SHALAT DALAM PERJALANAN

DISUSUN OLEH:
RIFALDI BAYHAKI
MENGQASHAR SHALAT YANG JUMLAH RAKA’ATNYA EMPAT

DARI AISYAH, DIA BERKATA, PADA AWALNYA, SHALAT DIWAJIBKAN SEBANYAK DUA RAKA’AT-DUA
RAKA’AT KETIKA MASIH DI MEKAH. SETELAH RASULULLAH SAW. HIJRAH KE MADINAH, SHALAT YANG
BERJUMLAH DUA RAKA’AT ITU DITAMBAH DUA RAKA’AT, KECUALI SHALAT MAGHRIB KARENA WITIR
SIANG HARI. BEGITU JUGA DENGAN SHALAT FAJAR (SHUBUH), KARENA BACAAN SURAH YANG PANJANG
KETIKA MENGERJAKANNYA. OLEH KARENA ITU, JIKA RASULULLAH SAW. BEPERGIAN, BELIAU HANYA
SHALAT SEBAGAIMANA SHALAT SEMULA, YAKNI KETIKA DIWAJIBKAN DI MEKAH. HR.AHMAD, BAIHAKI,
IBNU HIBBAN, DAN IBNU KHUZAIMAH.

IBNU QAYYIM BERKATA.”JIKA DALAM KEADAAN BEPERGIAN, RASULULLAH SAW. SELALU

MENGQASHAR SHALAT YANG BERJUMLAH EMPAT RAKA’AT MENJADI DUA RAKA’AT HAL INI DILAKUKAN
SEJAK BELIAU MENINGGALKAN KOTA MEKAH HINGGA BELIAU PULANG DAN TIBA DI MADINAH.
JARAK YANG DIPERBOLEHKAN MENGQASHAR SHALAT

IMAM AHMAD, MUSLIMAH, ABU DAUD, DAN BAIHAKI MERIWAYATKAN DARI

YAHYA BIN YAZID, IA BERKATA: AKU BERTANYA ANAS BIN MALIK MENGENAI
HUKUM MENGQASHAR SHALAT. JAWABNYA, “APABILA RASULULLAH SAW.
MENGADAKAN PERJALANAN SEJAUH TIGA MILL ATAU TIGA FARSAKH, BELIAU
SHALAT SEBANYAK DUA RAKA’AT. AL- HAFIZH IBNU HAJAR DALAM FATH AL-BARI
BERKATA, “HADITS INI YANG PALING SAHIH DAN PALING TEGAS DALAM
MENJELASKAN JARAK PERJALANAN YANG DIPERBOLEHKAN MENGQASHAR
SHALAT.”
TEMPAT YANG DIPERBOLEHKAN MENGQASHAR SHALAT

MAYORITAS ULAMA BEPERDAPAT BAHWA MENGQASHAR SHALAT BARU DIMULAI

SETELAH MENIGGALKAN KOTA DAN KELUAR DARI DAERAH PERKAMPUNGAN
TEMPAT IA TINGGAL. HAL INI MERUPAKAN SYARAT UTAMA. ORANG YANG
BEPERGIAN DIWAJIBKAN MENYEMPURNAKAN PELAKSANAAN SHALATNYA
TERLEBIH DAHULU SEBELUM MELINTASI PERUMAHAN YANG BERADA DI
KAWASAN (DAERAH) DI MANA DIA TINGGAL. SEBAGIAN ULAMA GENERASI ISLAM
TERDAHULU BERPENDAPAT BAHWA ORANG YANG TELAH BERNIAT HENDAK
BEPERGIAN, DIA DIBOLEHKAN MENGQASHAR SHALATNYA, MESKIPUN MASIH
BERADA DI RUMAHNYA.
SHALAT SUNNAH DALAM PERJALANAN

MAYORITAS ULAMA BERPENDAPAT, SHALAT SUNNAH DIPERBOLEHKAN BAGI ORANG YANG

MENGQASHAR SHALAT KARENA BEPERGIAN, DAN HAL INI HUKUMNYA TIDAK MAKRUH,
BAIK SHALAT SUNNAH RAWATIB MAUPUN SHALAT SUNNAH YANG LAIN. HASAN BERKATA
“MESKIPUN SAHABAT-SAHABAT RASULULLAH SAW. SERING BEPERGIAN, MEREKA TETAP
SHALAT SUNNAH SEBELUM DAN SESUDAH FARDHU.” TETAPI IBNU UMAR DAN ULAMA
LAINNYA BERPENDAPAT, SHALAT SUNNAH DALAM PERJALANAN, BAIK SEBELUM ATAU
SESUDAH SHALAT FARDHU, TIDAK DISYARIATKAN, KECUALI SHALAT SUNNAH TENGAH
MALAM. HADITS HASAN YANG MENYATAKAN, TIDAK ADA SALAHNYA BILA DILAKUKAN
SHALAT SUNNAH KETIKA BEPERGIAN, SEDANGKAN HADITS IBNU UMAR, TIDAK ADA
SALAHNYA PULA BILA DITINGGALKAN.
 HUKUM BEPERGIAN PADA HARI JUM’AT

TIDAK ADA LARANGAN UNTUK BEPERGIAN PADA HARI JUM’AT, DENGAN SYARAT
BELUM MASUK WAKTU SHALAT JUM’AT,
MENJAMAK SHALAT DAN WAKTU PELAKSANAANYA

SESEORANG DIPERBOLEHKAN MENJAMAK SHALAT ZUHUR DENGAN ASHAR,

MAGHRIB DENGAN ISYA, BAIK JAMAK TAQDIM MAUPUN JAMAK TA’KHIR, JIKA
MENGALAMI KONDISI BERIKUT INI:
1. BERADA DI ARAFAH DAN MUZDALIFAH
2. SAAT DALAM BEPERGIAN
3. SAAT TURUN HUJAN
4. KARENA SAKIT ATAU BERHALANGAN
5. KARENA ADANYA KEPERLUAN
SHALAT DALAM KAPAL LAUT, KERETA API,
DAN PESAWAT TERBANG

SHALAT DALAM KAPAL LAUT, KERETA API, DAN PESAWAT TERBANG. WALAPUN
DENGAN CARA APAPUN ADALAH DI BOLEHKAN DAN HUKUMNYA SAH TANPA
MAKRUH.
DOA-DOA KETIKA DALAM PERJALANAN

‫ِباِهلل‬ ‫ُقَّو َة ِإاَّل‬ ‫ اَل َح ْو َل َو اَل‬،‫ِبْس ِم ِهللا َتَو َّك ْلُت َع َلى ِهللا‬
‫َأْو ُأَز َّل َأْو َأْظِلَم َأْو ُأْظَلَم َأْو َأْج َهَل َأْو ُيْج َهَل َع َلَّى‬ ‫َأْو َأِزَّل‬ ‫الَّلُهَّم ِإِّنى َأُع وُذ ِبَك َأْن َأِض َّل َأْو ُأَض َّل‬
“DENGAN NAMA ALLAH, AKU BERSERAH DIRI KEPADA ALLAH, DAN TIADA DAYA
DAN UPAYA KECUALI DENGAN (IZIN) ALLAH. YA ALLAH, AKU BERLINDUNG
KEPADA-MU DARI KESESATAN ATAU DISESATKAN, KESALAHAN ATAU
DIPERSALAHKAN, MENZALIMI ATAU DIZALIMI, DAN KEBODOHAN ATAU DIBODOHI
(ORANG LAIN)”
TERIMAKASIH