Anda di halaman 1dari 12

8 Prinsip Etika Keperawatan

Berikut ini 8 prinsip etika keperawatan yang harus diketahui oleh


perawat:

1. Autonomy (Kemandirian)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir secara logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang
dewasa mampu memutuskan sesuatu dan orang lain harus
menghargainya.

Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang


menuntut pembedaan diri, dan perawat haruslah bisa menghormati
dan menghargai kemandirian ini.

Contoh yang tidak memperhatikan otonomi adalah memberitahukan


klien bahwa keadaanya baik, padahal terdapat gangguan atau
penyimpangan

2. Beneficence (Berbuat Baik)


Prinsip ini tentunya menuntut perawat untuk melakukan hal yang
baik sesuai dengan ilmu dan kiat keperawatan dalam melakukan
pelayanan keperawatan.

Contoh perawat menasehati klien dengan penyakit jantung tentang


program latihan untuk memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi
perawat menasehati untuk tidak dilakukan karena alasan resiko
serangan jantung.
Hal ini merupakan penerapan prinsip beneficence. Walaupun
memperbaiki kesehatan secara umum adalah suatu kebaikan,
namun menjaga resiko serangan jantung adalah prioritas kebaikan
yang haruslah dilakukan.

3. Justice (Keadilan)
Prinsip ini direfleksikan ketika perawat bekerja sesuai ilmu dan kiat
keperawatan dengan memperhatikan keadilan sesuai standar
praktik dan hukum yang berlaku.

Contoh ketika perawat dinas sendirian dan saat itu ada klien baru
masuk serta ada juga klien rawat yang memerlukan bantuan
perawat maka perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor
dalam faktor tersebut kemudian bertindak sesuai dengan asas
keadilan.

4. Non-Maleficence (Tidak Merugikan)


Prinsip ini berarti seorang perawat dalam melakukan pelayanannya
sesuai dengan ilmu dan kiat keperawatan dengan tidak
menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.

Contoh ketika ada klien yang menyatakan kepada dokter secara


tertulis menolak pemberian transfusi darah dan ketika itu penyakit
perdarahan (melena) membuat keadaan klien semakin memburuk
dan dokter harus menginstrusikan pemberian transfusi darah.

Akhirnya transfusi darah tidak diberikan karena prinsip beneficence


walaupun pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsip non-
maleficence.

5. Veracity (Kejujuran)
Prinsip ini tidak hanya dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki
oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan agar klien mengerti.

Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif.


Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling percaya.
Klien memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan
informasi yang ia ingin tahu.

Contoh Ny. B masuk rumah sakit dengan berbagai macam fraktur


karena kecelakaan mobil, suaminya juga ada dalam kecelakaan
tersebut dan meninggal dunia.

Ny. B selalu bertanya-tanya tentang keadaan suaminya. Dokter ahli


bedah berpesan kepada perawat untuk menunda memberitahukan
kematian suaminya kepada klien. Perawat dalam hal ini dihadapkan
oleh konflik kejujuran.

6. Fidelity (Menepati Janji)


Tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan
meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus
memiliki komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya
kepada orang lain.
7. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan adalah informasi tentang klien yang harus dijaga
privasi klien.

Contoh dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa


dibaca guna keperluan pengobatan, upaya peningkatan kesehatan
klien dan atau atas permintaan pengadilan. Diskusi tentang klien
diluar area pelayanan juga harus dihindari.

8. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam berbagai kondisi tanpa terkecuali.

Contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien,


sesame teman sejawat, karyawan, dan masyarakat.

Jika perawat salah memberi dosis obat kepada klien perawat dapat
digugat oleh klien yang menerima obat, dokter yang memberi tugas
delegatif, dan masyarakat yang menuntut kemampuan professional.

Rumus Naegele
Nama rumus ini berasal dari nama penemunya, Franz Karl Naegele, dokter
kandungan di Jerman yang hidup di abad 19. Hari perkiraan lahiran (HPL) dihitung
berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT) Anda. Rumus Naegele adalah
sebagai berikut:

Rumus pertama digunakan jika HPHT ada di bulan Januari sampai Maret. Misalnya,
HPHT Anda adalah 21 Januari 2018, maka perkiraan tanggal persalinan Anda
adalah:
Tahun: tetap 2018
Bulan: 1+9 = 10
Hari: 21+7= 28
Maka hari perkiraan bayi Anda lahir adalah 28 Oktober 2018.
Rumus kedua digunakan jika HPHT ada di bulan April sampai Desember. Jadi, jika
hari pertama haid terakhir Anda adalah 1 Mei 2018 maka perkiraan tanggal
persalinan Anda adalah:
Tahun: 2018+1= 2019
Bulan: 5-3=2
Hari: 1+7= 8
Maka hari perkiraan bayi Anda lahir adalah 8 Februari 2019.

Leopold 1
Dokter menempatkan kedua telapak tangan di bagian atas perut untuk menentukan
letak bagian tertinggi rahim. Kemudian dokter meraba perlahan area ini untuk
memperkirakan bagian tubuh bayi yang berada di sana.
Kepala bayi akan teraba keras dan bentuknya bundar. Sedangkan bokong bayi,
akan terasa seperti objek besar dengan tekstur lembut. Pada sekitar 95%
kehamilan, posisi bokong berada di bagian tertinggi rahim ini.

Leopold 2
Pada tahap Leopold 2, kedua telapak tangan dokter akan meraba perlahan kedua
sisi perut Bunda, tepatnya di area sekitar pusar. Langkah ini dilakukan untuk
mengetahui bayi Bunda menghadap ke kanan atau ke kiri.
Caranya adalah dengan membedakan letak punggung bayi dan anggota tubuh lain.
Punggung bayi akan terasa lebar dan keras. Sedangkan, bagian tubuh lain akan
terasa lebih lembut, tidak beraturan dan dapat bergerak.

Leopold 3
Di pemeriksaan Leopold tahap 3, dokter akan meraba bagian bawah perut Bunda
menggunakan jempol dan jari-jari dari salah satu tangannya saja (tangan kanan atau
tangan kiri).
Mirip dengan Leopold 1, cara ini bertujuan untuk memastikan bagian tubuh bayi
yang berada di bagian bawah rahim. Bila teraba keras, berarti kepala. Namun bila
terasa seperti objek bergerak, berarti tungkai atau kaki.
Jika teraba kosong, bisa jadi bayi berada dalam posisi melintang dalam rahim.
Tahap perabaan ini juga bisa membantu dokter memperkirakan berat bayi
dan volume air ketuban.

Leopold 4
Pada tahap terakhir, dokter akan meraba bagian bawah perut Bunda dengan kedua
telapak tangannya. Cara ini dapat membantu dokter mengetahui apakah kepala bayi
sudah turun sampai rongga tulang panggul (jalan lahir) atau masih di area perut. Bila
sudah masuk penuh sampai rongga panggul, seharusnya kepala bayi akan sulit atau
tidak lagi bisa diraba.
Selanjutnya, pemeriksaan Leopold juga umum diikuti dengan pemeriksaan tekanan
darah ibu serta detak jantung bayi, dan menjelang persalinan, dokter mungkin juga
akan melakukan pemeriksaan Cardiotocography (CTG).

CARA 1
1. Tentukan tanggal lahir anak, dalam format tanggal, bulan, tahun misalnya : 5-4-2011
2. Tulis tanggal kunjungan, misalnya : 19-9-2012
3. Hitung umur anak dengan mengurangi tanggal kunjungan dengan tanggal lahir, misalnya:

Penyelesaian

Tanggal kunjungan 19 09 2012

Tanggal lahir 05 04 2011

14 05 1 = 1 tahun 5 bulan 14 hari

(Jadi umur anak dibulatkan menjadi 12 bulan + 5 bulan = 17 bulan)

CARA 2
1. Tentukan tanggal lahir anak, dalam format tanggal, bulan, tahun misalnya : 19-9-2011
2. Tulis tanggal kunjungan, misalnya : 05-04-2012
3. Hitung umur anak dengan mengurangi tanggal kunjungan dengan tanggal lahir, misalnya
Penyelesaian:

Tanggal kunjungan 05 04 2012

Tanggal lahir 19 09 2011

-14*) -5 1 = 1 tahun – 5 bulan – 1 bulan

(Jadi umur anak menjadi 12 bulan – 5 bulan – 1 bulan = 6 bulan)


*) jika selisih tanggal adalah negatif maka dikurangi 1 bulan, jika selisih tanggal adalah positif maka
selisih tanggal diabaikan.

TANGGAL LAHIR TIDAK DIKETAHUI


 Gunakan kalender lokal
 Tanyakan kapan anak dilahirkan dengan menghubungkan kejadian penting yang terdekat, misalnya lebaran.
 Mencari anak yang pada saat dilahirkan bersamaan/berdekatan

5 Fase Berduka yang Perlu Diketahui


Setelah mengalami kejadian traumatis atau suatu peristiwa yang buruk, seseorang
akan melalui 5 fase berduka berikut ini:

1. Fase menyangkal (denial)


Penyangkalan merupakan tahapan berduka yang pertama. Pada tahap ini,
seseorang cenderung akan meragukan atau menyangkal bahwa ia sedang
mengalami peristiwa buruk. Misalnya, seseorang yang baru saja terdiagnosis
penyakit berat mungkin akan berpikir bahwa terdapat kesalahan dalam diagnosis
tersebut.
Ini merupakan respons alami manusia untuk meminimalkan luka batin atau
emosional yang sedang dirasakan. Dengan begitu, seiring berjalan waktu, ia akan
mulai bisa menghadapi kenyataan tersebut.

2. Fase marah (anger)


Setelah melewati fase menyangkal, seseorang yang sedang berduka akan merasa
marah dan tidak terima bahwa ia sedang mengalami peristiwa buruk. Hal ini juga
bisa membuatnya menjadi frustasi, lebih sensitif, tidak sabaran, dan mengalami
perubahan mood.
Pada fase ini, ia mungkin juga akan mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan
seperti “mengapa harus saya?” atau “apa salah saya, sehingga hal ini harus terjadi
pada hidup saya?”. Amarah ini bisa ditujukan kepada siapa saja, baik pada diri
sendiri, orang lain, benda di sekitar, atau bahkan kepada Tuhan.

3. Fase tawar-menawar (bargaining)


Layaknya api yang semula berkobar lalu padam, fase marah secara perlahan juga
akan terganti. Setelah melalui fase marah, orang yang sedang berduka akan melalui
fase tawar-menawar. Ini merupakan bentuk mekanisme pertahanan emosional
seseorang agar ia bisa mengambil kontrol kembali atas hidupnya.
Fase ini umumnya ditandai dengan rasa bersalah, baik pada diri sendiri atau orang
lain. Selain itu, ketika memasuki fase ini, mereka juga akan mencari cara untuk
mencegah terjadinya peristiwa buruk yang sedang dialami di kemudian hari.

4. Fase depresi (depression)


Setelah upaya untuk menolak dan mengubah kenyataan pahit yang dialaminya tidak
berhasil, orang yang berduka kemudian akan merasa sedih, kecewa, dan putus asa
yang teramat dalam. Ini merupakan bagian dari proses terbentuknya luka batin yang
normal terjadi.
Fase depresi ini umumnya ditandai dengan rasa lelah, sering menangis, sulit tidur,
kehilangan nafsu makan atau justru makan berlebihan, dan tidak bersemangat untuk
melakukan aktivitas sehari-hari.
Fase ini bisa dikatakan fase terberat dan perlu diwaspadai. Pasalnya, rasa duka dan
luka emosional yang dirasakan bisa saja menimbulkan ide atau percobaan untuk
bunuh diri.

5. Fase menerima (acceptance)


Penerimaan adalah tahapan akhir dari fase berduka. Pada fase ini, seseorang sudah
bisa menerima kenyataan bahwa peristiwa buruk yang ia alami benar-benar terjadi
dan tidak dapat diubah.
Kendati mungkin perasaan sedih, kecewa, dan penyesalan masih ada, tetapi di
tahap ini, seseorang sudah mulai bisa belajar dan menyesuaikan diri untuk hidup
bersama kenyataan yang baru dan menerima hal tersebut sebagai bagian dari
perjalanan hidupnya.
Bahkan, jika orang tersebut bisa berpikir positif, mereka akan menjadikan
pengalaman pahit yang dialaminya sebagai pembelajaran untuk bisa berkembang
menjadi pribadi yang lebih baik.
Tips untuk Bangkit dari Peristiwa Buruk
Setiap orang akan melewati setiap fase berduka dengan cara dan waktunya masing-
masing. Kamu bisa saja tidak mengalami setiap fase berduka di atas, atau justru
bolak-balik dari fase berduka yang satu ke fase lainnya. Ini semua merupakan hal
yang normal terjadi dan termasuk bagian dari proses penyembuhan luka batin.
Nah, untuk membantu kamu atau orang terdekatmu berdamai dengan keadaan
dan bangkit dari peristiwa yang tidak menyenangkan, cobalah ikuti beberapa tips
berikut ini:

 Habiskan waktu lebih banyak dengan orang-orang terdekat. Namun, jika


kamu ingin sendirian, kamu bisa meminta waktu untuk menyendiri hingga
kamu merasa lebih baik.
 Hindari memendam duka mendalam seorang diri. Cobalah bercerita
atau curhat dengan orang terdekat atau orang yang kamu percaya.
 Jika kesulitan untuk berbicara dengan orang lain, coba tuangkan isi hatimu
dengan menulis jurnal harian mengenai emosi, perasaan, angan-angan, atau
harapanmu.
 Kelola stres dengan melakukan aktivitas yang menyenangkan dan bisa
membantumu menenangkan diri, misalnya dengan olahraga secara
teratur, meditasi, atau berdoa.
 Konsumsi makanan bergizi seimbang dan istirahat yang cukup.
 Hindari coping mechanism yang kurang baik, misalnya mengonsumsi
minuman beralkohol, menggunakan narkoba, merokok, atau menyakiti diri
sendiri.

Formatif Sumatif Evaluation Model adalah model evaluasi yang dilaksanakan dalam waktu
yang berbeda, jika melaksanakan evaluasi ketika kegiatan atau program sedang
berlangsung ini disebut evaluasi formatif. Sedangkan melaksanakan evaluasi di akhir
kegiatan atau program ini disebut evaluasi sumatif.

Gaya Kepemimpinan
Adalah suatu cara yang digunakan peminpin dalam berinteraksi dengan bawahannya. Umumnya
dikenal 5 gaya kepemimpinan, yakni:
1. Kepemimpinan otokratis.
Disebut juga kepemimpinan diktator atau directif. Orang yang menganut pendekatan ini mengambil
keputusan tanpa berkonsultasi dengan para bawahannya yang harus melaksanakan keputusannya
atau karyawan yang dipengaruhi keputusan tersebut.
2. Kepemimpinan demokratis.
Gaya kepemimpinan ini dikenal pula dengan kepemimpinan konsultif atau konsensus. Orang yang
menganut pendekatan ini melibatkan para karyawan yang harus melaksanakan keputusan dalam
proses perbuatannya. Sebenarnya yang membuat keputusan akhir adalah pemimpin, namun
sebelumnya telah menerima masukan dan rekomendasi dari anggota tim.
3. Kepemimpinan partisipatif.
Gaya kepemimpinan ini juga dikenal dengan istilah kepemimpinan terbuka, bebas dan non directif.
Orang yang menganut pendekatan ini hanya sedikit memegang kendali dalam proses pengambilan
keputusan. Ia menyajikan informasi mengenai sesuatu permasalahan dan memberikan kesempatan
kepada anggota tim ( bawahan ) untuk mengembangkan strategi dan pemecahannya.
4. Kepemimpinan berorientasi pada tujuan
Gaya kepemimpinan ini juga disebut kepemimpinan berdasarkan hasil-hasil atau sasaran. Orang
yang menganut pendekatan ini meminta anggota tim / bawahannya untuk memusatkan perhatian
hanya pada tujuan / sasaran yang ada.
5. Kepemimpinan situasional.
Gaya kepemimpinan ini dikeanl sebagai kepemimpinan tidak tetap. Asumsi yang digunakan dalam
gaya ini adalah bahwa tidak ada suatupun gaya kepemimpinan yang tepat bagi setiap manager
dalam semua kondisi.

Contoh : Pada tanggal 4 Sep ini ada 5 orang pasien pulang.

Pasien A pulang dengan lama dirawat 4 hari


Pasien B pulang paksa dengan lama dirawat 2 hari
Pasien C meninggal dengan lama dirawat 10 hari
Pasien D pulang dengan lama dirawat 3 hari
Pasien E pulang dengan lama dirawat 6 hari
Jadi Jumlah Lama Dirawat pada tanggal 4 sep tersebut adalah 25 hari dan
pasien yang pulang (baik hidup ataupun meninggal) ada 5 orang. Maka
pada tanggal 4 Sep tersebut ALOSnya adalah :

Jumlah Lama Dirawat = 25 hari

ALOS = ————————–
Jumlah Pasien Keluar hidup & meninggal = 5 orang
25
ALOS = —————–
5
ALOS = 5 hari

Untuk mendapatkan lama dirawat pada setiap pasien dihitung dari kapan
pasien pulang dan pasien tersebut masuk. Misalnya. Pasien A masuk
tanggal 31 Agustus dan pulang tanggal 4 Sep, maka lama dirawat Pasien
A adalah 4 hari.

umlah Pasien Keluar Hidup & Meninggal


BTO = —————————————————

Jumlah Tempat Tidur

BTO = Bed Turn Over yaitu frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu
periode atau berapa kali tempat tidur yang dipakai dalam satu satuan
waktu (periode)

Contoh : Pasien keluar hidup & meninggal ada 5 orang pada tanggal 4 Sep
Jumlah Tempat tidur ada 200 TT
Maka BTOnya adalah :

Jumlah Pasien Keluar Hidup & Meninggal = 5

BTO = ——————————————————

Jumlah Tempat Tidur = 200 TT

5
BTO = ——————–
200
BTO = 0.025 kal
(Jumlah Tempat Tidur X periode) – Hari Perawatan
TOI = —————————————————————-
Jumlah pasien keluar Hidup & Meninggal
TOI = Turn Over Interval yaitu rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya

Contoh : Jumlah TT = 200 TT


Jumlah periode = 1 hari
Jumlah hari Perawatan = 90
Jumlah pasien keluar hidup & meninggal = 5 orang
..................................................................................................................................................................

........

Anda mungkin juga menyukai