Anda di halaman 1dari 57

Vessel Traffic Services (VTS): Sarana

Elektronik Pengaturan Lalu Lintas


Kapal di Alur Pelayaran

Saut Gurning & Abdul Azis

Surabaya, Februari 2020


UPAYA PENINGKATAN
KESELAMATAN DAN
KEAMANAN PELAYARAN
MELALUI PENGATURAN
LALU LINTAS KAPAL DI
ALUR PELAYARAN
Alur Pelayaran di Laut
PP. No.5 / 2010 tentang
Kenavigasian
PEMERINTAH PETA LAUT &
instansi berwenang
BUKU PETUNJUK PELAYARAN

fasilitas alur

menyelenggarakan
MENTERI
(psl 5)

psl.7 (1) psl.11 (1)


memberi ijin ALUR PELAYARAN di
LAUT KESELAMATAN &
(psl.6)
KELANCARAN PELAYARAN

o Nama Kapal
o Call Sign
BADAN USAHA psl.7 (2) o MMSI
SBNP o Bobot
o Panjang psl.14
menyelenggarakan
menuju terminal khusus o Tujuan
VTS o Kecepatan
Alur Pelayaran Masuk Alur Pelayaran Umum & o Haluan
Pelabuhan Perlintasan o Waktu Tiba ALUR
o AIS
NDC
o Radio Komunikasi
o LRIT
SROP
psl.8

o Nama Kapal
o Call Sign
o MO Number
ALKI, TSS, STS, SRS
o PoO & PoD
Alur Pelayaran Tata Cara Berlalulintas Daerah Labuh Jangkar Sistem Rute o Posisi
o Info Kespel
psl.13 (3)
psl.15

psl.13 (1)

o Daerah Kewaspadaan o Skema Pemisah LL di Laut


o Daerah Lalulintas Pedalaman
o Kondisi Arus
o Kepadatan LL o Daerah yang Harus Dihindari o Kondisi Arus Pelayaran
o Ukuran & Sarat Kapal o Rute Air Dalam o Kepadatan LL Pelayaran
o Kondisi Cuaca
o Garis Haluan yang Dianjurkan
psl.17 psl.13 (2)
o Rute Dua Arah
PENETAPAN ALUR-PELAYARAN (PM. 129 Tahun 2016)

PM 129/2016

PM 129/2016

VTS / SROP
Sesuai Surat Keputusan Menteri Perhubungan Republik
Indonesia
Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Nomor KP 470 Tahun 2017 Tentang Penetapan Alur
Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas Dan Daerah
Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya Di Alur
Pelayaran Masuk Pelabuhan Belawan

1. Menetapkan Alur Pelayaran yang tercantum dalam Peta


Laut Indonesia dan dibatasi oleh titik koordinat geografis
2. Menetapkan Sistem Rute Pelayaran
3. Menetapkan Tata Cara Berlalu Lintas
4. Menetapkan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan
Kepentingannya
PENDAHULUAN
Ø Pelabuhan Adalah Tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan
batas-batas tertentu sebagai tampat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun
penumpang, dan /atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat
berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan
pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan
intra dan moda transportasi.

Ø Keselamatan dan keamanan Pelayaran adalah suaatu keadaan terpenuhinya


persyaratan keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan di peraiaran
, kepelabuhanan dan lingkungan maritime.

Ø Alur Pelayaran adalah Perairan yang dari segi kedalaman, lebar dan bebas
hambatan pelayaran lainnya dianggap aman, selamat untuk dilayari

Ø Navigasi adalah proses mengarahkan gerak kapal dari satu titik ke titik yang lain
dengan aman dan lancar serta untuk menghindari bahaya dan/atau rintangan
pelayaran.

Ø Sarana Bantu Navigasi Pelayaran adalah peralatan atau system yang berada
diluar kapal yang didesain dan dioperasikan untuk meningkatkan keselamatan
dan efisiensi bernavigasi kapal dan/atau lalu lintas kapal.
TATA CARA BERLALU LINTAS
Dalam Meningkatkan Efisiensi Dan Mengurangi
Angka Kecelakaan Kapal, Maka Perlu Diatur Tata
Cara Berlalu Lintas Di Alur Pelayaran Pelabuhan
Belawan Sebagai Berikut :
1. Pemanduan
2. Komunikasi
3. Proses Masuk Kapal
4. Proses Keluar Kapal
KOMUNIKASI
* Pemilik operator kapal atau nahkoda wajib memberitahukan rencana
kedatangan kapalnya kepada Kepala Kantor Syahbandar Utama Pelabuhan
Belawan dengan mengirimkan Pre Arrival/ Rencana Kedatangan melalui
Stasiun Vessel Traffic Services (VTS) Belawan dalam waktu paling lama 48
(empat puluh delapan) sampai 24 (dua puluh empat) jam sebelum kapal
tiba di pelabuhan;

* Komunikasi sebelum kapal masuk dan atau keluar wajib melapor kepada
stasiun VTS Belawan dengan radio VHF pada channel 68 dan 71 ;

* Komunikasi antara petugas pandu/kapal/motor petugas pandu dapat


menggunakan bahasa indonesia dan atau bahasa inggris dengan radio VHF
pada channel 12;

* Komunikasi dengan kapal sebelum petugas pandu naik ke atas kapal wajib
dilakukan oleh nahkoda dengan memberikan keterangan kepada petugas
pandu antara Lain Kondisi, Sifat, Cara,data, Karakteristik dan lain-lain yang
berkaitan dengan kemampuan oleh gerak kapal.
PROSES KAPAL MASUK
A. DALAM KONDISI NORMAL :
1. Kecepatan kapal di sekitar pelampung suar menuju pelampung
suar pengenal disarankan dengan maneuvering speed, sampai
motor petugas pandu dapat merapat di kapal untuk menaikan
petugas pandu;
2. Setiap kapal harus senantiasa bergerak dengan kecepatan aman
sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat dan berhasil guna
untuk menghindari tubrukan dan dapat diberhentikan dalam suatu
jarak yang sesuai dengan keadaan dan suasana yang ada;
3. Setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan, jika
keadaan mengijinkan, harus tegas dilakukan dalam waktu yang
cukup lapang dan benar-benar memperhatikan syarat-syarat
kepelautan yang baik;
4. Jika kondisi dermaga sedang penuh atau nahkoda memutuskan
untuk berlabuh terlebih dahulu, kapal dapat berlabuh di area
labuh yang sudah disediakan;
Lanjutan
5) Jika proses administrasi kelengkapan dokumen selesai dan
sudah tersedia posisi tambat untuk kapal di dermaga,
petugas VTS Belawan akan menginformasikan ke kapal
bahwa petugas pandu akan naik dan memandu kapal hingga
tambat di pelabuhan;
6) Kapal disarankan berlayar mengikuti ketentuan koridor alur
pelayaran dan arah haluan yang ditetapkan serta Peta Alur
Pelayaran Pelabuhan Belawan atau mengikuti zona lalu lintas
sesuai dengan draft dan kepentingannya;
7) Pada setiap saat melintas garis atau wilayah wajib lapor atau
setelah kapal berlabuh atau sandar, kapal wajib melapor
kepada stasiun VTS Belawan.
Proses Kapal Keluar
* Nahkoda dan atau petugas pandu melaporkan kepada Syahbandar dan
atau stasiun VTS Belawan mengenai draft kapal dan jam kapal mulai
dipandu keluar;

* Meminta informasi ke stasiun VTS Belawan mengenai pergerakan kapal


yang keluar/masuk alur pelabuhan Belawan;

* Arahkan haluan menuju bagian tengah alur dan berlayar menuju outer buoy:

* Sesampainya di pilot boarding ground, petugas pandu turun dan dijemput


oleh motor pandu.

* Tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan dengan kapal lain


harus sedemikian rupa sehingga menghasilkan jarak yang aman, hasil guna
tindakan itu harus dikaji dengan seksama sampai kapal yang lain itu pada
akhirnya terlewati dan bebas sama sekali;

* Jika diperlukan untuk menghindari tubrukan atau memberikan waktu yang


lebih banyak untuk menilai keadaan, kapal harus mengurangi kecepatannya
atau menghilangkan kecepatannya dengan memberhentikan atau
menjalankan mundur penggeraknya.
MENGAPA PERLU
VTS...???
Vessel Traffic Services (VTS) adalah
pelayanan lalu lintas kapal dengan
menggunakan sarana perangkat radio dan
elektronika pelayaran. di wilayah yang
ditetapkan yang saling terintegrasi dan
dilaksanakan oleh pihak yang berwenang
(Menteri Perhubungan).

Mendukung usaha meningkatkan


* keselamatan kapal,
* efisiensi bernavigasi
* menjaga lingkungan,
*memberi respon atas situasi
perkembangan lalulintas kapal di
wilayah VTS
Vessel Traffic Services (VTS) secara
bertahap telah berkembang
sebagai jawaban atas
bertambahnya kompleksitas
pelayaran modern dan untuk
mencegah bahaya yang mungkin
timbul akibat kegiatan muatan
barang dari lalu lintas pelayaran.
VTS dimaksudkan untuk
menyediakan bantuan kepada
industri pelayaran dalam perairan
yang sibuk dimana mempunyai
tingkat resiko yang tinggi.
Vessel Traffic Service (VTS) berfungsi untuk:
• Memonitor lalu lintas pelayaran dan alur lalu lintas pelayaran;
• Meningkatkan keamanan lalu lintas pelayaran;
• Meningkatkan efisiensi bernavigasi;
• Perlindungan lingkungan;
• Pengamatan, pendeteksian, dan penjejakan kapal di wilayah
cakupan VTS;
• Pengaturan informasi umum;
• Pengaturan informasi khusus; dan
• Membantu kapal-kapal yang memerlukan bantuan khusus.
Jenis Layanan VTS
Information Service (INS)
Pelayanan informasi adalah merupakan pelayanan untuk memastikan
bahwa informasi penting tersedia pada waktu yang tepat untuk membantu
proses pemgambilan keputusan navigasi diatas kapal.

Pelayanan Pengorganisasian Lalu lintas (Traffic Organisation Service -


TOS)
TOS adalah pelayanan untuk mencegah berkembangnya situasi
berbahaya dan untuk memelihara pergerakan lalu lintas kapal yang aman
dan efisien dalam wilayah VTS.

Pelayanan Bantuan Navigasi (Navigation Assistence Service-NAS)


Adalah pelayanan untuk membantu proses pengambilan keputusan
navigasi diatas kapal dan memonitor dampaknya/pengaruhnya, terutama
keadaan navigasi dan meteorologi.
DASAR HUKUM PELAKSANAAN VTS
1. PERATURAN NASIONAL
a. Peraturan Pemerintah nomor 5 Tahun 2010 tentang
Kenavigasian
Dalam Bab V” Telekomunikasi pelayaran” ayat 51
s.d 60.
“Pada alur pelayaran akan diselenggarakan
Telekomunikasi pelayaran, yang mana salah satu
sarananya adalah VTS, yang berfungsi sebagai
keselamatan pelayaran.

b. Permenhub No 26 Tahun 2011 tentang


Telekomunikasi Pelayaran
“Dalam Bab II” Sarana, Jenis dan Fungsi
Telekomunikasi Pelayaran” ayat 1 s.d 18.
“Salah satu sarana Telekomunikasi
Pelayaran untuk meningkatkan
Keselamatan pelayaran adalah VTS
yang mempunyai persyaratan sesuai
sesuai IALA V.128”
2. Peraturan Internasional
Pendirian VTS sesuai yang dipersyaratkan
dalam SOLAS Chapter V Reg.12
• VTS Contribute to safety of life at sea,
Safety and effeciency of navigation and
protection of the marine environment
adjacent shore area, worksite and
offshore installation from possible
adverse effects to marine traffic
• Contracting goverment undertake to
arrange for the establishment of VTS
where, in their opinion the volume of
traffic or the degree of risk justifies such
sevice

IALA Recomendation on the


Implementation of VTS V-119 dan IMO
Resolution A.857(20)guidelines for
VESSEL TRAFFIC SERVICES
(VTS) BELAWAN
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
PERHUBUNGAN LAUT
NOMOR: NV.101/1/16/DJPL-15

TENTANG
PEMBERLAKUAN
STANDARD OPERASIONAL DAN
PROSEDUR VESSEL TRAFFIC
SERVICE (VTS) BELAWAN
LINGKUP VTS
Standard Operasional dan Prosedur
VTS Belawan adalah Panduan
Operasional bagi Personil/ Petugas
Stasiun Vessel Traffic Services
(VTS) Belawan dalam
melaksanakan tugas dengan
instruksi maupun arahan Direktur
Jenderal Perhubungan Laut sebagai
National Competency Authority
Wilayah Kerja VTS Belawan

COASTAL AREA
WILAYAH LAUT

3°50’ U

BELAWAN PORT
PEL BELAWAN

3°34’ U

99°10’ T 99°20’ T
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR KP 470 TAHUN 2017

TENT ANG
PENETAPAN ALUR PELAYARAN, SISTEM RUTE,
TATA CARA BERLALU LINTAS DAN DAERAH LABUH KAPAL SESUAI
DENGAN KEPENTINGANNYA DI ALUR PELAYARAN
MASUK PELABUHAN BELAWAN
TANGGAL 8 MEI TAHUN 2017
Alur Pelayaran Pelabuhan Barat Belawan
Alur Pelayaran Pelabuhan Barat Belawan
Daerah Labuh Kapal Sesuai Kepentingannya
Daerah Labuh Kapal Sesuai Kepentingannya
Daerah Labuh Kapal Sesuai Kepentingannya
Alur Pelayaran
Pelabuhan Belawan
Koordinat Garis Haluan Masuk Alur
Pelayaran Pelabuhan Belawan
VTS dan Manfaatnya
Vessel Traffic Services (VTS) adalah pelayanan lalu lintas
kapal di wilayah yang telah ditetapkan yang saling terintegrasi
dan dilaksanakan oleh pihak yang berwenang (Menteri
Perhubungan) serta dirancang untuk meningkatkan
keselamatan kapal, efisiensi bernavigasi dan menjaga
lingkungan, yang memiliki kemampuan untuk berinteraksi dan
menanggapi situasi perkembangan lalu lintas kapal di area
VTS dengan menggunakan sarana perangkat radio dan
elektronika;

VTS Belawan terdiri dari 2 layanan antara lain:

1 Information Service (INS) Informasi yang diberikan guna pertimbangan keputusan


dalam pengoperasian kapal seperti informasi cuaca, Informasi Pasang Surut, data alur
berbahaya dalam pelayaran serta insiden yang dapat membahayakan pelayaran.

2
Navigational Assisstance (NAS) disediakan atas permintaan kapal atau dapat juga
inisiatif dari VTS jika dihadapkan dengan situasi lalu lintas yang sulit dan berkembang ke
arah bahaya
Frekuensi Kerja VTS Belawan
Frekuensi kerja VTS Belawan dengan
penjelasan sebagai berikut:
Merupakan VTS Center yang berfungsi sebagai Port

PELABUHAN BELAWAN
VTS serta bertanggung jawab dalam pengelolaan
keadaan darurat dan pelaksanaan penyiaran

informasi rutin di wilayah kerja VTS Belawan

Frekuensi Kerja Channel

68 dan 71

Catatan:
- Untuk Keadaan Darurat menggunakan Channel 16 dan 70 Digital Selective Call
(DSC)
- Untuk Pelayanan Pemanduan Channel 12 dan 14
Kapal Yang Dipersyaratkan Menggunakan
VTS Belawan
Kapal yang berlayar memasuki area VTS Belawan wajib menggunakan layanan VTS.
Kapal yang wajib berpartisipasi pada VTS Belawan adalah sebagai berikut:

1 Kapal – kapal dengan bobot 300GT atau lebih

2 Kapal – kapal penumpang SOLAS

3 Kapal – kapal dengan panjang 30m atau lebih atau yang sedang menarik/ mendorong dengan kombinasi panjang
30m atau lebih

4 Kapal- kapal segala ukuran yang sedang membawa kargo yang masuk dalam salah satu kategori kargo berikut ini:

a) Barang yang diklasifikasikan berbahaya pada aturan IMDG (International Maritime Dangerous Goods)

b) Bahan yang diklasifikasikan pada Bab 17 Aturan IBC (International Code For the Construction and Equipment
for Ship Carrying Dangerous Chemicals in Bulk) dan Bab 19 Aturan IGC (International Code for the
Construction and Equipment for Ship Carrying Liquefied Gases in Bulk)

c) Minyak sesuai definisi pada Marpol Annex I

d) Bahan beracun sesuai definisi pada Marpol Annex II

e) Bahan merusak sesuai definisi pada Marpol Annex III

f) Bahan radioaktif yang dinyatakan pada Aturan pengangkutan yang aman bagi INF (Irradiated Nuclear Fuel)

5 Kapal- kapal segala ukuran yang sedang melaksanakan pelayaran dalam kategori pelayaran operasi khusus
Kapal Yang Tidak Diwajibkan Menggunakan
VTS Belawan

1. Kapal angkatan perang NKRI dan kapal penunjang kapal perang negara (Naval Auxiliaries); Dapat berpartisipasi pada VTS
2. Kapal patroli Negara; secara sukarela (voluntary), dan
3. Kapal Kenavigasian; perlakuannya seperti kapal yang
4. Kapal SAR wajib berpartisipasi VTS

Apa yang dilakukan oleh VTS Operator………..????


VTS Operator berupaya
VTS Operator Tetap Melakukan pemantauan bila …. mengidentifikasi dan
1. Kapal diduga terkena peraturan VTS Belawan; melakukan kontak melalui
2. Kapal mempengaruhi pola lalu lintas atau olah gerak kapal-kapal lainnya VHF….
3. Kapal dilaporkan atau diamati mengalami kesulitan bernavigasi ataupun menuju bahaya
4. Kapal dipandang sebagai suatu bahaya bagi pelayaran

Perlakuan Bagi Kapal Yang Tidak Berpartisipasi


1 Pantau gerakan dan posisi serta pengaruhnya terhadap pola lalu lintas dan gerak kapal lain
2 Jika mempengaruhi lalu lintas lainnya, maka:
-Lakukan komunikasi dengan radio, mencari tau maksud nahkoda. Berikan informasi, saran, peringatan/instruksi sebagaimana
diperlukan untuk menghindari situasi bahaya. Jika komunikasi tidak dapat dilakukan, VTS Operator melapor kepada Syahbandar;
-Gunakan semua sarana yang tersedia untuk menegakkan aturan;
-Laporkan pelanggaran kepada Syahbandar, lakukan pencatatan dalam log book;

Catatan: Jika Instansi Pemerintah sedang melakukan investigasi, Instansi tersebut harus bekerja sama dengan VTS Operator.
VTS Operator harus mematuhi jika diminta untuk menjaga kerahasiaan.
Prosedur Informasi Sebelum
Kedatangan Kapal
Agen kapal/ Perusahaan kapal melaporkan Rencana Kedatangan
Kapal (RK) antara 48 jam sampai 24 jam sebelum kapal diperkirakan
sampai di pelabuhan wilayah kerja VTS Belawan.

Kapal yang menempuh pelayaran kurang dari 24 jam, dapat


menyampaikan laporan RK pada waktu keberangkatan. Untuk kapal
yang melintas wilayah kerja VTS Belawan tanpa singgah di
pelabuhan atau yang lalu lalang di dalam wilayah kerja VTS Belawan
tidak perlu menyampaikan laporan RK.

Informasi rencana kedatangan kapal tersebut, disampaikan kepada


Syahbandar Utama Pelabuhan Belawan.
VTS Belawan memperoleh informasi rencana kedatangan kapal dari
kemungkinan:
•Syahbandar Utama Pelabuhan Belawan;
•Meminta tembusan RK yang disampaikan oleh
agen kapal.
Kapal Memasuki Area VTS Belawan
Kapal

q Melalui Channel 68 dan 71 kapal melapor identitas, tujuan dan infomasi lain yang diperlukan;

q Melaksanakan pelaporan menggunakan format SMCP, untuk laporan SRS SOLAS menggunakan ketentuan

SOP

q Memastikan AIS aktif mulai dari posisi kapal berada pada radius 40 NM saat masuk Alur Pelayaran

Belawan

VTS Operator
q Memastikan kapal mematuhi semua pelaporan saat memasuki area VTS (melalui tugas jaga lihat dan

jaga dengar)

q Broadcast informasi (cuaca, pasang surut, gelombang, kondisi traffic, navigation hazard dll)
CONTOH
PEMBERITAHUAN
KEDATANGAN KAPAL
PROSEDUR INTERNAL
Terdiri dari prosedur-prosedur yang berkaitan dengan kegiatan
internal pada VTS Belawan:
• Pencatatan kegiatan harian (logkeeping) – Form A1
• Operasi rutin (routine operations) – sebelum, selama, dan
sesudah jam jaga; pengecekan peralatan, jam,
• Pengalihan tugas jaga (handover) – Form A3
• Peta dan publikasi – diadakan, disimpan, dan diperbaharui
(update) secara reguler
• Pengoperasian peralatan – pemeriksaan saat memulai tugas,
melaporkan kerusakan peralatan termasuk peralatan
pendukung (jam, AC, telepon, dst)
• Komunikasi rutin – penggunaan bahasa dan pesan menurut
standar, prioritas komunikasi, frekuensi yang digunakan, tata
cara pemanggilan ke kapal, broadcast
• Keadaan darurat internal – bila ada kejadian/kecelakaan di
stasiun VTS termasuk bila harus evakuasi
PROSEDUR EKSTERNAL
Terdiri dari kegiatan yang berkaitan dengan penerima layanan VTS
Belawan (kapal dan instansi terkait), yaitu:
• Pemberitahuan prakedatangan & kedatangan (dari kapal)– isi
pemberitahuan, waktu pemberitahuan, dan pengisian Form A-1
• Penyediaan layanan lalu lintas VTS berupa Information Service
(INS) – informasi apa, kepada siapa, kapan, pencatatan dalam
Form A-8
• Penyediaan layanan bantuan navigasi (hanya sekadar informasi
kenavigasian)
• Penyediaan layanan bagi kapal-kapal yang transit di wilayah
operasi VTS
• Penyediaan layanan bagi kapal-kapal yang akan labuh jangkar,
yang melakukan Ship To Ship Transfer dan berada di dermaga
• Laporan prakeberangkatan & keberangkatan (dari kapal) – isi
pemberitahuan, waktu pemberitahuan, dan pengisian Form A-5
PROSEDUR EKSTERNAL
LANJUTAN
• Penyediaan layanan untuk kegiatan non rutin (misal kapal
melakukan manuver, kapal menghalangi navigasi kapal lain,
adanya barang berbahaya di atas kapal)
• Penyediaan layanan saat kondisi laut kurang baik (berkurangnya
jarak pandang, angin kencang)
• Kerja sama dengan pelabuhan terkait ISPS
• Tindakan bila terjadi pelanggaran oleh kapal – pengisian Form
A-8
• Tindakan bila ada kejadian/kecelakaan di laut – penerimaan
laporan, pengisian Form A-6, tindak lanjut
• Penyediaan layanan bila ada operasi khusus (seperti acara
pelayaran, pekerjaan bawah air, pekerjaan pengelasan, dst)
• Tindakan bila terjadi keadaan darurat di laut – pengisian Form
A-6, tindak lanjut
LAMPIRAN
Daftar Form Isian:
1. Form A-1: VTS Center log
2. Form A-2: Ringkasan lalu lintas kapal harian
3. Form A-3: Pergantian tugas jaga
4. Form A-4: Pemberitahuan prakedatangan
5. Form A-5: Pemberitahuan
prakeberangkatan
6. Form A-6: Laporan Kejadian/kecelakaan di
Laut
7. Form A-7: Laporan Operasi Khusus di laut
8. Form A-8: Laporan pelanggaran di laut
LAMPIRAN (lanjutan)
Standard pesan komunikasi dengan kapal:
1. Pesan B-1:
Tanggapan bila pemberitahuan prakedatangan atau prakeberangkatan tidak lengkap.
Permintaan informasi tambahan
2. Pesan B-2:
Tanggapan bila pesan pemberitahuan prakedatangan telah lengkap
3. Pesan B-3:
Tanggapan untuk pesan di batas wilayah VTS bila kapal langsung menuju dermaga
pelabuhan
4. Pesan B-4:
Tanggapan untuk pesan kedatangan di batas wilayah bila kapal menuju wilayah labuh
jangkar
5. Pesan B-5:
Tanggapan untuk pesan dari kapal di Fairway Buoy dan berlayar menuju sandaran
6. Pesan B-6:
Tanggapan untuk kapal di wilayah labuh jangkar. Kapal siap melego jangkar di wilayah
yang ditentukan
7. Pesan B-7:
Tanggapan untuk kapal di wilayah labuh jangkar. Kapal siap melego jangkar tidak di
wilayah yang ditentukan
LAMPIRAN (lanjutan)
Standard pesan komunikasi dengan kapal:
8. Pesan B-8:
Tanggapan bila kapal telah sandar atau selesai lego jangkar di lokasi yang tepat
9. Pesan B-9:
Tanggapan bila menerima pesan prakeberangkatan yang lengkap
10. Pesan B-10:
Tanggapan untuk pesan 15 menit sebelum keberangkatan dan kapal OK untuk
berangkat
11. Pesan B-11:
Tanggapan untuk pesan 15 menit sebelum keberangkatan dan kapal TIDAK OK
untuk berangkat
12. Pesan B-12:
Tanggapan untuk kapal yang telah lepas sandar dan melaju (underway)
13. Pesan B-13:
Tanggapan untuk pesan dari kapal yang berada di batas wilayah
14. Pesan B-14:
Panggilan bila kapal akan memulai STS Transfer atau Operasi khusus
15. Pesan B-15:
Setelah menerima izin operasi dari pejabat yang berwenang
PRE-ARRIVAL
Item / Uraian Information / Informasi
Name and Callsign
Nama kapal & Tanda panggil
Position
Posisi
Last port
Pelabuhan Asal
Destination at Belawan VTS
Tujuan di dalam wilayah VTS Belawan
ETA
Perkiraan Waktu Kedatangan
Deepest Draught in Metres
Draft Terdalam (dalam meter)
Length Over All in Metres
Panjang Kapal (dalam meter)
Cargo
Muatan
List of Defects or Deficients
Kerusakan atau defisiensi
Description of Dangerous Goods
Deskripsi barang berbahaya
Number of Persons on Board and if a Passenger Ship the number of
Foreign and Local Residents
Jumlah penumpang & untuk kapal penumpang, jumlah penumpang
asing & lokal
Name of Agent
Nama Agen
Gross Tonnage (GT)
PRE-DEPARTURE
Item / Uraian Information / Informasi
Name and Callsign
Nama kapal & Tanda panggil
Position
Posisi
Destination port
Pelabuhan Tujuan

SPB dari Syahbandar


ETD
Perkiraan Waktu Keberangkatan
Deepest Draught in Metres
Draft Terdalam (dalam meter)
Length Over All in Metres
Panjang Kapal (dalam meter)
List of Defects or Deficients
Kerusakan atay defisiensi
Cargo
Muatan
Description of Dangerous Goods
Deskripsi barang berbahaya
Number of Persons on Board and if a Passenger Ship the number of
Foreign and Local Residents
Jumlah penumpang & untuk kapal penumpang, jumlah penumpang
asing & lokal
Name of Agent
Nama Agen
Gross Tonnage (GT)
Prosedur Darurat
Situasi distress adalah situasi telah terjadi tubrukan (collision), terguling (capsize), tenggelam (shinking), kandas
(grounding), kebakaran (fire on vessel) dan orang jatuh ke laut (man overboard). Setiap insiden atau kecelakaan
yang diikuti dengan permintaan kehadiran pihak-pihak yang berwenang harus dianggap sebagai keadaan darurat.

Prosedur umum dalam keadaan darurat

q Memastikan jenis kejadian dengan menggunakan segala cara yang tersedia untuk mengumpulkan dan mengevaluasi
data penting dan relevan;
q Buat rincian lengkap mengenai keadaan yang terjadi;
q Memulai menyiagakan prosedur sesuai dengan rencana contigency yang relevan;
q Menetapkan dan memantau komunikasi dengan individu yang bersangkutan atau unit lain jika memungkinkan;
q Mengumumkan peringatan navigasi dan kontak kapal di sekitar lokasi darurat dan memberikan informasi tentang
keadaan darurat;
q Pastikan bahwa otoritas terkait telah diberikan informasi mengenai keadaan khusus tersebut;
q Cantumkan dalam logbook mengenai rincian keadaan yang terjadi;
q Pastikan bahwa laporan telah dibuat;
q Identifikasi tujuan dari kegiatan perekaman selama keadaan darurat
q Mengikuti SOP untuk merekam data penting dan terpercaya selama keadaan darurat;
q Jaga catatan informasi di tempat yang aman sesuai dengan standard operation procedure.

Catatan:
qKomunikasi dilakukan dengan standar SMCP;
qSetiap insiden/kondisi darurat baik yang terjadi di dalam area VTS Belawan maupun luar area VTS Belawan tetapi masih dalam batas wilayah
teritorial Indonesia yang berasal dari komunikasi suara, atau data AIS.
Pencemaran
q VTS menetapkan situasi terjadinya
pencemaran untuk memberi alert kepada
otoritas yang menangani pencemaran
lingkungan laut
q VTS membantu mengamankan traffic
disekitar daerah pencemaran dengan
memberi informasi kepada kapal yang
melintas
q Khusus untuk kasus pencemaran atau
kecelakaan, Supervisor/ Koordinator VTS
harus membuat laporan kepada
Syahbandar
Lokasi Evakuasi/ Tempat Tambat Darurat (Refuge)

VTS harus berkoordinasi dengan Syahbandar untuk


menetapkan zona labuh atau tambat darurat bagi
kapal yang mengalami kerusakan atau kapal Not
Under Command (NUC)

Penanganan Medis Darurat


VTS menetapkan situasi ini dalam tingkat prioritas
urgensi serta berkoordinasi dengan Syahbandar
dan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) guna
dapat segera memberikan advice medis dan/ atau
mengirimkan pertolongan pertama medis untuk
mendapatkan penanganan Medis darurat.
Kapal NUC (Not Under Command)
Jika NUC tidak dapat diatasi dan memerlukan bantuan maka prioritas ditingkatkan menjadi
bahaya dan berkoordinasi dengan Syahbandar dalam menangani NUC.

Apa yang dilakukan VTS...?

q
1 Monitoring situasi kapal NUC dan mempertahankan komunikasi dengan NUC;

q
2
Memberikan informasi kepada kapal lain;

q Updating informasi situasi di kapal NUC;


3

q Mengevaluasi dan menilai risiko kapal NUC dan menaikkan prioritas penanganan
4

jika dinilai meningkat risikonya;

q Mengingatkan kapal NUC untuk memenuhi ketentuan COLREG


5
Insiden Keamanan
1. VTS tidak mempunyai akses langsung kepada insiden keamanan
di Pelabuhan termasuk ISPS Code, namun VTS Belawan akan
mengumpulkan informasi terkait insiden keamanan tersebut dan
mempelajari dampaknya pada traffic
2. Ketika insiden keamanan mengganggu proses tambat kapal, maka
VTS Belawan menetapkan situasi ini dalam tingkat prioritas
(peringatan) dan memberikan infomasi kepada kapal tentang
insiden keamanan tersebut
3. Ketika insiden keamanan ini berkembang lebih membahayakan
yaitu dengan dikeluarkannya berita kelautan oleh Syahbandar maka
akan ditingkatkan menjadi prioritas (bahaya) dan VTS Belawan
akan mengatur traffic kapal untuk sementara tidak masuk ke
pelabuhan
4. VTS akan menaikkan atau menurunkan prioritas pada kejadian
insiden keamanan di pelabuhan sesuai dengan situasi penanganan
oleh para stakeholder yang berwenang.
Demonstrasi
1. Aksi protes atau demonstrasi di pelabuhan yang dapat mengganggu
traffic kapal, situasi demonstrasi ini ditetapkan sebagai situasi
dalam tingkat peringatan untuk memberikan informasi kepada
kapal berkenaan dengan demonstrasi di pelabuhan yang dapat
mengganggu tambat atau traffic kapal;
2. Ketika demonstrasi berkembang lebih membahayakan yaitu
dikeluarkannya berita kelautan oleh Syahbandar atau Syahbandar
maka akan ditingkatkan menjadi tingkat bahaya;
3. VTS Belawan akan menaikkan atau menurunkan prioritas pada
kejadian aksi protes atau demonstrasi di pelabuhan sesuai dengan
situasi penanganan oleh Syahbandar dan pihak berwenang lain
seperti KKKP (kepolisian), dan lain- lain;
4. Jika terjadi demonstrasi, VTS menghubungi
a) Pihak kepolisian Belawan – Sumatera Utara;
b) TNI - AL
c) Instansi terkait lainnya.
Bencana alam (force majeure)
Bencana alam adalah gempa bumi, gelombang laut, cuaca sangat buruk (angin topan, mendung dan
hujan, jarak pandang sangat dekat) dan kebakaran

1. VTS berkepentingan pada bencana alam yang menyebabkan


situasi traffic berisiko tinggi terhadap terjadinya distress. Oleh
karena itu kapal – kapal yang masuk atau terjebak dalam
situasi tidak menguntungkan akibat bencana alam akan
diidentifikasi oleh VTS sebagai kapal- kapal dalam tingkat
bahaya dan memberikan informasi peringatan kepada kapal-
kapal tentang situasi bencana alam dan situasi bahaya
terhadap kapalnya satu per satu;
2. VTS berkoordinasi dengan stakeholder lain terutama dengan
Syahbandar untuk membantu membawa kapal keluar dari
situasi bahaya akibat bencana alam;
3. VTS akan menurunkan tingkat kejadian kepada kapal ketika
kapal telah aman atau menaikkan tingkatnya ketika kapal
mengarah kesituasi yang lebih berbahaya.
PENYELENGGARAAN
VTS Belawan
Direktur Jenderal selaku Otoritas Nasional (National
Competent Authority-NCA) Bertanggungjawab terhadap
Keselamatan dan Efisiensi Lalulintas Pelayaran, serta
Perlindungan Lingkungan Laut di tingkat Nasional.
Otoritas Nasional berwenang menetapkan Distrik
Navigasi Kelas I Belawan sebagai penanggungjawab
stasiun VTS Belawan.
Penyelenggaraan stasiun VTS Belawan dilaksanakan
sebagai suatu kesatuan secara nasional dalam jaringan
yang dilaksanakan oleh pemegang otoritas nasional yang
berwewenang.
PENGAWASAN DAN
PEMELIHARAAN

Penyelenggaraan VTS Belawan


wajib melakukan pengawasan
berupa monitoring operasional
dan pemeliharaan untuk
menjaga keandalan stasiun.
PENUTUP
Surat Keputusan Direktur Jenderal
Perhubungan Laut Nomor:NV.101/1/16/DJPL-
15 tentang Pemberlakukan Standard
Operasional dan Prosedur Vessel Traffic
Services (VTS) Belawan ditetapkan pada
tanggal 11 Agustus 2015 berlaku sejak
ditandatangani.
STASIUN VTS Belawan
DISTRIK NAVIGASI KELAS I BELAWAN
Jl. Bagan Deli No 1, Belawan
(061) 6941474, 6941203
belawanportvts@gmail.com
VHF channel 68
VHF Channel 71
Standby
VHF Channel 16
Dengan Kebersamaan Kita Wujudkan
Keselamatan Pelayaran

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
GD KARYA LT 12 S.D 17
Jalan Medan Merdeka Barat No. 8 Jakarta
Telp. +62 21 3811308, 3505006, 3813269, 3447017, 3842440

Fax. +62 21 3811786,


3845430, 3507576

Anda mungkin juga menyukai