Anda di halaman 1dari 18

SISTEM

PENANGGULANGA
N BENCANA
Tujuan materi ini adalah mengetahui dan mengerti mengenai
Sistem Penanggulangan Bencana yang saat ini sedang dibangun
di Indonesia. Sistem ini berlaku disemua tingkatan yaitu
Nasional, Provinsi, Kabupaten, Kota, Kecamatan dan Desa.
UU No. 24 Tahun 2007 :
Penanggulangan Bencana
• Kejadian - kejadian bencana di indonesia seperti :
Bencana Gempabumi Yogyakarta dan Jawa
TengahMei 2006 Bencana Tsunami Pangandaran
Juli 2006 Bencana TsunamiAceh dan Sumatra
Utara Desember 2004 Pada awal tahun 2000
terjadi beberapa kejadian bencana di Indonesia.
Beberapa kejadian besar diantaranya Bencana
Tsunami di Aceh dan Sumatra Utara pada bulan
Desember 2004 ,
• mengeluarkan UU No. 24 Tahun 2007 mengenai
Penanggulangan Bencana. Undang-undang ini
diharapkan dapat menjawab seluruh
permasalahan penanggulangan bencana yang
terjadi selama ini.UU No. 24 Tahun 2007 :
Penanggulangan Bencana
BELAJAR DARI PENGALAMAN
• Pra Bencana :kurang diperhatikan,kesiapsiagaan kurang,
Bencana terjadi pada waktu kita tidak siap
• Pada saat kondisi darurat : Panik berkepanjanganTidak
tahu apa yang harus diperbuat Koordinasi kacau,
kewenangan tidak jelasStress (diri, famili/Keluarga,
tetangga menjadi korban)Distribusi bantuan
kacauKetidakpercayaan pada pemerintahTekanan Media
Isu yang menyesatkan dari pihak yang tidak
bertanggungjawab Semua ingin membantu tapi tidak
banyak yang bisa diperbuat Keamanan terganggu.
• Pasca Bencana:Pemulihan Fisik, sosial, ekonomi dan
lingkungan berjalan lambat, dan tidak menyeluruh
Bantuan hanya sebatas pada masa tanggap darurat
Bantuan tidak merata Psikososial tidak tertangani secara
tuntas, menyisakan depresi yang mendalam(inilah
identifikasi permasalahan penanggulangan bencana
sebelum adanya UU No. 24 Tahun 2007 yang sudah dibagi
pra benacan, tanggap darurat dan pasca bencana).
KEBIJAKAN UU 24/2007 tentang
Penanggulangan Bencana

Urusan bersama, hak dan kewajiban seluruh


stakeholder diaturPemerintah sebagai
penanggungjawab PB dengan peran serta aktif
masyarakat dan lembaga usaha Risiko Bencana
Perlindungan masyarakat terhadap bencana dimulai
sejak Pra bencana, pada saat dan pasca
bencana,secara terencana, terpadu, dan
terkoordinasi Membangun masyarakat yang
tangguh/tahan dalam menghadapi bencana
Membangun sistem penanggulangan bencana yang
handal melalui Kelembagaan yang kuat, pendanaan
yang memadai Integrasi PB dalam Rencana
Pembangunan, Kebijakan penanggulangan bencana.
KEBIJAKAN UU 24/2007
tentang Penanggulangan Bencana

Stakeholder adalah pemerintah, masyarakat dan lembaga


usaha.Bahwa pemerintah menjadi penanggungjawab
penanggulangan bencana dengan melibatkan peran aktif
masyarakat dan dunia usaha.
Yang dimaksud masyarakat adalah unsur-unsur dalam
masyarakat seperti Organisasi Masyarakat (ormas),
lembaga swadaya masyarakat (LSM/NGO), Perguruan
tinggi, media massa dsb. Unsur masyarakat dan lembaga
usaha diwadahi dalam kelembagaan platform pengurangan
risiko bencana. Platform ini sebagai partner pemerintah
(BNPB/BPBD) dalam menyelenggarakan penanggulangan
bencana di daerahnya.
Bahwa paradigma penanggulangan bencana sudah berubah dari
responsif (ada bencana baru dilakukan pertolongan atau
menunggu bencana datang) menjadi preventif (konkritnya
adalah pengurangan risiko bencana)
Penanggulangan bencana dilakukan secara dini mulai pra
bencana, saat bencana dan pasca bencana. Perlu suatu
perencanaan dan koordinasi antar stakeholder penanggulangan
bencana, sehingga pelaksanaannya dapat terpadu mencapai
satu tujuan.
LANJUTAN
Bahwa masyarakat yang tangguh menghadapi bencana menjadi
tujuan, sehingga upaya perberdayaan masyarakat menajdi salah
satu upaya penting dalam penanggulangan bencana.Dalam
penanggulangan bencana perlu suatu sistem yang handal
dengan mengatur kebijakan, kelembagaan, perencanaan dan
pendanaan yang memadai. Dalam hal perencanaan harus
diintegrasikan dalam rencana pembangunan di masing-masing
daerah. Dokumen rencana pembangunan diharapkan
mencantumkan perencanaan penanggulangan bencana.
ARAHAN PRESIDEN RI
• Tentang Penanggulangan Bencana Disampaikan pada tanggal 14 September
Tahun 2007 di Kab Pesisir Selatan, Sumbar pada saat gempa bumi Bengkulu dan
Sumatera Barat (7,9 SR, 12 Sept 2007) Pemda Kabupaten/Kota menjadi
penanggung jawab utama penyelenggaraan penanggulangan bencana di
wilayahnya
• .Pemda Provinsi segera merapat ke daerah bencana untuk memberikan dukungan
dengan mengerahkan seluruh sumberdaya yang ada di tingkat Provinsi jika
diperlukan.Pemerintah memberi bantuan sumberdaya yang secara ekstrim tidak
tertangani daerah.Libatkan TNI dan POLRI.
• Laksanakan penanganan secara dini Presiden memberikan arahan tentang
penanggulangan bencana yang disampaikan pada saat gempabumi di Bengkulu,
September 2007 :Pemerintah Kabupaten/Kota merupakan pemerintah yang
secara langsung bertanggungjawab terjadinya bencana diwilayahnya.
• Bencana yang sangat besar seperti tsunami di Aceh, dimana pemerintah provinsi
dan kabupaten/kota tidak dapat menanggulanginya maka pemerintah (pusat)
mengambil alih.
• Untuk gempabumi di Jogja dan Jawa Tengah, pemerintah (pusat) memberikan
pendampingan, termasuk gempabumi Sumatra Barat, Wasior, Mentawai dan
Gunung Merapi.Tidak dapat dipungkiri peran TNI/Polri dalam penanganan darurat
bencana menjadi yang terdepan, sehingga dapat melakukan penyelenggaraan
penanggulangan bencana di daerah juga harus dilibatkan dari awal seperti
pembuatan peta bahaya, sosialisasi, penyusunan rencana PB, rencana kontijensi
maupun geladi posko dan geladi lapangan.- jelas – (melakukan upaya
pengurangan risiko bencana )
TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH DALAM
PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA
ADALAH

• Pengurangan resiko bencana dan pemanduan


pengurangan resiko bencana dengan program
pembangunan
• Perlindungan masyarakat dari dampak bencana
• Penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan
pengungsi yang terkena bencana secara adil dan
sesuai dengan standar pelayanan minimum
• Pemulihan kondisi dari dampak bencana
• Pengalokasian anggaran penanggulangan
bencana dalam APBN yang memadai
• Pengalokasian anggaran penanggulangan
bencana dalam bentuk dana siap pakai
• Pemeliharaan arsip/dokumen otentik dengan
kredibel dari ancaman dan dampak bencana.
PENGEMBANGAN KAPASITAS
PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN
BENCANA
• Penjelasan skema :Sistem penanggulangan bencana ini dimulai
dari legislasi terlebih dahulu.
• Adanya UU No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana
dan turunannya (PP 21/2008, PP 22/2008, PP23/2008 dst)
mengamanatkan untuk membuat kelembagaan dalam
penanggulangan bencana.
• Kelembagaan ini ada di pusat, provinsi, kabupaten/kota dan
diharapkan juga sampai di desa/kampung/nagari.
• Adanya kelembagaan ini harus didukung dengan adanya
perencanaan dan pendanaan.
• Kelembagaan, perencanaan dan pendanaan adalah 3 sub sistem
penanggulangan bencana yang tidak bisa dipisahkan satu
dengan lainnya. Dengan adanya 3 sub sistem tersebut diharapkan
dapat mengembangkan kapasitas baik pusat maupun daerah.
Kapasitas tersebut diharapkan dapat dijadikan dasar untuk
melakukan penyelenggaraan penanggulangan bencana dengan
lebih baik. Karena (risiko) bencana sifatnya dinamis, maka setiap
bencana yang terjadi dimungkinkan merubah kebijakan yang ada
(keppres dsb).
PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA

LEGISLASI Nasional :UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang PENANGGULANGAN


BENCANAUU Nomor 26 Tahun 2008
tentang
TATA RUANG Peraturan PemerintahPeraturan PresidenPeraturan
MenteriPeraturan Kepala BNPBdsb
Daerah :Peraturan DaerahPeraturan GubernurPeraturan WalikotaPeraturan
BupatiQanunDsb
Penjelasan :Kebijakan yang tertulis dibagi 2 kelompok (kebijakan tak tertulis
diantaranya arahan presiden) :Yang sifatnya nasional, mulai UU No. 24 Tahun
2007,
Peraturan Pemerintah ada 3 : PP 21/2008 ttg penyelenggaraan penanggulangan
bencana, PP22/2008 ttg pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana,
PP23/2008 ttg peran serta lembaga internasional dan lembaga asing non
pemerintah dalam penanggulangan bencana.
Perpres No. 8 Tahun 2008 ttg BNPB, peraturan menteri terkait penanggulangan
bencana, peraturan Kepala BNPB (liat di dsbYang sifatnya daerah : perda, pergub,
perbup, perwali, qanun biasanya mengatur mengenai penyelenggaraan
penanggulangan bencana di daerah, pembentukan BPBD dsb
KELEMBAGAAN BNPB BPBD Provinsi
BPBD Kab./Kota FORMAL : BNPB

BPBD sudah terbentuk, BPBD Kabupaten/Kota 387 BPBD sudah terbentuk


BNPB Unsur Pengarah Unsur Pelaksana BPBD Provinsi BPBD Kab. Kota19
orang 10 unsur pemerintah dan 9 unsur profesional 11 orang 6 unsur
pemerintah dan 5 unsur profesional.

Kelembagaan penanggulangan bencana dapat dibagi 2 :


formal dan non formal
Untuk formal : di pusat ada BNPB, di provinsi ada BPBD provinsi dan
dikab/kota ada BPBD kab/kota.
Dengan melihat umur UU No. 24 Tahun 2007 baru jalan 5 tahun, capaian
kelembagaan per 1 agustus 2011 untuk sudah terbentuk 33 BPBD Provinsi
dan 387 BPBD kab/. kotaPenjelasan skema :BNPB sebagaimana dengan
BPBD Prov dan BPBD kab/kota terdiri dari unsur pelaksana dan unsur
pengarah, yang membedakan hanya jumlah dan komposisi unsur pengarah9
orang 5 unsur pemerintah dan 4 unsur profesional.
KELEMBAGAAN NON FORMAL NATIONAL
PLATFORM (PLANAS PRB) LOCAL PLATFORM

FORUM MASYARAKAT SIPIL FORUM LEMBAGA USAHAFORUM PERGURUAN


TINGGIFORUM MEDIAFORUM LEMBAGA INTERNASIONALLOCAL PLATFORM Forum PRB
NTTForum PRB Jogjakarta PLATFORM TEMATIC Forum Merapi Forum Slamet Perlu terus
dikembangkanKelembagaan secara non formal dapat dibagi sebagai berikut :
di tingkat nasional yaitu Platform Nasional PRB atau disingkat Planas PRB yang terdiri dari
forum masyarakat sipil, lembaga usaha, pemerintah, perguruan tinggi, forum media.

lembaga internasional. Forum ini ditugasi untuk menyusun Hyogo Framework for Action
(HFA) reporting (ini adalah satu2nya dokumen HFA yang disusun non goverment).

Di tingkat provinsi dan kab/kota yaitu Platform PRB Provinsi atau Platform PRB Kab/Kota,
yang anggotanya mirip planas PRB hanya dilevel provinsi, kab/kota. Misal : perguruan
tinggi adalah perguruan tinggi yang ada di provinsi atau kab/kota setempat.Untuk
bencana yang sangat spesifik ada kelembagaan non formal yang disebut platform tematik
(per satu jenis ancaman), contoh : dalam rangka menanggulangi erupsi G. Merapi
dibentuk Forum Merapi, dst
PERENCANAAN Perencanaan
Penanggulangan Bencana
Perencanaan dalam penanggulangan bencana dapat dibagi menjadi 2
yaitu :
Perencanaan yang berlaku untuk semua jenis bencana, yaitu rencana
penanggulangan bencana, yang kemudian didiskripsikan menjadi
rencana aksi.
Perencanaan untuk 1 (satu) jenis bencana, yaitu :- rencana mitigasi :
pra bencana tanpa potensi bencana, satu jenis bencana, upaya mitigasi
(struktural dan non struktural), siapa melakukan apa, rencana
kontijensi : pra bencana dengan potensi bencana, satu jenis bencana,
gunakan skenario kejadian yang paling mungkin, siapa melakukan
apa,dokumen komitmen antar stakeholder- rencana operasi : saat
bencana, melaksanakan rencana kontijensi- rencana pemulihan : pasca
bencana, dasar wilayah terdampak, apa saja yang dipulihkan, siap
melakukan apa.
PENDANAAN Dana DIPA
(APBN/APBD)
untuk mendukung kegiatan rutin dan operasional lembaga/departemen terutama
untuk kegiatan pengurangan risiko bencanaDAK untuk pemda Provinsi/Kab./Kota
diwujudkan dalam mata anggaran kebencanaan, disesuaikan dengan tingkat
kerawanan dan kemampuan daerahDana Contingencyuntuk penanganan
kesiapsiagaanDana Siap Pakai (on call)untuk bantuan kemanusiaan (relief) pada saat
terjadi bencanaDana bantuan sosial yang berpola hibahDana yang bersumber dari
masyarakatPendanaan dalam penangulangan bencana dikelompokkan menjadi
2 :Pendanaan dari pemerintah, dibedakan menjadi 4 berdasarkan peruntukkannya :
1) kegiatan rutin dan operasional untuk pengurangan risiko bencana digunakan dana
DIPA, termasuk Dana Alokasi Khusus, 2) kegiatan penanganan kesiapsiagaan dengan
Dana Kontigensi 3) untuk bantuan kemanusiaan pada saat terjadi bencana
digunakan Dana Siap Pakai (ON CALL), yang penggunaannya dengan kemudahan
akses (rincian baca : PP22/2008), 4) kegiatan pemulihan (rehabilitasi dan
rekonstruksi) pasca bencana dengan Dana Bantuan Sosial Berpola Hibah.Pendanaan
dari masyarakat, merupakan dana yang dikumpulkan oleh masyarakat, baik
organisasi masyarakat (Ormas), perguruan tinggi, media massa, maupun masyarakat
internasional.
Pengembangan
Kapasitas
Kapasitas adalah kemampuan sumberdaya dalam menghadapi ancaman atau bahaya
1. Kapasitas kelembagaan (ada tidaknya BPBD, Platform Daerah PRB, dan forum lainnya)
2. Kapasitas Sumberdaya Sumberdaya manusia (pelatihan personil, relawan,
masyarakat)prasarana (kantor, pusdalops, alat transportasi, komunikasi)Pengembangan
kapasitas secara efektif akan terjadi bila
3 (tiga) sub sistem dalam sistem penangulangan bencana dijalankan dengan baik.
Pengembangan kapasitas yang diharapkan sesuai dengan kapasitas pada HFA (Hyogo
Framework for Action) yang secara umum dikelompokkan sebagai berikut.kelembagaan
meliputi kelembagaan formal dan non formal

sumberdaya, meliputi sumberdaya manusia termasuk aparat, masyarakat terlatih,


relawan dsb. Dan sumberdaya sarana prasarana termasuk kantor, alat komunikasi,
trasnsportasi, obat-obatan dsb.IPTEK,
a) bagaimana penguasaan iptek di daerah mis : sudah menggunakan komputer atau
masih pakai kalkulator dan mesin ketik untuk olah data, fax,
,b) sudahkah digunakan penerapan iptek terapan untuk pembangunan rumah tahan
gempabumi, sistem peringatan dini,
c) berapa banyak aparat BPBD/stakehoder lain yang sudah mempelajari penanggulangan
bencana lewat jalur perguruan tinggi ? Mengingat beberapa perguruan tinggi sudah
membuka program khusus tentang penanggulangan bencana seperti UGM, ITB, IPB, Untar
(Univ. tarumanegara), Unhan (univ. pertahanan) dsb.Meningkatkan kapasitas koordinasi,
komando dan pelaksanaan penanggulangan bencana termasuk pencegahan, mitigasi dan
kesiapsiagaan3. Kapasitas IPTEK (penguasaan IPTEK, pendidikan tinggi, IPTEK
terapan)4. Kapasitas Manajemen (prosedure koordinasi, komando dan pelaksanaan
penanggulangan bencana)
PENYELENGGARAAN
PENANGGULANGAN BENCANA
PrabencanaSaat Tanggap DaruratPascabencanaSituasi Tidak
Ada BencanaSituasi Terdapat Potensi
BencanaPerencanaanPencegahanPengurangan
RisikoPendidikanPelatihanPenelitianPenaatan Tata
RuangMitigasiPeringatan DiniKesiapsiagaanKajian
CepatStatus Keadaan DaruratPenyelamatan &
EvakuasiPemenuhan Kebutuhan
DasarPerlindunganPemulihanRehabilitasiRekonstruksiPrasar
ana dan SaranaSosialEkonomiKesehatanKamtib Lingkungan

PENYELENGGARAANPENANGGULANGANBENCANADengan
meningkatnya kapasitas di daerah diharapkan dapat
melakukan penyelenggaraan penanggulangan bencana
dengan lebih baik. Penyelenggaraan penanggulangan dibagi
menjadi 3 (tiga) sesuai siklus penanggulangan bencana
(baca : UU No. 24 Tahun 2007 dan PP21/2008).Penjelasan : -
jelas -
TERIMAKASIH
Wassalamualaikum Wb.Wb

Anda mungkin juga menyukai