Anda di halaman 1dari 16

Laporan Pendahuluan

Otitis Media

Riris Udaeni R
1420119026
A. Definisi

Otitis media ialah inflamasi telinga tengah. Otitis media akut adalah pandangan akut
sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah. Otitis media akut ialah radang akut
telinga tengah yang terjadi terutama pada bayi atau anak yang biasanya di dahului oleh
infeksi nafas bagian atas

B. Etiologi
Penyebabnya adalah bakteri piogenik seperti streptococcus haemolyticus,
staphylococcus aureus, pneumococcus , haemophylus influenza, escherecia coli,
streptococcus anhaemolyticus, proteus vulgaris, pseudomonas aerugenosa. (Kapita selekta
kedokteran, 1999).
Faktor Predisposisi:
1. infeksi kronis adenoid
2. tonsillitis
3. rhinitis
4. Sinusitis
5. batuk rejan
6. Morbili
7. pada anak : kondisi tuba yang pendek, lebar, horizontal
C. Tanda dan Gejala

Gejala klinis otitis mediatergantung pada stadium penyakit dan umur pasien
:
1. Biasanya gejala awal berupa sakit telinga tengah yang berat dan menetap.
2. Biasa tergantung gangguan pendengaran yang bersifat sementara.
3. Pada anak kecil dan bayi dapat mual, muntah, diare, dan demam sampai
39,50Derajat Celcius, gelisah, susah tidur diare, kejang, memegang
telinga yang sakit.
4. Gendang telinga mengalami peradangan yang menonjol.
5. Keluar cairan yang awalnya mengandung darah lalu berubah menjadi
cairan jernih dan akhirnya berupa nanah (jika gendang telinga robek).
6. Membran timpani merah, sering menonjol tanpa tonjolan tulang yang
dapat dilihat.
7. Keluhan nyeri telinga (otalgia), atau rewel dan menarik-narik telinga
pada anak yang belum dapat bicara.
8. Anoreksia (umum).
9. Limfadenopati servikal anterior. (Kapita selekta kedokteran, 1999).
D. Pemeriksaan Dianostik

Menurut Muscari 2005, h, 220 ialah:


1. Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan
membrane timpani
2. Kultur dan uji sensitivitas hanya dapat dilakukan bila dilakukan
timpanosentesis (aspirasi jarum dari telinga tengah melalui
membrane timpani) uji sensitivitas dan kultur dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi organisme pada secret telinga
3. Pengujian audiometric menghasilkan data dasar atau mendeteksi
setiap kehilangan pendengaran sekunder akibat infeksi berulang
E. Penatalaksanaan
1. Kaji anak terhadap demam dan tingkat nyeri, dan kaji adanya
komplikasi yang mungkin terjadi.
2. Turunkan demam dengan memberikan antipiretik sesuai
indikasi dan lepas pakainan anak yang berlebihan.
3. Redakan nyeri dengan memberikan analgesik sesuai indikasi,
tawarkan makanan lunak pada anak untuk membantu
mengurangi mengunyah makanan, dan berikan kompres
panas atau kompres hangat lokal pada telinga yang sakit.
4. Fasilitas drainase dengan membaringkan anak pada posisi
telinga yang sakit tergantung.
5. Cegah kerusakan kulit dengan menjaga telinga eksternal
kering dan bersih.
6. Berikan penyuluhan pada pasien dan keluarga
F. Komplikasi

1. Ruptur membrane timpani dengan otorea


2. Tuli konduktif jangka pendek
3. Tuli permanen
4. Meningitis
5. Mastoiditis
6. Abses otak
7. Kolesteatoma yang di dapat (sakus telinga tengah terisi epitel atau
keratin)
G. Pathway
H. Laporan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
Nama klien, No. Rek. Media, Usia (Otitis media sering dijumpai pada
anak – anak di bawah usia 15 tahun), Tinggi dan berat badan, Tanggal
dan waktu kedatangan, Orang yang dapat dihubungi.
b. Keluhan Utama
Menanyakan alasan klien berobat ke rumah sakit dan menanyakan apa
saja keluhan yang ia rasakan.
c. Riwayat Kesehatan Dulu
menanyakan apakah klien pernah mengalami otitis media sebelumnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
menanyakan apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat
penyakit ini sebelumnya
e. Riwayat penyakit sekarang
tanyakan pada klien gejala-gejala apa saja yang dirasakannya saat ini.
f. pola Fungsional Gordon
1) Pola Persepsi – Manajemen Kesehatan
• Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit. Apakah pasien
langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai penyakit tersebut mengganggu
aktivitas pasien. Pengkajian
• Tanyakan tentang penggunaan obat-obat tertentu (misalnya antidepresan trisiklik,
antihistamin, fenotiasin, inhibitor monoamin oksidase ( MAO), antikolinergik dan
antispasmotik dan obat anti-parkinson.
• Tanyakan tentang penggunaan alcohol, dan tembakau untuk mengetahui gaya hidup
klien
2) Pola Nutrisi – Metabolik
• Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi, siang dan malam )
• Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah, pantangan atau
alergi
• Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan
• Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang
mengandung vitamin antioksidant
3) Pola Eliminasi
• Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan karakteristiknya
• Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi
• Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan alat bantu untuk
miksi dan defekasi.
4) Pola Aktivitas – Latihan
• Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan. Klien akan
mengalami kesulitan atau keterbatasan dalam beraktivitas sehubungan dengan luas lapang
pandangnya yang berkurang dan kekeruhan pada matanya akibat dari glaukoma yang
dideritanya.
• Kekuatan Otot : Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan ototnya karena yang
terganggu adalah pendengarannya.
• Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.
5) Pola Istirahat - Tidur
• Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien
• Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur yang berhubungan
dengan gangguan pada telinganya
• Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar atau tidak?
6) Pola Kognitif - Persepsi
• Kaji status mental klien
• Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam memahami sesuatu
• Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara klien. Identifikasi penyebab
kecemasan klien
• Pendengaran : menuru karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah yang
normalnya adalah steril.
• Penglihatan : Baik, biasanya klien yang mengalami gangguan pendengaran, tidak berpengaruh
terhadap penglihatannya.
• Kaji apakah klien mengalami vertigo
• Kaji nyeri : Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba tiba / berat
menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
7) Pola Persepsi Dan Konsep Diri
• Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri, apakah
kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya
• Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas, depresi atau
takut
• Apakah ada hal yang menjadi pikirannya
8) Pola Peran Hubungan
• Tanyakan apa pekerjaan pasien
• Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien seperti: pasangan,
teman, dll.
• Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan penyakit klien
9) Pola Seksualitas/Reproduksi
• Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya
• Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait dengan
menopause
• Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan
kebutuhan seks
10) Pola Koping-Toleransi Stres
• Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial atau perawatan
diri )
• Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi kecemasannya
(mekanisme koping klien ). Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress
atau klien sering berbagi masalahnya dengan orang-orang terdekat.
13)Pola Keyakinan-Nilai
• Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam
beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya.
Orang yang dekat kepada Tuhannya lebih berfikiran positif.
14) Pemeriksaan Fisik
• Tanda – tanda vital : ukur suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan
• Kaji adanya perilaku nyeri verbal dan non verbal
• Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher
• Kaji kemungkinan tuli
• Pemeriksaan fisik dilakukan dari hair to toe dan berurutan berdasarkan
system

2. Diagnose keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada telinga tengah dan
rupturnya membrane tympani
b. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
c. Gangguan persepsi sensori auditori berhubungan dengan gangguan
hantaran pada organ pendengaran.
3. Nursing Care Plan

Diagnose Tujuan Intervensi Rasional


keperawatan
Nyeri akut Setelah dilakukan a. Kaji a. Menentukan
berhubungan tindakan keperawatan karakteristik tingkat keparahan
dengan selama 2x24 jam, rasa nyeri dan intervensi
inflamasi pada nyeri b. Anjurkan klien lebih lanjut.
telinga tengah dapat terkontrol dengan untuk tidak b. Dapat
dan rupturnya kriteria hasil : mengorek memperoleh
membrane a. Skala nyeri 1-3 telinga infeksi/rupture
tympani b. Ekspresi wajah rileks c. kompres membrane
dingin pada tympani
bagian c. Kompres dapat
mastoid. mengurangi rasa
nyeri.
Hipertermi Setelah dilakukan a. Ukur suhu 6 a. Mengetahui
berhubungan tindakan jam sekali perubahan
dengan proses keperawatan selama b. Kompres suhu sebelum
inflamasi 2x24 jam klien hangat pada dan sesudah
menyatakan tidak lipatanlipata dilakukan
demam lagi dengan n dan kening intervensi
kriteria hasil : c. Anjurkan b. Kompres pada
a. Suhu 36,7°C-37°C pasien untuk lipatan,
b. Tidak terjadi minum lebih contohnya :
tanda-tanda ± 2,5-3 ketiak, lebih
dehidrasi. L/hari cepat
menurunkan
panas karena
poripori di
daerah tersebut
besar.
c. Menceah
dehidrasi
sebagai efek
demam.
Gangguan Setelah dilakukan a. Kaji tingkat a. Mengetahui
persepsi tindakan gangguan tingkat
sensori auditori keperawatan selama Pendengaran gangguan dan
berhubungan 2x24 jam fungsi b. Ketika menentukan
dengan indera pendengaran berkomunik intervensi
gangguan klien kembali asi dengan b. Dengan
hantaran pada normal dengan klien komunikasi
organ kriteria hasil : usahakan keras tapi pelan
pendengaran. a. Gangguan dnegan diharapkan
pendengaran dapat suara keras dapat lebih
teratasi tapi pelan. diterima klien.
b. Klien tidak c. Kolaborasi c. Timpanotomi
mengalami dalam bertujuan
hambatan melakukan untuk
komunikasi. miringotomi melakukan
/timpanotom drainase secret
i. dari telinga
tengah ke
telinga luar
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai