Anda di halaman 1dari 34

TARIF ANGKUTAN DAN USAHA JASA TERKAIT

Pasal 35 angka 1, UU 17/2008 tentang Pelayaran :


Tarif angkutan di perairan terdiri atas tarif angkutan penumpang dan tarif angkutan
barang.

Pasal 35 angka 2, UU 17/2008 tentang Pelayaran :


Tarif angkutan penumpang kelas ekonomi ditetapkan oleh Pemerintah.

Pasal 35 angka 3, UU 17/2008 tentang Pelayaran :


Tarif angkutan penumpang nonekonomi ditetapkan oleh penyelenggara angkutan
berdasarkan tingkat pelayanan yang diberikan
Pasal 35 angka 4, UU 17/2008 tentang Pelayaran :
Tarif angkutan barang ditetapkan oleh penyedia jasa angkutan berdasarkan
kesepakatan antara pengguna jasa dan penyedia jasa angkutan sesuai dengan jenis,
struktur, dan golongan yang ditetapkan oleh Pemerintah.
• Jenis tarif merupakan suatu pungutan atas setiap pelayanan yang diberikan oleh
penyelenggara angkutan laut kepada pengguna jasa angkutan laut.
• Struktur tarif merupakan kerangka tarif yang dikaitkan dengan tatanan waktu dan
satuan ukuran dari setiap jenis pelayanan jasa angkutan dalam satu paket
angkutan.
• Golongan tarif merupakan penggolongan tarif yang ditetapkan berdasarkan jenis
pelayanan, klasifikasi, dan fasilitas yang disediakan oleh penyelenggara angkutan.

Pasal 36, UU 17/2008 tentang Pelayaran :


Tarif usaha jasa terkait (sama) ditetapkan oleh penyedia jasa terkait berdasarkan
kesepakatan antara pengguna jasa dan penyedia jasa terkait sesuai dengan jenis,
struktur, dan golongan yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Tarif Angkutan Penumpang dan Tarif Angkutan Barang
(PP 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan)

Pasal 170 :
Tarif angkutan di perairan terdiri atas tarif angkutan penumpang dan tarif angkutan
barang.

Pasal 171 :
(1) Tarif angkutan penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 170 terdiri atas
jenis tarif untuk:
a. kelas ekonomi; dan
b. kelas non-ekonomi.
(2) Tarif angkutan penumpang kelas ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a ditetapkan oleh Menteri.
(3) Tarif angkutan penumpang non-ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b ditetapkan oleh penyelenggara angkutan berdasarkan tingkat pelayanan
yang diberikan.
KASTEMER
NILAI
LAYANAN LOKASI TAHAP
TAMBAH

Nilai Transaksi
Tiket Penump &

Agen
PELNI

Penump
Barang Bagasi

Bagasi
Kounter &

Sesuai Asal-
Sesuai Asal-
Perjalanan

Pemberian Tiket

Penumpang
Transaction

Barang Over
Outlet Cabang

Pembayaran Tiket

Tujuan & Identitas


Tujuan & Jenisnya
Keselamatan Periksa Tiket
Pemeriksaan
Keamanan
Barang Bagasi
Pre-

Terminal
Penump.
Pemberian Pas
Departure

Kenyamanan
Naik
Pemeriksaan
Keselamatan
Pas Naik

Layanan Wajib
Pre-

Pemeriksaan
Services
Onboard

Penump.
Dermaga

Keamanan
Departure

Barang Penum.

Kepuasan Seat / Kabin

Kepuasan Makan/ Minum


Air Tawar &
Kenyamanan
Toilet
Kepuasan Hiburan

Kepuasan Tempat Ibadah

Kesehatan Klinik / Hospital


Layanan Wajib

Kenyamanan Ruang ber-AC


PELNI
Sailing

Services

Keselamatan
Keselamatan
On-Board Ship

Pelayaran
Kapal Penumpang

Keselamatan Asuransi
Resto / Café /
Kepuasan
Toko / Wartel
Pengetahuan Perpustakaan
Layanan
Tambahan

Keamanan Safety Deposit


PROSES NILAI TAMBAH (value chain process)

Penumpang
Keamanan &
Turun dari
Keselamatan
Post-

Kapal
Arrival

Services
Onboard

Penump.
Dermaga

Pemeriksaan
Keamanan
Layanan Wajib

Tiket Turun
Penumpang dan Barang diseberangkan menuju Pelabuhan Tujuan dgn Aman & Selamat

Layanan Trans
Post-
Arrival

Kepuasan
Terminal
Penump.

antar-moda
LAYANAN PENUMPANG KAPAL PENUMPANG

Tamb.
Layanan
LAYANAN PENUMPANG KAPAL PENUMPANG
Pasal 172 :
(1) Tarif angkutan barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 170 ditetapkan oleh penyedia jasa
angkutan berdasarkan kesepakatan antara pengguna dan penyedia jasa angkutan sesuai dengan
jenis, struktur, dan golongan yang ditetapkan oleh Menteri.
(2) Tarif angkutan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas jenis tarif untuk:
a. barang yang sesuai bentuk dan sifatnya memerlukan penanganan secara umum;
b.barang khusus yang karena sifat dan ukurannya memerlukan penanganan khusus antara lain
kayu gelondongan, barang curah, rel, dan ternak;
c.barang berbahaya yang karena sifat, ciri khas, dan keadaannya dapat membahayakan jiwa
manusia dan lingkungan yang dapat berbentuk bahan cair, bahan padat, dan bahan gas;
d. kendaraan beserta muatannya yang diangkut kapal Ro-Ro.
(3) Struktur tarif angkutan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kerangka tarif
yang dikaitkan dengan:
a. kekhususan jenis barang;
b. bentuk kemasan;
c. volume atau berat barang; dan
d. jarak atau waktu tempuh.
Pasal 173 :
Golongan tarif angkutan barang di perairan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 172
ayat (1) merupakan penggolongan tarif yang ditetapkan berdasarkan:
a. jenis barang yang diangkut;
b. jenis pelayanan;
c. klasifikasi; dan
d. fasilitas angkutan.
2. Tarif Usaha Jasa Terkait Dengan Angkutan di Perairan

Pasal 175 :
(1) Tarif usaha jasa terkait dengan angkutan di perairan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat
(2) ditetapkan oleh penyedia jasa terkait berdasarkan kesepakatan antara pengguna jasa dan
penyedia jasa terkait sesuai dengan jenis, struktur, dan golongan yang ditetapkan oleh Menteri.
(2) Jenis tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. tarif bongkar muat barang;
b. tarif jasa pengurusan transportasi;
c. tarif angkutan perairan pelabuhan;
d. tarif penyewaan peralatan angkutan laut atau peralatan jasa terkait dengan angkutan laut;
e. tarif tally mandiri;
f. tarif depo peti kemas;
g. tarif pengelolaan kapal;
h. tarif perantara jual beli dan/atau sewa kapal;
i. tarif keagenan awak kapal;
j. tarif keagenan kapal; dan
k. tarif perawatan dan perbaikan kapal.
(3) Struktur tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan komponen dasar untuk
pedoman perhitungan besaran tarif.
(4) Golongan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penggolongan tarif yang
ditetapkan berdasarkan jenis pelayanan jasa, klasifikasi, dan fasilitas yang disediakan oleh
penyedia jasa terkait.
KEBIJAKAN PENETAPAN TARIF

• Dilakukan melalui beberapa pendekatan sebagai berikut :


1. Pendekatan finansial :
a. Perhitungan biaya pokok, dasar pertimbangan :
 Tingkat teknologi yang digunakan (kapal
modern : Bow thruster, Bulbous bow,
Cruiser stern/konstruksi buritan kapal)
 Penghematan energi
 Pemeliharaan dan perawatan yang efisien
 Penyusunan investasi
 Seluruh biaya operasional
b. Kemandirian usaha
2. Pendekatan socio-economic benefit :
a. Memerhatikan manfaat yang dicapai
b. Kemampuan daya beli masyarakat, persaingan antarmoda angkutan dan
pertimbangan kondisi ekonomi regional (daerah).
c. Menjamin dan mendorong penggunaan sumber daya secara maksimal.
d. Mengembangkan distribusi pemasaran
3. Pendekatan kepentingan politis :
a. Memperhatikan daerah-daerah terpencil, terbelakang, dan daerah
perbatasan
b. Angkutan commuter, terutama angkutan dalam kota (angkutan pulang
pergi setiap hari)
c. Subsidi kerugian yang dialami oleh operator
d. Pemerataan pembangunan
e. Penerapan perkembangan dalam bidang politik, sosial, dan hankam
PRINSIP PENETAPAN TARIF

• Prinsip penetapan tarif angkutan terbagi menjadi tiga (3) yaitu :


1. Cost of Service Principle :
Penetapan tingkat tarif uang tambang didasarkan pada minimum pembayaran
yang disetujui oleh pengangkut supaya dapat menyelenggarakan pengangkutan
tanpa menderita kerugian sehingga tarif didasarkan pada harga (biaya) pokok
dalam memproduksi jasa angkutan.

2. Value of Service Principle :


Yang menjadi dasar penetapan tarif menurut prinsip ini adalah perbedaan
manfaat (utility) jasa angkutan terhadap bermacam-macam barang yang harus
diangkut dalam trayek pengangkutan yang sama sehingga barang yang
berharga tinggi dikenakan biaya angkutan yang lebih mahal daripada biaya
angkutan bagi barang yang kurang harganya.
3. Prinsip Charging What the Traffic Will Bear :
Dasar penetapan tarif pada kesanggupan traffic (lalu lintas angkutan) memikul
beban biaya angkutan dengan melihat panjangnya jarak pengangkutan
selanjutnya dinilai tinggi rendahnya potensi traffic atau potensi pasar yang
dituju dari kedua ujung trayek pengangkutan tersebut.
Pasar Potensial (pasar kuat) sanggup memikul beban biaya angkutan lebih
besar daripada pasar yang lemah.

4. Campur tangan pemerintah

• Dalam penerapan prinsip tarif disesuaikan dengan : jenis barang yang hendak
diangkut, jarak angkutan serta kegunaan (utility) jasa angkutan itu bagi barang
yang diangkut.
• Dalam penerapan prinsip tarif disesuaikan dengan : jenis barang yang hendak diangkut,
jarak angkutan serta kegunaan (utility) jasa angkutan itu bagi barang yang diangkut.

• Kegunaan (utility) barang yang diangkut meliputi :


1. Place Utility, kegunaan berdasarkan perbedaan tempat karena barang diangkut dari
suatu daerah surplus (kurang kegunaannya) ke daerah lain yang lebih memerlukan,
maka pelayaran niaga mempertinggi nilai barang yang diangkut.
2. Time Utility, kegunaan berdasarkan perbedaan waktu, pelayaran mengangkut barang
dari daerah yang kurang membutuhkan saat itu ke daerah lain yang diperlukan saat itu.

• Tarif yang ditetapkan haruslah :


1. Dapat menutup biaya operasi kapal (cover the costs of operation);
2. Dapat menyediakan suatu dana bagi penggantian kapal yang dipergunakan dalam dinas
pelayaran yang dirawat (provide for the replacement of the ships employed);
3. Menjamin pengembalian modal yang telah ditanamkan dalam usaha pelayaran
yangbersangkutan (secure a reasonable return on the capital invested)
Komponen Biaya Operasional kapal

Biaya tetap (Fixed Cost) Disebut


juga DOC
Biaya-biaya yang timbul baik kapal sedang beroperasi
maupun tidak beroperasikan.

Biaya tidak tetap (Variable Cost)


Biaya yang akan timbul jika kapal sedang beroperasi
dengan mengangkut penumpang atau barang.

14
Biaya tetap (Fixed Cost)
• Gaji dan tunjangan ABK
• Kesehatan dan kesejahteraan ABK
• Makanan ABK
• Air tawar ABK
• Cucian ABK
• Store supply
• Floating repair dock
• Running repair
• Asuransi, charter / leasing (bagi kapal charter /
leasing)
• Surat-surat kapal
• Biaya penyusutan kapal

15
Biaya tidak tetap (Variable Cost)

• Biaya kepelabuhanan
• Biaya bunker
• Biaya makanan penumpang
• Biaya air tawar
• Biaya minyak pelumas
• Biaya pemasaran
• Biaya premi ABK
• Biaya pelayanan penumpang/barang
• Biaya stevording (tergantung term
bongkar/muat)
• Biaya claim asuransi, pajak muatan.

16
PELAYANAN JASA KEPELABUHANAN

• PELABUHAN MEMBERIKAN FASILITAS DAN PELAYANAN UNTUK KAPAL YANG BERKUNJUNG. PELAYANAN TERSEBUT
BISA DIBAGI MENJADI DUA KELOMPOK, YAITU :
 PELAYANAN UNTUK KAPAL (JASA LABUH, JASA TAMBAT, JASA PEMANDUAN, JASA SARANA BANTU NAVIGASI
PELAYARAN DAN TELEKOMUNIKASI PELAYARAN, KOLAM PELABUHAN, PENGISIAN AIR TAWAR DAN BBM);
 PELAYANAN UNTUK BARANG (JASA DERMAGA, BONGKAR MUAT OLEH PBM, JASA
PENUMPUKAN/PERGUDANGAN DAN PENYERAHAN/PENERIMAAN KEPADA DAN/ATAU DARI PEMILIK
MELALUI EMKL/INFA DAN BEA CUKAI.

1. PELAYANAN KAPAL :
a. JASA LABUH
KOLAM PELABUHAN ADALAH FASILITAS YANG DIGUNAKAN SAAT KAPAL TIBA SAMPAI DENGAN KAPAL
MENINGGALKAN PELABUHAN.
JASA LABUH DIKENAKAN TERHADAP KAPAL YANG MENGGUNAKAN PERAIRAN PELABUHAN. TARIF JASA
LABUH DIDASARKAN PADA GROSS REGISTER TON (GRT) DARI KAPAL YANG DIHITUNG PER 10 HARI.
BIAYA LABUH = GRT (METER KUBIK) X HARI LABUH X TARIF
1000
TARIF LABUH DITETAPKAN OLEH PERATURAN PEMERINTAH, MISALNYA : SETIAP 1000 M3
- 1 M3 S/D 1500 M3 GRT = US$ a per 1000 GRT
- 1501 S/D 10.000 M3 GRT = US$ b per 1000 GRT
- 10.000 M3 GRT SELEBIHNYA = US$ c PER 1000 GRT
KAPAL BERLABUH
b. JASA TAMBAT
SETIAP KAPAL YANG BERLABUH DI PELABUHAN INDONESIA DAN TIDAK MELAKUKAN KEGIATAN,
KECUALI KAPAL PERANG DAN KAPAL PEMERINTAH INDONESIA, AKAN DIKENAKAN JASA
TAMBAT. KETENTUAN JASA TAMBAT DIATUR DALAM SURAT KEPUTUSAN MENTERI
PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1994, BAB III PASAL 4 YANG BERISI :
1) TARIF JASA TAMBAT DIKENAKAN TERHADAP KAPAL YANG BERTAMBAT DI TAMBATAN BETON
DAN BESI/KAYU, PELAMPUNG DAN BREASTING DOLPHIN PINGGIRAN SERTA KAPAL YANG
MERAPAT PADA KAPAL LAIN YANG SEDANG SANDAR/TAMBAT;
2) TERHADAP KAPAL RO-RO DAN FERRY YANG APABILA BERTAMBAT PADA TAMBATAN
MENGUNAKAN RAMPDOOR, DIKENAKAN TARIF TAMBATAN SEBESAR 25 % (DUA PULUH
LIMA PERSEN) DARI TARIF DASAR.
3) KAPAL YANG BERTAMBAT DIBERI BATAS WAKTU SEBAGAI BERIKUT :
a) KAPAL YANG BERUKURAN SAMPAI DENGAN 999 GRT DIBERI BATAS WAKTU 3 ETMAL.
b) KAPAL YANG BERUKURAN 1.000 GRT SAMPAI DENGAN 2.499 GRT DIBERI BATAS WAKTU 4
ETMAL.
c) KAPAL YANG BERUKURAN 2.500 GRT SAMPAI DENGAN 4.999 GRT DIBERI BATAS WAKTU 6
ETMAL.
d) KAPAL YANG BERUKURAN 5.000 GRT SAMPAI DENGAN 9.999 GRT DIBERI BATAS WAKTU 8
ETMAL.
e) KAPAL YANG BERUKURAN 10.000 GRT SAMPAI DENGAN 14.999 GRT DIBERI BATAS
WAKTU 10 ETMAL.
f) KAPAL YANG BERUKURAN 15.000 GRT KEATAS DIBERI BATAS WAKTU 14 ETMAL.
4) KELEBIHAN WAKTU TAMBAT DARI BATAS WAKTU SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM AYAT 3)
DIKENAKAN TARIF JASA TAMBAT SEBESAR 200 % (DUA RATUS PERSEN) DARI TARIF DASAR.
5) TARIF JASA TAMBAT DIHITUNG SEKURANG-KURANGNYA UNTUK ¼ ETMAL (6 JAM) DENGAN
PEMBULATAN SEBAGAI BERIKUT :
a) PEMAKAIAN TAMBAT SAMPAI DENGAN 6 JAM DIHITUNG ¼ ETMAL;
b) PEMAKAIAN TAMBAT LEBIH DARI 6 JAM SAMPAI DENGAN 12 JAM DIHITUNG ½ ETMAL;
c) PEMAKAIAN TAMBAT LABIH DARI 12 JAM SAMPAI DENGAN 18 JAM DIHITUNG ¾ ETMAL;
d) PEMAKAIAN TAMBAT LABIH DARI 18 JAM SAMPAI DENGAN 24 JAM DIHITUNG 1 ETMAL.
6) KAPAL YANG BERTAMBAT LEBIH DARI 1 (SATU) TAMBATAN (BERPINDAH TAMBATAN)
PERHITUNGAN MASA TAMBATNYA DIDASARKAN PADA PENJUMLAHAN WAKTU DARI
PENGGUNAAN TAMBATAN DAN DIKENAKAN TARIF TAMBATAN TERTINGGI, TIDAK TERMASUK
WAKTU BERTAMBAT PADA PELAMPUNG DAN BREASTING DOLPHIN.
7) BIAYA SANDAR = LOA (METER) X JAM SANDAR X TARIF

C. JASA PEMANDUAN
SETIAP KAPAL YANG BERLAYAR DALAM PERAIRAN PELABUHAN WAKTU MASUK, KELUAR ATAU
PINDAH TAMBATAN WAJIB MEMPERGUNAKAN PANDU. SESUAI DENGAN TUGASNYA JASA
PEMANDUAN ADA 2 (DUA) JENIS, YAITU PANDU LAUT DAN PANDU BANDAR.
• PANDU LAUT, ADALAH PEMANDUAN DI PERAIRAN ANTARA BATAS LUAR PERAIRAN HINGGA
BATAS PANDU BANDAR;
• PANDU BANDAR, ADALAH PANDU YANG BERTUGAS MEMANDU KAPAL DARI BATAS PERAIRAN
BANDAR HINGGA KAPAL MASUK DI KOLAM PELABUHAN DAN SANDAR DI DERMAGA.
• TARIF JASA PANDU DITENTUKAN OLEH PEMERINTAH ( BIAYA PANDU : GRT X TARIF )
• BILA TERJADI KECELAKAAN KAPAL MESKIPUN SUDAH DIPANDU TETAP MENJADI TANGGUNG
JAWAB NAKHODA KARENA PANDU HANYA BERTINDAK SEBAGAI PENASEHAT/ PENUNTUN
ALUR (LOODSDIENST ORDONATIE STBL. NO. 62 TAHUN 1927). PANDU-PANDU BERADA
DIBAWAH PENGAWASAN KEPALA KEPANDUAN DAN KESYAHBANDARAN.
• BILA TIDAK TERSEDIA PANDU MAKA SYAHBANDAR DAPAT MEMBERIKAN IZIN KEPADA
NAKHODA UNTUK MEMASTIKAN KAPALNYA SENDIRI DENGAN SYARAT :
1) NAKHODA SUDAH SERINGKALI KELUAR/MASUK PERAIRAN DENGAN PERTOLONGAN
PANDU DIPELABUHAN TERSEBUT;
2) HANYA DAPAT DIBERIKAN UNTUK 1 (SATU) KALI PELAYARAN KELUAR-MASUK PELABUHAN.
• DEMI KESELAMATAN KAPAL YANG BEROLAH GERAK DALAM PERAIRAN PELABUHAN, KAPAL
HARUS MEMPERGUNAKAN KAPAL TUNDA.
• TARIF JASA PENUNDAAN DIDASARKAN PADA KELOMPOK GRT KAPAL DAN UNIT KAPAL TUNDA
YANG DIPAKAI SERTA JAM PEMAKAIAN.
Kapal Tunda (Tug Boat), Kapal Pandu (Pilot Boat),Kapal Kepil
(Mooring Boat), Tongkang Air

Kapal Tunda (Tug Boat)


Ketentuan untuk pemakaian jasa kapal tunda ditentukan pada pelabuhan setempat dan jumlah tug
boat yang dipakai tergantung dari panjang kapal, demikian juga akan kebutuhan mooring boat
tergantung dari situasi dan kondisi pelabuhan.
Kapal tunda digunakan untuk memberikan pelayanan kepada kapal yang mempunyai panjang lebih
dari 70 m yang melakukan gerakan (olah-gerak) di perairan wajib pandu, baik yang akan sandar
ataupun meninggalkan pelabuhan, dengan cara menggandeng, mendorong dan menarik.
Pemanduan kapal tersebut dimaksudkan untuk kepentingan pertimbangan keselamatan pelayaran.
• Kapal tunda memiliki kemampuan manuver yang tinggi, tergantung dari unit penggerak. Kapal
Tunda dengan penggerak konvensional memiliki baling-baling di belakang, efisien untuk menarik
kapal dari pelabuhan ke pelabuhan lainnya. Jenis penggerak lainnya sering disebut Schottel
propulsion system (azimuth thruster/Z-peller) di mana baling-baling di bawah kapal dapat bergerak
360° atau sistem propulsi Voith-Schneider yang menggunakan semacam pisau di bawah kapal yang
dapat membuat kapal berputar 360°.
• Jenis kapal tunda:
Kapal tunda konvensional / Towing or Pusher Tug
Kapal tunda serbaguna / Utility Tug
Kapal tunda pelabuhan / Harbour Tug
Kapal Pandu (Pilot Boat)
• Kapal pandu adalah saran transportasi laut bagi petugas pandu untuk naik/turun ke/dari
kapal yang dipandu dalam berolah-gerak di perairan wajib pandu, perairan pandu luar biasa
dan perairan di luar perairan wajib pandu saat masuk/keluar pelabuhan atau sandar dan
lepas ke/dari dermaga/tambatan.
• Wikipedia : Kapal pandu adalah kapal yang memandu kapal besar masuk kedalam pelabuhan
melalui alur yang berbahaya dan ramai sampai sandar di dermaga. Merupakan salah satu
jabatan tertua yang sangat penting untuk meningkatkan keselamatan pelayaran.
• Tipe kapal pandu tergantung kepada daya kapal yang saat ini dikelompokkan menjadi 3
kelompok, yaitu:
– Motor Pandu II dengan daya 150 HP s/d 200 HP
– Motor Pandu I dengan daya 300 s/d 350 HP
– Motor Pandu IS dengan daya 600 s/d 80 HP
• Jumlah awak kapalnya tergantung besar kecilnya kapal pandu yaitu antara 4 – 6 orang yang
bisa mengangkut tenaga pandu 2 – 12 orang.
Kapal Kepil (Mooring Boat)
• Kapal kepil (mooring boat) adalah sarana bantu pemanduan, khususnya dalam penambatan (sandar)/
lepas kapal yang dipandu dalam berolah-gerak di perairan wajib pandu, perairan pandu luar biasa dan
perairan di luar perairan wajib pandu khususnya untuk kapal yang panjangnya lebih dari 30 meter. Tipe
kapal kepil berdasarkan dayanya dibagi menjadi dua yaitu dengan daya 120 s/d 150 HP dan 200 s/d 350 HP
dengan jumlah ABK sebanyak 4 orang
BIAYA DISBURSEMENT KAPAL

Adalah seluruh biaya yang


harus dikeluarkan oleh
perusahaan pelayaran untuk
membiayai kapalnya selama
berada di pelabuhan
.

27
Komponen Biaya Disbursment

1. Biaya Kepelabuhanan (port expenses)


- Uang labuh (Harbour dues)
- Uang Tambat (Wharfage)
- Uang Pandu (Pilotage)
- Uang Tunda (Towage)
- Uang Rambu (Light dues)
- Port State Control

2. Biaya Operasional:
- Biaya Clearence In/Out
- Biaya Transportasi
- Biaya Komunikasi
- Biaya Lain-lain (+ 10 s/d 20 persen dari total biaya operasi)

3. Agency Fee/Call Fee:


- Cargo Commision / fax Commision

28
Cara Menghitung Biaya Disbursment
•Uang Labuh : GRT x tarif / 10 hari

•Uang Tambat : GRT x tarif x etmal (masa 1, masa 2)

•Uang Pandu : - Tarif tetap x movement


- GRT x tarif variable x movement

•Uang Tunda : (GRT x tarif variable) + (tarif tetap) x


lamanya pemakaian tunda / jam

•Uang Rambu : GRT x tarif (US$0,027/Rp.200/GT, untuk


kapal Pelra/perintis Rp.100/GT) per
kunjungan

•PSC : US$. 250/Kapal/6 bulan

29
Components in Ocean Transport Cost

Loading/ Crew
Discharging Bunkers

Insurance
Pre-and
Ports Costs
Onwards Carriage Stores & Misc.

Claims Canal Costs Repairs

Administration

Container Cargo Ship Voyage


Ship Operating Costs Depreciation
Costs Related Costs Related Costs

General
Administration
Ship Standing Costs
Costs
Total Sea Transport Costs

30
• Biaya Pokok :
A. Biaya Tetap :
1. Biaya Penyusutan : 25,50 %
2. Biaya Nakhoda & ABK : 5,57 %
3. Biaya Asuransi Kapal : 3,91 %
4. Biaya Bunga Pinjaman : 1,47 %
5. Biaya BBM : 24,08 %
6. Biaya Pelumas : 1,93 %
7. Biaya RMS : 14,43 %
8. Biaya Jasa Kepelabuhanan : 1,61 %
9. Biaya Overhead : 6,75 %
______________________________________________
Jumlah Biaya Tetap : 85,26 %
A. Biaya Variable :
1. Biaya Premi ABK : 1,77 %
2. Biaya Penumpang : 11,98 %
3. Biaya Pemasaran Per Kapal : 0,98 %
______________________________________________
Jumlah Biaya Variable : 14,74 %
Contoh: Components Operation Ship Cost

Jasa Kepelabuhan 1,80%


BBM & Pelumas 41,20%
Premi ABK 2,70%

Penumpang 10,00%

Muatan 0,10%

Pemasaran 1,80%

Penyusutan 15,70%

Biaya Pemeliharaan 16,80%

Nakhoda & ABK 6,50%


Asuransi Kapal 2,90%

32
Pasal 38 angka 1, UU 17/2008 tentang Pelayaran :
Perusahaan angkutan di perairan wajib mengangkut penumpang dan/atau barang
terutama angkutan pos yang disepakati dalam perjanjian pengangkutan.
• Ketentuan ini dimaksudkan agar perusahaan angkutan tidak membedakan
perlakuan terhadap pengguna jasa angkutan sepanjang yang bersangkutan telah
memenuhi perjanjian pengangkutan yang disepakati.
• Perjanjian pengangkutan harus dilengkapi dengan dokumen pengangkutan
sebagaimana ditetapkan dalam perjanjian internasional maupun peraturan
perundang-undangan nasional.

Pasal 38 angka 2, UU 17/2008 tentang Pelayaran :


Perjanjian pengangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan
karcis penumpang dan dokumen muatan.
• Yang dimaksud dengan ”dokumen muatan” adalah Bill of Lading atau Konosemen
dan Manifest.
Pasal 38 angka 3, UU 17/2008 tentang Pelayaran :
Dalam keadaan tertentu Pemerintah memobilisasi armada niaga nasional.
• Yang dimaksud dalam “keadaan tertentu” adalah seperti bencana alam,
kecelakaan di laut, kerusuhan sosial yang berdampak nasional, dan negara dalam
keadaan bahaya setelah dinyatakan resmi oleh Pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai