Anda di halaman 1dari 11

MODUL DIKLAT

SHIP SECURITY FFICER


(SSO)

SEKOLAH TINGGI ILMU PELAYARAN JAKARTA

2020

1
\

2
BAB 1
PENDAHULUAN

Diklat ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada mereka yang nantinya ditunjuk untuk
melakukan tugas dan tanggung jawab sebagai Petugas Keamanan Kapal (Ship Security Officer
(SSO)), sebagaimana didefinisikan dalam STCW section A-V/5, A-VI-/VI dan dalam tugas khusus
dan tanggung jawabnya sehubungan dengan keamanan kapal, untuk melaksanakan dan
mempertahankan Rencana Keamanan Kapal (Ship Security Plan) dan untuk berhubungan dengan
Petugas Keamanan Perusahaan (Company Security Officer (CSO)) serta dengan Petugas
Keamanan Fasilitas Pelabuhan (Port Facility Security Officers (PFSO)). Latar belakang
diadakannya pelatihan Petugas Keamanan Kapal (Ship Security Officer) adalah adanya ancaman-
ancaman yang terjadi dilingkungan laut (maritime threats) seperti isu pembajakan, terorisme,
perdagangan orang, penyelundupan dll

1.1 IKHTISAR DIKLAT


Setelah tragedi 11 September 2001 dengan di ledakannya gedung World Trade Center Amerika
Serikat, maka pada bulan November 2001 Internat, sepakat untuk pengembangan langkahlangkah
baru yang berkaitan dengan keamanan kapal dan fasilitas pelabuhan untuk diadopsi oleh Konvensi
Internasional Safety of Life at sea 1974, pada Konferensi Maritime Security di London bulan
Desember 2002. Persyaratan baru membentuk kerangka kerja internasional di mana kapal dan
fasilitas pelabuhan dapat bekerja sama untuk mendeteksi dan mencegah tindakan yang mengancam
keamanan di sektor transportasi laut.

1.1.1 STCW MANILA /2010 DAN IMPLEMENTASINYA

Konvensi STCW (Standards of Training, Certification and Watchkeeping) pertama kali


diadakan pada tanggal 7 Juli 1978, dan diberlakukan pada tanggal 28 April 1984. Pada tahuntahun
berikutnya STCW mengalami beberapa amandemen atau perubahan.

Pada tanggal 21-25 Juni 2010 diadakan konvensi mengenai STCW 1978, terjadi perubahan
besar yang kemudian dikenal dengan amandemen 2010 atau amandemen Manila yang akan
diberlakukan pada tanggal 1 Januari 2012.

a. Pelaksanaan STCW 1978 Amandemen 2010 (Reg. I/15)

1. 1 januari 2017 tidak diterima lagi sertifikat yang diterbitkan berdasar ketentuan sebelumnya

2. 1 januari 2013 pelaporan kepada sekjen IMO tentang implementasi STCW 2010 dan STCW
kodanya

3. 1 Juli 2013 seluruh program pendidikan wajib berdasarkan STCW 2010 ( tidak ada lagi
program diklat berdasar STCW 1995 yang dilaksanakan)

3
b. Isi STCW 1978 Amandemen 2010 yang berhubungan dengan Security Awareness

1. Reg VI/5 Ship Security Officer (SSO) Sesuai Dengan Tabel A-VI/5

2. Reg VI/6-1 semua pelaut wajib memiliki sertifikat Security Awareness sesuai tabel AVI/6-
1

3. Reg VI/6-2 Pelaut yang ditunjuk untuk tugas keamanan atau security duties sesuai tabel A-
VI/6-2

1.1.2 ISPS CODE DAN IMPLEMENTASINYA


• Kapal penumpang, termasuk kapal penumpang kecepatan tinggi;
• Kapal kargo, termasuk kapal kecepatan tinggi, dari 500 GRT dan ke atas, dan
• Unit pengeboran lepas pantai bergerak, dan
• Fasilitas pelabuhan yang melayani kapal-kapal yang bergerak di pelayaran
internasional.

Catatan:

ISPS Code tidak berlaku untuk


• kapal perang
• kapal cadangan angkatan laut
• kapal lainnya yang dimiliki atau dioperasikan oleh pihak Pemerintah dan digunakan
hanya pada non-komersial pemerintah.

1.2 KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI


Di akhir pelatihan, peserta dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sebagai seorang
Petugas Keamanan Kapal (Ship Security Officer) agar dapat membuat perencanaan dan pelatihan
terkait keamanan kapal sesuai dengan STCW Section A VI/5, ISPS Code part A/12.2 and B/13.2,
IMO model course 3.19.

Peserta yang berhasil menyelesaikan kursus ini harus dapat melakukan tugas dan tanggung jawab
sebagai Petugas Keamanan Kapal (Ship Security Officer), sebagaimana didefinisikan dalam ISPS
Code part A/12.2, yang termasuk, tetapi tidak terbatas pada:

a. melakukan pemeriksaan keamanan kapal secara teratur untuk memastikan bahwa


langkah-langkah keamanan yang tepat dilakukan secara rutin;

b. mempertahankan dan mengawasi pelaksanaan Rencana Keamanan Kapal (Ship Security


Plan), termasuk setiap perubahannya (amandement) terhadap rencana tersebut;

c. mengokordinasikan aspek keamanan penanganan muatan dan gudang kapal (ship stores)
4
dengan personel kapal lainnya dan dengan Petugas Keamanan Fasilitas Pelabuhan (Port

Facility Security Officers) yang berhubungan;

d. mengusulkan modifikasi/perubahan pada Rencana Keamanan Kapal (Ship Security

Plan);

e. melaporkan kepada Petugas Keamanan Perusahaan (Company Security Officer) segala

kekurangan dan ketidaksesuaian yang ditemukan selama internal audit, tinjauan berkala,

pemeriksaan keamanan dan verifikasi kepatuhan dan pelaksanaan dari tindakan korektif

(corrective actions);

f. meningkatkan kesadaran keamanan dan kewaspadaan di kapal;

g. memastikan bahwa pelatihan yang memadai telah diberikan kepada personel kapal,

sebagaimana diperlukan;

h. melaporkan semua kecelakaan keamanan;

i. mengkoordinasikan implementasi Rencana Keamanan Kapal (Ship Security Plan)

dengan Petugas Keamanan Perusahaan (Company Security Officer) dan Petugas

Keamanan Fasilitas Pelabuhan (Port Facility Security Officers) yang berhubungan; dan

j. Tindakan terhadap serangan perompak/pembajak.

5
1.3 POLA DAN ANCAMAN KEAMANAN TERKINI

Berikut adalah beberapa kejadian terorisme dalam beberapa dekade terakhir:

Pada Oktober 1985 kapal


Italia “Achille Lauro” yang
memuat 400 penumpang
dan kru dibajak.

13 November 1995 fasilitas


pelatihan militer Amerika
di
Riyadh, Arab Saudi dibom
menewaskan 7 orang.

12 Oktober 2000: 17 pelaut


AS tewas ketika sebuah
perahu kecil meledak
hingga melubangi kapal
perang USS ‘Cole’ di
Pelabuhan Yemeni, Aden.

6
11 September 2001, empat
pesawat jet dibajak dan
ditabrakkan ke World
Trade
Centre dan Pentagon
menewaskan lebih dari
3000 orang.

4 Oktober 2002, VLCC


‘Limburg’ diserang oleh
kapal kecil teroris di
Yaman.

12 Oktober 2002 dua bom


meledak di sebuah
nightclub di Bali,
Indonesia, menewaskan
193 orang yang berasal
dari 24 negara.

5 Agustus 2003, Teroris


menyerang Hotel J.W.
Mariott di Jakarta,
dilaporkan 13 orang tewas.

7
Beberapa peristiwa di atas mengingatkan perlunya kita mengetahui dan mengidentifikasi beberapa
ancaman keamanan, khususnya pada transportasi maritim.
Berikut adalah beberapa ancaman keamanan terhadap industri transportasi maritim.

1.3.1 PEMBAJAKAN DAN SERANGAN BERSENJATA

Pembajakan didefinisikan sebagai tindakan ilegal berupa penyerangan, penahanan atau


penyanderaan kru atau penumpang pada sebuah kapal atau pesawat, yang diarahkan untuk:

❖ Menyerang kapal atau pesawat lain di lautan, atau menyerang orang atau properti di di atas
kapal.
❖ Menyerang kapal, pesawat, atau properti di suatu tempat di luar yurisdiksi suatu negara.
❖ Keterlibatan atau tindakan partisipasi pada operasi kapal atau pesawat yang mensukseskan
pembajakan kapal atau pesawat.

Peristiwa ini mengakibatkan banyak kerugian, antara lain:

❖ Kerugian materi.
❖ Terganggunya perdagangan.
❖ Meningkatnya biaya operasi (asuransi dan gaji lebih besar).
❖ Membahayakan kru.
❖ Membahayakan pada navigasi.

Berikut adalah daerah-daerah yang rawan pembajakan:


Worldwide Piracy Risk

WORLDWIDE PIRACY RISK BY HIGH MODERATE LOW

8
Gambar 1.1 daerah yang rawan pembajakan

Dari gambar terlihat beberapa daerah dengan resiko tinggi pembajakan di antaranya, bagian timur
Amerika Latin, bagian barat dan timur Afrika, India, Semenanjung Malaya, Indonesia dan Laut
Cina Selatan.

Pembajakan yang terjadi memiliki karakteristik yang tertentu. Berikut adalah beberapa
karakteristik pembajakan:

a. Type Asia:
❖ Kapal dinaiki untuk mendapatkan uang tunai dan barang berharga.
❖ Sedikit penggunaan kekerasan.
❖ Beroperasi di kapal kecil, dekat kepulauan, dimana kapal diharuskan untuk menurunkan
kecepatan.
❖ Biasanya dilakukan secara acak.

b. Type Amerika Selatan/Afrika Barat:

❖ Menyerang kapal di tempat berlabuh atau lego jangkar.

❖ Target adalah uang tunai, muatan, benda milik awak kapal, dan peralatan (nilai kerugian
total yang lebih tinggi).

❖ Kejahatan dan kekerasan bersenjata tingkat tinggi.


❖ Dapat dilakukan secara acak.

❖ Menggunakan kapal kecil untuk mendekati kapal target.

❖ Selalu menggunakan senjata.

c. Motivasi militer dan politik :


❖ Serangan terorisme
❖ Mempunyai agenda politik dan militer
❖ Contoh peristiwa: pembajakan Achille Lauro (7 Oktober 1985)

d. Pembajakan hit and run secara temporer:


• Mengintimidasi awak kapal.
• Mencuri seluruh muatan sebelum mengembalikan kendali kapal pada kru.
• Contoh peristiwa pembajakan: Tanker Malaysia, Nautica Kluang (27 september 2002),
bertolak dari pulau Iyu Kechil. Kru disekap di kabin, sementara bahan bakar dipompa ke
kapal lain.

9
e. Kapal Hantu:
• Kapal dinaiki untuk diambil “segalanya”.
• Terjadi kekerasan tingkat tinggi (pembunuhan inklusif).
• Sindikat terorganisir untuk memfasilitasi penipuan muatan.
• Direncanakan dan diatur dengan baik.
• Beberapa kasus: MV Tenyu, MV Cheung Son, MV Petro Ranger, MV Alondra Rainbow.

10
11

Anda mungkin juga menyukai