umum daripada indikasi lainnya
untuk prosedur bedah mata.
 Kebanyakan operasi mata di unit mata menyediakan perawatan mata
umum dilakukan di bawah lokal anestesi, personil dan bahan untuk umum
prosedur anestesi harus tersedia untuk anak-anak dan operasi mata darurat
khususnya perbaikan dinding mata.
 Kegawatdaruratan dan waktu minimal pasien berpuasa sebelum operasi
dengan blok anestesi lokal masih kontroversial.
 Sehingga, pada pasien yang menjalani anestesi mata darurat, prinsip puasa
di atas harus digunakan terlepas dari teknik anestesi yang dipilih.

36
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai