Anda di halaman 1dari 7

RANCANGAN GEOMETRI LERENG PENAMBANGAN BATUBARA PT GORBY PUTRA UTAMA DI KABUPATEN MUSIRAWAS SUMATERA SELATAN

Oleh Agus Sulaksana Prodi Teknik Pertambangan, UPN Veteran Yogyakarta No. HP :081218602534, email:agussulaksana@gmail.com Abstrak PT. Gorby Putra Utama merencanakan penambangan dengan metode tambang terbuka. Dengan metode tambang terbuka maka akan terjadi pembentukan lereng penambangan. Untuk itu sebelum proses penambangan dimulai perlu dilakukan perancangan geometri lereng yang aman agar tidak membahayakan jiwa manusia dan mengganggu proses produksi. A. Pendahuluan PT. Gorby Putra Utama merencanakan untuk menambang batubara dengan menggunakan metode penambangan terbuka. Dengan metode tambang terbuka, maka akan terjadi pembentukan lereng penambangan dimana lereng yang terbentuk harus stabil sehingga tidak membahayakan jiwa manusia dan alat serta tidak menghambat proses produksi. sebelum proses penambangan dimulai perlu dilakukan perancangan geometri lereng yang aman. a. Dari kota Yogyakarta (Bandar Udara Adisucipto) dengan menggunakan pesawat terbang tujuan Palembang (Bandar Udara Sultan Baddaruddin II) dapat ditempuh selama 1,5 jam. b. Dari Bandar Udara di Palembang Desa Bingin Teluk dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat dimana kondisi jalan beraspal rata dan sebagian kecil jalan tanah terutama menjelang masuk kantor perwakilan PT. Gorby Putra Utama. Waktu tempuh yang diperlukan (dengan kendaraan roda empat) lebih kurang 8 jam.

B. Tinjauan umum 1. lokasi dan kesampaian daerah PT. Gorby Putra Utama secara administratif termasuk dalam wilayah Desa Bingin Teluk/Bingin Makmur, Kec.Rawas Ilir, Kab Musi Rawas, Provinsi Sumatra Selatan. Secara geografis terletak pada 2,00 LS 3,40 LS dan 102,00 BT103,45 BT. Lokasi rencana penambangan PT. Gorby Putra Utama yang dijadikan sebagai daerah penyelidikan adalah Desa Bingin Teluk/Bingin Makmur, Kec.Rawas Ilir, Kab Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan. Kemudian untuk mencapai daerah penyelidikan dapat ditempuh dengan sarana sebagai berikut :

Gambar 1 Peta kesampaian daerah PT. GPU 2. Morfologi dan Geologi lokal Stratigrafi lokal didasarkan pada hasil kegiatan lapangan yang terdiri dari :

Pengamatan singkapan batubara. Pengamatan sumur uji Lintasan sejajar dan tegak lurus lapisan batubara

Berdasarkan ketiga kegiatan tersebut diatas, diketahui bahwa litologi daerah penyelidikan terdiri dari satuan batupasir bersisipan batubara, satuan batulempung bersisipan batubara dan satuan volkanik. Sumberdaya mineral daerah penyelidikan adalah batubara. Secara umum kondisi morfologi daerah penyelidikan PT. Gorby Putra Utama bergelombang rendah sampai dengan sedang, di wilayah tersebut umumnya merupakan hutan sekunder. Ketinggian lokal antara 60 m -100 m dari permukaan air laut dan ditempati oleh batuan sedimen. Morfologi ini mencerminkan batuan yang menyusunnya kurang begitu kompak seperti batulempung, batupasir lempungan, dan batulempung pasiran. Struktur geologi yang berkembang pada daerah penyelidikan yaitu struktur perlipatan dan sesar. Struktur perlipatan yang membentuk antiklinorium dan sinklinorium dengan arah sumbu barat Laut tenggara. Struktur sesar yang berkembang adalah sesar naik dengan arah barat Laut tenggara dan Sesar Geser dengan arah timur Laut barat daya. 3. Iklim di daerah penyelidikan Daerah penyelidikan termasuk daerah beriklim tropis yang ditandai dengan adanya pergantian dua musim, yaitu musim penghujan (April s/d Nopember) dan kemarau (Desember s/d Maret). Intensitas hujan bervariasi dari rendah sampai tinggi dengan durasi waktu pendek (singkat) sampai panjang (lama). Berdasarkan data curah hujan (Lampiran A) dari stasiun Meteorologi di kota Palembang selama 25 tahun

(19862010), curah hujan tahunan di daerah penyelidikan berkisar antara 1,5 622,0 mm. Curah hujan rata-rata per tahun adalah 2722 mm (Lihat Gambar 2.2). Sedangkan jumlah hari hujan setiap tahunnya berkisar antara 153- 246 hari, dengan rata-rata 201 hari/tahun.

C. Hasil Penelitian Pada daerah penelitian dibuat dua penampang melintang yang ditarik dengan arah Timur dan Barat, yaitu penampang Center dan South. penampang Center berada paling utara dan posisi sayatan South berada paling selatan. Kondisi endapan pada daerah penelitian memiliki kemiringan rata-rata 9o yang tersusun dari batulempung, batupasir, batulanau dan batubara sehingga pada saat penambangan nantinya dapat mengikuti arah endapan batubara. Untuk mengetahui ketebalan material rancangan lereng penambangan pada daerah penelitian maka dilakukan Kegiatan pemboran inti Geoteknik. Pemboran inti Geoteknik ini dilakukan pada titik-titik yang dianggap mewakili ketebalan material pada lokasi penelitian. Titik-titik pemboran inti Geoteknik kedalaman pemborannya menyesuaikan dengan seam batubara yang diperkirakan layak untuk ditambang. Pada daerah penelitian dilakukan pemboran Geoteknik pada 7 titik bor, diantaranya; titik bor DGPGT 400, DGPGT 401, DGPGT 402, DGPGT 403, DGPGT 404, DGPGT 405, dan DGPGT 406.

Tabel 2 Hasil Uji Kuat Geser


Litology Borehole Cohesi (Kpa) Min Max Average 25.20 25.20 25.20 33.80 84.60 56.20 11.80 41.70 29.44 54.10 54.10 54.10 17.90 52.70 35.30 28.50 44.50 36.50 43.90 43.90 43.90 82.90 82.90 82.90 32.10 32.10 32.10 24.30 58.10 41.20 20.60 27.30 23.95 34.10 34.10 34.10 12.40 115.40 47.98 17.10 51.70 35.88 30.70 74.80 53.90 4.90 4.90 4.90 113.80 113.80 113.80 29.10 92.70 60.90 16.10 16.10 16.10 58.20 58.20 58.20 97.30 97.30 97.30 Sudut Geser Dalam Min Max Average 22.15 22.15 22.15 6.11 14.31 10.65 8.39 19.03 12.83 10.59 10.59 10.59 11.09 11.37 11.23 16.38 20.61 18.49 16.59 16.59 16.59 13.87 13.87 13.87 21.41 21.41 21.41 19.29 19.34 19.32 28.77 28.90 28.83 22.05 22.05 22.05 8.47 19.29 15.90 13.93 21.80 17.20 10.70 23.80 18.15 16.75 16.75 16.75 6.67 6.67 6.67 14.09 26.66 20.37 30.92 30.92 30.92 24.18 24.18 24.18 16.86 16.86 16.86

Section Center

Section South

Gambar 2 Lokasi sayatan

DGPGT 400 DGPGT 401 DGPGT 402 Claystone DGPGT 403 DGPGT 404 DGPGT 405 DGPGT 406 DGPGT 401 DGPGT 402 Siltstone DGPGT 405 DGPGT 406 DGPGT 400 DGPGT 401 Sandstone DGPGT 402 DGPGT 405 DGPGT 406 DGPGT 400 DGPGT 401 Coal DGPGT 403 DGPGT 405 DGPGT 406

Tabel 3 Hasil uji Kuat Tekan


Lithology SANDSTONE CLAYSTONE SILTSTONE COAL Min 230 200 120 3090 Kuat Tekan (Kpa) Max Average 2250 612.5 1810 885 1940 1346 6840 5460

1. Data Uji Sifat Fisik dan Mekanik Dari Pengujian sifat fisik akan diperoleh parameter bobot isi jenuh, sedangkan data uji sifat mekanik diambil dari hasil pengujian kuat geser yang dilakukan terhadap contoh dari seluruh lubang bor geoteknik pada daerah penelitian, mendapatkan nilai kohesi dan sudut gesek dalam dapat dilihat pada Tabel dibawah. Tabel 1 Hasil Uji Sifat Fisik
Litology Batulempung Nilai nat, Gr/cm Jenuh, Gr/cm Kering, Gr/cm min 1.74 1.82 1.34 max 1.93 1.98 1.57 Average 1.86 1.90 1.47 min 1.90 1.93 1.52 max 1.99 2.06 1.71 Average 1.94 1.98 1.58 min 1.51 1.64 1.05 max 2.48 2.52 2.25 Average 1.92 1.96 1.53 min 1.20 1.21 0.71 max 1.26 1.28 0.83 Average 1.22 1.23 0.78

2.

Batulanau

Batupasir

Batubara

Rancangan Geometri Lereng Lereng tunggal Pendekatan : a. Variasi material lereng dianggap homogen dan parameter kekuatan batuan yang digunakan merupakan hasil dari uji laboratorium. b. Pemodelan lereng tunggal dilakukan pada masing-masing litologi dengan simulasi tinggi sembilan, dan sepuluh meter dengan sudut kemiringan lereng 50, 55, 60 ,65, dan 70. c. Tinggi muka air tanah dianggap jenuh yaitu mengikuti tinggi lereng sehingga perhitungan dilakukan dengan metode Hoek and Bray (Circular failure chart no. 5)

d.

Lereng tunggal dianggap mantap jika memiliki FK >1.3 sesuai dengan Dinas Pekerjaan Umum. e. Hasil perhitungan Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka diperoleh nilai faktor keamanan (FK) untuk berbagai macam material lereng. Tabel 4 Fk lereng tunggal
Litologi Tanah Batulempung Batupasir Batulanau Batubara Batulempung Batupasir Batulanau Batubara Tinggi (m) 2 9 50 2.39 1.63 2.37 1.89 4.04 1.58 1.92 1.7 3.37 55 2.28 1.57 2.22 1.79 3.79 1.47 1.84 1.61 3.19 Sudut (o) 60 2.18 1.51 2.05 1.67 3.74 1.31 1.34 1.53 3.09 65 1.97 1.45 1.94 1.63 3.03 1.22 1.25 1.46 3.03 70 1.86 1.4 1.89 1.49 2.94 1.17 1.2 1.32 2.94

Bishop dan untuk memudahkan dalam proses perhitungan menggunakan bantuan paket program Galena Versi 5.02. Dari data hasil uji kuat tekan material di daerah penelitian termasuk lunak karena kurang dari 10 MPa maka asumsi utama longsor yang terjadi adalah longsor busur. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan terhadap semua model lereng keseluruhan diperoleh nilai faktor kemanan (Fk) dengan kondisi air tanah mengikuti kondisi air tanah di lapangan, untuk masing-masing penampang dapat dilihat dalam tabel dbawah.

10

Tabel 5 Dimensi dan Nilai FK lereng keseluruhan


Dimensi Lereng Keseluruhan Faktor Penampang Tinggi Sudut Berm Keamanan (m) ( 0) (m) South 100,71 43 5 1.94 Centre 74,88 42 5 1.93

Lereng Keseluruhan

Pendekatan : a. Analisis kemantapan lereng dilakukan pada penampang South yang memotong lubang bor geotek DGPGT 400, DGPGT 401 dan DGPGT 402, penampang Centre yang memotong lubang bor geotek DGPGT 403, DGPGT 404 dan DGPGT 405. b. Karekteristik batuan yang digunakan merupakan hasil dari uji laboratorium. c. Variasi material pembentuk lereng mengikuti litologi pada log bor. d. Kondisi muka air tanah mengikuti dari hasil pengukuran di lapangan. e. Struktur Geologi yang turut diperhitungkan adalah bidang perlapisan. f. Lereng dianggap Mantap jika Fk>1,5 g. Lebar berm 5 meter, tinggi individual slopenya 10 meter h. Dalam pemodelan tidak disertakan pembebanan eksternal. Perhitungan analisis kestabilan lereng keseluruhan menggunakan metode kesetimbangan batas dengan metode

Konfigurasi lereng keseluruhan dapat dilihat seperti gambar di bawah

Gambar 3 Konfigurasi lereng South

Gambar 4 Konfigurasi lereng Centre

Perhitungan rancangan lereng menggunakan metode kesetimbangan batas dengan cara metode Bishop dan untuk memudahkan dalam proses perhitungan menggunakan bantuan paket program Galena Versi 5.02. Hasil dari analisis pada penampang South dan Centre yang dapat dilihat pada Tabel 4.8 yang menunjukkan bahwa semua sayatan mempunyai nilai Faktor keamanan diatas 1,5, sehingga dapat disimpulkan bahwa rancangan lereng di daerah penelitian dapat dikatakan dalam kondisi mantap. 3.Penanganan Air Permukaan

D. Pembahasan 1. Pemilihan dimensi lereng tunggal Pemilihan tinggi lereng tungggal didaerah penelitian yang belum ada proses penambangan sebelumnya berdasarkan dari hasil analisis dengan metode Hoek & Bray, dan sesuai dengan syarat yang diberikan oleh Departemen Pekerjaan Umum tahun 1994 bahwa nilai faktor keamanan yang aman dari setiap lereng tunggal >1,3. Dari Tabel 4.5 4.6 berdasarkan metode Hoek & Bray untuk tiap litologi, keseluruhan rencana lereng penambangan, nilai Faktor keamanan minimum lereng tunggal dengan tinggi 10 meter dengan sudut 60o pada kondisi jenuh adalah 1,31 sehingga dapat dikatakan lereng dalam keadaan stabil. 2.Rancangan Lereng Keseluruhan Rancangan untuk lereng keseluruhan dilakukan dengan dimensi jenjang lereng tunggal yang diusulkan sesuai dari nilai Fator keamanan minimum >1,3, nilai faktor keamanan minimum untuk lereng keseluruhan adalah >1,5. Dari hasil uji laboratorium dan melihat kondisi lapangan daerah penelitian, lapisan batuannya termasuk kedalam batuan yang lemah. Asumsi yang digunakan adalah kemungkinan longsor yang terjadi pada daerah penelitian adalah longsor busur.

Air permukaan yang mengalir dan meresap pada badan lereng mengakibatkan erosi pada permukaan, mempercepat proses pelapukan, membuat bidang bidang diskontinu dan meningkatkan tinggi permukaan air tanah. Oleh sebab itu diperlukan penanganan air permukaan yang bertujuan untuk penanganan air yang masuk dan menggenangi pit yang dapat menyebabkan kerusakan lereng dan longsor. Sistem kerja pada penanganan air permukaan dapat dilakukan dengan pembuatan saluran air (lined collector drain) pada bagian kaki lereng (toe), sehingga air yang berada pada permukaan lereng dapat terakumulasi ke saluran air. 4.Monitoring Pemantauan adalah bagian penting dari suatu sistem pertambangan karena batuan atau tanah penyusun lereng mempunyai sifat yang kompleks, penyederhanaan dalam analisis yang dilakukan dan dampak yang dapat ditimbulkan jika terjadi longsor pada lereng dapat membahayakan jiwa manusia. Pemantauan adalah bagian penting dari suatu sistem pertambangan karena batuan atau tanah penyusun lereng mempunyai sifat yang kompleks, penyederhanaan dalam analisis yang

dilakukan dan dampak yang dapat ditimbulkan jika terjadi longsor pada lereng dapat membahayakan jiwa manusia

Masih diperlukan penelitian lebih lanjut, untuk menyempurnakan hasil penelitian.

F. Daftar Pustaka E.Kesimpulan dan Saran 1.Kesimpulan Rancangan Lereng pada PT. Gorby Putra Utama menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil analisis lereng tunggal diperoleh geometri dengan sudut 60o, tinggi lereng 2 meter untuk material tanah dan 10 meter untuk batuan, dengan nilai Faktor keamanan di atas 1,3 sehingga dapat dikatakan stabil. 2. Hasil analisis lereng keseluruhan dengan metode Bishop pada tiap penampang adalah sebagai berikut : Pada penampang South dengan tinggi 100,71 meter, sudut overall 43o, dan lebar berm 5 meter memiliki nilai Fk 1,94 Penampang Centre dengan tinggi 74,88 meter sudut overall 42o, dan lebar berm 5 meter memiliki nilai Fk 1,93 Dari analisis terhadap kedua sayatan diatas menunjukkan nilai Fk diatas 1,5 sehingga lereng dapat dikatakan stabil. 2.Saran Untuk mengurangi resiko longsor, dapat dilakukan dengan pembuatan sistem penyaliran. Monitoring sangat perlu dilakukan pada saat penggalian lereng untuk lebih memastikan kestabilannya. Monitoring dapat dilakukan bersamaan dengan survey kemajuan tambang untuk melihat perubahan yang terjadi pada lereng. Hasil dari monitoring ini dapat digunakan sebagai peringatan dini (early warning) terjadinya longsor. 7. 1. Abramson, Lee W., (2002), Slope Stability and Stabilization Methods, Second Edition, John Wiley & Sons Inc, New York Bagus Wiyono, (2005), Pemantauan Lereng Pada Tambang Terbuka, Wimaya No. 38 Tahun XXIII Bieniawski, Z.T., (1989), Engineering Rock Mass Classifications, John Wiley & Sons Inc, Canada Chowdhury, Robin, (2010), Geotechnical Slope Analisis, Taylor & Francis Group, London UK Hoek, Evert, Bray, J, (1981), Rock Slope Engineering, Revised Third Edition, The Institute Of Mining And Metalurgy, London Nisep Vaiboy Juanda, (2009), Rancangan Geometri Lereng Penambangan Pada Line B Berdasarkan Data Geoteknik Tambang Batubara PT. TEC Desa Benhes Kec. Muara Wahau Kab Kutai Timur Klimantan Timur ___________, (2011), Penyelidikan / Study Geoteknik PT. Gorby Putra Utama Di Daerah Musi Rawas Sumatra Selatan. Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

2.

3.

4.

5.

6.

Anda mungkin juga menyukai