Askep Tinnitus
Askep Tinnitus
Definisi Tinitus
Tinnitus adalah sensasi telinga berdenging yang
bisa berlangsung sesaat atau dalam waktu yang
lama. Kondisi ini dapat terjadi hanya di telinga
kiri, telinga kanan, atau pada kedua telinga.
Tinnitus bukanlah suatu penyakit, melainkan
gejala dari kondisi lain, misalnya gangguan di
organ dalam telinga, gangguan di dalam pembuluh
darah, atau karena efek samping obat-obatan.
Etiologi
Kotoran yang ada di lubang telinga, yang apabila sudah
di bersihkan rasa berdenging akan hilang.
Infeksi telinga tengah dan telinga dalam.
Tekanan darah yang tinggi atau rendah, dimana hal
tersebut merangsang saraf pendengaran.
Penyakit meniere’s Syndrome, dimana tekanan cairan
dalam rumah siput meningkat, menyebabkan
pendengaran menurun, vertigo, dan tinnitus.
Keracunan obat.
Penggunaan obat golongan aspirin ,dsb.
Cedera pada kepala dan leher yang memPengaruhi
saraf pendengaran atau bagian otak yang
terhubung ke fungsi pendengaran
Disfungsi tuba eustachius
Pengerasan tulang di telinga tengah (otosklerosis)
yang disebabkan oleh kelainan pertumbuhan
tulang
Tumor jinak di saraf penghubung otak dan telinga
yang mengontrol keseimbangan dan pendengaran
(neuroma akustik)
Tinitus pada pasien lanjut usia biasanya disebabkan oleh
kerusakan pada saraf-saraf pendengaran/
Pada pasien muda dapat disebabkan oleh seringnya mendengar
suara keras , seperti music dengan volume suara yang
memekakkan telinga.
Penyebab tinnitus yang paling sederhana adalah menempelnya
kotoran telinga (serumen) di gendang telinga. Biasanya hal ini
disebabkan karena kebiasaan mengorek kotoran telinga
dengan cotton bud. Namun hasilnya kotoran keluar sangat
sedikit sebaliknya sisa kotoran yang ada terdorong ke gendang
telinga. Untuk mengatasi hal ini, disarankan untuk jangan
mengorek telinga sendiri. Lebih baik datang kepada dokter di
bidang THT secara rutin 6 bulan atau setahun sekali untuk
membersihkan telinga.
Patofisiologi
Di dalam telinga, terdapat rambut-rambut halus yang
berfungsi menerima gelombang suara dan mengubahnya
menjadi sinyal listrik. Selanjutnya, saraf pendengaran di
dalam telinga akan menghantarkan sinyal listrik tersebut
ke otak, untuk diterjemahkan menjadi bunyi-bunyi yang
kita dengar.
Apabila rambut-rambut halus tersebut rusak, saraf
pendengaran akan mengirim sinyal listrik yang acak ke
otak. Kondisi inilah yang menyebabkan kuping seperti
mendengar suara meski sebenarnya tidak ada.
Sel rambut dapat dirusak oleh tekanan suara (akibat terpapar oleh
suara yang terlalu keras untuk jangka waktu yang terlalu lama) dan
iskemia.
Sel rambut dapat juga dirusak oleh obat tertentu, seperti
antibiotikaminoglikosida dan agen kemoterapeutik sisplatin, yang
melalui stria vaskularis akan terakumulasi di endolimfe.
Ambang pendengaran dan perpindahan komponen aktif membran
basilar akan dipengaruhi sehingga kemampuan untuk membedakan
berbagai nada frekuensi yang lebih tinggi terganggu.
Akhirnya, depolarisasi sel rambut dalam yang tidak adekuat dapat
menghasilkan sensasi suara yang tidak biasa sehingga dan
mengaggu yang disebut tinnitus subyektif.
Pada tinitus terjadi aktivitas elektrik pada area auditoris
yang menimbulkan perasaan adanya bunyi, namun
impuls yang ada bukan berasal dari bunyi eksternal
yang ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber
impuls abnormal di dalam tubuh pasien sendiri.
Impuls abnormal itu dapat ditimbulkan oleh berbagai
kelainan telinga.
Tinitus dapat terjadi dalam berbagai intensitas. Tinitus
dengan nada rendah seperti bergemuruh atau nada
tinggi seperti berdenging.
Tinitus dapat terus menerus atau hilang timbul.
Faktor risiko tinnitus
Berusia lanjut, terutama di atas usia 60 tahun
Sering mendengar suara yang terlalu keras,
misalnya karena berprofesi sebagai tentara, musisi,
pekerja di pabrik atau konstruksi
Berjenis kelamin laki-laki
Memiliki kebiasaan merokok
Tidak dapat mengelola stres dengan baik
Sering mengonsumsi minuman beralkohol atau
berkafein
. Klasifikasi Tinitus