Anda di halaman 1dari 26

DHF

PENGERTIAN
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
Dengue Famili Flaviviridae,dengan genusnya
adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat
serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2,
DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik
mempunyai tingkatan manifestasi yang
berbeda, tergantung dari serotipe virus
Dengue.
• Demam Berdarah Dengue adalah suatu
penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue terutama menyerang anak-anak
dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak,
disertai manifestasi perdarahan dan
berpotensi menimbulkan renjatan/syok dan
kematian
ETIOLOGI
Demam Berdarah Dengue
(DBD)disebabkan virus
dengue yang termasuk kelompok B Arthropod
Borne Virus(Arboviroses) yang sekarang dikenal
sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae,
dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu ;
DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4.
DHF atau Tifoid

                                                                  
EPIDEMIOLOGI

Infeksi virus dengue telah ada di Indonesia


sejak abad ke -18, seperti yang dilaporkan oleh
David Bylon seorang dokter berkebangsaan
Belanda.
Pada masa itu infeksi virus dengue di Asia
Tenggara hanya merupakan penyakit ringan
yang tidak pernah menimbulkan kematian.
Lanjutan…..

Pada tahun 1968 penyakit DBD dilaporkan di


Surabaya dan Jakarta dengan jumlah kematian
yang sangat tinggi.
Dalam kurun waktu 30 tahun sejak ditemukan
virus dengue di Surabaya dan Jakarta, baik
dalam jumlah penderita maupun daerah
penyebaran penyakit terjadi peningkatan yang
pesat
Lanjutan…

Sampai saat ini DBD telah ditemukan di seluruh


propinsi di Indonesia, dan 200 kota telah
melaporkan adanya kejadian luar biasa.
Incidence rate meningkat dari 0,005 per
100,000 penduduk pada tahun 1968 menjadi
berkisar antara 6-27 per 100,000 penduduk.
PATOFISIOLOGI
• Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke
dalam tubuh penderita adalah viremia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam,
sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal
diseluruh tubuh, ruam atau batuk, bintik-bintik
merah pada kulit (ptekie), hiperemi
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi
seperti pembesaran kelenjar getah bening,
pembesaran hati (hepatomegali) dan
pembesaran limpa.
• Peningkatan permeabilitas dinding kapiler
mengakibatkan berkurangnya volume plasma,
terjadinya hipotensi, homokonsentrasi dan
hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
• Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit lebih dari
20%) menggambarkan adanya kebocoran (perembesan)
plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting
untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena
itu, pada penderita DHF sangat dianjurkan untuk
memantau hetokrit darah berkala untuk mengetahui
berapa persen hemokonsentrasi terjadi.
 
PATWAY
TANDA DAN GEJALA
Demam
• Demam akut dengan gejala yang tidak spesifik, anoreksi,
lemah, nyeri punggung, nyeri tulang sendi dan kepala.
Biasanya berlangsung 2-7 hari.
Perdarahan
• Manifestasi perdarahan pada umumnya muncul pada hari
ke 2-3 demam. Bentuk perdarahan dapat berupa : uji
torniquet positif. Ptekiae, purpura, ekimosis, epitaksis dan
perdarahan gusi, hematemesis melena. Uji torniquet
positif bila terdapat lebih dari 20 ptekiae dalam diameter
2,8 cm.
• -Hepatomegali
• Ditemukan pada permulaan demam, sifatnya
nyeri tekan dan tanpa disertai ikterus.
• - Renjatan ( Syok )
• Syok biasanya terjadi pada saat demam mulai
menurun pada hari ke-3 dan ke-7 sakit. Syok
yang terjadi lebih awal atau pada periode
demam biasanya mempunyai prognosa buruk.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan Laboratorium
a.    Darah :
1.Kadar trombosit darah menurun (trombositopenia)
2.Hematokrit meningkat lebih dari 20%, merupakan indikator
akan timbulnya rejatan.
3.Hemoglobin meningkat lebih dari 20%.
4.Lekosit menurun (lekopenia) pada hari kedua atau ketiga.
5.Masa perdarahan memanjang.
6.Protein rendah (hipoproteinemia)
7.Natrium rendah (hiponatremia)
8.SGOT/SGPT bisa meningkat
9.Astrup : Asidosis metabolic
b. Urine :
Kadar albumin urine positif (albuminuria)
c. Foto thorax
Bisa ditemukan pleural effusion.
KLASIFIKASI
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya
penyakit, secara klinis dibagi menjadi 4 derajat
(Menurut WHO, 1986) :
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa
perdarahan spontan, , trombositopenia dan
hemokonsentrasi.Åuji tourniquet
2. Derajat II
Derajat I dan disertai pula perdarahan spontan
pada kulit atau tempat lain.
3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi
cepat dan lemah, tekanan darah rendah
(hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar mulut,
hidung dan jari (tanda-tanda dini renjatan).
4. Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba
dan tekanan darah tak dapat diukur
KOMPLIKASI

Perdarahan luas
Syok (rejatan)
Pleural Effusion
Penurunankesadaran
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
1.       Tirah baring atau istirahat baring.
2.       Diet makan lunak.
3.       Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu,
teh manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit,
pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi
penderita DHF.
4.       Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl
Faali) merupakan cairan yang paling sering digunakan.
5.       Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi,
pernafasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat
tiap jam.
6.       Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
7.       Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari
golongan asetaminopen.
8.       Monitor tanda-tanda perdarahan lebih
lanjut.
9.       Pemberian antibiotik bila terdapat
kekuatiran infeksi sekunder.
10. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi
keadaan umum, perubahan tanda-tanda
vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang
memburuk.
11.   Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.
• Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di
perawatan intensif dan segera dipasang infus
sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila
tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau
plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20 –
30 ml/kg BB.
• Pemberian cairan intravena baik plasma
maupun elektrolit dipertahankan 12 – 48 jam
setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah
teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitudo nadi
cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg,
kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi
• Transfusi darah diberikan pada pasien
dengan perdarahan gastrointestinal yang
hebat. Indikasi pemberian transfusi pada
penderita DHF yaitu jika ada perdarahan
yang jelas secara klinis dan abdomen yang
makin tegang dengan penurunan Hb yang
mencolok.
Pada pasien renjatan :
·         Antibiotika
·         Kortikosteroid
·         Antikoagulasi
CARA PENCEGAHAN
Satu-satunya cara mencegah penyakit DHF dan Chikungunya adalah
dengan membasmi nyamuk pembawa virusnya, termasuk memusnahkan
sarangpembiakan larva untuk menghentikan rantai hidup dan
penularannya. Cara sederhana yang sering dilakukan masyarakat misalnya:
•- Menguras bak mandi, paling tidak seminggu sekali. Mengingat nyamuk
tersebut berkembang biak dari telur sampai dewasa dalam kurun waktu 7-
10 hari.
•- Menutup tempat penyimpanan air
•- Mengubur sampah
•- Menaburkan larvasida.
•-Memelihara ikan pemakan jentik
•- Pengasapan
•- Pemakaian anti nyamuk
•-Pemasangan kawat kasa di rumah.
• Selain itu, nyamuk juga menyenangi tempat yang
gelap, lembab, dan pengap. Pintu dan jendela rumah
dibuka setiap hari mulai dari pagi hingga sore, agar
udara segar dan sinar matahari dapat masuk,
sehingga terjadi pertukaran udara dan pencahayaan
yang sehat.
• Insektisida yang digunakan untuk membasmi nyamuk
ini adalah dari golongan malation, sedangkan
themopos untuk mematikan jentik-jentiknya.
Malation dipakai dengan cara pengasapan, bukan
dengan menyemprotkan ke dinding. Hal ini
dikarenakan nyamuk Aedes aegypti tidak suka
hinggap di dinding, melainkan pada benda-benda
yang menggantung.
• Halaman atau kebun di sekitar rumah harus bersih dari
benda-benda yang memungkinkan menampung air
bersih, terutama pada musim hujan seperti sekarang.
Pintu dan jendela rumah sebaiknya dibuka setiap hari,
mulai pagi hari sampai sore, agar udara segar dan sinar
matahari dapat masuk, sehingga terjadi pertukaran
udara dan pencahayaan yang sehat. Dengan demikian,
tercipta lingkungan yang tidak ideal bagi nyamuk
tersebut.
• Pencegahan individu dapat dilakukan dengan cara
khusus seperti penggunaan obat oles kulit (insect
repellent) yang mengandung DEET atau zat aktif EPA
lainnya. Penggunaan baju lengan panjang dan celana
panjang juga dianjurkan untuk dalam keadaan daerah
tertentu yang sedang terjadi peningkatan kasus.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai