Anda di halaman 1dari 23

G2P1A0 GRAVIDA 19-20 MINGGU +

SUSPEK TUMOR JINAK OVARIUM

TIM 403
KASUS
Identitas : Ny AP/ Perempuan
Usia : 23 tahun
BB/ TB : 73 kg/161 cm (BMI 28,2 kg/m2)
Diagnosis : G2P1A0 Gravida 19-20 minggu +
Suspek Tumor Jinak Ovarium
Tindakan : Salpingo-oophorectomy
Anamnesis
• Keluhan Utama: benjolan di perut yang dirasakan
sejak 3 tahun SMRS, dan semakin membesar sejak
6-7 bulan SMRS
• Ditemukan hamil 17 minggu dengan janin hidup
tunggal intrauterine saat dilakukan pemeriksaan
USG 2 minggu SMRS. Pasien saatini hamil usia 19-
20 minggu
• Riwayat operasi sebelumnya tidak ada
• Riwayat alergi dan penyakit penyerta tidak ada.
PEMERIKSAAN FISIK

• Kesadaran : compos mentis


• Tekanan darah : 112/76 mmHg
• HR : 94x/menit
• RR : 22 x/menit
• SpO2 : 98 % udara bebas
PEMERIKSAAN FISIK

• Kepala : konjunctiva anemis (-/-), sklera icteric


(-/-)
• Thorax : VBS kanan sama dengan kiri, rhonki dan
wheezing tidak ada, WOB (-/-)
• Abdomen : Supel, TFU sesuai usia kehamilan
• Ekstremitas : akral hangat +/+, CRT <2”, edema
pretibial (-/-)
Hasil Laboratorium 15/12/2020:
Hb Ht L Tr PT INR APTT
13,6 41,2 9030 343.000 14,0 0,94 31,30

GDS Ur Cr SGOT SGPT Na K Cl Mg


83 8,0 0,72 14 15 135 4,7 110 1,9

PCR SARS CoV 2


Negatif
Thorax Foto 18/2/2021
• Tidak tampak
metastase
intrapulmonal
• Kardiomegali DD/
Posisi
• Diafragma kanan
elevasi
Pemeriksaan Penunjang
EKG (8/01/2021) : Normal Sinus Rhythm, 81x/menit
Tes Fungsi Paru (8/01/2021) : Normal
USG (07/01/2021)
• Tampak janin tunggal hidup ukuran 17 minggu, DJJ (+)
normal
• Tampak massa kista multilokuler ukuran 20,68 cm x 19,01
cm x 12,13 cm, septa (+), Colour doppler +1 , Suspek
Tumor jinak ovarium. Ascites (+)
ASSESMENT
• G2P1A0 GRAVIDA 19-20 MINGGU + SUSPEK
TUMOR JINAK OVARIUM
• ASA II

• Rencana: SALPINGO-OOPHORECTOMY
Problem pada pasien
• Actual Problem: gravida

• Potential Problem: aspirasi, hipotensi,


pendarahan, peningkatan tekanan
intraabdominal, dan preterm labour.
Penatalaksanaan Anestesi
• Preoperatif
• Puasa 6 jam pre operatif
• IV line maintenance 2 mL/kgBB/jam
• DJJ pre operasi
• Dilakukan penjelasan mengenai kondisi/keadaan
pasien saat ini, prosedur anestesi serta komplikasi
yang akan dihadapi dan bagaimana penangannya
• Informed consent
• Diberikan Metoklopramide 10 mg dan Ranitidine 50
mg intravena 30 menit sebelum induksi.
Penatalaksanaan Anestesi
- Dilakukan Tindakan Rapid sequence induction dengan
Preoksigenasi dengan O2 100% selama 5 menit.
- Induksi dengan Fentanyl 1-2 mcg/kg (100 mcg), Propofol
2 mg/kg (200 mg) dan dilakukan Sellick manuever ketika
pasien mulai tidur dengan penekanan cricoid. Setelah itu
diberikan Rocuronium 1.2 mg/kg (90 mg). Intubasi dengan
ETT non spiral 6.5.
- Rumatan : Sevoflurane 1-2 Vol% dengan oksigen dan
udara (air), FiO2 50%
- Cairan maintenance Kristaloid 2 mL/kgBB dan
penggantian darah / transfusi bila perdarahan > 20% EBV
Penatalaksanaan Anestesi
• Pasca operasi
• Pemantauan hemodinamik di RR
• Manajemen nyeri adekuat :
- Paracetamol 4 x 1000 mg IV
- TAP blok dengan Bupivacaine 0,2% 20 ml pada
kedua sisi
• Pemantauan janin dengan pengukuran DJJ post
operasi
TEORI
Anestesi Non-Obstetrik pada Pasien Hamil
• Sekitar 1-2% wanita hamil menjalani prosedur pembedahan non-obstetrik
• Masalah pada fetus :
• Risiko intraoperatif asfiksia dan hipoksemia akibat menurunnya aliran darah
uterus, hipotensi dan hipoxia maternal , depresi fetal cardiovascular akibat
agen anestesi
• Paparan fetus dari obat teratogenik
• Risiko kelahiran preterm akibat konsekuensi prosedur operasi / pemberian
obat
• Tujuan anestesi : Optimalisasi dan menjaga fungsi fisiologis ibu dan bayi
• Terjadi perubahan fisiologis pada ibu hamil
• Menjaga aliran darah uteroplasental  mencegah fetal asfiksia
• Mencegah efek samping obat terhadap janin
• Mencegah stimulasi miometrium
Hal yang harus Diperhatikan

Perubahan fisiologis ibu hamil


• Curah jantung meningkat dan
volume plasma meningkat
• FRC menurun dan kebutuhan
oksigen meningkat (terutama
trimester 2)  lebih mudah
mengalami hipoxia 
preoksigenasi
• Mekanikal dan hormonal 
Pengosongan lambung lambat,
tonus spingter gastro-esofagus
menurun. Premedikasi : ranitidine,
metoklopramid, puasa cukup 
risiko aspirasi
Sirkulasi Uteroplasenta

• Kesejahteraan janin
• Pertahankan aliran darah uterus
• Hal yang menurunkan UBF : hipotensi sistemik, vasokonstriksi
uterus, kontraksi uterus
• Cegah hipoksia, hiperkarbi, hipotensi (TDS pertahankan > 90
mmHg)
• Hindari obat-obatan anestesi yang memicu kontraksi uterus
(ketamine)
• Nyeri  meningkatkan katekolamin dan mempengaruhi perfusi
uteroplasenta : manajemen nyeri perioperatif harus diperhatikan
KAPAN ?
Prevention of Preterm Labor

• Sebagian besar studi epidemiologi dari operasi nonobstetric


selama kehamilan telah melaporkan insiden aborsi dan
kelahiran prematur yang lebih tinggi.

• Tidak jelas apakah operasi, manipulasi uterus, atau


teknik/agen anestesi ??

• Bukti yang dipublikasikan tidak mendukung penggunaan


rutin agen tokolitik profilaksis.
Drugs.com

Ephedrine - A
Neostigmin – C
Ranitidine – B
Metoclopramide – A
Midazolam – C
Pethidine – C
Ketorolac – C
Paracetamol – A
Rocuronium – C
Hatur Nuhun

Anda mungkin juga menyukai