Anda di halaman 1dari 1

Puisi Matematika

Seiring detik yang berlalu mengikuti aturan barisan aritmatika Rasa sukaku, kagumku berkomposisi menjadi rasa cinta untukmu Cintaku itu seperti limit tak hingga yang tak terbatas jumlahnya Cintaku itu tak bias dilukiskan dalam bidang maupun ruang Jika aku hidup maka bayangmu adalah modus dalam hariku Dengan kurva terbuka ke atas berarti aku selalu menerimamu apa adanya dan dengan kurva terbuka ke bawah aku akan selalu melindungimu Aku tahu peluangku mendapatkanmu adalah definit negatif Artinya dengan cara apapun hasilnya tak akan mencapai positif Kau seperti berada di puncak fungsi kuadrat yang nilai a-nya lebih kecil dari nol sehingga aku sulit menjangkaumu Aku tak peduli apakah hatimu telah terbagi menjadi kuartil, desil ataupun persentil yang entah berisi apa dan siapa Walaupun tak masuk logika semua usahaku Kuambil saja mediannya, yaitu aku harus mendapatkanmu Selagi aku tetap berjarak sama denganmu dari arah manapun Selagi kita masih dalam semesta pembicaraan yang sama Rasa itu akan tetap tumbuh dan semakin berpangkat Aku tahu kau tidak memberi invers atas usahaku yang lebih kecil dari harapanku Tapi aku tahu untuk mendapatkan hasil maksimum, aku harus yakin mengeluhku adalah nol. Kunegasikan kenyataan bahwa aku sulit mendapatkanmu, tapi.. Semua akan kujalani dengan membentuk persamaan baru untuk mendekatimu Kau harus tahu betapa luasnya daerah cintaku yang ada di bawah kurva cintaku padamu. Aku ingin kau rata ratakan dengan bulat semua pengorbananku mengejarmu Aku ingin kau segera menarik kesimpulan dengan cara apapun Aku hanya akan berhenti apabila kita sudah saling lepas atau saling bebas. Aku terus berharap andai kau pun punya rasa padaku berarti bisa kubuat persamaan hubungan antara kau dan aku.

Anda mungkin juga menyukai