2020
1
\
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Diklat ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada mereka yang nantinya ditunjuk untuk
melakukan tugas dan tanggung jawab sebagai Petugas Keamanan Kapal (Ship Security Officer
(SSO)), sebagaimana didefinisikan dalam STCW section A-V/5, A-VI-/VI dan dalam tugas khusus
dan tanggung jawabnya sehubungan dengan keamanan kapal, untuk melaksanakan dan
mempertahankan Rencana Keamanan Kapal (Ship Security Plan) dan untuk berhubungan dengan
Petugas Keamanan Perusahaan (Company Security Officer (CSO)) serta dengan Petugas
Keamanan Fasilitas Pelabuhan (Port Facility Security Officers (PFSO)). Latar belakang
diadakannya pelatihan Petugas Keamanan Kapal (Ship Security Officer) adalah adanya ancaman-
ancaman yang terjadi dilingkungan laut (maritime threats) seperti isu pembajakan, terorisme,
perdagangan orang, penyelundupan dll
Pada tanggal 21-25 Juni 2010 diadakan konvensi mengenai STCW 1978, terjadi perubahan
besar yang kemudian dikenal dengan amandemen 2010 atau amandemen Manila yang akan
diberlakukan pada tanggal 1 Januari 2012.
1. 1 januari 2017 tidak diterima lagi sertifikat yang diterbitkan berdasar ketentuan sebelumnya
2. 1 januari 2013 pelaporan kepada sekjen IMO tentang implementasi STCW 2010 dan STCW
kodanya
3. 1 Juli 2013 seluruh program pendidikan wajib berdasarkan STCW 2010 ( tidak ada lagi
program diklat berdasar STCW 1995 yang dilaksanakan)
3
b. Isi STCW 1978 Amandemen 2010 yang berhubungan dengan Security Awareness
1. Reg VI/5 Ship Security Officer (SSO) Sesuai Dengan Tabel A-VI/5
2. Reg VI/6-1 semua pelaut wajib memiliki sertifikat Security Awareness sesuai tabel AVI/6-
1
3. Reg VI/6-2 Pelaut yang ditunjuk untuk tugas keamanan atau security duties sesuai tabel A-
VI/6-2
Catatan:
Peserta yang berhasil menyelesaikan kursus ini harus dapat melakukan tugas dan tanggung jawab
sebagai Petugas Keamanan Kapal (Ship Security Officer), sebagaimana didefinisikan dalam ISPS
Code part A/12.2, yang termasuk, tetapi tidak terbatas pada:
c. mengokordinasikan aspek keamanan penanganan muatan dan gudang kapal (ship stores)
4
dengan personel kapal lainnya dan dengan Petugas Keamanan Fasilitas Pelabuhan (Port
Plan);
kekurangan dan ketidaksesuaian yang ditemukan selama internal audit, tinjauan berkala,
pemeriksaan keamanan dan verifikasi kepatuhan dan pelaksanaan dari tindakan korektif
(corrective actions);
g. memastikan bahwa pelatihan yang memadai telah diberikan kepada personel kapal,
sebagaimana diperlukan;
Keamanan Fasilitas Pelabuhan (Port Facility Security Officers) yang berhubungan; dan
5
1.3 POLA DAN ANCAMAN KEAMANAN TERKINI
6
11 September 2001, empat
pesawat jet dibajak dan
ditabrakkan ke World
Trade
Centre dan Pentagon
menewaskan lebih dari
3000 orang.
7
Beberapa peristiwa di atas mengingatkan perlunya kita mengetahui dan mengidentifikasi beberapa
ancaman keamanan, khususnya pada transportasi maritim.
Berikut adalah beberapa ancaman keamanan terhadap industri transportasi maritim.
❖ Menyerang kapal atau pesawat lain di lautan, atau menyerang orang atau properti di di atas
kapal.
❖ Menyerang kapal, pesawat, atau properti di suatu tempat di luar yurisdiksi suatu negara.
❖ Keterlibatan atau tindakan partisipasi pada operasi kapal atau pesawat yang mensukseskan
pembajakan kapal atau pesawat.
❖ Kerugian materi.
❖ Terganggunya perdagangan.
❖ Meningkatnya biaya operasi (asuransi dan gaji lebih besar).
❖ Membahayakan kru.
❖ Membahayakan pada navigasi.
8
Gambar 1.1 daerah yang rawan pembajakan
Dari gambar terlihat beberapa daerah dengan resiko tinggi pembajakan di antaranya, bagian timur
Amerika Latin, bagian barat dan timur Afrika, India, Semenanjung Malaya, Indonesia dan Laut
Cina Selatan.
Pembajakan yang terjadi memiliki karakteristik yang tertentu. Berikut adalah beberapa
karakteristik pembajakan:
a. Type Asia:
❖ Kapal dinaiki untuk mendapatkan uang tunai dan barang berharga.
❖ Sedikit penggunaan kekerasan.
❖ Beroperasi di kapal kecil, dekat kepulauan, dimana kapal diharuskan untuk menurunkan
kecepatan.
❖ Biasanya dilakukan secara acak.
❖ Target adalah uang tunai, muatan, benda milik awak kapal, dan peralatan (nilai kerugian
total yang lebih tinggi).
9
e. Kapal Hantu:
• Kapal dinaiki untuk diambil “segalanya”.
• Terjadi kekerasan tingkat tinggi (pembunuhan inklusif).
• Sindikat terorganisir untuk memfasilitasi penipuan muatan.
• Direncanakan dan diatur dengan baik.
• Beberapa kasus: MV Tenyu, MV Cheung Son, MV Petro Ranger, MV Alondra Rainbow.
10
11