Anda di halaman 1dari 31

RESUME SKENARIO 1 STRATEGI BELAJAR DAN MENGATASI MASALAH BELAJAR

Oleh : Kelompok B

Kunthi Kencana M. P Ayu Dilia Novita S Ulva Septiana Geraldi Kusuma Wijaya

122010101002 122010101009 122010101017 122010101019

Monica Bethari Primanesa 122010101029 Komang Dewi Fridayanti Ghuiranda Syabannur R Novita Dwi Cahyani Suci Rizalah Islamiyah Rosita Sopwi Nur Lailly Bagus Indra Kusuma Henggar Allert P. Devita Luthfia Fitrianasari 122010101038 122010101043 122010101046 122010101055 122010101066 122010101068 122010101080 122010101081

Chandra Puspita KSP

122010101093

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER 2012

Skenario

Strategi Belajar dan Mengatasi Masalah Belajar

Ibu Tini baru saja periksa ke dokter karena sakit. Ketika Ibu Tini hendak bertanya, dokter tersebut tidak menunjukan sikap empati bahkan tidak mau mendengar keluhannya. Dokter tersebut tampak asyik dengan gadget barunya. Sewaktu dokter memberikan resep obat, tidak ada penjelasan apapun. Ibu pun menjadi segan bertanya, sehingga komunikasi yang terjadi antara dokter dengan pasien menjadi tidak efektif. Ibu Tini sebenarnya heran dengan sikap dokter-dokter seperti itu. Padahal dari cerita tentang Hipokrates, Ibnu Sina, serta tokoh-tokoh pendahulu di bidang ilmu kedokteran telah menanamkan sikap-sikap yang professional sebagai dokter. Sepatutnya, dokter mengikuti perkembangan dunia kedokteran yang berdasarkan bukti-bukti empiris (evidence based) mengenai tata laksana pasien. Salah satu latar belakang mengapa dokter itu bersikap seperti ini adalah karena dia merasa pekerjaan yang dijalaninya tersebut bukan dari kehendak hatinya. Proses pendidikan yang ditempuh pun berbeda dengan mahasiswa kedokteran saat ini yang mengikuti paradigma baru kedokteran dimana dalam kurikulum pembelajarannya berdasarkan standar kompetensi minimal, dengan pendekatan Problem Based Learning (PBL) melalui diskusi tutorial dengan metode seven jumps. Mahasiswa sekarang lebih mudah mendapatkan pengetahuan karena mengikuti perkembangan teknologi informasi serta dengan cara belajar orang dewasa (adult learning) dan gaya belajar yang mandiri (self directed learning).

Klarifikasi Istilah Gadget Empati : alat elektronik inovasi terbaru yang selalu

berkembang seiring dengan perkembangan zaman. : turut merasakan apa yang dirasakan orang lain seakan

dirinya sendiri yang mengalaminya, dengan disertai suatu tindakan untuk membantu menyelesaikan masalahnya. Paradigma : suatu pola pikir yang sistematis. Problem Based Learning : suatu metode belajar berdasarkan skenario masalah guna meningkatkan pikiran yang kritis. Adult Learning Self Directed Learning sendiri. Empiris Ibnu Sina Hipokrates Seven jumps problem based learning. Profesional sesuai dengan bidangnya. : sikap dalam melakukan pekerjaan sebaik mungkin : berdasarkan bukti, pengalaman (terutama dari : cara belajar mandiri bukan mengenai apa yang diberi

tetapi apa yang dicari dan dipelajari. : belajar mandiri untuk mencari ilmu atau informasi

penemuan, percobaan, dan pengamatan yang telah dilakukan). : penulis kitab kedokteran yang menjadi referensi

sekolah kedokteran di eropa hingga abad 17. : bapak kedokteran yunani, orang pertama yang

menyembuhkan suatu penyakit dengan ilmu pengetahuannya. : suatu metode belajar tujuh tahap yang mengacu pada

Tata laksana pasien Evidenced Based Komunikasi efektif

: prosedur seorang dokter dalam melayani pasiennya.

Standar Kompetensi Minimal: standar atau target minimal yang harus dicapai. : bukti empiris sebelum mengajukan klaim. : tersampaikannya gagasan, pesan, dan perasaan dengan

cara yang baik dalam kontak sosial yang baik pula, sehingga terjadi timbal balik.

Rumusan Masalah a. Sejarah Kedokteran i. ii. iii. Kedokteran Dunia Kedokteran Indonesia Tokoh-tokoh Kedokteran

b. SKDI (Standart Kompetensi Dokter Indonesia) i. ii. iii. Definisi SKDI Isi SKDI Manfaat SKDI

c. Paradigma Ilmu Kedokteran i. ii. Definisi Paradigma Jenis Paradigma Paradigma Lama Paradigma Baru Perbedaan paradigm lama dan paradigm baru iii. Manfaat Pembelajaran dengan Paradigma Baru d. Problem Based Learning (PBL) i.Definisi PBL

ii.Tujuan PBL iii.Fungsi PBL iv.Jenis PBL Tutorial v. Gaya Belajar Adult Learning Definisi Karakter Cara/strategi Definisi Tujuan Metode Manfaat

Critical Thinking vi. Cara Adaptasi vii. Kelebihan viii. Ciri-ciri keberhasilan PBL e. Evidence Based Medicine Definisi Tujuan Ciri-ciri Proses

i. ii. iii. iv. v.

Definisi EBM Tujuan EBM Alasan penerapan EBM Aspek-aspek dalam EBM Langkah-langkah EBM

f. Komunikasi i. ii. iii. iv. v. vi. vii. Definisi Tujuan Proses Dasar Jenis Bentuk Hambatan

g. Teknologi Informasi i. ii. iii. iv. v. vi. vii. viii. Definisi Informatika Kedokteran Peran Aplikasi Hambatan Teknik Penelusuran data Etika Penggunaan Data Website untuk mengakses jurnal

Tujuan Belajar

1. Untuk mengetahui sejarah kedokteran, mulai dari tingkat dunia, di Indonesia sendiri pun mengenal tokoh-tokohnya 2. Untuk mengetahui dan memahami Standar Kompetensi Dokter dan cara-cara penerapannya 3. Untuk mengetahui perkembangan dan perbedaan paradigma lama dan paradigma baru 4. Untuk mengetahui dan memahami proses pembelajaran PBL 5. Untuk memahami dan menerapkan metode pembelajaran baru mengacu pada Evidence Based Medicine 6. Untuk mengetahui dan memahami sistem komunikasi efektif dokter-pasien pun dokter dengan profesi lain 7. Untuk mengetahui dan memahami manfaat teknologi informasi dalam bidang kedokteran Analisis Permasalahan

a. Sejarah Kedokteran

i.

Sejarah Kedokteran Dunia Pada awalnya, sebagian besar kebudayaan dalam masyarakat terdahulu menggunakan tumbuh-tumbuhan herbal dan hewan untuk tindakan pengobatan. Ilmu kedokteran berangsur-angsur berkembang di berbagai tempat terpisah yakni Mesir kuno, Tiongkok kuno, India kuno, Yunani kuno, Persia, dan lainnya. Sekitar tahun 1400-an terjadi sebuah perubahan besar yakni pendekatan ilmu kedokteran terhadap sains. Hal ini mulai timbul dengan penolakankarena tidak

sesuai dengan fakta yang adaterhadap berbagai hal yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh pada masa lalu (bandingkan dengan penolakan Copernicus pada teori astronomi Ptolomeus. Beberapa tokoh baru seperti Vesalius (seorang ahli anatomi) membuka jalan penolakan terhadap teori-teori besar kedokteran kuno seperti teori Galen, Hippokrates, dan Avicenna. Diperkirakan hal ini terjadi akibat semakin lemahnya kekuatan gereja dalam masyarakat pada masa itu. Ilmu kedokteran seperti yang dipraktikkan pada masa kini berkembang pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 di Inggris (oleh William Harvey, abad ke17), Jerman (Rudolf Virchow) dan Perancis (Jean-Martin Charcot, Claude Bernard). Ilmu kedokteran modern dan kedokteran "ilmiah" yang dimana hasilhasilnya telah diujicobakan menggantikan tradisi awal kedokteran Barat. Kemudian pusat perkembangan ilmu kedokteran berganti ke Britania Raya dan Amerika Serikat pada awal tahun 1900-an (oleh William Osler, Harvey Cushing). Kedokteran berdasarkan bukti (evidence-based medicine) adalah tindakan yang kini dilakukan untuk memberikan cara kerja yang efektif dan menggunakan metode ilmiah serta informasi sains global yang modern.Kini, ilmu genetika telah memengaruhi ilmu kedokteran. Hal ini dimulai dengan ditemukannya gen penyebab berbagai penyakit akibat kelainan genetik, dan perkembangan teknik biologi molekuler.Ilmu herbalisme berkembang menjadi farmakologi. Masa modern benar-benar dimulai dengan penemuan Heinrich Hermann Robert Koch bahwa penyakit disebarkan melalui bakteria (sekitar tahun 1880), yang kemudian disusul penemuan antibiotik (sekitar tahun 1900-an). (http://id.wikipedia.org/wiki/Kedokteran)

ii.

Sejarah Kedokteran di Indonesia Berikut adalah perkembangan pendidikan dokter dari tahun ke tahun di Indonesia.

Januari 1851: Sekolah pendidikan kedokteran Dokter-Jawa dibuka di Weltevreden Gambir, Batavia dengan 12 orang murid. Lama pendidikan 2 tahun.

Juni 1853:

Dengan Surat Keputusan Gubernemen tanggal 5 Juni 1853 no. 10 ditetapkan bahwa lulusan diberi gelar Dokter Djawa, tetapi di pekerjakan sebagai Mantri Cacar. 1864: Lama pendidikan kedokteran menjadi 3 tahun dengan wewenang bukan hanya sebagai Mantri Cacar, tetapi sebagai dokter yang dapat berdiri sendiri, meskipun masih dibawah pengawasan dokter Belanda.

1875: Lama pendidikan Dokter-Jawa menjadi 7 tahun terbagi atas 2 tahun bagian persiapan dan 5 tahun bagian kedokteran. Selama 2 tahun persiapan para murid terutama diajarkan bahasa Belanda, yang telah ditetapkan menjadi bahasa pengantar.

1881 Pada tahun 1881 lamanya bagian persiapan menjadi 3 tahun

1890 Para caon murid harus sudah lulus Sekolah Dasar Belanda (Europeesce Lagere School)

1898: Didirikan sekolah pendidikan kedokteran yang disebut STOVIA (School tot Opleiding voor Indische Artsen) yang sebenarnya merupakan kelanjutan dari perkembangan dan pengembangan Sekolah Dokter Djawa yang terus menerus mengalami perbaikan dan penyempurnaan kurikulum dan perubahan nama. Sebelum 1989 diubah menjadi School tot Opleiding van Inlandsche Geneeskundigen dan pada tahun 1898 diubah menjadi School tot van Inlandsche Artsen (STOVIA).

1902: Maret Gedung baru sekolah kedokteran STOVIA dibuka di Hospitaalweg (sekarang Jl. Dr Abdul Rahman Saleh no 26) dan lama pendidikan menjadi 9 tahun.

1913: Organisasi STOVIA disempurnakan dan lama pendidikan menjadi 10 tahun.

2 Juli 1923,

NIAS menempati gedung baru di Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga saat ini. Sebagai rumah sakit pendidikan mula-mula digunakan Gevangenis Hospital Simpang (Stadverband), kemudian Central Burgelijke Zieken-Inrichting (CBZ). Tahun ini pula NIAS menghasilkan dokter pertama dengan titel Indische Art.

1924 Baik STOVIA maupun NIAS tidak lagi menerima siswa lulusan dasar, tetapi dari sekolah lanjutan pertama yang dinamakan MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) dan lamanya seluruh pendidikan dijadikan 8 tahun.

1928 Lamanya pendidikan NIAS menjadi 9 tahun sesudah MULO, tanpa menggunakan istilah persiapan.

24 April 1943: Pada jaman pendudukan Jepang nama sekolah STOVIA diubah menjadi IKA DAI GAKU.

January1946 Di bentuk Universitas Gadjah Mada di Yokyakarta.

Februari 1946: Setelah kemerdekaan RI nama sekolah IKA DAIGAKU diubah menjadi nama Perguruan Tinggi Kedokteran Republik Indonesia.

Februari 1947: Pada jaman pendudukan Belanda, oleh pemerintah Belanda diadakan juga kegiatan pendidikan kedokteran dengan memakain nama Geneeskundige Faculteit, Nood-Universiteit van Indonesie. Disamping itu pendidikan kedokteran pada Perguruan Tinggi Kedokteran Republik Indonesia tetap dilaksanakan.

1948 Didirikan Perkumpulan Dokter Indonesia (PDI).

2 Februari 1950 Setelah penyerahan kedaulatan kepada Pemerintah Republik Indonesia kedua jenis institusi pendidikan kedokteran tersebut, yaitu Perguruan Tinggi Kedokteran Republik Indonesia dan Geneeskundige Faculteit,

Nood-Universiteit van Indonesie, digabung dan disatukan dengan memakai nama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. (http://aiunouphti.student.umm.ac.id/2011/07/07/sejarah-kedokteran-di-indonesia/)

iii.

Tokoh-tokoh Kedokteran

b. SKDI (Standar Kompetensi Dokter Indonesia)

i.

Definisi SKDI Menurut SK Mendiknas No. 045/U/2002, kompetensi adalah 'seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Epstein and Hundert (2002) memberikan definisi sebagai berikut : Professional competence is the habitual and judicious use of communication, knowledge, technical skills, clinical reasoning, emotions, values, and reflection in daily practice to improve the health of the individual patient and community. Carraccio, et.al. (2002) menyimpulkan bahwa : Competency is a complex set of behaviors built on the components of knowledge, skills, attitude and competence as personal ability.

ii.

Isi SKDI Standar kompetensi terdiri dari 7 (tujuh) area kompetensi yang diturunkan dari gambaran tugas, peran dan fungsi seorang dokter dalam Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) strata pertama.

Setiap area kompetensi ditetapkan definisinya, yang disebut kompetensi inti. Setiap area kompetensi dijabarkan menjadi beberapa komponen kompetensi, yang diperinci lebih lanjut menjadi kemampuan. iii. Manfaat SKDI Adanya Standar Kompetensi Dokter merupakan tonggak yang bersejarah bagi perkembangan pendidikan dokter di Indonesia. Berikut ini beberapa manfaat dari Standar Kompetensi Dokter bagi pihak pengandil terkait. 1. Bagi institusi pendidikan kedokteran Mencetak dokter yang diharapkan memiliki kesetaraan dalam penguasaan kompetensi. 2. Bagi Pengguna Dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik. 3. Bagi orang tua murid dan penyandang dana Mengetahui secara jelas kompetensi yang akan dikuasai oleh mahasiswa. 4. Bagi mahasiswa Mengarahkan proses belajar mahasiswa. 5. Bagi Departemen Pendidikan Nasional dan Badan Akreditasi Nasional Dapat menjadi kriteria pada akreditasi program studi pendidikan dokter. 6. Bagi Kolegium Dokter Indonesia Dapat menjadi acuan dalam menyelenggarakan program pengembangan profesi. 7. Bagi Kolegium-Kolegium Spesialis Dapat menjadi acuan dalam merumuskan kompetensi dokter spesialis. 8. Program Adaptasi bagi Lulusan Luar Negeri Sebagai acuan untuk menilai kompetensi dokter lulusan luar negeri.

c. Paradigma Ilmu Kedokteran

i. Definisi Paradigma Arti paradigma ditinjau dari asal usul beberapa bahasa diantaranya : Menurut bahasa Inggris : paradigma berarti keadaan lingkungan Menurut bahasa Yunani : paradigma yakni para yang berarti disamping, di sebelah dan dikenal sedangkan deigma berarti suatu model, teladan, arketif dan ideal. Menurut kamus psycologi : paradigma diartikan sebagai berikut : 1. Satu model atau pola untuk mendemonstrasikan semua fungsi yang memungkinkan dari apa yang tersajikan 2. 3. Rencana riset berdasarkan konsep-konsep khusus, dan Satu bentuk eksperimental

Kesimpulan : secara etimologi arti paradigma / Pengertian Paradigma adalah satu model dalam teori ilmu pengetahuan atau kerangka pikir.

ii. Jenis Paradigma Paradigma Lama Definisi Suatu pandangan umum dalam dunia pendidikan dokter yang mengarah kepada cara-cara pengajaran bersifat konvensional atau sistem pengajaran yang cenderung membuat dosen sebagai pemberi materi sekaligus pusat dari proses belajar mengajar. Ciri-ciri 1. 2. 3. Dosen sebagai pusat dari proses belajar mengajar Potensi mahasiswa kurang digali Cara pengajaran umumnya dengan mempelajari contoh-contoh

yang sudah terbukti secara ilmiah

4. 5.

Lebih mengutamakan memori (menghafal) dalam pembelajaran Dosen cenderung terus menuntun dan mengarahkan apa saja

yang harus dilakukan dan dipelajari mahasiswa 6. Rasa percaya diri dalam mahasiswa kurang tumbuh secara

maksimal 7. Mental mahasiswa untuk lebih inspiratif dan bersikap mandiri

menjadi terhambat 8. Praktek dilakukan setelah materi

Paradigma Baru Definisi Cara mengetahui realitas sosial yang dikonstruksikan oleh made of tought atau made of inquiry yang kemudian menghasilkan made of knowing yang lebih spesifik. (sumber : Thomas Khun (1962)) Ciri-ciri 1. 2. Mahasiswa sebagai pusat pembelajaran Dosen bertanya dan mahasiswa menjelaskan serta dapat juga

bertanya 3. Dosen merangkum materi berdasar hasil diskusi atau pemikiran

mahasiswa 4. 5. 6. 7. 8. Mahasiswa membaca silabus sebelum kuliah dimulai Mahasiswa dapat mudah menangkap sesuai perkuliahan Belajar berdasarkan masalah Praktek/skill lab di berikan sejak awal Belajar mandiri

Perbedaan Paradigma Lama dan Baru No. Konvensional Teacher centered KBK

Student centered

Teoritis

Aplikatif (belajar dari masalah)

Praktik setelah 3 teori (late clinical exposure) Kurang dalam 4 penguasaan ICT Tidak ada 5 pengelolaan sistem pembelajaran. Pengajaran 6 secara berurutan Hospital oriented Siswa terdidik pasif

Praktik sejak awal belajar (early clinical exposure)

Menguasai ICT

Ada pengelolaan sistem pembelajaran

Pengajaran terintegrasi

Community oriented

Siswa terdidik aktif

(one way learning) 9 Dosen menerangkan mahasiswa mendengarkan Key Process is teaching Dosen menyiapkan 11 materi + metode penyampaian yang efektif Mahasiswa membaca menjelang 12 ujian terutama catatan (reading habit rendah ) Mahasiswa 13 pasif (partisipasi rendah ) Mahasiswa 14 hanya menghafal materi

(Two way learning) Mahasiswa menjelaskan , mahasiswa bertanya, dosen bertanya.

10

Key Process Is learning

Dosen hanya menyampaikan materi

Mahasiswa membaca sesuai silabus sebelum kuliah dimulai.

Mahasiswa aktif (partisipasi tinggi)

Mahasiswa dapat dengan mudah menangkap esensi dari perkuliahan.

Dosen menjelaskan 15 seluruh materi

Dosen merangkum materi berdasarkan hasil diskusi atau penukiran mahasiswa

iii. Manfaat Pembelajaran dengan Paradigma Baru 1. 2. 3. 4. 5. Pembelajaran lebih efektif Pemberian nilai sesuai dengan kompetensi yang diberikan. Mendidik siswa lebih aktif, dinamis dan mandiri. Membuat peserta didik lebih inovatif dan kreatif. Melatih peserta didik untuk berani mengemukakan pendapatnya di muka umum. 6. Mahasiswa terstimulus untuk berusaha menyelesaikan permasalahan di lapangan yang nantinya bisa saja menjadi situasi nyata tempat mereka bekerja. 7. 8. 9. 10. Belajar sesuai konteksnya akan diingat lebih lama dan dipahami lebih mudah. Konteksnya relevan sehingga akan lebih memotivasi Penstimulusan pengetahuan yang ada akan memfasilitasi integrasi pengetahuan baru. 11. Mahasiswa terdorong untuk mengidentifikasi apa yang tidak mereka ketahui atau pahami

d. Problem Based Learning (PBL) i. Definisi PBL Metode pembelajaran yang berlandaskan pada orientasi masalah berdasarkan prior knowledge (pengetahuan yang dimiliki sebelumnya) sehingga terbentuk pengetahuan baru.

ii.

Tujuan PBL

a.

Mendorong peserta didik untuk terlibat secaraaktif dalam proses belajar.

b.

Menilai sejauh mana pemahaman peserta didiktentang materi yang dipelajari.

iii.

Fungsi PBL Dapat memecahkan masalah secara fleksibel, inisiatif, inovatif, dan kreatif. Dapat membentuk:

hard skill: o pemahaman teori-teori o penguasaan ICT

soft skill:
o o o o o

kemampuan komunikasi yang baik kerjasama dalam tim mandiri berfikir kritis, logis, dan dewasa kemampuan analisis yang baik

Pencarian ilmu baru

iv.

Jenis PBL Tutorial Definisi Tutorial secara etimologis adalah pengajaran tambahan atau privat. Sedangkan menurut istilah, tutorial berarti bentuk diskusi yang terdiri dari sekelompok kecil orang ( 8-10 orang ) yang didampingi oleh satu orang tutor yang bertindak sebagai fasilitator yang akan membimbing dalam penyelesaian masalah. Tujuan Untuk Menghasilkan lulusan dokter yang kompeten

Untuk Membentuk pola pikir yang sistematis dan kritis Untuk Membuat mahasiswa untuk aktif dan dinamis Untuk Melatih mahasiswa bersikap toleransi terhadap sesama.

Metode Dalam proses tutorial ada metode baru yang mempermudah mahasiswa dalam menyelesaikan masalah. Metode tersebut adalah metode seven jumps. Terdiri dari 7 langkah / tahap dalam menyelesaikan masing-masing kasus. 7 langkah tersebut adalah : Mengklarifikasi istilah Mahasiswa akan dihadapkan pada satu kasus ( skenario permasalahan ) yang akan didiskusikan. Mahasiswa mencari istilah-istilah penting yang sukar dipahami dari skenario tersebut dan mencari arti makna dari istilah tersebut. Menetapkan permasalahan Mahasiswa mencari masalah-masalah yang timbul dari skenario tersebut sebanyak mungkin. Menganalisis masalah Mahasiswa berusaha mencari penyelesaian dari masalah tersebut dengan mendiskusikan dengan teman tutorial pada saat diskusi / tutorial pertama. Menarik kesimpulan dari analisis masalah Menentukan tujuan belajar Belajar mandiri Untuk memperdalam pemahaman materi, mahasiswa bisa mengikuti kuliah pakar agar hasil ketika diskusi nanti akurat Menarik kesimpulan dari seluruh informasi yang telah ada

Manfaat Memperdalam wacana atau pengetahuan seseorang

Mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk mengklarifikasi pemahamannya Mengevaluasi pemahaman mahasiswa lain Mengobservasi dijadikan panutan Membantu mahasiswa lain yang kurang untuk membantu pemahaman Meningkatkan motivasi Membentuk sikap dalam mengemukakan pendapat , strategi berpikir mahasiswa lain untuk

menyampaikan saran maupun menerima saran

v.

Gaya Belajar Adult Learning& Self Directed Learning Definisi Adult Learning Belajar secara mandiri dari pengalaman, aktif, terarah, dan penuh tanggungjawab yang menuju hasil akhir pada pemecahan masalah. Definisi Self Directed Learning Belajar secara mandiri, turun sendiri (langsung) dalam proses mencari informasi yang ia butuhkan, memiliki inisiatif diri untuk menemukan jalan keluar menuju pada pemecahan masalah. Karakteristik Belajar mandiri (mengarahkan dirinya sendiri untuk belajar) Proses belajar dipengaruhi oleh pengalaman. Belajar secara mendalam Mempunyai wadah (tutorial) sebagai sumber belajar Pemusatan orientasi belajar (focus) Kebutuhan belajar/rasa ingin tahu Mencari jawaban sendiri (enquiry) Inisiatif dan kreatif Motivasi tinggi

Belajar sepanjang hidup (longlife learning) Demokratis: bersifat demokrasi Kritis: tidak mudah percaya, berusaha menemukan kesalahan, dan analisa Praktis Berani menilai kebenaran informasi yang didapat

Cara/strategi Pembelajaran harus sesuai dengan kebutuhan. Pembelajaran harus sesuai dengan kehidupan nyata Pembelajaran wajib mengikutsertakan inisiatif dari peserta didik, mulai dari menentukan apa yang harus dipelajari hingga bagaimana cara untuk mempelajarinya. Pengajar bukan satu-satunya sumber pengetahuan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran harus bisa mengasah kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis Mengevaluasi hasil belajar.

Critical Thinking Definisi Suatu aktifitas kognitif yang berkaitan dengan penggunaan nalar. Belajar untuk berpikir kritis berarti menggunakan proses-proses mental seperti memperhatikan, mengkategorikan, seleksi, dan menilai atau memutuskan. Tujuan Merupakan arahan yang tepat dalam berpikir dan bekerja Menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya dg lebih akurat

Ciri-ciri Berpikir Terbuka Skeptis (meragukan pandangan orang lain dan cenderung meyakini pandangannya sendiri) Rendah hati Berpikiran bebas Bermotivasi tinggi

Proses Interpretasi: memahami dan menjelaskan Analisis: mengidentifikasi hubungan dari beberapa pernyataan Evaluasi: menguji kebenaran-kebenaran dari pernyataan yang digunakan Interverensi: mengidentifikasi dan memilih elemen yang digunakan untuk menyusun kesimpulan Kemampuan menjelaskan hasil pemikiran Self regulation: kemampuan untuk mengatur sendiri dalam berpikir

Manfaat Dapat menerapkan pengetahuan yang dimiliknya dalam kehidupan Mudah berbaur dalam kegiatan organisasi Dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dalam

kehidupan Membuat kita lebih siap ketika terjun di masyarakat Membuat kita menjadi lebih mandiri Membuat kita menjadi bertanggung jawab Melatih peserta didik untuk selalu berusaha lebih baik Mendapat informasi lebih banyak Memahami informasi secara keseluruhan Melatih bersifat logis, kritis dan dinamis

vi.

Cara adaptasi Mendemonstrasikan rasa ingin tahu terhadap suatu masalah yang dihadapi Selalu mengasah pengetahuan yang dibutuhkan Memiliki analisis yang kuat /mendalam mengenai masalah tersebut sehingga mendapatkan pengetahuan serta keterampilan yang baru Mengetahui definisi, tujuan, manfaat, dll Harus komunikatif Harus giat mencari informasi dan belar dengan giat

vii.

Kelebihan PBL Student Centered Membantu siswa didik untuk aktif belajar, meningkatkan pemahaman dan ingatan. Generic Competencies Siswa didik dapat mengembangkan ketrampilan dan perilaku yang dibutuhkan untuk kedepannya Materi yang terintegrasi Materi yang digunakan bersifat menyeluruh dan terpadu sehingga dapat memudahkan siswa didik untuk memahami materi Motivasi PBL ini mengharuskan siswa didik untuk terlibat sehingga dapat menjadi motivasi untuk aktif Deep learning Membantu siswa didik untuk mengerti lebih dalam materi yang dibahas. Pendekatan gagasan Siswa didik dapat membuat konsep dari pengetahuan yang mereka miliki

Meningkatkan relasi SDM yang bersangkutan viii. Kekurangan PBL

Human resources Lebih banyak staf yang harus terlibat dalam proses tutorial

Other resources Jumlah siswa didik yang banyak membutuhkan akses ke perpustakaan dan internet secara serempak, membutuhkan lebih banyak uang

Role models Siswa didik enggan berkonsultasi dengan pakar-pakar atau dosen

Information overload Siswa didik tidak yakin dan tidak tahu arah dari pembelajaran, seberapa dalam materi yang harus dipahami serta tidak yakin informasi mana yang relevan

Ada perubahan pola pikir terutama dosen

ix.

Ciri-ciri keberhasilan PBL PBL dikatakan berhasil jika memiliki skill-skill tertentu, diantaranya: kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan pendekatan secara metodis terhadap suatu masalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan tutorial secara benar kemampuan yang dibutuhkan untuk carry out aktivitas individu

e. Evidence Based Medicine (EBM) i. Definisi EBM Penerapan pendekatan dan metode pembelajaran dalam proses pembelajaran berdasarkan bukti-bukti ilmiah terbaik yang ada (Harden et al, 1999). Merupakan keterpaduan antara (1) bukti-bukti ilmiah yang berasal dari studi yang terpercaya (best research evidence); dengan (2)

keahlian klinis (clinical expertise) dan (3) nilai-nilai yang ada pada masyarakat (patient values). ( Sackett et al, 2000). Suatu teknik yang digunakan untuk pengambilan keputusan dalam mengelola pasien dengan mengintegrasikan tiga faktor yaitu, keterampilan dan keahlian klinik dari dokter, kepentingan pasien dan, bukti ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain EBM adalah cara yang untuk membantu dokter dalam membuat keputusan saat merawat pasien sesuai dengan kebutuhan pasien dan keahlian klinis dokter berdasarkan bukti-bukti ilmiah.

ii.

Tujuan EBM Dengan mengacu pada konsep evidence based medicine, dokter tidak khawatir terhadap tuntutan malpraktek, karena telah menjalankan tugas profesinya sesuai kaidah etika ilmu kedokteran yang berbasis ilmiah, valid, dan reliabel. (Pandhita, 2007). Selain itu, EBM sendiri membantu mahasiswa agar kedepannya bisa menjadi dokter yang sesuai dengan harapan pasien dan membantu dokter dalam mencari juga mengambil informasi catatan- catatan medis elektronik.

iii.

Alasan penerapan EBM Perlunya perubahan paradigma pengembangan pendidikan kedokteran dari berbasis opini ke arah berbasis bukti-bukti penelitian di bidang pendidikan kedokteran. (Zulharman, 2008) Informasi up-date mengenai diagnosis, prognosis, terapi dan pencegahan sangat dibutuhkan dalam praktek sehari-hari. (Dwiprahasto, 2008) EBM diperlukan karena perkembangan dunia kesehatan begitu pesat dan bukti ilmiah yang tersedia begitu banyak.Pengobatan yang sekarang dikatakan paling baik belum tentu beberapa tahun ke depan masih juga paling baik. Sedangkan tidak semua ilmu pengetahuan baru yang jumlahnya bisa ratusan itu kita butuhkan. Karenanya diperlukan EBM yang

menggunakan pendekatan pencarian sumber ilmiah sesuai kebutuhan akan informasi bagi individual dokter yang dipicu dari masalah yang dihadapi pasiennya disesuaikan dengan pengalaman dan kemampuan klinis dokter tersebut. Pada EBM dokter juga diajari tentang menilai apakah jurnal tersebut dapat dipercaya dan digunakan.

iv.

Aspek dalam EBM Aspek medik Aspek ilmiah : : Fungsinya untuk mengelola penderita. Untuk mensurvey keluhan, kelainan fisik, dan terapinya Hubungan dokter dengan penderita menjadi lebih baik,

Aspek personal : Aspek sosial

kualitas dan profesionalisme menjadi lebih baik. : Penerapan EBM secara luas akan meningkatkan

kesadaran serta perhatian masyarakat kepada kesehatan. (Soeleman, 2008)

v.

Langkah-langkah dalam EBM Mengajukan pertanyaan klinik yang dapat dijawab (asking answerable question). Melakukan pelacakan pustaka untuk menjawab pertanyaan klinik. Melakukan telaah kritis terhadap bukti ilmiah. Melakukan integrasi antara bukti ilmiah yang valid, keahlian klinik, dan nilai serta harapan yang ada pada pasien. Melakukan evaluasi hasil guna penerapan bukti ilmiah di dalam praktek. (Guyatt, 2004)

1.

Pasien

Mulailah dari pasien, bisa berupa :


Masalah klinis apa yang dimiliki pasien kita Pertanyaan yang dikemukakan oleh pasien kita sehubungan dengan perawatan penyakitnya

2.

Pertanyaan

Membuat pertanyaan dari masalah yang diceritakan pasien

3.

Sumber

Mulailah melakukan pencarian sumber journal melalui internet untuk menjawab pertanyan tersebut

4.

Evaluasi

Evaluasi apakah jurnal yang kita peroleh cukup valid , penting dan bisa diaplikasikan

5.

Pasien

Aplikasikan temuan berdasarkan bukti ilmiah tersebut ke pasien dengan mempertimbangkan kepentinga atau kebutuhan pasien dan kemampuan klinis dokter

6.

Evaluasi

Evaluasi hasil perawatan pasien tersebut

f. Komunikasi g. Teknologi Informatika i. Definisi Penggunaan teknologi untuk mengatur dan menyebarkan informasi medis bagi konsumen, tenaga medis, dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam pelayanan kesehatan ii. Informatika Kedokteran Disiplin yang berkaitan erat dengan pemanfaatan komputer dan teknologi komunikasi di bidang kedokteran. iii. Peran 1. Membantu dalam proses belajar mandiri

2. Membantu mengupdate informasi terbaru di bidang kedokteran 3. Memungkinkan data kesehatan di-share secara cepat dan mudah 4. Informasi kesehatan yang up to date, relevan, lengkap, dan akurat dapat mendukung pengambilan keputusan manajer kesehatan dalam merencanakan pembangunan kesehatan menurut tingkat sektornya. iv. Aplikasi 1. Rekam medik elektronik: sistem penyimpanan informasi secara elektronik mengenai status kesehatan serta pelayanan kesehatan,yang diperoleh pasien sepanjang hidupnya dan tersimpan sedemikian hingga dapat melayani berbagai pengguna rekam yang sah (Shortliffe, 2001). 2. Telemedicine: pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi dan pelayanan medis jarak jauh. 3. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) adalah sebuah sistem Informasi yang terintegrasi dan didesain multi user yang disiapkan untuk menangani keseluruhan proses manajemen puskesmas. 4. Peresepan elektronik: membantu meminimalisir kesalahan pengobatan dalam penulisan resep dokter. v. Hambatan 1. Hambatan finansial, pengembangan sistem pendukung keputusan klinik memerlukan biaya sendiri dan membutuhkan biaya tambahan untuk mengevaluasi secara berkala hasil guna sistem tersebut. 2. Belum adanya standar data-data apa saja yang direkomendasikan oleh organisasi profesi tertentu untuk dimasukkan dalam sistem pendukung keputusan klinis. Saat ini sistem yang ada masih bervariasi. 3. Hambatan kultural, penggunaan teknologi informasi belum dipandang sebagai suatu hal yang penting bagi para dokter dan manajer kesehatan. vi. Teknik Penelusuran Data Elektronik Perkembangan teknologi informasi khususnya komputer telah membawa kemudahan tersendiri dalam proses penelusuran informasi.Penelusuran informasi melalui komputer dan media internet telah mempermudah proses update informasi. Ada dua teknik dalam melakukan penyaringan dalam penelusuran data elektronik, yaitu: Filterisasi dengan simbol matematika

Tanda plus (+): digunakan jika seseorang ingin mencari data dengan kata kunci lebih dari satu. Tanda minus (-): simbol ini dibaca sebagai kecuali Tanda kutip (): simbol ini digunakan dalam pencarian untuk memfokuskan pencarian ke hal yang benar-benar diinginkan. Filterisasi dengan simbol Boolean OR: untuk mencari data yang hanya mengandung salah satu kata kunci saja. AND: untuk mencari data yang mengandung keseluruhan kata kunci. NOT: berfungsi untuk eksklusi. Wildcards (*): digunakan untuk meluaskan pencarian. vii. Website untuk Mengakses Jurnal 1. www.ciencedirect.com 2. www.blackwell.com 3. www.thieme.com 4. www.ingenta.com 5. www.scirus.com 6. www.sage.com 7. www.medline.com 8. www.highwire.com 9. www.ovid.com 10. www.springerlink.com 11. www.scopus.com 12. www.kluwer.com 13. www.hinari.com 14. www.wileyinterscience.com 15. www.pubmed.com 16. www.proquest.com

viii. Etika Penggunaan Data Elektronika Etika umum penggunaan data dalam penelitian adalah mengakui dan mencantumkan sumber data penelitian. Kegagalan dalam melakukan hal ini

akan mengakibatkan kredibilitas penelitian menurun dan dianggap plagiat. ada empat cara yang bisa menghindarkan seorang peneliti dari tuduhan plagiarisme, yaitu: 1. Quotation: Merupakan pengutipan secara langsung kata-perkata dari peneliti sebelumnya. Jika anda melakukan quotation, seseorang harus mengutip kata tersebut originally dan mencantumkan sumbernya dimana data tersebut diperoleh. 2. Referencing: Pencantuman total quotation penelitian pada daftar pustaka. Langkah ini digunakan untuk melindungi kegagalan quotation, apabila ada quotation yang tidak diberikan dan tidak mencantumkan dalam daftar pustaka. 3. Summarizing: Langkah yang digunakan untuk menyingkat pengutipan data penelitian. 4. Paraphrising: Menghadirkan data penelitian yang sudah ada sebelumnya dengan menggunakan kata-kata tersendiri yang berbeda dengan bentuk aslinya. Paraphrising dilakukan guna mengintegrasikan data penelitian lain ke dalam penelitian yang sedang dikerjakan.

Kesimpulan

Dalam menghadapi paradigma baru pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran yang menggunakan Problem Base Learning (PBL), hal-hal yang perlu dipersiapkan oleh siswa didik adalah dengan merubah cara belajar menjadi orang dewasa (adult learning), berpikir logis, kritis, lebih aktif dalam tutorial, sering berdiskusi dengan teman, tutor, staf pengajar, dan para pakar di FK Unej agar nantinya dapat menjadi dokter yang kompeten sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter , dokter yang dapat diterima oleh masyarakat dengan baik, dan dokter yang menguasai dua aspek keterampilan, yaitu Hard Skill dan Soft Skill.

Anda mungkin juga menyukai