Anda di halaman 1dari 43

Demensia

Hilangnya kemampuan intelektual berupa:


• Daya ingat & kemampuan belajar
• Konsentrasi, orientasi, atensi
• Kalkulasi (menghitung)
• Bahasa (pemahaman, kosa kata)
• Visuospasial (orientasi geografis, menggambar)
• Daya pikir (kemampuan memecahkan masalah,
abstraksi)

Yang cukup berat hingga mengganggu fungsi sosial dan


pekerjaan (DSM-IV-TR, APA)
Demensia: Bukan proses penuaan normal
Penyebab
• Penyakit Alzheimer
(tersering)
• Vaskular
• Campuran vaskular +
Alzheimer
• Lewy body
• Frontotemporal
• Alkoholisme—defisiensi
vit. B12 (reversibel)
DEMENSIA ALZHEIMER
• Alzheimer merupakan penyebab tersering demensia pada
usia tua (50 – 60% dari seluruh demensia)
• Prevalensi Alzheimer meningkat seiring dengan
meningkatnya usia (> 65 tahun 3 – 5 %, > 85 tahun 50%);
dapat muncul pada usia 40 – 60 tahun (10%)  ada riwayat
pada keluarga (genetik autosomal dominan)
• Rasio wanita : pria = 2 : 1
• Multifaktorial  dapat disebabkan interaksi faktor genetik
dan lingkungan
• Faktor risiko: peningkatan usia, riwayat keluarga, wanita,
pendidikan yang rendah, riwayat cedera kepala
DEMENSIA VASKULAR
• Demensia vaskular merupakan penyebab kedua
tersering setelah penyakit Alzheimer
• Prevalensi bervariasi: 1,5 % pada usia70 – 75 tahun dan
15% pada usia > 80 tahun
• Demensia vaskular lebih sering mengenai laki-laki
• Faktor resiko  hipertensi, diabetes, riwayat TIA dan
penyakit jantung
• Gangguan kognitif dapat terjadi karena infark serebral,
anoksia atau perdarahan
• Gejala yang timbul bervariasi, bergantung letak lesi
Sindrom ABC
ABC Demensia
Dementia
Sindrom Demensia
Activities of BPSD Cognitive
daily living deficits

Behavioural and
Psychological
Symptoms of
Dementia
C-hendaya kognitif
• Amnesia-Defisit Memori
– Gangguan memori: manifestasi awal sbg kesulitan
mempelajari informasi baru
– Pada fase yang lebih lanjut, memori jangka
panjang juga dapat terganggu
• Afasia
– Gangguan/hilangnya kemampuan untuk menulis
atau berbicara
– Awal  kesulitan untuk mencari kata, afasia
nominal
– Lanjut  afasia reseptif, kesulitan untuk mengerti
…sambungan C-ggn kognitif
• Apraksia
– Hilang/berkurangnya kemampuan untuk melakukan
gerakan motorik terkoordinasi meskipun tidak ada
kerusakan saraf
– Penyebab utama hilangnya kemandirian pasien
• Agnosia
– Kegagalan mengenali stimulus sensori secara akurat
walaupun tidak ada defisit sensori
– Agnosia Visual  penyalahgunaan objek yang digunakan
sehari-hari
– Prosopagnosia  ketidakmampuan untuk mengenali
wajah, termasuk keluarga dan teman dekat
…sambungan C-ggn kognitif
Fungsi Eksekutif
– Kemampuan untuk merencanakan dan melakukan
pekerjaan yang kompleks
– Defisit fungsi eksekutif terlihat pada kelainan yang
mempengaruhi lobus frontal

Pemeriksaan: AMT & MMSE


(kec. Fungsi eksekutif  Clock Drawing Test/
menggambar jam)
mwsn_binkesmas_11

A-penurunan aktivitas harian

• Instrumental ADL Basic ADL (Barthel’s)


(Lawton’s) - Makan
- Bepergian sendiri -Mandi
- Berbelanja -Naik turun tangga
- Memasak -Buang air besar /
- Menggunakan kecil
telepon -Berpakaian
- Mengelola keuangan
10
AMT (Abbreviated Mental Test,
Uji Mental Singkat)
No. Pertanyaan Jawaban Skor
1. Umur .......... tahun Benar/Salah
2. Waktu / jam sekarang .......... .......... Benar/Salah
3. Alamat tempat tinggal .......... Benar/Salah
4. Tahun sekarang .......... Benar/Salah
5. Saat ini berada di mana .......... Benar/Salah
6. Mengenali orang lain di ruangan Benar/Salah
7. Tahun kemerdekaan RI .......... Benar/Salah
8. Nama Presiden RI .......... Benar/Salah
9. Tahun kelahiran anak terakhir pasien Benar/Salah
10. Menghitung terbalik (20 s/d 1) .......... Benar/Salah
Skor AMT (beri skor 1 untuk tiap jawaban benar): Total:
0-3: Gangguan ingatan berat
4-7: Gangguan ingatan sedang
8-10: Normal

Perasaan hati (afeksi) Baik/Sedih/Cemas


Mini Mental State Examination
Nama pasien : ………… Nama pemeriksa : ……………
Usia : ………… Tanggal : …………..
Pendidikan : ………… Waktu : …………..
Skor Skor Pertanyaan Ket
Max Ps
Sekarang (hari), (tanggal), (bulan), (tahun) berapa dan
5 Orientasi
(musim)apa ?

Sekarang kita berada di mana?


5 Orientasi
(tempat/jalan), (nomor/lantai), (kota), (kabupaten), (propinsi)

3 Sebutkan nama 3 buah benda, mis. bola, kursi, buku (1 Registrasi


detik untuk setiap benda) dan minta lansia mengulang ke-3
nama benda tersebut

5 Lakukan pengurangan 7 dari 100 sebanyak 5 kali. (93, 86, Atensi dan
79, 72, 65)
ATAU eja terbalik ”DUNIA" dari akhir ke awal (A-I-N-U-D). kalkulasi

3 Tanyakan kembali nama ke-3 benda yang telah disebutkan Mengingat


di atas
Beri nilai 1 untuk setiap jawaban benar
Skor Skor Pertanyaan Ket
Max Ps
9 Perlihatkan 2 benda lalu minta pasien Bahasa
menyebutkan namanya (nilai 2)
Ulangi kalimat berikut: “Tanpa Jika Dan Atau
Tapi” (nilai 1)
Laksanakan 3 perintah ini: “Pegang selembar
kertas dengan tangan kanan, lipat menjadi 2
dan letakkanlah di meja!” (nilai 3)
Baca dan laksanakan perintah berikut:
“Pejamkan mata anda!” (nilai 1)
Tulislah sebuah kalimat (nilai 1)
Tirulah gambar ini (nilai 1)
Interpretasi skor MMSE
• 25-30 Normal
• 21-24 Hendaya kognitif ringan
• 14-20 Hendaya kognitif sedang
• <13 Hendaya kognitif berat

*pertimbangkan usia dan lama pendidikan


BPSD
• Behavioural and Psychological Symptoms of
Dementia
• Kumpulan reaksi psikologis, gejala psikiatrik
dan perilaku pada demensia (Konsensus IPA,
1999)
• 90% pasien demensia akan mengalami BPSD
(Mega et al, 1996)
• Sumber caregiver distress/burnout
Gejala Perilaku Gejala Psikologis
• Disinhibisi—emosional, • Cemas—takut
seksual ditinggal
• Agitasi • Mood depresif
– Fisik non-agresif • Waham–
(wandering)
misidentifikasi,
– Verbal non-agresif
cemburu, diabaikan,
(bertanya terus
menerus)
pencuri
– Fisik agresif (memukul) • Halusinasi—visual

mwsn_binkesmas_11

BPSD-Kelompok Gejala
‘Agitation’
‘Aggression’ Walking aimlessly
Pacing
Trailing
Restlessness
Aggressive resistance
Repetitive actions
Physical aggression
Dressing/undressing
Verbal aggression
Sleep disturbance

‘Apathy’
Sad
Tearful Hallucinations
Hopeless Delusions Withdrawn
Low self-esteem Misidentifications Lack of interest
‘Depression’ Anxiety
Amotivation
Guilt
‘Psychosis’
Adapted from McShane R. Int Psychogeriatr 2000; 12(Suppl 1): 147–54
Finkel SI et al. Am J Geriatr Psychiatry 1998; 6: 97–100
17
Alessi C et al. J Am Geriatr Soc 1999; 47: 784–91
Kemunculan BPSD
• Sebagian besar BPSD memiliki ‘makna/alasan di balik
perilaku’  Untuk itu, kita harus memahami penyakit
dan orang yang hidup dengan demensia.
• Dalam mengkaji faktor yang berperan pada timbulnya
BPSD, dapat digunakan akronim PIECES, yaitu:
– Physical
– Intellectual
– Emotion
– Capabilities
– Environment
– Social
P-Physical faktor fisik
– Obat: penggunaan antikolinergik,
benzodiazepin, alkohol, obat bebas
– Penyakit: penyakit fisik yang diderita pasien;
hipoksia, nyeri, infeksi, gangguan
pendengaran/penglihatan
– Delirium: tipe hipoaktif atau hiperaktif. Bila
tidak terdeteksi dapat menyebabkan 30%
mortalitas
– Kebutuhan dasar: hidrasi, berkemih, defekasi,
tidur
• I-Intellectual hendaya kognitif (amnesia,
agnosia, afasia, agnosia, apraksia, hendaya
fungsi eksekutif)
• E-Emotion  kemunculan atau reaktivasi
gangguan psikiatrik: ansietas, iritabilitas,
gangguan penyesuaian, depresi, trauma masa
lalu, hingga waham dan halusinasi
• C-Capabilities  kemampuan yang sudah
menurun dan yang masih tersisa
• E-Environment  struktur lingkungan (desain,
pencahayaan, suhu, tingkat kebisingan),
suasana, familiaritas.
• S-Social  riwayat hidup, strategi koping,
interaksi dengan pelaku rawat, relasi dengan
keluarga, jejaring sosial
PENATALAKSANAAN DEMENSIA

• Secara umum, ada 3 tipe penanganan demensia:


– Pengobatan untuk memodifikasi faktor resiko yang
memperlambat atau memperbaiki penyebab reversibel
yang menyebabkan demensia
– Pengobatan gejala kognitif demensia
– Pengobatan gejala dan perilaku lain yang dapat
memperburuk demensia (BPSD)
Modifikasi faktor risiko
• Kontrol:
– DM
– HT
– Dislipidemia
• Aktivitas fisik
• Stimulasi kognitif
Pengobatan gejala kognitif demensia—
intervensi farmakologik

• Jangan berikan inhibitor asetilkolinesterase (cth.,


donepezil, galantamine dan rivastigmine) atau
memantine secara rutin untuk semua kasus demensia.
• Pertimbangkan pemberiannya hanya pada setting
yang memungkinkan diagnosis spesifik Penyakit
Alzheimer ditegakkan DAN tersedia dukungan dan
supervisi adekuat oleh spesialis serta pemantauan
efek samping oleh pelaku rawat.
Pengobatan gejala kognitif demensia—
intervensi psikososial

• Beri informasi orientasi secara teratur (hari,


tanggal, cuaca, waktu dan nama orang) kepada
pasien demensia agar tetap memiliki orientasi
yang baik terhadap waktu, tempat dan orang.
• Gunakan koran, radio, TV, album foto keluarga dan
peralatan rumah tangga untuk memancing
komunikasi, mengorientasikan individu pada
peristiwa terkini, menstimulasi memori dan
memungkinkan individu membagi dan menghargai
pengalamannya
• Gunakan kalimat singkat dan sederhana dalam
berkomunikasi. Usahakan untuk me-minimalisasi bunyi
yang tumpang tindih, seperti radio, TV, atau
pembicaraan orang lain. Dengarkan dengan seksama
apa yang dikatakan oleh individu.
• Hindarkan perubahan rutinitas dan hindari mengajak
pasien ke tempat yang tidak familiar kecuali benar-
benar perlu.
Intervensi Psikososial--Dukung independensi,
fungsi dan mobilitas
Bagi Pasien
Umum:
• Rencanakan aktivitas hidup sehari-hari sedemikian
rupa sehingga memaksimalkan aktivitas inde­penden,
meningkatkan fungsi, membantu adaptasi dan
mengembangkan keterampilan, serta meminimalisasi
kebutuhan akan bantuan
• Bantu menghubungkan dengan sumber sosial yang
tersedia.
Spesifik:
Pertahankan keterampilan BAK/BAB secara mandiri,
termasuk regulasi konsumsi cairan (bila terjadi
inkontinensia, semua kemungkinan kausa harus dikaji dan
opsi terapi dicoba sebelum menyimpulkan bahwa hal
tersebut permanen).
Informasikan anggota keluarga untuk menjaga lantai rumah
tetap rapi dan bersih untuk mengurangi risiko jatuh
Bantu untuk mengenal barang milik pribadinya
Bantu untuk mengenal waktu dengan menggunakan jam
besar, kalender harian
Bantu untuk dapat menyebutkan namanya dan anggota
keluarga terdekat
Bantu untuk mengenal lingkungan sekitar
Beri pujian jika dapat menjawab dengan benar
• Observasi kemampuan melakukan aktivitas
sehari-hari
• Bantu untuk memilih aktivitas yang dapat
dilakukannya
• Bantu melakukan kegiatan yang telah dipilihnya
• Beri pujian jika dapat melakukan kegiatannya
• Tanyakan perasaan jika mampu melakukan
kegiatannya
• Buat bersama pasien jadual kegiatan sehari-hari
sesuai kemampuan pasien
• Adaptasi rumah:
Penambahan hand-rails atau ramps mungkin
bermanfaat. Pemberian tanda lokasi kunci (cth. toilet,
kamar mandi, kamar tidur) dapat membantu individu
agar tidak tersesat atau kehilangan orientasi di rumah.
• Sarankan rekreasi, aktivitas fisik dan olahraga untuk
mempertahankan mobilitas dan mengurangi risiko
jatuh.
• Koreksi defisit sensorik dengan alat yang tepat
Terapi non-farmakologis

• Modifikasi lingkungan:
– Mengurangi kebisingan, atur pencahayaan, ventilasi
& suhu yang nyaman,
– Tempat tinggal familiar, perabot tidak banyak
berubah tempat, hindari pola kompleks
– Perhatikan faktor keamanan—hindari undakan, kaca,
genangan air, barang berserakan
– Kamar mandi mudah dijangkau, lantai tidak licin
BPSD– Prinsip Terapi :
• Manajemen perilaku atau manipulasi situasi
merupakan strategi awal untuk BPSD ringan sampai
sedang
• Intervensi farmakologis dapat digunakan bila gejala
berat, mengganggu, membahayakan dan tidak
merespons strategi non-farmakologis
• Lakukan informed consent untuk tiap tindakan/obat
yang diberikan
• Fiksasi merupakan pilihan terakhir
Teknik manajemen perilaku sesuai perilaku target

• Wandering  batasi akses, kenakan tanda


pengenal, atau ciptakan lingkungan yang aman
bagi pasien untuk wandering di dalam/sekitar
rumah
• Disorientasi  beri petunjuk waktu (jendela,
jam, kalender) yg jelas, mengulang informasi
tempat & orang yg baru dijumpai
• BAK/BAB sembarangan  latihan ke kamar
mandi 1 jam/x, nyalakan lampu kamar mandi
• Disinhibisi seksual  kenakan pakaian yg nyaman tapi
sulit dilepas sendiri; bila tidak mungkin diberi
pengertian sediakan tempat yang aman bagi pasien
namun tidak mengganggu orang
• Agitasi/agresi  pastikan kebutuhan dasar terpenuhi,
lindungi keamanan pasien, diri sendiri & orang di
sekitar, lakukan persuasi serta komunikasi non-verbal
(stimulasi sensorik atau alihkan perhatian)
• Gangguan tidur  beri aktivitas & batasi tidur siang,
cukup pajanan sinar matahari, perhatikan higiene tidur
Terapi psikofarmaka
• Harus ada indikasi & target perilaku yang jelas
—depresi, halusinasi, waham, agitasi
• Pertimbangkan manfaat vs risiko pemberian
obat—peningkatan kerentanan efek samping,
penurunan fungsi ginjal dan hati terkait usia
• “Start low, go slow”, lakukan titrasi, gunakan
dosis efektif terendah  Mulai dengan
memberikan haloperidol 0.5 mg per oral, atau
i.m. bila perlu
• Hindari pemberian haloperidol i.v.& diazepam.
Perilaku yang tidak responsif terhadap
obat:
– Wandering tanpa tujuan
– BAK/BAB sembarangan
– Berpakaian/menanggalkan pakaian sembarangan
– Menyembunyikan/menimbun barang
– Meludah, memakan yang bukan makanan
• Pasien dengan demensia, terutama bila ada
BPSD dapat sangat membuat frustrasi dan
stress
↓ ↓
Caregiver elder
Burnout mistreatment
Intervensi untuk pelaku rawat
Diskusikan dengan pelaku rawat cara mengorientasikan
waktu, orang dan tempat kepada pasien
Anjurkan pelaku rawat untuk menyediakan jam besar dan
kalendar harian di kamar pasien
Diskusikan kemampuan yang pernah dimiliki klien
Bantu pelaku rawat memilih kemampuan yang masih dapat
dilakukan oleh pasien
Identifikasi penderitaan psikologis dan dampak psikososial
pada pelaku rawat. Kaji kebutuhan pelaku rawat untuk
memastikan dukungan dan sumber yang diperlukan untuk
kehidupan keluarga, pekerjaan, aktivitas sosial dan kesehatan
• Pelaku rawat perlu didorong untuk menghormati
harga diri individu dengan demensia, melibatkan
mereka mengambil keputusan dalam kehidupannya
sejauh mereka mampu.
• Bila perlu, beri pelatihan dan dukungan pada
keterampilan spesifik (contohnya mengatasi perilaku
sulit). Agar intervensi ini efektif, undang partisipasi
aktif dari pelaku rawat (misalnya melalui bermain
peran).
• Pertimbangkan untuk memberi dukungan
praktis, cth. respite care. Anggota keluarga
lain atau orang yang sesuai dapat mengawasi
dan merawat individu dengan demensia
(sebaiknya di rumah pasien). Hal ini dapat
membebas tugaskan pelaku rawat utama
untuk beristirahat atau melakukan aktivitas
lain.
• Bila memungkinkan, coba atasi tekanan
psikologis pelaku rawat dengan memberi
dukungan, konseling penyelesaian masalah,
atau intervensi kognitif-perilaku
Rujukan
• World Health Organization. mhGAP Intervention Guide: for
mental, neurological and substance use disorders in non-
specialized health settings. Geneva: World Health Organization,
2010.
• Rivard M.F., Approaches to behavioral and psychological
symptoms of Dementia, Physician Education
www.DementiaEducation.ca
• ‘A.D.E.P.T – A Dementia Education Physician Teaching Program
for Family Physicians’, Janssen-Ortho
• Bpsd slide kit educational pack. Available at
www.ipa-online.org
SEKIAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai