Seminar Hasil - Yoneta - Wamea
Seminar Hasil - Yoneta - Wamea
Judul :
ANALISIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DALAM PENGOLAHAN
LIMBAH PADAT MEDIS DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SELE BE SOLU
KOTA SORONG PAPUA BARAT
TAHUN 2022
Pembimbing I
Dr. dr Mubasysyir Hasanbasri, MA
Pembimbing II
Vena Jaladara, S.K.M,. M.P.H
Disusun oleh :
Yoneta Wamea
NIM : 20/466238/PKU/18865
1 Direktur 1 Wawancara
RSUD 4 Ceklis Observasi
Hasil Penelitian (1)
• 38% petugas yang terlibat di dalam Variabel (N=17) Total Persentase (%)
Jenis Tugas Cleaning Service 5 27
pengelolaan limbah padat medis adalah
pengelola limbah, didominasi dengan umur Pengelola Limbah 7 38
rentang 25 sampai 44 tahun (52%), berjenis Sanitarian 5 29
kelamin laki-laki (14%), memiliki lama kerja 1 Umur 20– 24 Tahun 2 11
sampai 4 tahun (58%) dan memiliki lebih dari 25 – 44 Tahun 9 52
satu tugas rangkap (47%).
45 – 54 Tahun 6 35
Jenis Kelamin Perempuan 3 17
Laki-laki 14 82
Lama Kerja 1 – 4 Tahun 10 58
> 5 Tahun 7 41
Tugas Rangkap 1 Tugas 9 52
> 1 Tugas 8 47
Hasil Penelitian (2)
Sumber Limbah Jenis Limbah
Laboratorium Kebijakan dan Standar Operasional
Pipet, reagen, cairan tubuh, slide specimen, gelas, jarum
suntuk, sarung tangan dan masker
Instalasi Gawat Darurat Kantung darah, jaringan tubuh, underpad/pengalas, • Pelaksanaan pengelolaan limbah padat medis di RSUD Sele
(IGD) drainage set, plester, kateter, vena kateter, selang infuse,
botol bekas caritan infuse, vial, ampul, maske, sarung Be Solu, memiliki kebijakan yang berpedoman kepada
tangan sidposable, sweb, kassa, jarum suntik.
Poli Anak Jarum suntik, umblicak kateter, infuse set, vial, ampul peraturan dan perundang-undangan sebagai berikut :
Intensive Center Unit Kantung darah, jaringan tubuh, underpad/pengalas,
drainage set, plester, kateter, vena kateter, selang infuse, 1) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
botol bekas caritan infuse, vial, ampul, masker, sarung
tangan sidposable, sweb, kassa, jarum suntik.
Ruang Perawatan
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Elang, Merpati, Nuri, Selang infuse, vena kateter, kateter, kantung urine,
Asoka dan Bangau pembalut, plester, drainage set, underpad, jaringan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
tubuh, jarum suntik, kassa, sweb, sarung tangan
disposable, masker
2) SOP (Standard Procedure) tentang pengelolaan limbah
Kamar Operasi
Kantung darah, jaringan tubuh, underpad/pengalas, B3. SOP yang digunakan mengacu pada keputusan kepala
drainage set, plester, kateter, vena kateter, selang infuse,
botol bekas caritan infuse, vial, ampul, masker, sarung dinas penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu
tangan sidposable, web, kassa, jarum suntik.
Koto Sorong Nomor : 060/003/DPMPTDP/VII/2019
Apotek Obat-obatan kadaluarsa, masker, sarung tangan, obat-
obatan yang terkontaminasi. tentang standar operasional prosedur (SOP).
Hasil Penelitian (3)
Pewadahan
Mengatakan Tersedia Mengatakan Tidak
Item
N=18 (%) Tersedia (N=18)
Tempat sampah anti bocor
dan anti tusuk
18 (100%) 0
Menggunakan kontainer
limbah medis padat di
kumpulkan ditempat terpisah
17 (94%) 1 (6%)
Karena membesihkannya
tergantung sampah medis yang
ada didalamnya,jika terdapat
0 18 (100%) cairan yang tertempel pada
container maka bersikan,jika tdk
kami biar sampai 3 hari setelah itu
bersihkan
Hasil Penelitian (4)
Pengangkutan
Kesimpulan wawancara : SOP Khusus dibuat RSUD tidak Kesimpulan wawancara : Pernah terjadi masalah
ada namun menyesuaikan peraturan pemerintah dalam keselamatan kerja ( Seperti Tertusuk, terinjak )
pelayanan terpadu satu pintu Kota Sorong Nomor :
060/003/DPMPTDP/VII/2019
Hasil Penelitian (7)
• Bagaimana APD di sediakan pada pelaksanaan pengelolaan
limbah dan apa saja jenis nya ?
• Apakah petugas pengelolaan limbah sudah mendapatkan
pelatihan ? Seperti apa pelatihannya dan terakhir tahun berapa ? •“APD yang kami gunakan dalam penanganan pengeloalaan limbah
adalah sepatu boot,sarung tangan,katel pak,helem dan Masker ,kami
• “Iya kami melakukan pelatihan kepada petugas pegelolaan limbah padat
medis kami mengajarkan cara menyediakan wadah,seperti limbah
dapat melakukannya sesuai SOP yang ada di RS kami,ketika kami
infeksius(Kuning),limbah infeksius benda tajam(Kuning),wadah limbah melakukan pengankutan,pewadahan,Pemilahan dan Pemusnahan kami
kimian (coklat) dan Wadah Limbah Sitotosik (Ungu),untuk pelatihan setiap menggunakan APD yang disediakan dari RS Selebesolu”
3 bulan sekali jika dan kami juga biasa mengantisiapsi dengan petugas •“Jenis nya ada helm pelindung, masker khusus, sarung tangan tebal,
tenaga kontrak sehingga untuk memberitahukan kepada petugas kontrak” katelpak dengan celemek, sepatu boot, kemarin sempat ada face shiled
• “ Ya ada pelatihan khusus didatangkan pelatih pengelolaan limbah juga tapi sekarang helm nya sudah di lengkapi face shield juga”
rumah sakit dari Jakarta tahun 2018 terakhir sebelum pandemi, waktu
itu mengajarkan tentang pewadahan” •“Disediakan oleh rumah sakit, lengkap semua seperti bisa dilihat ini
saya menggunakan baju khusus, lengkap dengan helm masker dan
• “ Setiap 3 bulan sekali ada pelatihan dari manajemen, bagaimana cara sepatu. Untuk teknisnya pakaian ini hanya digunakan ketika proses
pengelolaan yang baik dan benar, pelabelan, mulai dari pengumpulan, pengelolaan dilakukan. Dan pengumpulan di pagi dan sore, semua
pewadahan, sampai ke pemusnahan. Semua petugas sampai cleaning
sudah di gantung rapih di ruangan. Mungkin ada pihak ke 3 yang
servis sudah diberikan pelatihan terkait ini dan sudah memahami baik”
mencuci jadi setiap hari selalu bersih wangi. Tapi kalo baju khusus ini
ada yang kain ada yang sekali pakai saja”
Kesimpulan wawancara : Semua karyawan sudah Kesimpulan wawancara : APD disediakan lengkap oleh
mendapatkan pelatihan manajemen limbah RS. pihak RSUD Sele Be Solu . Terdiri dari Masker, helm,
Pelatihan terakhir tahun 2018. baju apron , sepatu boot, sarung tangan dan celemek.
Hasil Penelitian (7)
• Apakah terdapat TPS khusus limbah medis di Sele Be Solu ? Apakah
• Apakah petugas pengelolaan limbah sudah TPS sudah sesuai dengan standar ?
diberikan imunisasi tetanus dan Hepatitis B ?
•“Untuk TPS khusus limbah padat medis ada, untuk mencapai standar yang
•“Petugas tetap sudah kami berikan” baik kami sedang berupaya,kalau untuk sekarang kami masih menggunkan
bagunan sementara yang ada”
•“ sudah tapi hanya beberapa orang saja kayanya”
•“ TPS itu bentuknya kaya rumah , nah disekat sekat, ada yang buat limbah
• “ saya sendiri belum dapat” medis non medis begitu, tapi di pisah jadi tidak tercampur. Kemudian
ventilasinya tidak ada jadi binatang seperti tikus harusnya tidak bisa masuk,
tapi ya namanya juga hewan. Mungkin bisa gali lubang, menurut saya
temboknya sedikit agak rapuh. Memang TPS harus ada perbaikan sedikit”
• “Oiya TPS di balakang RS , iya ada , jauh mungkin sekitar 200 meter dari
Kesimpulan wawancara : Tidak semua karyawan sini. Itu tembok belakangnya mau roboh pernah saya sudah bilang direktur
lmendapatkan imunisasi tetanus dan hepatitis B dari untuk buat yang lebih baik, tapi mungkin covid-19 jadi tidak terlalu penting.
Tapi masih sangat layak, ruangan nya ada “
RSUD sele be solu. Hanya karyawan tetap RSUD saja.
Kesimpulan wawancara : TPS masih belum standar
Pembahasan
• Di Dalam hasil wawancara, kepatuhan petugas terkait dengan SOP sudah dilakukan dengan baik menurut RSUD Sele
Be Solu. Namun, menurut Saiti (2017) kepatuhan petugas dalam melaksanakan SOP pengelolaan limbah rumah sakit
masih dibawah standar yaitu < 100%. Angka kepatuhan petugas dalam pembuangan limbah medis masih rendah di
bawah 29%-56%. Tingkat kepatuhan untuk limbah benda tajam rata-rata petugas sudah banyak patuh walau belum
mencapai 100% (Saiti, 2017).
• Limbah padat medis di RSUD Sele Be Solu digunakan kantong antibocor dengan pewarnaan tertentu, untuk
menampung tidak mudah tertusuk karena berbahan plastik keras, dan penutup sangat rapat tidak mudah untuk dibuka
Hal ini sejalan dengan penelitian yang sama di RSU GARUT tahun 2019, Pada saat pewadahan limbah padat medis,
wadah yang digunakan cukup seragam. Seluruh ruangan kurang lebih menggunakan tempat sampah yang bervolume
sama 17 tergantung dengan kondisi ruangan. Namun, tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan di RSU Alfatah
Ambon. Pewadahan dilmbah padat medis dalam observasi beberapa tidak menggunakan kantong plastik sehingga
tidak memenuhi syarat.
• Kelemahan dari pewadahan yang ada pada RSUD Sele Be Solu adalah pewadahan tidak mempertimbangkan
kontaminasi yang mungkin saja menempel di wadah. Wadah padat medis harus didesinfektan setelah digunakan,
namun wadah yang digunakan tidak dibersihkan Ketika digunakan Kembali. Sekalipun berkantong plastic, dilapisi
kantong plastic namun resiko kontaminasi mungkin saja terjadi.
Pembahasan
• Pada saat pengumpulan petugas menggunakan APD yang sesuai dengan standar, mulai dari kepala hingga kaki.
Pengumpulan di RSUD Sele Be Solu juga menggunakan penjadwalan.
• Hal ini juga sudah sesuai dengan penelitian di RSIA RK tahun 2020.
• Kelemahan yang ditemukan saat dilakukan observasi langsung di lokasi penelitian, beberapa petugas tidak
menggunakan APD dengan lengkap, banyak di antaranya tidak menggunakan sepatu boot bahan masker. Bahaya
utama dari limbah medis adalah risiko infeksi dari mikroorganisme atau virus yang ada di limbah tersebut, infeksi
biasanya terjadi karena terkena tusukan benda tajam atau cedera jarum (Sarwening, 2022).
Pembahasan
• RSUD Sele Be Solu membuat dua shift jam pergantian untuk pengangkutan
limbah dari setiap ruangan ke TPS.
• Jadwal pengangkutan di bagi menjadi pagi hari dan sore hari. Hal ini berbeda
dengan penelitian di RSUD Ulin Kota Banjarmasin, Tahap peangkutan belum
sesuai dengan Permenkes Nomor 7 Tahun 2019, tahap peangkutan di Permenkes
Nomor 7 Tahun 2019 adalah peangkutan dilakukan pada jam tidak sibuk pagi dan
sore dan tidak melalui jalur/koridor yang padat pasien atau pengunjung rumah
sakit.
• Penggunaan APD memang beberapa merasa kurang nyaman saat bekerja, Adapun
yang merasa alergi jika menggunakan apron tertutup di Kota Sorong yang sangat
panas.
Pembahasan
• Tahap penyimpanan sudah sesuai dengan Permenkes Nomor 7 Tahun 2019 yaitu waktu tinggal limbah dalam TPS
tidak boleh lebih dari 2x24 jam, limbah padat yang ditempatkan di TPS tetap terbungkus kantong plastik hitam dan
tidak dilakukan pembongkaran, penanganan akhir limbah dilakukan oleh pihak rumah sakit atau bekerja sama
dengan pihak luar.
• Pemusnahan limbah medis di RSUD melalui pihak yang menyediakan incinerator berstandar internasional, Limbah
hasil pembahakan selanjutnya di kubur didalam tanah.
Kesimpulan
a. Secara keseluruhan setiap detail yang ada dalam pengelolaan limbah padat medis di RSUD Sele Be Solu sudah sesuai tiap butirnya dengan SOP yang
sudah disesuaikan dengan Kepmenkes No. 1204/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan di Rumah Sakit.
b. Proses pewadahan limbah padat medis di RSUD Sele Be Solu dipisah menurut jenis limbah, pewadahan diberi plastik dengan warna kuning untuk
limbah medis infeksius, warna hitam untuk limbah padat non-infeksius, dan diberi label serta nama asal limbah berasal. Proses pewadahan di RSUD
Sele Be Solu sudah baik.
c. Proses pengumpulan limbah padat medis di RSUD Sele Be Solu di lakukan dengan baik, ruangan terhadap wadah, proses pengumpulan dilakukan
pada dua waktu yaitu di pagi hari jam 06.00 WIT dan sore 17.00 WIT. Waktu dipilih karena pada waktu tersebut belum terlalu banyak pasien dan
pengunjung yang ada di RSUD Sele Be Solu. Terdapat kelemahan pada proses pengumpulan yaitu, beberapa petugas masih tidak menggunakan APD
dengan lengkap.
d. Proses pengangkutan limbah padat medis di RSUD Sele Be Solu memiliki jalur khusus yang tidak melewati ruang pelayanan, troly yang digunakan
berbahan besi dengan kapasitas 250 L. Kekurangan dari pada proses pengankutan meskipun tertutup rapat, troly yang digunakan terlihat tidak bersih.
e. Proses penyimpanan sementara (TPS) di RSUD Sele Be Solu belum memenuhi syarat, bangunan bangunan tembok sudah tidak kokoh, tidak ada
sistem pengaturan udara dan ventilasi, limbah yang disimpan didalam TPS lebih dari waktu yang standar yaitu lebih dari 48 jam.
f. Proses pemusnahan limbah medis, benda tajam di RSUD Sele Be Solu menggunakan incinerator yang memiliki standar yang baik, incinerator di
sediakan oleh pihak ke tiga.
g. Belum semua petugas mendapatkan imunisasi Hematitis B dan Tetanus di RSUD Sele Be Solu.
Saran
Agar tidak terjadi kejadian yang berkaitan dengan keselamatan dan keselamatan serta lebih meningkatkan performa
kerja petugas dalam pengelolaan limbah, saran peneliti kepada RSUD Sele Be Solu Kota Sorong Papua Barat adalah
sebagai berikut :
a. Menerapkan SOP dan memberikan arahan sesuai SOP kepada petugas agar mengerti langkah-langkah pengelolaan
limbah dengan baik dan benar.
c. TPS perlu diperbaiki lapisan temboknya dan perlu dipasang ventilasi dan pengaturan sistem udara yang baik.