Kontributor materi:
Rahmadini Faricha Hakim, S.Keb., Bd., M.Keb
Annisa Nuraini, S.Tr.Keb., M.Keb
Yollin Noviana Sari, S.Tr.Keb., M.Keb
Submateri:
1. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
2. Bounding Attachment
3. Antropometri
4. Imunisasi
5. Pencegahan Hipotermia
6. Deteksi dini komplikasi, rujukan dan kegawatdaruratan: Asfiksia, BBLR,
icterus neonatorum, tetanus neonatorum, infeksi neonates, diare
7. Deteksi dini masalah pada BBL: Oral trush, diaper rush, seborhoe,
miliaria, bercak mongol, hemangioma, obstipasi
8. Tumbuh kembang bayi dan balita
9. Pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita
10. Stimulasi tumbuh kembang bayi dan balita
11. Imunisasi dan KIPI
12. Suplementasi vitamin A pada bayi dan balita
13. Pencatatan dan pelaporan PWS KIA
14. Deteksi dini komplikasi, rujukan, masalah pada bayi dan balita (MTBM
dan MTBS)
1
Klasifikasi Bayi Baru Lahir
REFLEKS
1. Refleks Moro
Pada refleks ini dimana bayi mengembangkan tangannya lebar-lebar dan melebarkan
jari-jarinya, lalu membalikkan tangannnya cepat seakan-akan memeluk seseorang. Kaki
juga mengikuti gerakan serupa. Refleks ini biasanyaakan hilang 3-4 bulan.
2
2. Refleks Rooting
Refleks ini timbul karena stimulasi taktil pipi dan daerah mulut. Refleks rooting akan
berkaitan dengan refleks menghisap. Refleks ini dapat dilihat pada pipi atau sudut mulut
bila disentuh dengan pelan, maka bayi akan spontan melihat kearah sentuhan, mulutnya
akan terbuka dan mulai menghisap. Refleks ini biasanya akan menghilang saat berusia 7
bulan.
3. Refleks Sucking
Refleks ini berkaitan dengan refleks rooting untuk menghisap dan menelan ASI.
4. Refleks Grasp
Reflek ini timbul bila ibu jari diletakkan pada telapak tangan bayi makabayi akan
menutup tangannya. Pada refleks ini bayi akan menggenggam jari dan biasanya akan
hilang pada 3-4 bulan.
3
Inisiasi Menyusu Dini
Manfaat IMD
1. Melatih keterampilan bayi untuk menyusui
2. Meningkatkan daya tahan tubuh
3. Mengurangi resiko bayi sakit saat baru lahir
4. Mengurangi stress pada ibu dan bayi
5. Mengurangi perdarahan ibu
Bounding Attachment
4
4. Aroma – Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik. Sedangkan
bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya
C. Ada beberapa keuntungan fisiologis / manfaat yang dapat diperoleh dari kontak
bounding attachment :
1. Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat.
2. Reflek menghisap dilakukan dini.
3. Pembentukkan kekebalan aktif dimulai.
4. Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak (body warmth (kehangatan
tubuh); waktu pemberian kasih sayang; stimulasi hormonal).
5. Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap sosial.
6. Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.
5
Antropometri
6
5. Usia 13 tahun = 3 x panjang badan lahir
6. Dewasa = 3,5 x panjang badan lahir atau 2 x panjang badan 2 tahun Atau dapat
digunakan rumus Behrman (1992):
§ Lahir : 50 cm
§ Umur 1 tahun : 75 cm
§ 2 – 12 tahun ; umur (tahun) x 6 + 77
C. Lingkar Kepala
Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya adalah 34-35 cm. Kemudian akan bertambah
sebesar + 0,5 cm/bulan pada bulan pertama atau menjadi + 44 cm. Pada 6 bulan pertama
ini, pertumbuhan kepala paling cepat dibandingkan dengan tahap berikutnya, kemudian
tahun-tahun pertama lingkar kepala bertambah tidak lebih dari 5 cm/tahun, setelah itu
sampai usia 18 tahun lingkar kepala hanya bertambah + 10 cm
E. Lingkar Dada
Sebagaimana lingkar lengan atas, pengukuran lingkar dada jarang dilakukan.
Pengukurannya dilakukan pada saat bernapas biasa ( mid respirasi ) pada tulang Xifoidius(
insicura substernalis). Pengukuran lingkar dada ini dilakukan dengan posisi berdiri pada
anak yang lebih besar, sedangkan pada bayi dengan posisi berbaring.
8
Imunisasi
A. Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B diberikan tiga kali. Yang pertama saat bayi baru lahir, paling lambat
12 jam setelah bayi lahir. Manfaatnya adalah untuk mencegah penularan hepatitis B
dari ibu ke bayi saat proses persalinan. Vaksin kedua diberikan saat memasuki bulan
pertama, kemudian yang ketiga diberikan antara bulan ke 3- 6. Jika sampai usia 5 tahun
anak belum mendapat imunisasi hepatitis B, maka dapat diberikan imunisasi susulan
(catch-up vaccination) sebanyak 3 kali.
B. Polio
Polio dikenal juga dengan nama penyakit lumpuh layu. Penyakit menular ini
disebabkan oleh virus dalam saluran pencernaan dan tenggorokan dan dapat
mengakibatkan kelumpuhan kaki, tangan, maupun lumpuhnya otot pernafasan yang
menyebabkan kematian.
Vaksin polio diberikan sebanyak 4 kali sebelum bayi berumur 6 bulan, yaitu pada saat
lahir, usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, kemudian diberikan lagi pada saat anak berusia
18 bulan dan 5 tahun.
C. BCG
Vaksin BCG berfungsi untuk mencegah anak terkena kuman tuberculosis yang dapat
menyerang paru-paru dan selaput otak dan dapat menyebabkan kecacatan bahkan
kematian. Vaksin BCG paling baik diberikan saat bayi berusia dua bulan.
D. Campak
Vaksin campak diberikan dua kali, yaitu pada usia 9 bulan dan 24 bulan. Jika anak
sudah mendapat vaksin MMR saat berusia 15 bulan, maka vaksin campak yang kedua
tidak perlu diberikan lagi. Manfaat dari vaksin ini adalah mencegah penyakit campak
9
berat yang dapat menyebabkan pneumonia (radang paru), diare, dan bisa menyerang
otak.
10
Pencegahan Hipotermi
Masalah pada suhu bayi baru lahir adalah hipotermia atau suhu tubuh kurang dari 36,5°C
Banyak penyakit memiliki gejala hipotermia di antaranya infeksi berat seperti sepsis
neonatorum, radang selaput otak, radang paru, hipoglikemi, dan lain-lain.
Cara pengukuran suhu yang akurat adalah dengan termometer (digital atau air raksa) yang
diletakkan di ketiak Apabila tidak tersedia termometer, perabaan dapat digunakan untuk
menentukan suhu tubuh bayi. Tempat perabaan untuk mengidentifikasi hipotermia adalah di
tubuh bayi (ketiak/perut bayi), dan ekstremitas (tangan dan kaki). Namun cara perabaan ini
kurang akurat, karena tidak dapat mengetahui suhu tubuh secara pasti.
Suhu normal 36,5 ° C – 37, 5 °C
Stres dingin 35,5° C – 36,4 ° C
Hipotermia sedang 32 ° C – 35,4 ° C
Hipotermia berat < 32 ° C
Bayi dengan suhu kurang dari 35,5°C mengalami kondisi berat yang harus segera mendapat
penanganan dokter. Tindakan yang dapat dilakukan oleh ibu sebelum dan selama dalam
perjalanan ke fasilitas kesehatan adalah terus memberikan air susu ibu (ASI) dan menjaga
kehangatan. Tetap memberikan ASI penting untuk mencegah agar kadar gula darah tidak turun.
Apabila bayi masih mampu menyusu, bayi disusui langsung ke payudara ibu. Namun, bila bayi
tidak mampu menyusu tapi masih mampu menelan, berikan ASI yang diperah dengan sendok
atau cangkir. Menjaga bayi dalam keadaan hangat dilakukan dengan kontak kulit ke kulit, yaitu
melekatkan bayi di dada ibu sehingga kulit bayi menempel langsung pada kulit ibu, dan ibu
dan bayi berada dalam satu pakaian. Kepala bayi ditutup dengan topi.
Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah hipotermia adalah menutup kepala bayi dengan
topi, pakaian yang kering, diselimuti, ruangan hangat (suhu kamar tidak kurang dari 25°C),
11
bayi selalu dalam keadaan kering, tidak menempatkan bayi di arah hembusan angin dari
jendela/pintu/pendingin ruangan. Sebelum memandikan bayi perlu disiapkan baju, handuk, dan
air hangat. Setelah dimandikan, bayi segera dikeringkan dengan handuk dan dipakaikan baju.
12
PERAWATAN TALI PUSAT
Lakukan perawatan tali pusat dengan cara mengklem dan memotong tali pusat setelah bayi
lahir, kemudian mengikat tali pusat tanpa membubuhkan apapun, kemudian prawatan tipusat
sehari hari dengan cara:
• Mencuci tangan menggunakan sabun dengan air sebelum dan sesudah merawat tali pusar.
• Menjaga agar tali pusat tetap kering dan terkena udara atau di bungkus longgar dengan
kain bersih.
• Bersihkan tali pusat dengan sabun dan air jika tercemar oleh urine atau kotoran.
• Hindari untuk sering menyentuh tali pusat dan tangan tidak bersih, menutupi tali pusat
engan apapun, membersihkan dengan alkohol.
A. Asfiksia
Kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir
Factor Ibu Factor Janin Factor Tali Pusat
• Preeklampsia dan eclampsia • Bayi premature • Lilitan tali pusat
• Solusio plasenta/plasen previa • Sunsang, gemelli, • Tali pusat pendek
• Partus lama/partus macet distosia bahu, • Simpul tali pusat
• Infeksi (malaria, sifilis, TBC, HIV) ekstraksi • Prolaps tali pusat
• Kehamilan post matur vakum/forceps
• Kelainan kongenital
• Air ketuban
bercampur
mekonium
Segera setelah bayi lahir, bidan harus memutuskan apakah bayi memerluka Tindakan
resusitasi. Dasar pengambilan keputusan:
1. Apakah bayi cukup bulan?
2. Apakah bayi menangis atau tidak? Bernapas spontan atau megap-megap? Tonus
otot baik atau lemas
13
Skor APGAR dipakai untuk meilai kemajuan kondisi BBL pada saat 1 menit dan 5 menit
setelah kelahiran.
Nilai
Tanda
0 1 2
Tubuh dan
A : Appearance (color) Tubuh kemerahan,
Biru/pucat ekstremitas
Warna kulit ekstremitas biru
kemerahan
Penilaian :
7-10 : normal (vigorous baby) 4-6 :
asfiksia sedang
0-3 : asfiksia berat
14
Alur Resusitasi Neonatus
15
B. BBLR
Bayi yang lahir dengan berat < 2500 gram
Etiologic dan factor • Faktor genetik/ kromosom;
penyebab • Infeksi;
• Bahan toksik;
• Radiasi;
• Insufisiensi atau disfungsi plasenta;
• Faktor nutrisi;
• Faktor lainnya, seperti merokok (atau perokok pasif),
minum alkohol, bekerja berat masa hamil, kehamilan
ganda, plasenta previa, obat-obatan dan sebagainya.
Diagnosis • Bayi berat badan lahir rendah (BBLR)à berat badan
dibawah 2500 g pada saat lahir
• Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLSR)à berat
badan dibawah 1500 g pada saat lahir
• Bayi dengan berat badan lahir ekstrem rendah
(BBLER)à berat badan dibawah 1000 g pada saat lahir.
Komplikasi • Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan
bernapas pada bayi)
• Hipoglikemi simptomatik,terutama pada laki-laki
• Penyakit membrane hialin: disebabkan karena surfaktan
paru belum sempurna/cukup,sehingga alveoli kolaps.
Sesudah bayi mengadakan inspirasi,tidak tertinggal
udara residu dalam alveoli,sehingga selalu dibutuhkan
tenaga negatif yang tinggi untuk pernapasan berikutnya
• Aspiksia neonatrum
• Hiperbilirubinnemia: Bayi dismatur sering mendapatkan
hiperbilirubinemia, hal ini mungkin disebabkan karena
ganguan pertumbuhan hati
Pencegahan • Pendidikan kesehatan gizi ibu hamil
• Mengukur status gizi ibu hamil
• ANC teratur
Penatalaksanaan • Mempertahankan suhu dengan ketat
• Kangaroo Mother Care (KMC)
• Mencegah infeksi
• Pengawasan nutrisi/ASI
16
C. Icterus neonatorum
Perubahan warna kulit atau selaput mata menjadi kekuningan. Icterus disebabkan oleh
penumpukan bilirubin
1. Gejala:
a. Tubuh bayi tampak kuning
b. Bayi malas menyusu
2. Klasifikasi
Icterus fisiologis Icterus patologis
Disebabkan oleh kurangnya asupan ASI Disebabkan oleh infeksi hati atau sumbatan
aliran bilirubin pada system empedu
Kuning >24 jam setelah bayi lahir hingga 14 Kuning <24 jam atau kuning >14 hari
hari
Kuning tidak sampai telapak tangan dan kaki Kuning sampai telapak tangan dan kaki
Tatalaksana: Tatalaksana:
Anjurkan ibu menyusui lebih sering BPM à sering menyusui, jaga kehangatan
Kunjungan ulang 1 hari bayi, rujuk
Lakukan asuhan dasar neonates
RS à terapi sinar, sering menyusui
Derajat Kramer:
Derajat Ikterus Daerah Ikterus Perkiraan Kadar Bilirubin
I Daerah kepala dan Leher 5,0 mg%
II Sampai badan atas 9,0 mg%
III Sampai badan bawah hingga tungkai 11,4 mg%
IV Sampai daerah lengan, kaki bawah, lutut 12,4 mg%
V Sampai daerah telapak tangan dan kaki 16,0 mg%
17
Penanganan Neonatus Dengan Ikterus:
D. Tetanus neonatorum
Tetanus neonaturum adalah penyakit tetanus yang diderita oleh bayi baru lahir yang
disebabkan karena basil klostridium tetani. Tanda-tanda klinis antara lain: bayi tiba-tiba
panas dan tidak mau minum, mulut mencucu seperti mulut ikan, mudah terangsang, gelisah
(kadang-kadang menangis) dan sering kejang disertai sianosis, kaku kuduk sampai
opistotonus, ekstremitas terulur dan kaku, dahi berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut
tertarik ke bawah, muka rhisus sardonikus. Penatalaksanaan yang dapat diberikan:
1. Bersihkan jalan napas
2. Longgarkan atau buka pakaian bayi
3. Masukkan sendok atau tong spatel yang dibungkus kasa ke dalam mulut bayi
4. Ciptakan lingkungan yang tenang dan
5. Berikan ASI sedikit demi sedikit saat bayi tidak kejang
E. Infeksi neonates
Ancaman infeksi bisa terjadi pada siapa saja temasuk pada neonatus, untuk bisa Anda
pelajari pada bagan berikut ini.
18
19
Penatalaksanan Neonatus dengan Infeksi :
20
F. Diare
Tanda gejala • Muntah-muntah
• Lesu
• Tinja berwarna hitam atau putih
• BAB berdarah atau bernanah
• Rewel dan tampak kesakitan
• Demam
• Tidak mau menyusu
Komplikasi Dehidrasi
G. Jejas Persalinan
1. Caput Succadenium
• Definisi: Pembengkakan difus jaringan lunak kepala yang dapat melampaui
sutura. Caput succedaneum merupakan akibat sekunder dari tekanan uterus
atau dinding vagina pada kepala pada saat persalinan spontan.
• Etilologi:
- Persalinan lama
- Persalinan dengan ekstraksi vakum
• Faktor Risiko
- Makrosomia
- Distosia bahu
- Persalinan lama
- CPD
- Persalinan dengan tindakan section secaria
- Kelahiran sungsang
- Presentasi bokong
• Penatalaksanaan: Tidak perlu diterapi karena akan menghilang dalam 2-3 hari
2. Cephal Hematoma
• Definisi: kondisi terjadinya perdarahan subperiosteal di bagian tulang
tengkorak yang berbatas tegas pada bagian tulang saling sangkut dan tidak
melewati sutura. Kondisi ini terjadi karena dilakukannya tarikan dengan
metode misalnya vakum ekstraksi atau persalinan dengan penyulit
21
• Etiologi:
- Adanya tekanan pada jalan lahir yang berlangsung terlalu lama dan
menekan pada kepala pada saat persalinan.
- Selaput tengkorak robek akibat molase yang terlalu kuat.
- Tindakan forsep atau vakum ekstraksi
• Penatalaksanaan
Cephal hematoma akan hilang dalam 2-3 bulan, namun apabila ditemukan
tanda bahaya, makan dapat dilakukan CT Scan atau pemeriksaan penunjang
lain
22
CACAT BAWAAN
24
atau tertutupnya
secara abnormal
Hirschprung Suatu kelainan Trias yang sering Operasi
bawaan tidak ditemukan ialah
terbentuknya sel mekonium yang
ganglion para lambat keluar ( lebih
simpatis dari dari 24 jam ), perut
pleksuss kembung, dan
messentrikus / muntah berwarna
aurebach pada hijau.
kolon bagian distal
25
Omfalokel Defek atau cacat Keluarnya organ • Menempatkan bayi di
dinding perut pada dalam perut melalui dalam inkubator untuk
penyisipan tali lubang pusar. Organ menjaganya tetap hangat
pusat dengan yang keluar dari • Memasang alat bantu
herniasi usus atau pusar tersebut napas atau ventilator
isi rongga perut diselubungi oleh • Memberikan cairan dan
lainnya yang selaput pelindung. makanan melalui infus
terbungkus selaput • Memasang selang
nasogastrik untuk
menyedot cairan dan
udara dari dalam rongga
perut
• Mengoleskan krim
antibiotik pada selaput
yang melapisi organ di
luar perut untuk
mencegah infeksi bakteri
• Menyelubungi organ
yang keluar dengan
pelindung khusus untuk
mencegah dehidrasi
• Operasi
26
Soborrheae • Kerak bewarna kuning • Penggunaan sampo bayi secara
kecoklatan yang muncul akibat rutin 1x/hari
proses peradangan yang • Jika tampak kemerahan, gatal,
menyebabkan aktivitas bayi rewel maka dapat dioleskan
kalenjer minyak dan keringat krim mikonazol atau clotrimazole
berlebihan
• Sering muncul pada minggu
pertama
Miliariasis • Biang keringat • Jaga kebersihan tubuh bayi
• Tidak memerlukan pengobatan
khusus
Bercak • Bercak berlebihan yang • Hilang dengan sendirinya
mongol muncul pada
bokong/punggung
Hemangioma • Benjoaln kenyal bewarna • Sebagian besar hemangioma
merah menghilang saat anak berusia 5-
• Penyebab: pembuluh darah 10 tahun
kecil tumbuh secara tidak
normal
Obstipasi • Tidak BAB dalam 24 jam • Perbanyak asupan ASI
setelah lahir • Beri pencahar oral atau rektal
27
• Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pest dan proses pematangan
berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya fungsi
sistem saraf.
Balita • Usia 12 - 59 bulan
• Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat
kemaiuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak
halus) serta fungsi ekskresi.
• Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan
memengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya.
Prasekolah • Usia 60 - 72 bulan
• Pada masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah, sehingga pancaindra
dan sistim reseptor penerima rangsangan serta proses memori harus
sudah siap sehingga anak mampu belajar dengan baik. Perlu
diperhatikan bahwa proses belajar pada masa in adalah dengan cara
bermain.
28
kecil, tetapi memerlukan koordinasi
yang cermat
Kemampuan Aspek yang berhubungan dengan Mengeluarkan kata baba,
bicara dan dan kemampuan untuk memberikan mama, papa, dada
Bahasa respons terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah
dan sebagainya
Sosial dan Aspek yang berhubungan dengan Makan sendiri,
kemandirian kemampuan mandiri anak membereskan mainan selesai
bermain), berpisah dengan
ibu/pengasuh anak,
bersosialisasi dan
berinteraksi dengan
lingkungannya, dan
sebagainya
29
Pemantauan Tumbuh Kembang Bayi Dan Balita
A. Pertumbuhan
Rumus BB ideal:
Usia BB ideal
6 bulan 2 x BB lahir
1 tahun 3 x BB lahir
2 tahun 4 x BB lahir
Usia BB ideal
3-12 bulan BB = umur+9/2
1-6 tahun BB = (umur x 2) + 8
2 tahun BB = umur x 7 – 5/2
B. Perkembangan
1. KPSP
KPSP → Kuesioner Pra Skrining Perkembangan untuk mengetahui perkembangan anak
normal atau ada penyimpangan
Kapan jadwal skrinning anak dengan KPSP?
• anak usia <24 bulan → setiap 3 bulan (saat anak berusia 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21 dan
24 bulan)
• anak usia 24-72 bulan → setiap 6 bulan (saat anak berusia 30, 36, 36, 42, 48, 54,
60, 66 dan 72 bulan)
30
Bagaimana jika usia anak tidak sesuai dengan jadwal skrinning diatas?
• jika usia anak ≥16 hari, maka usia anak dibulatkan menjadi 1 bulan
contoh : usia anak 3 bulan 16 hari, maka digenapkan menjadi 4 bulan
• jika usia anak <16 hari maka digenapkan kebawah
contoh : usia anak 3 bulan 15 hari, maka digenapkan menjadi 3 bulan
31
• Untuk mengenali masalah perilaku emosional anak
32
33
C. Stimulasi tumbuh kembang bayi dan balita
34
35
36
37
38
39
40
41
Imunisasi dan KIPI
A. Imunisasi
Imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat paling efektif dan efisien dalam
mencegah beberapa penyakit berbahaya.
42
43
44
1. Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B monovalen paling baik diberikan kepada bayi segera setelah lahir
sebelum berumur 24 jam, didahului penyuntikan vitamin K1 minimal 30 menit
sebelumnya. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, segera berikan vaksin HB dan
immunoglobulin hepatitis B (HBIg) pada ekstrimitas yang berbeda, maksimal dalam 7
hari setelah lahir. Imunisasi HB selanjutnya diberikan bersama DTwP atau DTaP (IDAI,
2020). satu
2. Vaksin Polio
Vaksin Polio 0 sebaiknya diberikan segera setelah lahir. Apabila lahir di fasilitas
kesehatan diberikan bOPV-0 saat bayi pulang atau pada kunjungan pertama.
Selanjutnya berikan bOPV atau IPV bersama DTwP atau DTaP. Vaksin IPV minimal
diberikan 2 kali sebelum berusia 1 tahun bersama DTwP atau DTaP (IDAI, 2020).
3. Vaksin BCG
Vaksin BCG sebaiknya diberikan segera setelah lahir atau segera mungkin sebelum bayi
berumur 1 bulan. Bila berumur 2 bulan atau lebih, BCG diberikan bila uji tuberkulin
negatif. (IDAI, 2020).
4. Vaksin DPT
Vaksin DPT dapat diberikan mulai umur 6 minggu berupa vaksin DTwP atau DTaP.
Vaksin DTaP diberikan pada umur 2, 3, 4 bulan atau 2, 4, 6 bulan. (IDAI, 2020).
5. Vaksin Hib
Vaksin Hib diberikan pada usia 2, 3, dan 4 bulan. Kemudian booster Hib diberikan pada
usia 18 bulan di dalam vaksin pentavalent (IDAI, 2020).
6. Vaksin Pneumokokus (PCV)
PCV diberikan pada umur 2, 4, dan 6 bulan dengan booster pada umur 12- 15 bulan.
Jika belum diberikan pada umur 7-12 bulan, berikan PCV 2 kali dengan jarak 1 bulan
dan booster setelah 12 bulan dengan jarak 2 bulan dari dosis sebelumnya. (IDAI, 2020).
45
7. Vaksin Rotavirus
Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama mulai umur 6 minggu, dosis
kedua dengan internal minimal 4 minggu, harus selesai pada umur 24 minggu. Vaksin
rotavirus pentavalen diberikan 3 kali, dosis pertama 6-12 minggu, dosis kedua dan
ketiga dengan interval 4 sampai 10 minggu, harus selesai pada umur 32 minggu (IDAI,
2020).
8. Vaksin Influenza
Vaksin influenza diberikan mulai umur 6 bulan, diulang setiap tahun. (IDAI, 2020).
9. Vaksin MR/MMR
Vaksin MR / MMR pada umur 9 bulan berikan vaksin MR. Bila sampai umur 12 bulan
belum mendapat vaksin MR, dapat diberikan MMR. Umur 18 bulan berikan MR atau
MMR. Umur 5-7 tahun berikan MR (dalam program BIAS kelas 1) atau MMR (IDAI,
2020).
10. Vaksin Jepanese Encephalitis (JE)
Vaksin JE diberikan mulai umur 9 bulan di daerah endemis atau yang akan bepergian
ke daerah endemis. Untuk perlindungan jangka panjang dapat berikan booster 1-2 tahun
kemudian (IDAI, 2020).
11. Vaksin Varisela
Vaksin varisela diberikan mulai umur 12-18 bulan. (IDAI, 2020).
12. Vaksin Hepatitis A
Vaksin hepatitis A diberikan 2 dosis mulai umur 1 tahun, dosis ke-2 diberikan 6 bulan
sampai 12 bulan kemudian (IDAI, 2020).
13. Vaksin Tifoid
Vaksin tifoid polisakarida diberikan mulai umur 2 tahun dan diulang setiap 3 tahun
(IDAI, 2020).
14. Vaksin Human Papilloma Virus (HPV)
Vaksin HPV diberikan pada anak perempuan umur 9-14 tahun 2 kali dengan jarak 6-15
bulan (atau pada program BIAS kelas 5 dan 6). (IDAI, 2020).
46
15. Vaksin Dengue
Vaksin dengue diberikan pada anak umur 9-16 tahun dengan seropositif dengue yang
dibuktikan adanya riwayat pernah dirawat dengan diagnosis dengue (pemeriksaan
antigen NS-1 dan atau uji serologis IgM/IgG antidengue positif) atau dibuktikan dengan
pemeriksaan serologi IgG anti positif (IDAI, 2020).
47
OPV 1 Dosis Oral Polio Sangat jarang
pertama
PCV Dosis injeksi Pneumonia, Kemerahan, bengkak, nyeri
pertama infeksi telinga, atau luka di area suntik,
infeksi sinus, demam, mual, muntah,
meningitis kehilangan nafsu makan,
bakteremia iritasi, lelah, gangguan tidur
(infeksi darah)
2 BULAN
DPT-HB— Dosis injeksi Difteri, Bengkak, kemerahan dan
HiB 1 pertama pertussis, rasa sakit dapat timbul di
tetanus, area suntikan
hepatitis B, Anak mungkin mengalami
kanker hati,demam beberapa hari
meningitis, setelah imunisasi
pneumonia Gejala KIPI dapat timbul
sehari setelah vaksinasi dan
berlangsung 1-3 hari
OPV 2 Dosis kedua Oral Polio Sangat jarang
PCV 2 Dosis kedua injeksi Pneumonia, Kemerahan, bengkak, nyeri
infeksi telinga, atau luka di area suntik,
infeksi sinus, demam, mual, muntah,
meningitis kehilangan nafsu makan,
bakteremia iritasi, lelah, gangguan tidur
(infeksi darah)
3 BULAN
DPT-HB— Dosis kedua injeksi Difteri, Bengkak, kemerahan dan
HiB 2 pertussis, rasa sakit dapat timbul di
tetanus, area suntikan
hepatitis B, Anak mungkin mengalami
kanker hati, demam beberapa hari
meningitis, setelah imunisasi
pneumonia Gejala KIPI dapat timbul
sehari setelah vaksinasi dan
berlangsung 1-3 hari
OPV 3 Dosis ketiga Oral Polio Sangat jarang
4 BULAN
48
DPT-HB— Dosis ketiga injeksi Difteri, Bengkak, kemerahan dan
HiB 3 pertussis, rasa sakit dapat timbul di
tetanus, area suntikan
hepatitis B, Anak mungkin mengalami
kanker hati, demam beberapa hari
meningitis, setelah imunisasi
pneumonia Gejala KIPI dapat timbul
sehari setelah vaksinasi dan
berlangsung 1-3 hari
OPV 4 Dosis Oral Polio Sangat jarang
terakhir
IPV 1 Satu dosis Injeksi Polio Nyeri, demam
9 BULAN
Campak - Dosis Injeksi Campak, Rasa sakit, bengkak,
Rubella pertama Rubella kemerahan
12 BULAN
PCV 3 Dosis injeksi Pneumonia, Kemerahan, bengkak, nyeri
terakhir infeksi telinga, atau luka di area suntik,
infeksi sinus, demam, mual, muntah,
meningitis kehilangan nafsu makan,
bakteremia iritasi, lelah, gangguan tidur
(infeksi darah)
18 BULAN
Campak - Dosis kedua Injeksi Campak, Rasa sakit, bengkak,
Rubella Rubella kemerahan
DPT-HB- Dosis Injeksi Difteri, Bengkak, kemerahan dan
HiB 4 terakhir pertussis, rasa sakit dapat timbul di
tetanus, area suntikan
hepatitis B, Anak mungkin mengalami
kanker hati, demam beberapa hari
meningitis, setelah imunisasi
pneumonia Gejala KIPI dapat timbul
sehari setelah vaksinasi dan
berlangsung 1-3 hari
KELAS 1
SD
49
Campak - Dosis Injeksi Campak, Rasa sakit, bengkak,
Rubella terakhir Rubella kemerahan
DT Satu dosis injeksi Difteri, Tetaus Nyeri, bengkak, demam,
iritasi, selera makan turun,
muntah
KELAS 2
SD
Td Dosis Injeksi Tetanus , difteri Rasa sakit, kemerahan atau
pertama pada orang bengkak pada area suntik,
dewasa demam ringan, sakit kepala,
lelah, mual, muntah, diare,
nyeri perut
KELAS 5
SD
Td Dosis Injeksi Tetanus , difteri Rasa sakit, kemerahan atau
terakhir pada orang bengkak pada area suntik,
dewasa demam ringan, sakit kepala,
lelah, mual, muntah, diare,
nyeri perut
Vaksin paling efektif bila diberikan kepada anak-anak pada usia yang tepat dan dengan dosis
yang dianjurkan karena anak-anak rentan terhadap penyakit tertentu pada usia tertentu. Sebagai
contoh, polio paling sering terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun. Karena itu, vaksin polio
diberikan kepada anak-anak pada usia tersebut untuk mencegah bahaya yang ditimbulkan oleh
penyakit tersebut. Seorang anak yang tidak divaksinasi atau tidak divaksinasi tepat waktu tetap
tidak terlindungi dan memiliki peluang lebih besar untuk sakit parah.
50
Suplementasi Vitamin A Pada Bayi Dan Balita
Suplementasi vitamin A Kapsul Biru (dosis 100.000 IU) untuk bayi umur 6-11 bulan
Kapsul Merah (dosis 200.000 IU) untuk anak umur 12-59 bulan.
A. Manfaat
1. Vitamin A/retinol terlibat dalam pembentukan, produksi, dan pertumbuhan sel darah
merah, sel limfosit, antibodi juga integritas sel epitel pelapis tubuh.
2. Vitamin A juga bisa mencegah rabun senja, xeroftalmia, kerusakan kornea dan kebutaan
serta mencegah anemia pada ibu nifas.
3. Apabila anak kekurangan vitamin A maka anak bisa menjadi rentan terserang penyakit
infeksi seperti infeksi saluran pernafasan atas, campak, dan diare.
C. Sumber vitamin A
1. Air Susu Ibu (ASI)
2. Bahan Makanan hewani seperti : hati,kuning telur,ikan,daging,ayam dan bebek.
3. Buah–buahan warna kuning dan jingga seperti Pepaya,Mangga masak,Alpukat,Jambu
Merah dan Pisang.
4. Sayuran yang berwarna hijau tua dan berwarna jingga seperti : Bayam,Tomat,Wortel.
5. Bahan makanan yang difortifikasi/diperkaya dengan vitamin A seperti margarine,susu
51
D. Teknis Pelaksanaan Pemberian Vitamin A
Vitamin A dosis tinggi diberikan kepada seluruh anak balita umur 6-59 bulan secara
serentak, dimana untuk :
• Bayi (6-11 bulan) pada bulan Februari atau bulan Agustus
• Anak balita (12-59 bulan) pada bulan Februari dan Agustus
Tenaga pelaksana pemberian vitamin A adalah tenaga kesehatan seperti: dokter,
perawat, bidan, tenaga gizi, atau kader kesehatan yang telah dilatih.
Cara pemberian kapsul pada bayi dan anak balita:
• Berikan kapsul biru (100.000 SI) untuk bayi dan kapsul merah (200.000 SI) untuk
balita
• Potong ujung kapsul dengan menggunakan gunting yang bersih
• Pencet kapsul dan pastikan anak menelan semua isi kapsul dan tidak membuang
sedikitpun isi kapsul.
• Untuk anak yang sudah bisa menelan dapat diberikan langsung 1 kapsul untuk
diminum
52
MANAJEMEN TERPADU BAYI MUDA (MTBM)
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) merupakan suatu pendekatan yang terpadu dalam
tatalaksana bayi umur 1 hari – 2 bulan, baik yang sehat maupun yang sakit, baik yang datang
ke fasilitas rawat jalan maupun yang dikunjungi oleh tenaga kesehatan pada saat kunjungan
neonatal.
Pada Permenkes RI Nomor 70 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan manajemen terpadu balita
sakit berbasis masyarakat, disebutkan bahwa pada bayi muda usia 0 – 2 bulan harus
mendapatkan 4 macam pelayanan yang termsuk dalam MTBS-M:
1. Perawatan esensial bayi baru lahir
2. Pengenalan tanda bahaya bayi baru lahir dan persiapan rujukan bila memang diperlukan
3. Penatalaksanaan bayi berat lahir rendah (BBLR)
4. Penatalaksanaan infeksi pada bayi baru lahir
Manajemen standar pada bayi muda dilakukan minimal 3 kali pada 6 – 24 jam, 3 – 7 hari, dan
8 – 28 hari setelah melahirkan. Sebagian besar bayi hanya memerlukan perawatan sederhana
pada saat dilahirkan, yaitu diberikan kehangatan, jalan napas dibersihkan, dikeringkan, dan
dinilai warna untuk menentukan kondisi serta perlu tidaknya dilakukan rujukan.
54
• Pusar kemerahan meluas sampai
dinding perut
2. Menanyakan ibu apakah bayi muda mengalami diare dan tentukan derajat dehidrasinya
55
1. Periksa adanya ikterus pada bayi, menggunakan metode KRAMER
• Kramer I : kuning pada daerah kepala dan leher
• Kramer 2 : kuning sampai dengan badan bagian atas (dari pusar ke atas)
• Kramer 3 : kuning sampai badan bagian bawah hingga lutut atau siku
TIDAK ADA
• Tidak kuning IKTERUS
2. Periksa adanya kemungkinan berat badan rendah atau masalah pemberian ASI.
Bila ditemukan bayi memiliki berat badan rendah, langsung lakukan penanganan atau
rujukan tanpa melihat ada/ tidaknya masalah pada pemberian ASI
3. Tanyakan dan tentukan status imunitas bayi muda, serta status pemberian Vit. K1.
56
Imunisasi pertama kali yang harusnya didapatkan oleh bayi muda adalah Hb 0 pada hari
0-7 kelahiran. Selain itu bayi juga harus mendapatkan imunisasi BCG dan polio setelah
lahir
4. Tanyakan adanya masalah lain seperti kelainan kongenital, trauma lahir, ataupun
perdarahan tali pusat
5. Tanyakan adanya keluhan atau penyakit bayi yang disadari oleh ibu
57
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS)
58
1.
59
60