Anda di halaman 1dari 100

dr UMI KALSUM MK.

ES

ANAGESIK:
Analgesik Opioid Non Opoid Menghilangkan nyeri tanpa hilang kesadaran Rsa Nyeri :

Merupakan gejala yg berfungsi melindungi & memberikan tanda bahaya Gangguan dari dalam tubuh. Perdangan Infeksi kuman
2

PERBEDAAN ANALGESIK OPIOID DAN NON OPIOID:


OPIOID KESADARAN EUFORIA TOLERANSI HABITUASI ADIKSI ANTI INFLAMASI ANALGESIK ANTIPIRETIK KONSTIPASI + + + + + _ +++ + NON OPIOID ++ + ++ 3

NYERI:
STIMULUS
HISTAMIN , PG , LEOKOTRIN SEROTONIN , H2

KERUSAKAN JARINGAN

MEDIATOR NYERI

RESEPTOR NYERI

SSP

SARAF SENSORIS

TALAMUS

CEREBRUM
4

JENIS NYERI:
Nyeri dg stimulasi singkat Tidak ada kerusakan jaringan tidak membutuhkan terapi Nyeri dg stimulasi kuat Kerusakan (+) , dapat terjadi akut / kronik membutuhkan terapi Nyeri ok lesi sistem saraf perifer / sentral Nyeri neuropatik diabet, lesi serabut saraf kompresi dan neuroma Alodenia : Nyeri Ok stimulus yg normal tidak menimbulkan nyeri( impuls yg dijalarkan oleh serabut berupa rabaan dlm keadaan normal dirasakan rabaan , pd alodenia dirasakan nyeri).
6

Demam :
Temperatur tubuh diatur oleh keseimbangan produksi dan hilangnya panas Hypotalamus ( N termostat diatur pada set poin 37. C . Keseimbangan terganggu.

* Keluarnya zat pirogen ( Endogen ) Memacu pelepsasan PG >> di Hypotalamus


PG : Terbukti menyebabkan demam setelah disuntikkan pada ventrikel serebral(hypotalamus ) Bila hipotalamus menerima informasi suhu luar lebih rendah dari suhu tubuh ?
7

PENANGGULANGAN RASA NYERI:


1.

Menghambat mediator nyeri : Analgesik non narkotik NSAID Antiinflamasi gol steroid 2. Menghambat penyaluran rangsang nyeri sensoris

Saraf

Anastesi lokal 3. Blokade pusat nyeri di CNS Analgesik narkotik Anastesi umum 4. Tindakan yg belum diketahui mekanismenya dg pasti : Acupuncture Cutaneus electrical nerve stimulation Hypnosis Plasebo
8

Mekanisme kerja obat golongan NSAID :


stimulus Gangguan pd membran sel

pospolipid
kortikosteroid(- ) phospholipase

Asam Arachidonat

lipoksiginase

Siklooksiginase Aspirin & NSAID

( -)

Hidroperoksida Leokotrin
9

Endoperoksida PG Prostacyc TX A2

PERBEDAAN EFEK SAMPING Non nselektif COX & Selective COX -2 Inhibitors

EFEK SAMPING

Non selektif COX inhibitor

Selective COX -2 inhibitor

Gastric ulceration &Intolerance Inhibition Platelet Function Inhibition induction of labor Alteration in renal function Hypersensitivity reaction

+ + + +

10

Non steroid anti inflamatory agent :


Salisilates Salisilat Acetic acid : Acetylsalicylic acid , Diflunisal , : Indomethacin , Sulindac , Diclofenac

Propionic acid : Iboprofen , Ketoprofen , Naproxen

Fenamates
Pirazolon Oxicam

:
: :

Mafenamic acid , Meclofenamat


Phenilbutazon , Oksifenbutazon Piroxicam

Para Aminofenol Derifat : Fenasetin , Acetaminofen


Drug use in the management of gout : Colchicine , Alupurinol

Uricosuric

: Probenecid , Sulfinpyrazone
11

Uses 1. 2. 3. 4. 5.

Anti-inflammation Analgesic Anti-pyretic Treatment of gout Prophylaxis of heart disease (myocardial infarction and stroke) 6. Prophylaxis of colorectal cancer

Side effects
1. Gastrointestinal ulceration and

intolerance
2. Block of platelet aggregation

3. Inhibition of prostaglandin
4. Inhibition of uterine motility 5. Hypersensitivity reactions

CHEMICAL CLACIFICATION OF ANALGESIC, ANTIPIRETIC , AND NONSTEROID ANTIINFLAMTORY DRUG :


NON SELECTIVE COX INHIBITION NON SELECTIVE COX INHIBITION Antranilic acid Mefenemic acid Enolic acid Oxicam ,piroxicam Alkanon Nebumatone SELECTIVE COX - 2 INHIBITION

Salisilac acid derivatives Aspirin , sodium salisilat, diflunisal

Para- Aminophenol Derivat


Acetaminophen Indole & indene acetic acid Indometazin . Zulindac Heteroaryl acetic acid Tolmetin , declofenac, ketorolac
Arylpropionic acid : naproxen , ketoprofen

Refecosib .Celecosib. Nimasulide

15

Golongan Salisilat : Asetosal = Aspirin Farmakodinami :


Efek Analgesik , antipiretik antiinflamasi , anti trombus Merangsang pernafasan Efek urikosuric tergantung dosis Efek terhadap darah : Bleeding time memanjang Penghambatan agregasi trombosit Efek terhadap hati dan ginjal : Hepatotoksik terganting dosis Fungsi ginjal Efek terhadap saluran cerna : iritasi Efek Lokal: Counter irritan : asetil salisilat Keratolitik : Asam salisilat 16

Usual dose

Effect

80 160 mg
325 1000 mg 325 mg 6 grams 6 10 grams 10 20 grams > 20 grams

Antiplatelet
Analgesic, antipyretic Antiinflammatory, tinnitus Respiratory alkalosis Fever, dehydration, acidosis Shock, coma
17

Menurut penelitian dapat mengurangi terbentuknya katarak & menurunkan kejadian kanker usus Farmakokinetik : Cepat diabsorbsi di lambung , usus halus bag atas. Kadar puncak dicapai I2 jam setelah pemberian Menembus sawar otak dan uri Biotransformasi terutama mikrososm hati Efek samping : Ringan Berupa reaksi alergi , Rash ,Gastritis , bronkhokonstriksi , Asma , Sindroma Rey
18

Analgesik - Antipiretik :
Gol Para Aminofenol

Acetaminofen

Menghambat PG di Jar Perifer


Metabolit aktif Fenacetin

Efek : Analgesik - Antipiretik , Efek Antiinflamasi Urikosuric (-) , iritasi gaster (-) , Hambatan agregasi trombosit (-) . Farmakokinetik : Diberikan p.o , Absorbsi tergantung pada pengosongan lambung , kadar puncak 30 - 60 , terikat pada protein plasma ,sebagian metabolisme ( mic hati ) : Acetaminofen sulfat Glukoronidase ( tidak aktif )
19

Efek Samping :
Ringan : Eritema Urtikaria Demama Lesi pada mucosa Fenacetin Anemi hemolitik pada penggunaan kronis

Auto imun : * Enz G6PD ( ) * Metabolit abnormal * Necrosis hati pada penggunaan 10- 15 g * Nec Tubulus Renalis
20

Diklofenak :
Absorbsi melalui saluran cerna : Cepat & lengkap First past efek sebesar 40 - 50 % t 1/2 singkat ( 1-3 Jam ) Diakumulasi di cairan sinovia Efek Samping : Pada gaster Eritema kulit & sakit kepala enzim transaminase

tidak dianjurkan pemakainanya pada ibu hamil Dosis : 100 - 150 mg / hari
Indikasi : Osteoartritis , Rematoid artritis
21

Piroxikam :
T 1/2 > 45 jam , Terikat protein plasma ( 90 %)

Efek Samping :Pusing , tinitus gangguan saluran cerna


Indikasi : Inflamsi sendi Rematoid artritis , osteoartritis spondilitis angkilosa. Generasi Baru Dari NSAID yg bekerja lebih selektif terhadap hambatan PG terutama menghambat Cox 2 . Dalam kadar terapeutik tidak menghambat Cox1 . * Meloksikam , * Selekosib, Rofecosib. Refocosib derivat furanose : Penghambat Cox 2 yang kuat , Mudah diserap , dosis yang dianjurkan 12,5 50 mg / hari .T 17 jam , Tidak menghambat agregasi platelet
22

ANALGESIK OPIOID:
EFEK ANALGESIK : 1. Meningkatkan nilai ambang nyeri 2. Mempengaruhi emosi 3. Memudahkan tidur

Mekanisme kerja :
1975 Analgesik endogen ( otak hewan coba ) Endorfin / Enkafelin Peptida 5 Asamamino Menduduki reseptor nyeri di CNS
23

Nyeri ( - )

Yes, It hurts!!

nyeri persalinan berbeda dengan nyeri pada umum nya Bervariasi dan dipengaruhi oleh emosional, motivasi , cognitive and budaya paritas. Juga mempengaruhi nyeri persalinan dan pengalaman wanita primipara lebih sakit selama persalinan awal, sementara multipara memiliki rasa sakit yang lebih besar dalam tahap 2. pendidikan antenatal yang disebut " pelatihan siap melahirkan dapat mengurangi intensitas rasa sakit yang dialami oleh primiparae.

Tahap 2

Kontraksi uterus Peregangan vulva peregangan dasar panggul Rasa sakit ini disebut dengan somatic pain.

1- Analgesia Nonphrmacological Phrmacological 2- Anesthesia

Psychoprophylaxis (Lamaze method): Pelatihan relaksasi dengan berbagai teknik pernapasan Dukungan emosional. Pijat. mandi air hangat.

Cont

Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS). (works on blocking pain fibers in the posterior ganglia of the spinal cord). Hypnosis. Acupuncture. Tidak ada bukti definitif bahwa teknik ini efektif mengurangi nyeri persalinan atau meningkatkan hasil kerja. Teknik ini cenderung bekerja terbaik di awal tahap pertama persalinan saat rasa sakit yang paling intens.

A.
B. C.

Parenteral Analgesia Intrathecal Analgesia Inhalational Analgesia

Main Narcotics used in Obstetric analgesia are :


1. Pethidine 2. Fentanyl 3. Butorphanol

Pethidine (Meperidine)

Salah satu opioid sistemik yang paling banyak digunakan untuk analgesia persalinan. Bekerja terbaik di awal 1 tahap ketika nyeri viseral. T1/2(2-4 hour) Biasanya diberikan secara IM Petidin tidak menghambat kontraksi uterus. Diamorfin lebih baik daripada analgesik petidin tapi lebih besar efek depresan pernafasan pada bayi yang baru lahir sehingga tidak digunakan

Sintetis, lebih kuat daripada opioid lainnya, Penggunaan harus hati-hati diperlukan untuk menghindari depresi pernafasan yang serius. Onset yang cepat, duration Pendek
Side effect : nausea ,vomiting ,constipation ,drowsiness ,confusion. Perasaan penuh pada lambung, regurgitasi

Synthetic analgesic. 40 times more potent than Pethidine. Duration 2-4 hours. It antagonizes the narcotic effects of Pethidine, and therefore not given together. Causes drowsiness and dizziness. Less nausea and vomiting. Less respiratory depression.

Opioid intratekal memberikan analgesia yang lebih baik dari opioid parenteral

onset yang cepat Duration lama

Problems with Intrathecal Opioids


pruritus (60-100%). nausea (25-60%). urinary retention (10-35%).

C- Inhalational analgesia :

Lebih efektif dibanding opioids digunakan secara luas Campuran yang paling umum digunakan adalah Entonox (campuran NO & Oksigen).
tidak dianjurkan penggunaan jangka panjang dari awal persalinan

Efek samping mual ,

Dr Umi Kalsum Mkes


LAB FARMAKOLOGI FKUB

Antibiotika :
Asal Latin: Anti Bios = = Lawan Hidup

Sarjana Inggris Flaming ( 1928) Pinisilin (Dr Florey 1941) Dikembangkan dalam terapi
5/5/2012

36

Seleksi Obat Antimikroba Membutuhkan Pengetahuan :


1. Identitas Dan Sensitivitas mikroorganisme thd antimikroba tertentu 2. Tempat Infeksi 3. Keamanan antimikroba 4. Faktor Penderita 5. Biaya Pengobatan

5/5/2012

37

Idealnya Pemberian antibiotika sebelumnya dilakukan identifikasi dan sensitivitas mikroba. Spektrum Antimikroba : Spektrum Sempit . Efektif untuk melawan satu jenis organisme ersifat selektif Obat ini lebih aktif dalam elawan organisme tunggal dibanding dg obat berspektrum luas contoh:Pinisillin, Eritromisin.

5/5/2012

38

Spektrum Luas : Efektif terhadap organisme baik gram positif / negatif digunakan untuk terapi infeksi yg penyebabnya belum diketahui.
Resistensi Obat : Penggunaan obat yg tidak rasional. A. Perubahan Genetik Mutasi DNA / Transfer DNA B. Perubahan ekspressi protein pada organisme yg resisten Obat Modifikasi tempat target Menurunnya akumulasi Inaktivasi enzim
5/5/2012

39

Antibiotika Propilaksis Ditujukan untuk :


1. Mencegah infeksi streptoc pada penderita dg riwayat Jantung rematik 2. Penderita ekstraksi gigi 3. Pengobatan sebelum prosedur pembedahan tertentu

Komplikasi Terapi Antibiotika :


1. Hypersensitivitas Urtikaria ---------Syok anafilaktik 2. Toksisitas Penggunaan aminoglikosida ( 0toksisitas ) 3. Superinfeksi
5/5/2012

40

Mekanisme kerja Antibakteri : 1. Menghambat sintesa dinding sel 2. Pengubahan permiabilitas membran 3. Menghambat sintesa protein 4. Mengganngu metabolisme selluler

Targets of Antibacterial Drugs

Proses keperawatan dalam penggunaan antibiotika broad spectrum : 1. Penilaian terhadap adanya alergi Anamnese & sensitivity tes 2. Cek Lab Fungsi Ginjal & Liver 3. Amati tanda -2 terjadinya superinfeksi terutama penggunaan terapi jangka panjang / dosis tinggi . 4. Memberikan penuyuluhan / penerangan pada pasien apabila rawat jalan.

Mouth
Peptococcus Peptostreptococcus Actinomyces

Skin/Soft Tissue
S. aureus S. pyogenes S. epidermidis Pasteurella

Bone and Joint


S. aureus S. epidermidis Streptococci N. gonorrhoeae Gram-negative rods

Abdomen
E. coli, Proteus Klebsiella Enterococcus Bacteroides sp.

Urinary Tract
E. coli, Proteus Klebsiella Enterococcus Staph saprophyticus

Upper Respiratory
S. pneumoniae H. influenzae M. catarrhalis S. pyogenes

Lower Respiratory Community


S. pneumoniae H. influenzae K. pneumoniae Legionella pneumophila Mycoplasma, Chlamydia

Lower Respiratory Hospital


K. pneumoniae P. aeruginosa Enterobacter sp. Serratia sp. S. aureus
5/5/2012

Meningitis
S. pneumoniae N. meningitidis H. influenza Group B Strep E. coli Listeria
44

Antifungal

Antiviral
Acyclovir (Zovirax) Zidovudine (Retrovir, AZT) Lamivudine (Epivir)

Tolnaftate (Tinactin) Fluconazole (Diflucan) Nystatin (Mycostatin)

5/5/2012

45

Educated

Guess : * Kuman paling sering ? * Infeksi berat ? AB : * Spektrum sempit * Spektrum lebar * Kombinasi

Pemilihan

Dosis

Lama

Pengobatan ?

5/5/2012

46

Spektrum Efektivitas

Profilaksis

klinis

Step

(Uji klinik) Keamanan Pengalaman klinis Biaya Potensi, resistensi & super infeksi

care approach Kombinasi AB

5/5/2012

47

Penisilin Penisilin

G V

Lincomycin

Clindamycin
Roxithromycin Clarithromycin Azithromycin

Erythromycin Spiramycin

5/5/2012

48

Lebih

poten daripada wide-spectrum AB. dan cost-effective. terbunuhnya non-target m.o.

Efisien

Mencegah

Mencegah

timbulnya multi-resistance.

5/5/2012

49

Tujuan

Peran

Streptococcus viridans
Antibiotik

Pilihan

Waktu

Pemberian
lama

Berapa

5/5/2012

50

1.AB harus dalam jaringan luka dengan konsentrasi tinggi sewaktu terjadi invasi kuman
2. AB diberi sewaktu induksi anestesia 3. AB diberi hanya 1-3 kali

5/5/2012

51

Curative Treatment Dosage


Prophylactic Treatment Conditional Indications

* * *

Not routinely treatment

systemic

AB

Drug

fever :

ampisilin/penisilin kotrimoksazol : AB spektrum lebar pengobatan AB lama

Stevens

Johnson S. : kotrimoksazol

Kandida

Keluhan

G.I.: ampisilin, eritromisin, dll.

5/5/2012

53

Stephens Johnson syndrome

5/5/2012

54

55

Kenalilah suatu kejadian syok anafilaktik akibat suntikan.

Baringkan penderita. Jangan duduk !


Suntik segera adrenalin 0.3 mg (=ml) SQ di lengan atas.

Ukur & monitor tekanan darah dan denyut nadi.


Bila sudah di atas 90 mm Hg sistolik, observasi saja. Ulangi adrenalin saban 5-10 menit, bila syok belum teratasi. Observasi terus beberapa jam, atau bawa ke RS.
5/5/2012

56

DR . UMI KALSUM M.KES

57

Kermungkinan ibu hamil membutuhkan obat lebih besar dibanding dg populasi pada umunya. 60 - 90 % ). Pemakaian obat selama kehamilan harus dg pertimbangan antara manfaat % resiko yg ketat. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA PENGARUH BURUK OBAT TERHADAP JANIN : * Potensi Obat * Dosis obat dan kemampuan mencapai jaringan fetal * Umur Kehamilan Dan Kondisi * Kesehatan Serta Kebiasaanibu . Efek teratogenik terjai pada fase organogenesis. Efek samping obat yg terjadi pada janin pada umunya menetap ( irreversible)
58

Pengaruh obat terhadap janin dpt terjadi melalui mekanisme langsung / tidak langsung melalui terjadinya gangguan fungsi plasenta , uterus atau perubahan sistemik seperti keseimbangan horman dan biokimia ibu.

Perinsip umum pemakaian obat selama kehamilan :


1. Indikasi pemakain obat pada kehamilan harus mutlak. 2. Manfaat terapi dari suatu obat harus jelas 3. Pemilihan obat dari kelas terapi dilakukan dengan pertimbangan memiliki manfaat yg lebih besar dibanding resiko. 4. Penentuan besar dosis, cara dan lama pemberian harus mempertimbangkan perubahan farmako kinetik dan dinamik karena proses kehamilannya 5. Apabila ragu dalam memutuskan pilihan obat dianjurkan bila memungkinkan menunda pemberian
59

2. Manfaat terapi dari suatu obat harus jelas 3. Pemilihan obat dari kelas terapi dilakukan dengan pertimbangan memiliki manfaat yg lebih besar dibanding resiko. 4. Penentuan besar dosis, cara dan lama pemberian harus mempertimbangkan perubahan farmako kinetik dan dinamik karena proses kehamilannya 5. Apabila ragu dalam memutuskan pilihan obat dianjurkan bila memungkinkan menunda pemberian

60

Pemakain kombinasi obat sebaiknya dihindari. 7. Obat yg jelas diketahui bersifat teratogenik harus dihindari pemakaiannya . 8. Wanita hamil tidak dianjurkan menggunakan obat bebas. Setiap pemakaian obat harus dg supervisi dan konsultasi medik
6.

61

Terjadinya malformasi dapat disebabkan oleh


1.

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Faktor genetik Kondisi ibu pada saat hamil mis,Dm , ep1lepsi. Infeksi meternal misalnya rubella. Faktor -2 fisik misalnya radiasi, hypertermis. Malnutrisi, defisiensi vit dan hypervitaminosis. Obat yg digunaka ibu selama kehamilan Kebiasaan seperti minum alkohol , merokok Polutan kimiawi lingkungan mis senyawa herbisida tertentu.

62

Kehamilan sering menimbulkan keluhan Penyebabanya adalah 1. Perubahan fungsi endokrin maternal
2. Pertumbuhan plasenta yg juga sebagai penghasil endokrin. 3. Kebutuhan metabolisme yg menigkat karena pertumbuhan janin. Kelaiann kehamilan yg terjadi pada : 1. Trimester I : Blighted ovum, Konseptus mati, abortus , Mola hydatidoa, hyperemesis grafidarum, kehamilan ektopik 2. Trimester II : Abortus, Molahidatidosa,Preklamsi eklamsi , hydramnion. 3. Trimester III: Preklamsi / eklamsi, perdarahan antepartum, partus iminens,Kehamilan rotinus Kelaianan letak dan ketuban pecah dini.
63

Dalam tindakan pengobatan , obat yg diberika dapat mengalami 2 macam interaksi : Farmakokinetik dan Farmakodinamik. Proses farmakodinamik umumnya bersifat spesifik untuk masing-2 jenis obat tergantung pada sifat obat dan titik tangkap kerja . Sedang proses farmakokinetik selain ditentukan oleh sifat fisikokimiawi obat juga dipengaruhi oleh fisiologi tubuh. Pada kehamilan terjadi perubahan fisiologi tubuh, misal

1. menurunnya motilitas saluran pencernaan dan


kadar protein darah. 2. Meningkatnya kecepatan aliran darah ginjal dan

terpacunya enzim-2 metabolisme. Kedua keadaan


tersebut dapat merubah profil farmakokinetik
64

Nasib obat dalam tubuh selama kehamilan berubah menjadi sedikik komplek , karena terdapat 2 mc sirkulasi yakni sirkulasi maternal dan sirkulasi fetal, yang memungkinkan molekul obat / metabolitnya dari sirkulasi maternal memasuki sirkulasi fetal .

Daftar Obat -2 yg dapat dapat menembus plasenta dan berdampak negatif pd fetus :
1. Analgetik ; Gol Opium , Salisilat dan anastesi lokal 2. Anastesi umum : Eter Siklopropan 3. Antibiotik : Tetrasiklin , Sulfonamid , Novobiosin dan aminoglikosida lain, Klorampenikol

65

4.

Antiemetik : Meklozin , Siklizin 5. Sitostatika : Metotreksat 6. Antikonvulsan : Fenitoin , Fenobarbital 7. Antikoagulansia : Oral 8. Antidiabetika : Sulfonil Urea 9. Hormon : Androgen , Progesteron, Estrogen ( jangka lama ), 10. Dietyl stilbesterol 11. Tranzquilezer : Barbiturat , diasepam,Klorpromasin dan fenotiazin . 12. Alkohol 13. Yodium dan antitiroi 14. Antihypertensi : Resepin . Tyazid , propanolol

66

Pengaruh obat terhadap janin :


Tergantung pada : Umur Kehamilan / Fase dari janin itu sensdiri. 1. Fase Implantasi : Umur kehamilan < 3 Mgg pengaruh buruk yg mungkin timbul adalah All Or None bila timbul pengaruh buruk terrjadi abortus.

2. Fase embrional / Organogenesis : Umur kehamilan 3 8 mgg. Pada fase ini terjadi defrensiasi pertumbuhan untuk pembentukan organ -2 tubuh. merupakan fase yg paling peka untuk terjadinya malformasi( pengaruh teratogenik).

67

Pengaruh yg dapat timbul adalah :


* Pengaruh letal * Sub letal --> Tidak terjadi kematian janin , tetapi terjadi malormasi. * Gangguan fungsional / metabolik permanen yg akan tampak kemudian

Beberapa contoh kelaianan yg terjadi pada fetus karena pemakaian obat pada ibu selama kehamilan: 1. Sindroma walfarin Kira-2 25% fetus yg terexposed dg walfarin pada trimester I menderita malformasi berupa : abnormalitas tlg seperti hypoplasia tlg, hidung, falang kelainanoptalmologi , katarak , atropi optik
Anti koagulan yg relatif lebih aman adalah : Heparin.

2. Sindroma hydantoin : berupa kelambatan pertumbuhan intra uterin, def mental , gangguan pertumbuhan muka terutama hidung tertekan, ptosis , bibir dan langit -2 sumbing, gangguan fungsi jantung dan dan abnormalitas genetalia,tidak tumbuhnya kuku pada ari tangan &kaki. 3. Sindroma Alkohol : Ciri dahi rendah pangkal hidung tenggelam , retraksi bibir dan deformitas telinga gangguan fung jantung dan kelambatan pertumbuhan 4. Sindroma Vacterl ( Vertebral , Anal, Cardiac, Tracheal , Esophageal dan Limb) oleh karena pemakaian hormon steroid. 5. Embriopati Talidomid : Fokomelia .

69

Pemakaian Antibiotika , Antiparasit dan Antikanker :


Hampir semua golongan Antibiotika disamping memberikan manfaat terapeutik juga memberikan efeksamping yg kadang lebih berat dibanding dg penyakitnya.

Idealnya pemakain AB mengarah pada bakteri penyebab, upayakan DX yg paling mungkin berdasr gejala dan tanda saat pemeriksaan. Pemeriksaan lab jika memungkinkan , berikan dalam dosis yg adekuat dalam arti jumlah , cara dan lama pemberian.
1. Pinisillin Mudah menembus plasenta . Dibanding AB yg lain relatif paling aman . 2. Ampisillin Spectrum luas.Absorbsi cepat , mencapai kadar puncak dalam 2 jam setelah pemberian oral. Absorbsi dipengaruhi oleh makanan .
70

Ampisillin : Penambahan dosis pada ibu hamil perlu dipertimbangkan mengingat klierens plasma meningkat hampir 2kali lipat selam kehamilan o.k meningkatnya eleminasi renal. Amoksillin : Absorbsi pada pemberian oral lebih baik dibanding Ampisillin . Tetrasiklin : Spektrum luas , bersifat bakteriostatik untuk beberapa bakteri gram positif dan negatif , diabsorbsi baik pada perut kosong , dapat dg mudah melintasi plasenta . Penggunaan pd trimester I : menyebabkan deposisi tlg yg berakibat gangguan pertumbuhan tlg

71

Penggunaan Tetrasiklin pd trimester II - III : Perbahan warna pada gigi Menimbulkan katarak konginetal (n Kehamilan 8 12 mgg) Aminoglikosida ( Kanamisin , gentamisin, tobramisin amikasin): Absorbsi pada sal pencernaan jelek --> Parenteral Otoksik dan neprotoksik. Dapat melintasi plasenta pada kadar terapi, tidak dianjurkan penggunaannya pda ibu hamil.

Klorampenikol: Jika diberikan pada ibu hamil kadar dalam plasma fetal 33 - 80 %.dari kadar dalam plasma ibu. Pemberian pada Trimester II dan III : Sindroma Grey Sulfonamid : Pemberian pada Trimester III dapat mendesak bilirubin dari tempat ikatannyadg protein --> Kern Ikterus yg dapat menetap sampai bayi usia 7 hari.

72

Erytromisin : Pemakaian pada ibu hamil relatif aman digunakan untuk terapi klamedia paa ibu hamil. Klindamisin dan linkomisin : Penggunaan nya relatif aman .
Efek samping obat terhadap perkembangan janin dalam kandungan pada dasarnya dapat dibagi dalam tiga katagori yaitu : 1. Efek embriotoksik, 2. Efek teratogenik, dan 3. Efek samping yang ringan.

73

Efek embriotoksik adalah efek yang menyebabkan kematian hasil konsepsi dan biasanya berakhir dengan abortus. Efek tera-togenik adalah efek yang menyebabkan kelainan kongenital mayor, terjadi bila obat diminum pada fase organogenesis yaitu antara minggu ke-3 sampai minggu ke-8 pasca konsepsi. Efek samping yang lebih ringan biasanya berupa kelainanmorfologis ringan atau kelainan fungsional.

74

Berdasarkan sifat teratogeniknya, obat dibagi dalam tiga golongan yaitu :


1. Obat dengan sifat teratogenik pasti Contoh : talidomid, obat anti tumor, hormon (kortison, androgen dan progestin), sodium valproat dan isotretionin. 2. Obat dengan kecurigaan kuat bersifat teratogenik Contoh : antikonvulsan, tembakau, alkohol, litium dan warfarin 3. Obat yang diduga bersifat teratogenik Contoh : barbiturat, sulfonamida, antimalaria (kinin, klorokuin), antidiabetika oral, LSD, antibiotika (aminoglikosida, tetrasiklin) dan vaksin (rubela).

75

Kelainan yang terjadi tergantung pada jenis obat, saat pembentukan organ dan kepekaan spesies. Secara umum obat-obat tersebut harus dihindari pemakaiannya pada wanita ha-mil, terutama sekali pada trimester pertama. Obat dengan sifat teratogenik pasti harus dihindari sepanjang kehamilan

76

OBAT DENGAN KECURIGAAN KUAT BERSIFAT TERATOGENIK 1. Antikonvulsan Pengobatan antikonvulsan pada Wanita hamil risiko melahirkan bayi cacat sebesar 2 - 3 kali dibandingkan wanita normal. Kelainan berupa : celah bibir, celah langit, retardasi mental, dan cacat rangka. Jenis anti konvulsan yang dicurigai bersifat teratogenik : fenitoin, trimetadion,dan karbamazepin

77

2 Tembakau (rokok dan nikotin)


Angka kejadian bayi dengan berat lahir rendah , abortus dan partus prematurus meningkat pada wanita perokok dibanding bukan perokok,
Kelainan bawaan yang sering terjadi: Kelainan jantung kongenital, seperti tetralogi Fallot dan patent ductus arteriosus. Diduga merokok menyebabkan timbulnya kelainan pada pembuluh darah, nafsu makan menurun dan meningkatkan saturasi HbCO dalam darah
78

3. Alkohol
Alkoholisme kronik dapat meng akibatkan kelainan janin : kepala (mikrosefali, celah langit), kelainan kardiovaskuler, janin tumbuh lambat dan retardasi mental.

Diduga alkoholisme menyebabkan defisiensi nutrien pada ibu atau memang berefek toksik langsung pada jaringan embrio.

79

4.

Litium Obat ini digunakan pada penyakit manik depresif. Beberapa ahli masih bertentangkan, karena bukti pada manusia masih kontroversi. Kelainan yang mungkin terjadi adalah kaki bengkok, spina bifida, meningokel dan lain-lain .

5. Warfarin Bila diberikan dalam trimester pertama kehamilan, dapat menyebabkan kelainan rangka, muka dan retardasi mental. Heparin adalah antikoagulan yang aman, karena obat ini tidak menembus barier plasenta .
80

5. Warfarin Bila diberikan dalam trimester pertama kehamilan, dapat menyebabkan kelainan rangka, muka dan retardasi mental. Heparin adalah antikoagulan yang aman, karena obat ini tidak menembus barier plasenta .

81

OBAT YANG DIDUGA BERSIFAT TERATOGENIK. Penelitian retrospektif terhadap 1369 wanita yang mengkonsumsi obat tertentu, seperti : aspirin, antasida, deksamfetamin, barbiturat, sulfonamid dan nikotinamid dibandingkan dengan kontrol . Diperoleh kesimpulan bahwa kelainan kongenital lebih banyak terjadi pada ibu yang dalam kehamilannya minum obat-obat tersebut, meskipun perbedaannya hanya sedikit. Dan mungkin masih banyak faktor lain yang berpengaruh .

82

1. Barbiturat
Barbiturat biasa dipakai sebagai sedatif pada pengobatan abortus iminens atau pada penderita preeklamsia/ eklamsia, dengan dosis 30 - 60 mg, 3

kali
sehari per oral . Pemberian barbiturat pada penderita epilepsi (tanpa obat lain) dalam trimester pertama kehamilan meningkatkan angka kejadian kelainan kongenital .Obat ini lebih aman dibandingkan golongan fenitoin Penelitian pada ibu-ibu hamil yang mendapat barbiturat sebagai premedikasi menunjukkan bahwa barbiturat aman dipakai pada ibu hamil . Efek samping yang terjadi biasanya berupa defek koagulasi yang mirip dengan defisiensi vitamin K yang dapat ditanggulangi dengan pemberian profilaksi vitamin K .
83

2. Sulfonamid Obat ini menyebabkan bilirubin terdesak dari ikatannya dalam protein. Bila diberikan pada akhir kehamilan dapat menyebabkan ikterus yang hebat (kern icterus), yang berkibat kerusakan pada sistim saraf pusat. Kotrimoksazol berisi sulfonamida dan suatu anti asam folat, trimetoprim, diduga obat ini bersifat teratogenik. Penggunaan dalam kehamilan harus dihindari .

84

3. Antidiabetika oral Meskipun pengaruhnya pada janin belum jelas, tetapi pemakaiannya pada wanita hamil sebaiknya dihindari. Tolbutamid dalam dosis besar bersifat teratogenik pada hewan coba. Pada manusia menyebabkan hipoglikemia yang hebat pada bayi yang dilahirkan . Insulin tetap merupakan obat pilihan untuk diabetes dalam kehamilan. 4. Antimalaria 1. Kinin dapat mengakibatkan abortus karena bersifat oksitosik (memacu kontraksi uterus) atau karena sifat toksik langsung terhadap embrio. Dan menyebabkan kerusakan saraf kedelapan.
85

Primakuin dan pentakuin (5 Klorokuin dapat mengganggu histogenesis sistem saraf pusat (retina dan saraf kedelapan) menyebabkan kelainan mata atau tuli kongenital terutama bila diberikan dalam trimester pertama kehamilan . Pirimetamin adalah anti asam folat yang digunakan sebagai antimalaria dan antitoksoplasmosis. Sebagaimana anti asam folat yang lain. penggunaan dalam kehamilan harus dihindari.

86

5. L S D (Lisergic acid)
LSD dapat menyebabkan kelainan bawaan 5 sampai 6 kali lebih besar di-banding dengan angka kelainan bawaan pada populasi umum. Titik tangkapnya adalah kerusakan pada kromosom. Penelitian dengan LSD murni tidak menyokong pendapat ini. Meskipun demikian LSD tidak dianjurkan dipakai pada wanita hamil .

6. Anestetika Eter adalah anestetika umum yang paling banyak digunakan. Pada umumnya dikatakan bahwa wanita yang bekerja di kamar operasi akan mendapat risiko abortus yang lebih besar. risiko melahirkan dengan kelainan kongenital .
87

Efek ini juga terjadi pada anak yang lahir dari wanita yang suaminya bekerja di kamar operasi. Halotan juga sering digunakan pada anestesia umum dan dikatakan tidak bersifat teratogenik. Nitrogen oksida bersifat teratogenik pada hewan coba tetapi tidak terdapat bukti pada manusia .

7. Antibiotika
Tetrasiklin. adalah zat kelasi yang mempunyai afinitas dengan logam berat seperti Ca. Pemberian pada trimester pertama : Menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang. pada trimester kedua : perubahan warna kekuningan pada gigi susu dan bila terus diberikan sampai trimester ketiga dapat mengakibatkan perubahan warna kuning yang permanen
88

Aminoglikosida.
Yang termasuk dalam golongan obat ini antara lain adalah streptomisin, kanamisin, gentamisin dan vankomisin. Streptomisin dengan dosis 20 30 gram yang diberikan baik dalam trimester pertama maupun terakhir sudah dapat menyebabkan kerusakan pada saraf kedelapan janin dan organ labirin sehingga mengakibatkan tuli kongenital.
Pemberian obat tersebut hanya diperbolehkan untuk infeksi berat di mana obat lain tidak tersedia .

89

Rifampisin. Pada binatang percobaan, menyebabkan spina bifida dan celah langit bila diberikan dalam dosis 150 mg/kg berat badan. Bukti teratogenik pada manusia belum didapatkan . Kloramfenikol. Obat ini tidak bersifat teratogenik tetapi bila diberikan menjelang persalinan dapat menyebabkan kolaps sirkulasi pada bayi baru lahir.

90

Pemberian dalam jangka lama dengan dosis besar harus herhatihati karena obat ini mengganggu sintesis protein di tingkat ribosom sehingga kemungkinan efek teratogenik belum dapat dikesampingkan .
Kloramfenikol dan tiamfenikol tetap merupakan obat pilihan untuk tifus abdominalis, karena tifoid dalam kehamilan memberikan angka kematian ibu dan bayi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tifoid di luar kehamilan .

91

CNS

depressant

Mengurangi kecemasan

Sedation Oversedation,

respiratory depression

Fetal Alcohol Syndrome/Fetal Alcohol Effects

Spectrum disorder

Meningkatkan resiko kelahiran

Meningkatnya risiko kelahiran prematur Bahkan sedang minum Mendorong pantang secepat kehamilan diduga

Morphine, heroin, methadone merupakan Analgesik Euphoria, sedation Oversedation, respiratory depression

No known fetal anomalies Higher incidence of prematurity

Heroin Methadone

Neonatal abstinence syndrome


Continuous exposure Use up to delivery

Cocaine, amphetamine, methylphenidate, MDMA (Ecstasy), caffeine Enhanced concentration, alertness Edginess, paranoia, psychosis Hypertension, hyperthermia, vasoconstriction

Heart attack, stroke

Preterm

labor Spontaneous abortion Placental abruption Fetal hypertension

Cigarettes,

cigars, pipes, snuff, chew Stimulant & relaxes Acute effects

Vasoconstriction

Most common fetal exposure cause of prematurity spontaneous abortion, placenta previa, etc. Nicotine patch better than smoking cigarettes

Anda mungkin juga menyukai