Anda di halaman 1dari 27

REFRESHING

PEMERIKSAAN OBSTETRI

Oleh :

Reyhan Ahmad Irvanardhy

NIM : 1102008209

Konsulen : dr. H. Doddi . S, Sp.OG

Kepaniteraan Kebidanan dan Kandungan RSUD Gunung Jati

2012

11
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kebesaran Allah SWT telah menciptakan keanekaragaman ilmu
pengetahuan alam semesta ini. Dan karena rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan referat ini.

Telah kita pelajari sebelumnya ilmu-ilmu di bumi ini selagi kita kecil sampai dengan
beranjak dewasa, tugas ini disusun berdasarkan literatur-literatur ilmu kandungan dan
kebidanan.

Penyelesaian dari referat ini tidak terlepas dari peran serta dari berbagai pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan kali ini izinkanlah penulis
menyampaikan terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
referat ini.

Semoga Allah SWT membalasnya dengan memberikan imbalan yang setimpal. Setiap
manusia pasti memiliki kesalahan. Begitu pula dengan buah karya dari tangan manusia itu
sendiri yang masih memerlukan beberapa perbaikan dalam pembuatan referat selanjutnya.

Karena itu penulis sangat memerlukan saran, kritik, dan komentar, agar dapat
dijadikan pedoman dalam pembuatan referat selanjutnya. Semoga referat ini dapat berguna
bagi para pembaca.

Cirebon, 27 Oktober 2012

Penulis

11
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... 2


DAFTAR ISI ..................................................................................................... 3

BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………. 4
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 4
1.2. Tujuan.......................................................................................................... 4

BAB II.PEMERIKSAAN OBSTETRI…………………………………....... 5


2.1. Anamnesa ................................................................................................... 6
2.2. Pemeriksaan (Status Praesens).................................................................... 7
2.3. Pemeriksaan (Status Obstetri)…………………………………………….. 7
2.4. Pemeriksaan Dalam………………………………………………………. 13
2.5. Pemeriksaan Panggul……………………………………………………... 14
2.6. Prosedur Pemeriksaan Antenatal…………………………………...…….. 22
2.7. Prosedur Pemeriksaan Panggul…………………………………………… 24

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

11
I.1 Latar Belakang

Jika seorang wanita datang memeriksakan diri, karena merasa diri hamil, maka tugas
kita yang pertama ialah menentukan apakah ia betul-betul hamil atau tidak. 1
Jika kehamilan masih muda, maka kadang-kadang sukar untuk memberi kepastian,
karena rahim belum teraba dari luar.1
Akan tetapi dengan mencari gejala-gejala lain (colostrum, keadaan buah dada, mual
dan muntah, dll) dapatlah kita mempunyai pegangan. Dalam hal yang sedemikian kita
melakukan pemeriksaan dalam (toucher) karena dengan toucher ini kita dapat menemukan
lebih banyak tanda-tanda kehamilan.1
Jika kehamilan sudah lanjut misalnya lebih dari 5 bulan, maka pada umumnya lebih
mudah menentukan kehamilan. Selain dari pada menentukan kehamilan dengan pemeriksaan,
kita juga harus mendapat kesan bagaimana keadaan kehamilan, keadaan jalan lahir dan
kesehatan ibu.1
Cara pemeriksaan kebidanan terbagi dalam : Anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, diagnosa, terapi, dan prognosa.1

I.2 Tujuan

 Membuka wawasan kepada penulis dan pembaca mengenai pemeriksaan-


pemeriksaan obstetri.
 Memberikan informasi kepada pembaca perihal pemeriksaan-pemeriksaan
obstetri.

BAB II
PEMERIKSAAN OBSTETRI

11
Pemeriksaan dasar obstetri pada umumnya mencakup pemeriksaan antenatal,
pemeriksaan panggul, palpasi dan auskultasi. Pemeriksaan antenatal memfokuskan pada hal-
hal yang harus segera dikenali serta bagaimana kondisi tertentu dapat berubah sesuai dengan
usia kehamilan. Pemeriksaan panggul bertujuan untuk mengetahui luas pintu atas panggul
dan penggolongan jenis panggul seorang ibu. Pemeriksaan palpasi bertujuan untuk
mengetahui usia kehamilan, letak, presentasi, jumlah bayi, kondisi bayi dan kesesuaian
muatan dengan jalan lahir. (Sarwono Prawirohardjo, 2006)

Indikasi dari pemeriksaan obstetri :


 Asuhan antenatal.
 Deteksi dini suatu kondisi patologik dalam kehamilan.
 Merencanakan persalinan.
 Persiapan penyelesaian persalinan.
 Kemajuan perkembangan kehamilan.
 Mengetahui letak, posisi, presentasi dan kondisi bayi.
 Menatalaksana masalah yang ditemukan dalam kehamilan.
(Abdul Bari Saifuddin, 2006)
Pemeriksaan Antenatal
Tujuan umum adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak
selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat.
Tujuan khusus adalah :
 Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam
kehamilan, persalinan dan nifas.
 Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin.
 Menurunkan angka mortalitas dan mordibitas ibu dan anak.
 Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana,
kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi.
(Rustam Mochtar, 1998)

Pemeriksaan kehamilan hendaknya dilakukan sedini mungkin ialah segera setelah


seorang wanita merasakan diri hamil, supaya dokter atau bidan mempunyai waktu
yang cukup banyak untuk mengobati atau memperbaiki keadaan-keadaan yang kurang
memuaskan. Pada umumnya pemeriksaan kehamilan dilakukan :
 1x sebulan sampai dengan bulan ke VI.
 2x sebulan dari bulan ke VI sampai dengan bulan ke IX.
 1x seminggu pada bulan terakhir.
(Universitas Padjajaran, 1983)

Cara pemeriksaan :
Pemeriksaan kebidanan terbagi dalam :
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan (status praesens dan status obstetri)

11
3. Diagnosa
4. Prognosa
5. Terapi

 Anamnesa
1. Nama, umur, pekerjaan, nama suami, agama, dan alamat.
Maksud pertanyaan ini ialah : untuk identifikasi (mengenal) penderita dan
menentukan status sosial dan ekonominya yang harus kita ketahui ; misalnya
untuk menentukan anjuran apa atau pengobatan apa yang akan diberikan.
Umur penting, karena ikut menentukan prognosa kehamilan. Kalau umur
terlalu lanjut atau terlalu muda maka persalinan lebih banyak resikonya.
2. Apa yang diderita (keluhan utama).
3. Tentang haid : menarche, haid teratur atau tidak, siklus, lamanya haid,
banyaknya darah, sifatnya darah (cair atau berbeku-beku, warnanya, baunya),
nyeri haid atau tidak, haid yang terakhir. Anamnesa haid memberikan kesan
pada kita tentang faal alat kandungan. Haid terakhir, teratur tidaknya haid, dan
siklusnya dipergunakan untuk memperhitungkan tanggal persalinan. Yang
dimaksud dengan haid terakhir ialah hari pertama haid terakhir (HPHT).
4. Tentang perkawinan : kawin atau tidak, berapa kali kawin, berapa lama kawin.
5. Kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.
Kehamilan (adakah gangguan seperti perdarahan, muntah yang berlebihan,
dan toxaemia gravidarum), persalinan (spontan atau buatan, aterm atau
premature, perdarahan, ditolong oleh siapa (bidan, dokter), nifas (adakah
panas atau perdarahan, bagaimana laktasi), dan anak (jenis kelamin, hidup
atau tidak, kalau meninggal umur berapa dan sebabnya meninggal, berat badan
waktu lahir). Pertanyaan ini sangat mempengaruhi prognosa persalinan dan
pimpinan persalinan, karena jalannya persalinan yang lampau adalah hasil
ujian-ujian dari segala faktor yang mempengaruhi persalinan.
6. Kehamilan sekarang
Bila mulai merasa pergerakan anak, kalau kehamilan masih muda adakah
mual, muntah, sakit kepala, perdarahan, kalau kehamilan sudah tua adakah
bengkak di kaki atau muka, sakit kepala, perdarahan, sakit pinggang, dll.
7. Anamnesa keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga, anak kembar atau penyakit
menular yang dapat mempengaruhi persalinan (TBC).
8. Kesehatan badan
Pernahkah sakit keras atau dioperasi, bagaimana nafsu makan, miksi, dan
defekasi.
(Universitas Padjajaran, 1983)

 Pemeriksaan
A. Pemeriksaan umum (status praesens)
 Bagaimana keadaan umum penderita, keadaan gizi, kelainan bentuk badan,
kesadaran.

11
 Adakah anemia, sianosis, ikterus, atau dyspneu.
 Keadaan jantung dan paru-paru.
 Adakah edema : edema dalam kehamilan dapat disebabkan oleh toxaemia
gravidarum atau oleh tekanan rahim yang membesar pada vena-vena dalam
panggul yang mengalirkan darah dari kaki, tetapi juga oleh defisiensi vitamin
B1, hipoproteinemia, dan penyakit jantung.
 Reflex patella (negative pada defisiensi vitamin B1 dan penyakit urat syaraf).
 Tekanan darah : tensi pada orang hamil tidak boleh mencapai 140 sistol atau
90 diastol. Juga perubahan 30 sistol dan 15 diastol diatas tensi sebelum hamil
menandakan toxaemia gravidarum.
 Berat badan : walaupun prognosa kehamilan dan persalinan bagi orang gemuk
kurang baik dibandingkan dengan orang normal beratnya, dalam menimbang
seseorang bukan beratnya saja yang penting, tapi lebih penting lagi perubahan
berat setiap kali ibu itu memeriksakan diri. Berat badan dalam trimester ke III
tak boleh tambah lebih dari 1 kg seminggu atau 3 kg sebulan. Penambahan
yang lebih dari batas-batas tersebut diatas disebabkan oleh penimbunan
(retensi) air dan disebut pra edema.
 Pemeriksaan laboratorium
- Urine : terutama diperiksa atas glukosa, zat putih telur, dan sedimen.
Adanya glukosa dalam urine orang hamil harus dianggap sebagai gejala
penyakit diabetes kecuali kalau kita dapat membuktikan bahwa hal-hal lain
yang menyebabkannya. Pada akhir kehamilan dan dalam nifas reaksi
reduksi dapat menjadi positif oleh adanya laktosa dalam urine. Zat putih
telur positif dalam urine pada nefritis, toxaemia gravidarum, dan radang
dari saluran kencing.
- Darah : perlu ditentukan Hb 3 bulan sekali karena pada orang hamil sering
timbul anemia karena defisiensi Fe. Selanjutnya perlu diperiksa reaksi
serologis (WR), golongan darah, dan kadar gula darah. Golongan darah
ditentukan supaya kita cepat dapat mencarikan darah yang cocok jika
penderita memerlukannya.
- Feses : diperiksa atas telur-telur cacing.
(Universitas Padjajaran, 1983)

B. Status obstetri
Dibagi dalam : inspeksi (periksa pandang), palpasi (periksa raba), dan auskultasi
(periksa dengar).
1. Inspeksi
- Muka : adakah chloasma gravidarum, keadaan selaput mata pucat atau
merah, adakah edema pada muka, bagaimana keadaan lidah, gigi.
- Leher : apakah vena terbendung di leher (misalnya pada penyakit jantung),
apakah kelenjar gondok membesar, atau kelenjar limfa membesar.
- Dada : bentuk buah dada, pigmentasi putting susu, dan gelanggang susu,
keadaan putting susu, adakah colostrum.

11
- Perut : perut membesar ke depan atau ke samping (pada ascites misalnya
membesar ke samping); keadaan pusat, pigmentasi di linea alba,
nampakkah gerakan anak atau kontraksi rahim, adakah striae gravidarum
atau bekas luka.
- Vulva : keadaan perineum, carilah varices, tanda Chadwick, condylomata,
fluor.
- Anggota bawah : cari varices, edema, luka, sikatriks pada lipat paha.
2. Palpasi
Maksudnya periksa raba ialah untuk menentukan :
 Besarnya rahim dan dengan ini menentukan tuanya kehamilan.
 Menentukan letaknya anak dalam rahim.
Selain itu selalu harus diraba apakah ada tumor-tumor lain dalam rongga
perut, kista, mioma, dan limfa yang membesar.
Cara melakukan palpasi ialah menurut Leopold yang terdiri atas 4 bagian :
 Leopold I
o Kaki penderita ditekuk pada lutut dan lipat paha.
o Pemeriksa berdiri sebelah kanan penderita, dan melihat ke arah
muka penderita.
o Rahim dibawa ke tengah.
o Tingginya fundus uteri ditentukan.
o Tentukan bagian apa dari anak yang terdapat dalam fundus.
Sifat kepala ialah keras, bundar, dan melenting.
Sifat bokong ialah lunak, kurang bundar, dan kurang melenting.
Pada letak lintang fundus uteri kosong.

 Leopold II
o Kedua tangan pindah ke samping.
o Tentukan dimana punggung anak. Punggung anak terdapat di fihak
yang memberikan rintangan yang terbesar, carilah bagian-bagian
kecil, yang biasanya terletak bertentangan dengan fihak yang
memberikan rintangan yang terbesar.

11
o Kadang-kadang disamping terdapat kepala atau bokong ialah pada
letak lintang.

 Leopold III

o Dipergunakan satu tangan saja.

o Bagian bawah ditentukan antara ibu jari dan jari lainnya.

o Cobalah apakah bagian bawah masih dapat digoyangkan.

 Leopold IV

o Pemeriksa berubah sikapnya ialah melihat ke arah kaki penderita.

o Dengan kedua tangan ditentukan apa yang menjadi bagian bawah.

o Ditentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke dalam pintu atas


panggul, dan berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga
panggul.

o Jika kita rapatkan kedua tangan pada permukaan dari bagian


terbawah dari kepala yang masih teraba dari luar dan :

11
a. Kedua tangan itu convergent, hanya bagian kecil dari
kepala turun ke dalam rongga.

b. Jika kedua tangan itu sejajar, maka separuh dari kepala


masuk ke dalam rongga panggul.

c. Jika kedua tangan divergent, maka bagian terbesar dari


kepala masuk ke dalam rongga panggul dan ukuran terbesar
dari kepala sudah melewati pintu atas panggul.

Kalau pada kepala yang telah masuk ke dalam p.a.p kita masukkan
tangan ke dalam rongga panggul maka satu tangan akan lebih jauh masuk,
sedangkan tangan satunya tertahan oleh tonjolan kepala. Tonjolan kepala pada
fleksi disebabkan oleh daerah dahi, sedangkan pada letak defleksi oleh
belakang kepala. Kalau tonjolan kepala bertentangan dengan bagian kecil,
maka anak dalam letak defleksi. Leopold IV tidak dilakukan, kalau kepala
masih tinggi. Palpasi secara Leopold yang lengkap ini, baru dapat dilakukan
kalau janin sudah cukup besar kira-kira dari bulan VI ke atas.

Sebelum bulan ke VI biasanya bagian-bagian anak belum jelas, jadi


kepala belum dapat ditentukan begitu pula punggung anak. Sebelum bulan ke
VI cukuplah untuk menentukan apakah ada benda (janin) yang melenting ke
seluruhannya di dalam rahim (ballottement in toto). Ballottement di dalam
rahim boleh dianggap tanda kehamilan pasti. Sebelum bulan ke III uterus tak
dapat diraba dari luar dan untuk mencari perubahan dalam besarnya,
bentuknya, dan konsistensinya dilakukan toucher atau pemeriksaan dalam.
(Universitas Padjajaran, 1983)

Perubahan yang dapat ditemukan pada kehamilan muda ialah :

 Selaput lendir vulva dan vagina membiru ( Chadwick sign ).

 Portio lunak.

 Corpus uteri membesar dan lunak.

11
 Kalau 2 jari dari tangan dalam diletakkan dalam fornix posterior dan
tangan satunya pada dinding perut depan diatas symphisis, maka
isthmus uteri sedemikian lunaknya, seolah-olah corpus uteri tidak
berhubungan dengan servix ( Hegar sign ).

 Pada waktu pemeriksaan maka kadang-kadang corpus uteri yang lunak


itu menjadi lebih keras. Hal tersebut disebabkan karena timbulnya
kontraksi ( Braxton Hicks sign ).

 Kadang-kadang teraba bahwa fundus uteri tak rata karena uterus lebih
cepat tumbuhnya di daerah implantasi telur ( Piskacek sign ).

 Ballottement dari janin seluruhnya dapat dirasakan pada bulan 5 ke atas.

 Selain dari palpasi Leopold selalu harus diraba juga apakah pada rahim
atau di dalam rongga perut ada pembengkakan yang abnormal
(mioma, kista, lien yang membesar, dll).

(Universitas Padjajaran, 1983)

Pemeriksaan Tinggi Fundus Unteri untuk Perkiraan Usia Kehamilan menurut Spielberg.

12 minggu 1-2 jari diatas symphysis


16 minggu pertengahan antara symphysis dan pusat
20 minggu 3 jari dibawah pusat
24 minggu setinggi pusat
28 minggu 3 jari diatas pusat
32 minggu pertengahan proc. xyphoideus dan pusat
36 minggu 3 jari di bawah proc xyphoideus
40 minggu pertengahan proc. xyphoideus dan pusat
 Taksiran berat janin ditentukan berdasarkan rumus Johnson Toshack.
Perhitungan penting sebagai pertimbangan memutuskan rencana persalinan
secara spontan. Rumus tersebut :

11
 Taksiran Berat Janin (TBJ) = (Tinggi fundus uteri (dalam cm) - N) x 155
 N = 11 bila kepala masih berada di bawah spina ischiadika
 N = 12 bila kepala masih berada di atas spina ischiadika
 N = 13 bila kepala belum lewat PAP
(Williams obstetric, 2008)

3. Auskultasi
Dilakukan dengan stetoskop. Biasanya dipergunakan stetoskop monoaural
tetapi dapat juga dipergunakan stetoskop kepala atau dengan Doptone. Dengan
stetoskop dapat didengar bermacam-macam bunyi yang berasal :
a. Dari anak : bunyi jantung anak, bising tali pusat, dan gerakan anak.
b. Dari ibu : bising rahim, bunyi aorta, dan bising usus.

 Bunyi jantung anak


Baru dapat didengar pada akhir bulan ke V, walaupun dengan
ultrasound (doptone) sudah dapat didengar pada akhir bulan ke III.
Frekuensinya lebih cepat dari BJ orang dewasa ialah antara 120-
160/menit. Karena badan anak dalam kyphose dan didepan dada
terdapat lengan anak maka BJ paling jelas terdengar di punggung anak
dekat pada kepala. Pada presentasi biasa (letak kepala) tempat ini kiri
atau kanan dibawah pusat. Jika bagian-bagian anak belum dapat
ditentukan, maka BJ harus dicari pada garis tengah diatas symphysis.
Apakah yang dapat kita ketahui dari bunyi jantung anak :
 Dari adanya bunyi jantung anak : tanda pasti kehamilan dan
anak hidup.
 Dari tempat bunyi jantung anak terdengar : presentasi anak,
position anak (kedudukan punggung), sikap anak (habitus), dan
adanya anak kembar.
Kalau bunyi jantung terdengar kiri atau kanan di bawah pusat, maka
presentasinya kepala, kalau terdengar kiri kanan setinggi atau diatas
pusat, maka presentasinya bokong (letak sungsang). Kalau bunyi
jantung terdengar sebelah kiri, maka punggung sebelah kiri, kalau
terdengar sebelah kanan maka punggung sebelah kanan. Kalau
terdengar di fihak yang berlawanan dengan bagian-bagian kecil, sikap
anak fleksi. Kalau terdengar sefihak dengan bagian-bagian kecil, sikap
anak defleksi. Pada anak kembar bunyi jantung terdengar pada 2
tempat dengan sama jelasnya dan dengan frekuensi yang berbeda
(perbedaan lebih dari 10 / menit).
 Dari sifat bunyi jantung anak : kita dapat mengetahui keadaan
anak. Anak yang dalam keadaan sehat bunyi jantungnya teratur
dan frekuensinya antara 120-160 per menit. Kalau bunyi
jantung kurang dari 120 / menit atau lebih dari 160 / menit atau

11
tidak teratur, maka anak dalam keadaan asfiksia (kekurangan
O2).
Pada persalinan lebih baik lagi kalau sifat bunyi jantung ini
dihubungkan dengan tekanan intrauterine seperti dilakukan oleh Hon
dan Caldeyro Barcia. Yang buruk ialah decelerasi, apalagi bila
berlangsung terus. Terutama waktu persalinan penting sekali bahwa
kita tidak saja mendengarkan ada atau tidaknya bunyi jantung, tetapi
juga menentukan sifatnya (cepat, lambat, tak teratur).
Cara menghitung bunyi jantung ialah dengan mendengarkan 3x5 detik.
Kemudian jumlah bunyi jantung dalam 3x5 detik dikalikan dengan 4.

 Bising tali pusat :


o Sifatnya meniup karena tali pusat tertekan. Dengan
mengubah sikap ibu sering bising ini hilang.
 Bising rahim :
o Bersifat bising dan frekuensinya sama dengan denyut nadi
ibu. Disebabkan oleh arteri uterina.
 Bunyi aorta :
o Frekuensinya sama dengan denyut nadi ibu, untuk
membedakan dengan BJ anak, maka nadi ibu harus
dipegang.
 Bising usus :
o Sifatnya tak teratur, disebabkan udara dan cairan yang ada
dalam usus ibu.

C. Pemeriksaan Dalam
Biasanya dilakukan pemeriksaan dalam pada pemeriksaan pertama pada hamil
muda dan sekali lagi pada kehamilan ± 8 bulan untuk menentukan keadaan panggul.
(Universitas Padjajaran, 1983)

Fungsi pemeriksaan dalam adalah


1. Menentukan bagian terbawah janin.
2. Kalau bagian yang terbawah adalah kepala dapat ditentukan posisi uuk, uub, dagu,
hidung, orbita dan mulut.
3. Kalau letak sungsang dapat teraba anus, sacrum dan tuber ischii.
4. Menentukan pembukaan serviks.
5. Mengevaluasi keadaan vagina, serviksa dan panggul.
(Rustam Mochtar, 1998)

Indikasi pemeriksaan dalam :


1. Jika pemeriksaan luar, kedudukan janin tidak dapat ditentukan.
2. Jika ada sangkaan kesempitan panggul atau CPD.
3. Jika persalinan tidak maju.

11
4. Untuk menentukan nilai pelvis :
 Pendataran serviks.
 Pembukaan serviks.
 Konsistensi serviks.
 Turunnya bagian terbawah janin menurut hodge.
(Rustam Mochtar, 1998)

D. Pemeriksaan panggul
Keadaan panggul terutama penting pada primigravida, karena panggulnya
belum pernah diuji dalam proses persalinan, sebaliknya pada multigravida anamnesa
mengenai persalinan yang gampang dapat memberikan keterangan yang berharga
mengenai keadaan panggul. (Universitas Padjajaran, 1983).
Seorang multipara yang sudah beberapa kali melahirkan anak aterm dengan
spontan dan mudah, dapat dianggap mempunyai panggul yang cukup luas. Walaupun
begitu jalan lahir seorang multipara yang dulunya tak menimbulkan kesukaran
kadang-kadang dapat menjadi sempit, misalnya kalau timbul tumor tulang (exostose,
osteoma, osteofibroma, dll) dari tulang panggul atau tumor dari bagian lunak jalan
lahir. (Universitas Padjajaran, 1983).

Tanda-tanda yang menimbulkan persangkaan panggul sempit ialah :


1. Pada primigravida kepala belum turun pada bulan terakhir.
2. Pada multipara jika dalam anamnesa, ternyata proses persalinan-persalinan yang
terdahulu sukar (riwayat obstetrik yang jelek).
3. Jika terdapat kelainan letak pada hamil tua.
4. Jika badan ibu menunjukkan kelainan seperti kifosis, skoliosis ataupun kelainan pada
tulang-tulang ekstremitas (kaki pendek sebelah atau pincang).
5. Jika ukuran-ukuran luar sempit.
(Universitas Padjajaran, 1983)

Pemeriksaan dan pengukuran panggul biasanya dilakukan dengan toucher


guna menentukan luasnya jalan lahir. Pemeriksaan ini hanya dilakukan sekali selama
masa kehamilan. Biasanya terjadi pada bulan ke VIII. Hal-hal yang perlu dinilai
dalam pemeriksaan ini adalah :
1. Conjugata diagonalis.
2. Conjugata vera.
Cara mengukur conjugata vera ialah jari tengah dan telunjuk dimasukan ke dalam
vagina untuk meraba promotorium (conjugata diagonalis) – 1,5 cm.
(Sarwono Prawirohardjo, 2006)

11
3. Apakah linea innominata teraba seluruhnya atau hanya sebagian.
4. Keadaan sacrum apakah konkaf dalam arah atas bawah dan dari kiri ke kanan.
5. Keadaan dinding samping panggul apakah lurus atau konvergen.
6. Apakah spina ischiadicae menonjol.
7. Keadaan os pubis : adakah exostose.
8. Keadaan arcus pubis.
(Universitas Padjajaran, 1983)

Bidang-bidang Hodge ini dipelajari untuk menentukan sampai manakah bagian


terendah janin turun dalam panggul pada persalinan.

• Hodge 1 : Bidang yang dibentuk sejajar dengan pintu atas panggul antara bagian atas
symphysis dan promotorium.
• Hodge 2 : sejajar dengan H 1 terletak setinggi bagian bawah symphysis.
• Hodge 3 : sejajar dengan H 1 dan H 2 terletak setinggi spina ischiadica.
• Hodge 4 : sejajar dengan H 1, H 2, dan H 3 terletak setinggi os coccygis.
(Sarwono Prawirohardjo, 2006)

Pemeriksaan rontgen :

11
Baiknya dilakukan pada kehamilan yang sudah agak lanjut karena sebelum bulan ke
IV rangka janin belum nampak dan pada hamil muda pengaruh sinar rontgen terhadap
janin lebih besar.
Indikasi pemeriksaan rontgen :
 Diperlukan tanda kehamilan pasti.
 Letak anak tak dapat ditentukan dengan jelas dengan palpasi.
 Mencari sebab dari hidramnion (gemelli, anenchepal).
 Untuk menentukan kehamilan kembar.
 Untuk menentukan kematian anak dalam rahim.
 Untuk menentukan kelainan anak (hydrochepalus, anenchepalus).
 Untuk menentukan bentuk dan ukuran panggul.
(Universitas Padjajaran, 1983)

 Diagnosa
Setelah pemeriksaan selesai kita tentukan diagnosa. Akan tetapi, pada pemeriksaan
kehamilan tidak cukup kita membuat diagnosa kehamilan saja, tetapi kita harus dapat
menjawab pertanyaan sebagai berikut :
I. Hamil atau tidak
Untuk menjawab pertanyaan ini kita mencari tanda-tanda kehamilan.
Tanda-tanda kehamilan dapat dibagi dalam 2 golongan :
a. Tanda-tanda pasti :
 Mendengar BJ anak.
 Melihat, meraba, atau mendengar pergerakan anak oleh
pemeriksa.
 Melihat rangka janin dengan sinar rontgen atau dengan
ultrasound.
Jika hanya salah satu dari tanda-tanda ini ditemukan diagnosa
kehamilan dapat dibuat dengan pasti. Sayang sekali tanda-tanda pasti
baru timbul pada kehamilan yang sudah lanjut, ialah diatas 4 bulan,
tapi dengan mempergunakan ultrasound kantong kehamilan sudah
nampak pada kehamilan 10 minggu dan bunyi jantung anak sudah
dapat didengar pada kehamilan.
b. Tanda-tanda mungkin :
Tanda-tanda mungkin sudah timbul pada hamil muda, tetapi dengan
tanda-tanda mungkin kehamilan hanya boleh diduga. Makin banyak
tanda-tanda mungkin kita dapati, makin besar kemungkinan
kehamilan.
Tanda-tanda mungkin dapat dibagi lagi dalam :
 Tanda-tanda objektif yang diperoleh pemeriksa. ( 1-10 )
 Tanda-tanda subjektif yang dirasakan oleh penderita. ( 11-15 )

Tanda-tanda mungkin adalah :

11
1. Pembesaran, perubahan bentuk dan konsistensi rahim.
Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar
dan makin lama makin bundar bentuknya. Kadang-kadang
pembesaran tidak rata, tetapi didaerah telur bernidasi lebih
cepat tumbuhnya. Tanda ini dikenal dengan PISKACEK
SIGN.
Konsistensi rahim dalam kehamilan juga berubah ialah menjadi
lunak. Terutama daerah isthmus uteri sedemikian lunaknya,
hingga kalau kita letakkan 2 jari dalam fornix posterior dan
tangan satunya pada dinding perut diatas symphysis, maka
isthmus ini tidak teraba seolah-olah corpus uteri sama sekali
terpisah dari servix. Tanda ini disebut HEGAR SIGN.
2. Perubahan pada servix.
Diluar kehamilan konsistensi servix keras, kerasnya seperti kita
meraba ujung hidung; dalam kehamilan servix menjadi lunak
pada perabaan selunak bibir atau ujung bawah daun telinga.
3. Kontraksi Braxton Hicks.
Waktu palpasi atau waktu toucher rahim yang lunak
sekonyong-konyong menjadi keras karena berkontraksi.
4. Ballottement.
Pada bulan ke IV dan V janin itu kecil dibandingkan dengan
banyaknya air ketuban, maka kalau rahim didorong dengan
sekonyong konyong atau digoyangkan, maka anak melenting
dalam rahim. Ballottement ini dapat ditentukan dengan
pemeriksaan luar maupun dengan jari yang melakukan
pemeriksaan dalam. Demikian berharga gejala ini hingga oleh
beberapa ahli, ballottement didalam rahim dianggap sebagai
tanda pasti. Ballottement diluar kehamilan dapat ditimbulkan
oleh tumor-tumor bertangkai dalam ascites seperti fibroma
ovarii. Karena seluruh badan janin yang melenting maka
ballottement semacam ini disebut ballottement in toto untuk
membedakannya dengan ballottement yang ditimbulkan oleh
kepala saja pada kehamilan yang lebih tua.
5. Meraba bagian anak.
Dapat dilakukan kalau anak sudah agak besar, hanya kadang-
kadang tumor yang padat seperti mioma, fibroma, dan lain-lain
dapat menyerupai bentuk anak.
6. Pemeriksaan biologis.
Tidak dimasukkan tanda pasti karena keadaan lain dapat
menimbulkan reaksi yang positif.
7. Pembesaran perut.
Setelah bulan ke III rahim dapat diraba dari luar dan mulai
membesarkan perut.
8. Keluarnya colostrum.

11
9. Hiperpigmentasi kulit seperti pada muka yang disebut
chloasma gravidarum (topeng kehamilan). Hiperpigmentasi
areola dan papilla mammae, hiperpigmentasi linea alba (putih)
yang menjadi linea fusca (coklat) atau linea nigra (hitam).
10. CHADWICK SIGN adalah warna selaput lendir vulva dan
vagina menjadi ungu.
11. Adanya amenorrhoe.
Pada wanita sehat dengan haid yang teratur, amenorrhoe
menandakan kemungkinan kehamilan. Kadang-kadang
amenorrhoe disebabkan oleh hal-hal lain diantaranya penyakit
berat seperti TBC, typhus, anemia atau karena pengaruh psikis
misalnya karena perubahan lingkungan (dari desa ke asrama)
juga dalam masa perang sering timbul amenorrhoe pada wanita.
12. Mual dan muntah.
13. Ibu merasa pergerakan anak.
14. Sering kencing karena rahim yang membesar menekan pada
kandung kemih.
15. Perasaan dada berisi dan agak nyeri.

Juga terkenal suatu keadaan pada wanita yang ingin sekali mempunyai
anak yang disebut pseudocyesis atau kehamilan palsu, dengan gejala-
gejala sebagai berikut :
 Perut besar, tetapi karena gembung.
 Pasien merasa pergerakan anak, tetapi yang dirasakan ialah
pergerakan usus.
 Buah dada membesar.
 Ada mual muntah.
 Kadang-kadang timbul hiperpigmentasi.

II. Perbedaan antara primigravida dan multigravida :


Primi :
- Buah dada tegang
- Puting susu runcing
- Perut tegang dan menonjol ke depan
- Striae lividae
- Perineum utuh
- Vulva tertutup
- Hymen perforates
- Vagina sempit dan teraba rugae
- Portio runcing, ostium uteri externum tertutup

Multi :

11
- Lembek, menggantung
- Puting susu tumpul
- Perut lembek dan tergantung
- Striae lividae dan striae albicans
- Vulva mengangah
- Carunculae myrtiformis
- Vagina longgar, selaput lendir licin
- Portio tumpul dan terbagi dalam bibir depan dan bibir belakang
III. Tuanya kehamilan
Dapat diduga dari :
 Lamanya amenorrhoe
Saying sekali ibu-ibu di Indonesia kurang memperhatikan haidnya
hingga haid terakhir tidak diketahui. Kadang-kadang kehamilan juga
terjadi sesudah masa amenorrhoe dalam masa laktasi.
 Dari tingginya fundus uteri
Tetapi pada gemelli, hidramnion, dan mola hidatidosa fundus uteri
lebih tinggi daripada yang sesuai dengan tuanya kehamilan; sebaliknya
pada oligohidramnion lebih rendah daripada semestinya.
 Dari besarnya anak terutama dari besarnya kepala anak, misalnya
diameter biparietal dapat diukur secara tepat dengan ultrasound.
 Dari saat mulainya terasa pergerakan anak.
 Dari saat mulainya terdengar bunyi jantung anak.
 Dari masuk atau tidak masuknya kepala ke dalam rongga panggul.
 Dengan pemeriksaan amniocentesis (orange stained cells, kreatinin,
dll)
Pada primigravida kepala anak pada bulan terakhir berangsur-angsur turun ke
dalam rongga panggul. Ini disebabkan karena rahim, ligamentum rotundum
dan dinding perut makin teregang dan karena kekenyalannya mendesak isinya
ke bawah. Kekuatan ini dibantu juga oleh kekuatan mengejan waktu buang air
besar. Pada multigravida dinding rahim dan dinding perut sudah kendor,
kekenyalannya sudah kurang hingga kekuatan mendesak ke bawah tidak
seberapa, maka pada multipara biasanya kepala baru turun pada permulaan
persalinan. Kalau pada primigravida kepala belum turun pada akhir
kehamilan, maka harus diingat kemungkinan panggul sempit atau keadaan
patologis lain (plasenta previa, hidramnion, gemelli).
IV. Tanda-tanda kematian anak dalam rahim :
- Bunyi jantung tidak terdengar lagi.
- Rahim tidak membesar malahan fundus uteri turun.
- Palpasi anak menjadi kurang jelas.
- Reaksi biologis menjadi negative, setelah anak mati kira-kira 10 hari.

- Pada gambar rontgen terlihat :

11
1. Tanda Spalding : tulang-tulang tengkorak tutup menutupi,
disebabkan isi tengkorak berkurang karena otak mencair.
2. Tulang punggung sangat melengkung.
3. Adanya gelembung-gelembung gas dalam janin.
- Ibu tak merasa lagi pergerakan anak.
V. Anak tunggal atau kembar.
Tanda anak kembar ialah :
 Perut lebih besar daripada yang sesuai dengan tuanya kehamilan.
 Meraba 3 bagian besar atau lebih ( yang dimaksud dengan bagian besar
ialah kepala dan bokong, sedangkan yang dimaksud dengan bagian
kecil ialah kaki dan tangan).
 Meraba 2 bagian besar berdampingan.
 Meraba banyak bagian-bagian kecil.
 Mendengar bunyi jantung anak pada 2 tempat dengan sama jelasnya
dan dengan perbedaan frekuensi 10 denyut atau lebih dalam 1 menit.
 Pemeriksaan elektrokardiografi, ultrasound.
 Pada hidramnion selalu harus diingat kemungkinan kehamilan kembar.
 Pada rontgen foto atau ultrasonogram nampak 2 kerangka janin.
VI. Letak janin dalam rahim.
Letak anak sangat penting berhubung dengan prognosa persalinan. Beberapa
letak seperti letak lintang dan letak dahi tak dapat lahir spontan pada anak
hidup dan aterm, dan jika tidak diperbaiki berbahaya bagi ibu maupun anak.
Istilah letak anak dalam ilmu kebidanan mengandung 4 pengertian :
1. Situs atau letak : letak sumbu panjang anak terhadap sumbu panjang
ibu.
2. Habitus atau sikap : letak bagian-bagian anak satu terhadap yang lain.
3. Positio atau posisi : letak salah satu bagian anak yang tertentu terhadap
dinding perut atau jalan lahir.
4. Praesentatio atau presentasi : apa yang menjadi bagian yang terendah.
Sikap anak yang fisiologis ialah :
o Badan anak dalam kyphose.
o Kepala menekur, dagu dekat pada dada.
o Lengan bersilang di depan dada.
o Tungkai terlipat pada lipatan paha, dan lekuk lutut rapat pada badan.
VII. Letak intrauterine atau extrauterin
Oleh karena beberapa sebab, telur kadang-kadang bersarang diluar rahim
seperti didalam tuba, ovarium atau rongga perut. Keadaan demikian disebut
kehamilan ektopik (kehamilan diluar tempat biasa) atau kehamilan
extrauterin (kehamilan diluar rahim).

Tanda-tanda bahwa anak didalam rahim ialah :

11
 Waktu meraba anak, uterus berkontraksi.
 Kadang-kadang ligamentum rotundum teraba kiri kanan dari tumor
yang mengandung anak.
Tanda-tanda bahwa anak (yang sudah agak besar) tumbuh diluar rahim ialah :
 Pergerakan anak lebih nyeri dirasakan oleh ibu.
 Anak lebih mudah diraba dari luar.
 Tumor yang mengandung anak tak pernah mengeras (kontraksi
Braxton Hicks).
 Disamping anak kadang-kadang teraba tumor ialah uterus yang
membesar.
 Pada foto rontgen terlihat bahwa bagian terendah anak tinggi letaknya
dan anak dalam letak paksa.
 Kalau persalinan sudah mulai, maka pembukaan tetap kecil ± sebesar 1
jari dan kalau kita memasukkan jari ke dalam cavum uteri, maka
ternyata cavum uteri kosong.
 Percobaan pitocin : kalau kita suntikkan Pitocin 2 U intravenosa, maka
teraba rahim mengeras disamping anak, sedangkan tumor yang
mengandung anak tidak mengeras.
 Dengan membuat foto rontgen dengan sonde didalam cavum uteri atau
dengan hyterosalpingografi.
VIII. Keadaan jalan lahir
IX. Keadaan umum ibu :
Sangat mempengaruhi prognosa persalinan, ibu yang lemah atau sakit keras
tentu dapat diharapkan menyelesaikan persalinan dengan baik. Sering kita
dapat menduga adanya penyakit pada wanita hamil dari keadaan umum atau
dari anamnesa. Misalnya : adanya anemia, sianosis, sesak nafas, ikterus,
keadaan nadi dan turgor harus membangkitkan kewaspadaan.
(Universitas Padjajaran, 1983)

 Prognosa
Setelah pemeriksaan selesai maka atas dasar pemeriksaan harus dapat kita membuat
prognosa atau ramalan persalinan, artinya kita berusaha meramalkan apakah
persalinan kira-kira akan berjalan dengan biasa atau sulit dan berbahaya. Ramalan ini
perlu untuk menentukan apakah penderita harus bersalin di RSUP, RSU, atau boleh
dirumah; apakah harus dipimpin dokter ahli atau oleh bidan, apa yang harus
disediakan supaya persalinan dapat berlangsung dengan selamat untuk ibu dan anak
(misalnya darah).
(Universitas Padjajaran, 1983)

 Terapi (pengobatan)

11
Tujuan dari terapi pada wanita hamil ialah untuk mencapai taraf kesehatan yang
setinggi-tingginya dalam kehamilan dan menjelang persalinan.
Yang paling sering memerlukan pengobatan atau perawatan ialah :
 Anemia.
 Penyakit defisiensi lainnya seperti hypovitaminose.
 Hiperemesis gravidarum.
 Perdarahan dalam kehamilan.
 Kelainan letak.
 Toxaemia gravidarum.
 Kegelisahan menjelang persalinan.
Selanjutnya ibu harus diberi nasihat mengenai cara-cara kehidupan waktu hamil,
berapa kali sebulan ia harus memeriksa diri, apa tanda-tanda bahaya, bila ia harus
masuk rumah sakit atau apa yang harus disediakan kalau akan bersalin di rumah.
(Universitas Padjajaran, 1983)

PROSEDUR PEMERIKSAAN ANTENATAL

Langkah Klinik
Keluhan Utama 1. Ucapkan salam dan perkenalan diri.
2. Ciptakan suasana membantu dan menyenangkan.
3. Tanya identitas dengan sopan.
4. Tanya tujuan mendatangi fasilitas kesehatan.
Anamnesis 1. Tanya tentang :
 Riwayat perkawinan.
 Riwayat haid, HPHT.
 Riwayat penyakit ibu dan keluarga (masalah kehamilan).
 Kebiasaan (merokok, obat, jamu, hewan peliharaan).
 Riwayat persalinan.
2. Tentukan usia kehamilan menurut anamnesis haid dan buat
taksiran persalinan.
Pemeriksaan 1. Umum
 Keadaan umum
 Tipe badan (astenikus, atletikus, piknikus)
 TB (cm), BB (kg)
 Warna konjungtiva, ikterik, edema, kloasma gravidarum
 Mulut, tenggorok : karies dentis, tonsil, faring
 TTV : TD, Nadi, RR, suhu
 Kondisi jantung paru
 Palpasi hati dan limpa
2. Khusus (Kehamilan > 20 minggu, langsung langkah 5)
Inspeksi
 TFU (penonjolan supra simfisis)
 Hiperpigmentasi (areola mamae, linea nigra) dan striae

Palpasi

11
 TFU
 Keadaan dinding perut
 Massa, cairan bebas atau nyeri tekan abdomen
3. Pada kehamilan 16-20 minggu, mulai dilakukan pemeriksaan
auskultasi. Karena pada usia kehamilan tersebut, sulit
menentukan punggung bayi, makan ujung stetoskop Laenec
diletakkan pada daerah subumbilikus.
Dengan alat fetoskop Doppler denyut jantung sudah dapat
didengar pada kehamilan 12 minggu atau lebih.
Dengar bunyi dan hitung frekuensi bunyi jantung bayi. Untuk
membandingkan dengan bising aorta, pegang nadi ibu saat
memeriksa bunyi jantung bayi.
4. Status Lokalis
Inspeksi
 Labium dan perineum
 Muara urethra
 Fluor albus atau sekret abnormal

Inspekulo
 Dinding vagina dan forniks
 Warna dan besar porsio
 Fluor albus atau sekret dalam lumen vagina
Pemeriksaan Dalam
 Vagina
 Besar dan konsistensi porsio
 Besar dan arah korpus uteri
 Tanda Hegar
 Adneksa
5. Khusus Obstetri
Inspeksi
 TFU, diukur dalam cm setelah kehamilan 20 minggu
 Hiperpigmentasi dan striae
 Jaringan parut post op
Palpasi
 Leopold 1
 Janin tunggal atau ganda
 Leopold 2
 Leopold 3
 Besar janin normal, PJT atau makrosomia
 Leopold 4
Auskultasi
 Pemeriksaan bunyi dan frekuensi jantung janin (bila
kehamilan telah memasuki usia 38 minggu, pada
primigravida dan multigravida yang kepala bayi belum
masuk PAP, lakukan pemeriksaan panggul).
Pemeriksaan Lakukan pemeriksaan tambahan bila diperlukan :
Tambahan  Laboratorium rutin atau khusus
 Pelvimetri

11
 USG

PROSEDUR PEMERIKSAAN PANGGUL

Langkah Klinik
Persetujuan 1. Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan
Pemeriksaan 2. Jelaskan tentang tujuan pemeriksaan
3. Jelaskan jika mungkin proses pemeriksaan akan membuat
khawatir dan rasa kurang nyaman tetapi tidak akan
menimbulkan gangguan pada kandungan
4. Pastikan bahwa ibu telah mengerti prosedur dan tujuan
pemeriksaan
5. Minta persetujuan lisan untuk melakukan pemeriksaan
Persiapan 1. Ibu
 Ranjang periksa
 Kapas dan larutan antiseptik
2. Pemeriksa
 Sarung tangan
 Sabun dan air
 Apron
Pemasangan Sarung 1. Setelah cuci tangan keringkan tangan dengan handuk bersih
Tangan dan kering.
2. Lepaskan lipatan sarung tangan dan letakkan di atas meja,
ambil sarung tangan kanan dengan ibu jari dan telunjuk
tangan kiri (pada tepi atas lipatan).
3. Masukkan tangan kanan ke dalam sarung tangan dan
sesuaikan jari-jari tangan dengan alur-alur jari yang tersedia.
4. Kencangkan sarung tangan dengan jalan menarik ujung
lipatan kemudian tarik lingkaran sarung tangan ke atas.
5. Ambil sarung tangan kiro dengan menyelipkan jari-jari
tangan kanan diantara lipatan sarung tangan (tahan sarung
tangan dengan ibu jari).
6. Masukkan jari-jari tangan kiri ke dalam alur jari yang
tersedia, kencangkan dengan jalan mendorong lipatan sarung
tangan ke atas kemudian tarik lingkaran sarung tangan
dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanan, untuk
menghilangkan lipatannya.
Pemeriksaan 1. Setelah mengosongkan kandung kemih, persilahkan ibu
untuk berbaring di atas ranjang periksa.
2. Persiapkan ibu dalam posisi litotomi.
3. Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, sisihkan labium
mayus ke lateral untuk membuka vulva.
4. Masukkan telunjuk dan jari tengan tangan kanan ke dalam
lumen vagina, melalui introitus yang terbuka.

11
5. Pindahkan tangan kanan ke fundus uteri.
6. Arahkan bagian ventral atau palmar jari-jari tangan dalam ke
simfisis os pubis, tentukan besar sudut yang dibentuk antara
os pubis kiri dan kanan.
7. Dengan ujung bagian ventral jari-jari dalam, telusuri linea
inominata kiri sejauh mungkin, kemudian lakukan pula pada
bagian kanan dengan cara yang sama.
8. Letakkan jari dalam pada sekitar pertengahan linea inomita
kiri kemudian geser ke bawah (sejajar sumbu badan ibu)
menyusuri dinding samping panggul untuk menilai arah dan
sudutnya (rata, menyudut ke dalam atau ke luar).
9. Menjelang akhir dinding samping panggul (sekitar 5 cm dari
PAP) akan teraba tonjolan tulang, ke arah dalam jalan lahir
dan berbentuk segitiga yang disebut dengan spina iskiadika.
Nilai derajat penonjolan spina ke jalan lahir.
10. Lakukan hal yang sama pada dinding samping panggul
bagian kanan (gunakan bagian atau sisi medial jari tengah)
kemudian nilai distansia interspinarum.
11. Ruba tuberositas iskiadikum dengan meneruskan rabaan
dinding samping panggul hingga bagian ujung. Lakukan
untuk dinding kiri dan kanan, kemudian nilai distansia
intertuberosum (jarak antara kedua tuberositas)
12. Geser tangan dalam ke arah belakang sehingga teraba bagian
tulang yang rata dan mempunyai lekukan ke belakang, bagian
ini disebut sakrum. Nilai konkafitas tulang tersebut dengan
menyelusurinya ke arah atas dan bawah (tepat di bagian
tengah).
13. Teruskan perabaan bagian tengah sakrum hingga bertemu
tulang koksigis. Nilai inklinasi tulang tersebut, ke depan
(mengarah ke jalan lahir) atau ke belakang.
14. Pindahkan jari tangan dalam ke linea inominata kanan
kemudian telusuri sejauh mungkin ke belakang hingga posisi
jari mengarah ke tengah (sumbu badan ibu). Bila ditengah
teraba tonjolan tulang ke bagian dalam jalan lahir
(promontorium) maka pindahkan (jari) tangan kanan ke
tangan kiri untuk menentukan batas atau jarak dari titik
tersebut ke ujung jari kanan.
15. Keluarkan telunjuk dan jari tengah tangan kanan sementara
jari telunjuk tangan kiri yang menentukan batas tadi, tetap
pada posisinya.
16. Ambil alat ukur atau penggaris dengan tangan kiri, dekatkan
dengan jari tengah tangan kanan dan batas yang telah dibuat
tadi untuk menentukan konyugata vera yang kemudia
dikonnversikan menjadi konyugata diagonalis.

11
17. Beritahu pada ibu bahwa pemeriksaan telah selesai dan
persilahkan ibu untuk mengambil tempat yang telah
disediakan.
Pencegahan Infeksi 1. Kumpulkan semua alat yang telah digunakan dan masukkan
ke dalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5%.
2. Basuh dengna larutan klorin 0,5% pada bagian wadah yang
terkena sekret atay cairan tubuh pasien.
3. Masukkan dan bersihkan sarung tangan ke dalam wadah yang
berisi larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam di
dalam wadah selama 10 menit.
4. Cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air yang
mengalir.
5. Keringkan dengan handuk kering dan bersih.
(Abdul Bari Saifuddin, 2006)

11
Daftar Pustaka

1. J.Leveno, Kenneth. 2009. Obstetric Williams. Jakarta: EGC.


2. Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
3. Prof. dr. Mochtar Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
4. Prof Sulaiman, Sastrawinata. 1983. Obstetri Fisiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran. Jakarta: EGC.
5. Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Sagung Seto.

11

Anda mungkin juga menyukai