Anda di halaman 1dari 16

TUGAS TERSTRUKTUR I TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN

Potensi dan Produksi Budidaya Tanaman Sereal Jagung (Zea mays L.)

Disusun Oleh : Kelompok 5

Tutut Asyahidu Titin Trisnawati Sulistiani Sumini Susi Susanti Tarina Elsanti

115040100111087 115040101111153 115040101111038 115040100111058 115040100111024 115040100111013

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pertanian adalah salah satu bidang yang mempunyai pengaruh sangat besar dalam kehidupan. Hal ini karena pertanian mampu menghasilkan berbagai tanaman yang mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan terutama manusia. Banyak sekali tanaman yang dapat dikembangkan dalam dunia pertanian misalnya tanaman sereal. Tanaman sereal atau biji-bijian merupakan sekelompok tanaman yang ditanam untuk dipanen biji/bulirnya sebagai sumber karbohidrat/pati (FAO, 2006). Salah satu komoditi tanaman pangan yang dapat mengambil peran dalam pembangunan sektor pertanian adalah komoditi jagung. Di Indonesia Jagung merupakan komoditas pangan kedua setelah padi dan sumber kalori atau makanan pengganti beras disamping itu juga sebagai pakan ternak. Kebutuhan jagung akan terus meningkat dari tahun ketahun sejalan dengan peningkatan taraf hidup ekonomi masyarakat dan kemajuan industri pakan ternak sehingga perlu upaya peningkatan produksi melalui sumber daya manusia dan sumber daya alam, ketersediaan lahan maupun potensi hasil dan teknologi. Jagung menjadi salah satu komoditas pertanian yang sangat penting dan saling terkait dengan industri besar. Selain untuk dikonsumsi untuk sayuran, buah jagung juga bisa diolah menjadi aneka makanan. Selain itu, pipilan keringnya dimanfaatkan untuk pakan ternak. Kondisi ini membuat budidaya jagung memiliki prospek yang sangat menjanjikan, baik dari segi permintaan maupun harga jualnya. Terlebih lagi setelah ditemukan benih jagung hibrida yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan benih jagung biasa. Keunggulan tersebut antara lain, masa panennya lebih cepat, lebih tahan serangan hama dan penyakit, serta produktivitasnya lebih banyak. Secara nasional perkembangan produksi jagung dalam kurun waktu 1999-

2005 cenderung mengalami peningkatan, kecuali pada tahun 2001 mengalami penurunan namun pada tahun berikutnya kembali meningkat. Sebagai gambaran capaian produksi, luas panen serta produktivitas secara nasional dapat dilihat pada Tabel berikut ini. (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2007.) 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, maka dapat ditetapkan beberapa rumusan masalah diantaranya adalah sebagai berikut:
1.2.1Bagaimana potensi budidaya Jagung (Zea mays L.) sebagai

tanaman sereal?
1.2.2Bagaimana hasil produksi budidaya Jagung (Zea mays L.) sebagai

tanaman sereal?
1.2.3Bagaimana prospek budidaya Jagung (Zea mays L.) sebagai salah

satu tanaman sereal di Indonesia? 1.3 Tujuan Tujuan dari penulisan makalah adalah untuk:
1.3.1 Mengetahui potensi budidaya Jagung (Zea mays L.) sebagai

tanaman sereal.
1.3.2 Mengetahui hasil produksi budidaya Jagung (Zea mays L.) sebagai

tanaman sereal.
1.3.3 Mengetahui prospek budidaya Jagung (Zea mays L.) sebagai salah

satu tanaman sereal di Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Sejarah Singkat Berdasarkan temuan-temuan genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4.000 tahun yang lalu. Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung budidaya (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7.000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 kultivar jagung, baik yang terbentuk secara alami maupun dirakit melalui pemuliaan tanaman (Wikipedia, 2012). 2.2 Jenis Tanaman Menurut Tjirosoepomo (1991) dalam taksonomi tumbuhan, tanaman jagung dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Divisio Sub Divisio Kelas Ordo Famili : Plantae : Spermathophyta : Angiospermae : Monocotyledoneae : Poales : Graminae

Genus Spesies

: Zea : Zea mays L.

Jenis jagung dapat dikelompokkan menurut umur dan bentuk biji. a) Menurut umur dibagi menjadi 3 golongan:
1. Berumur Pendek (genjah) : 75-90 hari, contoh: Genjah Warangan,

Genjah Kertas, Abimanyu dan Arjuna.


2. Berumur sedang (tengahan) : 90-120 hari, contoh: Hibrida C 1,

Hibrida.
3. Berumur panjang: lebih dari 120 hari, contoh: Kania Putih, Bastar,

Kuning, Bima dan Harapan. b) Menurut bentuk biji, dibagi menjadi 7 golongan: 1) Dent Corn 2) Flint Corn 3) Sweet Corn 4) Pop Corn 5) Flour Corn 6) Pod Corn 7) Waxy Corn Varietas unggul mempunyai sifat: berproduksi tinggi, umur pendek, tahan serangan penyakit utama dan sifat-sifat lain yang menguntungkan. Varietas unggul ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: jagung hibrida dan varietas jagung bersari bebas (Singh, 1987). Nama beberapa varietas jagung yang dikenal antara lain: Abimanyu, Arjuna, Bromo, Bastar Kuning, Bima, Genjah Kertas, Harapan, Harapan Baru, Hibrida C 1 (Hibrida Cargil 1), Hibrida IPB 4, Kalingga, Kania Putih,

Malin, Metro, Nakula, Pandu, Parikesit, Permadi, Sadewa, Wiyasa, Bogor Composite-2. 2.3 Manfaat Tanaman Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di Indonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutan ke 3 setelah gandum dan padi. Di Daerah Madura, jagung banyak dimanfaatkan sebagai makanan pokok. Akhir-akhir ini tanaman jagung semakin meningkat penggunaannya. Tanaman jagung banyak sekali gunanya, sebab hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan antara lain:
a) Batang dan daun muda : pakan ternak

b) Batang dan daun tua (setelah panen) : pupuk hijau atau kompos c) Batang dan daun kering : kayu bakar d) Batang jagung : lanjaran (turus) e) Batang jagung : pulp (bahan kertas) f) Buah jagung muda (putren, Jw) : sayuran, bergedel, bakwan, sambel goreng g) Biji jagung tua: pengganti nasi, marning, brondong, roti jagung, tepung, bihun, bahan campuran kopi bubuk, biskuit, kue kering, pakan ternak, bahan baku industri bir, industri farmasi, dextrin, perekat, industri textil. (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). 2.4 Sentra Penanaman Di Indonesia, daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung adalah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, D.I. Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku. Khusus di Daerah

Jawa Timur dan Madura, budidaya tanaman jagung dilakukan secara intensif karena kondisi tanah dan iklimnya sangat mendukung untuk pertumbuhannya (Singh, 1987).

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Potensi budidaya Jagung (Zea mays L.) sebagai tanaman sereal

Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang terlalu ketat (Sania, 1988), dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan pada kondisi tanah yang agak kering. Tetapi untuk pertumbuhan optimalnya, jagung menghendaki beberapa persyaratan. Berikut ini adalah potensi budidaya Jagung (Zea mays L.) sebagai tanaman sereal. Jagung sebagai salah satu komoditas pangan yang banyak ditanam oleh petani hampir di setiap daerah mempunyai beberapa syarat tumbuh, diantaranya :
a. Iklim

Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim subtropis/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40 derajat LS. Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan, dan menjelang musim kemarau. 3. Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/ merana, dan memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah. 4. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34 derajat C, akan tetapi bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27 derajat C. Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok

sekitar 30 derajat C. 5. Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil. b. Media Tanam Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar supaya dapat tumbuh optimal tanah harus gembur, subur dan kaya humus. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain: andosol (berasal dari gunung berapi), latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan tekstur berat (grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik dengan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur lempung/liat (latosol) berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya. 3. Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsurunsur hara tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah pH antara 5,6 - 7,5. 4. Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik. 5. Tanah dengan kemiringan kurang dari 8 % dapat ditanami jagung, karena disana kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil. Sedangkan daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. c. Ketinggian Tempat
Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah dengan ketinggian optimum antara 0-600 m dpl merupakan ketinggian yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung.

d. Pembibitan Jika ingin mendapatkan hasil yang banyak setiap panen, maka bibit jagung yang akan ditanam harus memenuhi beberapa

kriteria/peryaratan bibit, diantaranya : Benih yang akan digunakan


sebaiknya bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik maupun fisiologinya. Berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar, tidak tercampur benih/varietas lain, tidak mengandung kotoran, tidak tercemar hama dan penyakit). Benih yang demikian dapat diperoleh bila menggunakan benih bersertifikat. Pada umumnya benih yang dibutuhkan sangat bergantung pada kesehatan benih, kemurnian benih dan daya tumbuh benih. Penggunaan benih jagung hibrida biasanya akan menghasilkan produksi yang lebih tinggi. Tetapi jagung hibrida mempunyai beberapa kelemahan dibandingkan varietas bersari bebas yaitu harga benihnya yang lebih mahal dan hanya dapat digunakan maksimal 2 kali turunan dan tersedia dalam jumlah terbatas. Beberapa varietas unggul jagung untuk dipilih sebagai benih adalah: Hibrida C 1, Hibrida C 2, Hibrida Pioneer 1, Pioneer 2, IPB 4, CPI-1, Kaliangga, Wiyasa, Arjuna, Baster kuning, Kania Putih, Metro, Harapan, Bima, Permadi, Bogor Composite, Parikesit, Sadewa, Nakula. Selain itu, jenis-jenis unggul yang belum lama dikembangkan adalah: CPI-2, BISI-1, BISI-2, P-3, P-4, P-5, C-3, Semar 1 dan Semar 2 (semuanya jenis Hibrida). Sebelum benih ditanam, sebaiknya dicampur dulu dengan fungisida seperti Benlate, terutama apabila diduga akan ada serangan jamur. Sedangkan bila diduga akan ada serangan lalat bibit dan ulat agrotis, sebaiknya benih dimasukkan ke dalam lubang bersama-sama dengan insektisida butiran dan sistemik seperti Furadan 3 G.

e. Pengolahan Media Tanam Pengolahan tanah bertujuan untuk: memperbaiki kondisi tanah, dan memberikan kondisi menguntungkan bagi pertumbuhan akar. Melalui pengolahan tanah, drainase dan aerasi yang kurang baik akan diperbaiki. Tanah diolah pada kondisi lembab tetapi tidak terlalu basah. Tanah yang sudah gembur hanya diolah secara umum. Berikut ini adalah langkah-langkah pengolahan media tanam jagung agar potensi budidaya jagung dapat optimal: 1) Persiapan

Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar diperoleh tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akan ditanami (calon tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Tanah yang keras memerlukan pengolahan yang lebih banyak. Pertama-tama tanah dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan diratakan. 2) Pembukaan Lahan Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan lahan dari sisa sisa tanaman sebelumnya. Bila perlu sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan dan pengolahan tanah dengan bajak. 3) Pembentukan Bedengan Setelah tanah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek. 4) Pengapuran Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah harus dikapur. Jumlah kapur yang diberikan berkisar antara 1-3 ton yang diberikan tiap 2-3 tahun. Pemberian dilakukan dengan cara menyebar kapur secara merata atau pada barisan tanaman, sekitar 1 bulan sebelum tanam. Dapat pula digunakan dosis 300 kg/ha per musim tanam dengan cara disebar pada barisan tanaman. 5) Pemupukan

Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara yang cukup maka harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman sangat bergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap. Anjuran dosis rata-rata adalah: Urea=200-300 kg/ha, TSP=75-100 kg/ha dan KCl=50-100 kg/ha. (AKK, 1993) Dari beberapa uraian mengenai potensi budidaya jagung, dapat dilihat bahwa jagung merupakan komoditas yang bisa dibudidayakan oleh para petani. Jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang terlalu ketat, dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan pada kondisi tanah yang agak kering. Namun agar pertumbuhan optimal memang ada beberapa syarat tertentu.
3.2 Hasil produksi budidaya Jagung (Zea mays L.) sebagai tanaman sereal

Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (1988) selama periode 1990-2004, luas areal pertanaman jagung di Indonesia ratarata 3,37 juta hektar dengan peningkatan sebesar 0,49% per tahun. Dibandingkan dengan tanaman pesaingnya, luas pertanaman jagung pada periode yang sama hanya sekitar 0,31 kali dari luas pertanaman padi atau 2,49 kali luas pertanaman kedelai. Produktivitas jagung yang masih rendah (3,34 ton/ha), walaupun cenderung meningkat 3,34% per tahun, menggambarkan bahwa penggunaan benih jagung berkualitas di tingkat petani belum berkembang seperti diharapkan, disamping cara pemeliharaan yang juga belum intensif. Dalam periode 1990-2004 rata-rata produksi jagung 8,72 juta ton dan cenderung meningkat 3,71% per tahun. Tampak bahwa peningkatkan produksi jagung lebih banyak ditentukan oleh adanya peningkatan produktivitas daripada peningkatan luas tanam. Fenomena ini menunjukkan bahwa perluasan penggunaan benih hibrida di ting, mkat petani diperkirakan mampu meningkatkan produksi jagung, mengingat hasilnya dapat mencapai 6 ton/ha.

,Di Indonesia, jagung dibudidayakan pada lingkungan yang beragam. Hasil studi 18 tahun yang lalu menunjukkan bahwa sekitar 79% areal pertanaman jagung terdapat di lahan kering, 11 % terdapat di lahan sawah irigasi, dan 10% di sawah tadah hujan. Dewasa ini data tersebut telah mengalami pergeseran. Diperkirakan areal pertanaman jagung pada lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan meningkat berturut-turut menjadi 10-1 5% dan 20-30%, terutama di daerah produksi jagung komersial. Melihat dari hasil produksi budidaya jagung, menunjukkan bahwa jagung yang dibudidayakan secara baik dan memenuhi syarat tumbuh jagung, yang umumnya memang tidak menuntut persyaratan tumbuh yang ketat, maka produksi hasil budidaya jagung akan berlimpah dengan kualitas yang unggul, apalagi jika bibit jagung berasal dari bibit hibrida yang unggul.
3.3 Prospek budidaya Jagung (Zea mays L.) sebagai salah satu tanaman

sereal di Indonesia Terpilihnya jagung sebagai ikon dalam kegiatan ini, diharapkan jagung menjadi salah satu solusi yang tepat untuk mengurangi konsumsi beras yang semakin meningkat. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai impor beras Indonesia pada tahun ini telah mencapai US $ 829 juta atau sekitar Rp 7,04 triliun. Dengan konsumsi beras sebesar 139 kilogram/kapita/tahun dan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 237 juta jiwa, berarti konsumsi beras nasional tahun ini mencapai 34 juta ton. Hasil ini diperoleh dengan mengalikan konsumsi beras perkapita dan jumlah penduduk Indonesia saat ini. Bisa dikatakan, Indonesia merupakan konsumen beras terbesar di dunia. Jika kebiasaan makan nasi ini dapat diubah, maka akan berdampak besar pada ketahanan pangan nasional. Beberapa waktu lalu, Wakil Presiden RI Boediono telah mencanangkan program One Day No Rice. Dengan maksud, memberikan penyadaran bahwa kita tidak harus menjadikan beras sebagai makanan pokok. Kita masih bisa mengonsumsi singkong, gandum, ubi, dan jagung (juga produk olahannya) untuk kehidupan sehari-hari. Pemanfaatan pangan lokal memang perlu terus ditingkatkan, sebagai salah

satu

solusi

dalam

memperkuat

upaya

ketahanan pangan. Caranya, dengan mengubah perspektif masyarakat yang merasa rendah diri karena mengonsumsi pangan lokal seperti jagung dan umbi-umbian.,mmm mm m ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,mm,, n nnn n Selain gandum, singkong, dan sagu, sebenarnya jagung memiliki potensi yang sangat besar untuk menggantikan beras. Karena, jagung merupakan sumber karbohidrat sebagaimana beras, dan dapat dijadikan bahan baku untuk aneka ragam produk olahan. Di beberapa daerah di Indonesia, misalnya di Madura dan Nusa Tenggara, telah menggunakan jagung sebagai bahan pangan pokok. Kini, Amerika Serikat juga menjadikan jagung sebagai alternatif sumber pangan. Sebenarnya, Indonesia memiliki potensi yang besar menjadi eksportir jagung global bersama dengan negara-negara produsen jagung lainnya di dunia dalam lima tahun mendatang (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 1988). Menurut Sania (1988) di Indonesia ada beberapa daerah penghasil jagung diantaranya adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Jawa Barat. Areal panen dan total produksi jagung dari ketujuh propinsi tersebut berturut-turut adalah 84,43% dan 87,80% dari luas panen dan produksi total jagung nasional. Sekitar 57% produksi biji jagung di Indonesia dihasilkan oleh pertanaman jagung pada musim hujan (MH), 24% pada musim kemarau (MK) I dan 19% pada MK II. Pada MH, jagung umumnya diusahakan pada lahan kering, sedangkan pada MK ditanam pada sawah tadah hujan dan irigasi.

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan Dari hasil pembahasan tentang potensi dan produksi budidaya tanaman jagung sebagai salah satu tanaman sereal dapat disimpulkan bahwa jagung merupakan komoditas tanaman pangan nomor dua setelah padi. Jagung mempunyai potensi unutk dibudidayakan hampir semua kawasan, menurut Sania (1988) menyatakan bahwa budidaya jagung tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang terlalu ketat. Di Indonesia jagung dibudidayakan hampir di semua wilayah oleh para petani, namun memang ada beberapa daerah yang menjadi sentral penghasil jagung. Indonesia tampak bahwa peningkatkan produksi jagung lebih banyak ditentukan oleh adanya peningkatan produktivitas daripada peningkatan luas tanam. Fenomena ini menunjukkan bahwa perluasan penggunaan benih hibrida di tingkat petani diperkirakan mampu meningkatkan produksi jagung, mengingat hasilnya dapat mencapai 6 ton/ha. Potensi dan produksi budidaya jagung di Indonesia menunjukkan bahwa jagung dibudidayakan pada lingkungan yang beragam. 4.2 Saran Melihat keadaan seperti yang telah diuraikan di atas, penulis dapat memberikan saran. Untuk meningkatkan potensi dan produksi budidaya jagung sebagai salah satu komoditas tanaman pangan, dapat dilakukan dengan menggunakan benih hibrida yang mempunyai produktivitas yang berlimpah. Selain itu, di Indonesia perlu merubah pola pikir masyarakat bahwa jagung juga dapat menjadi sumber energi yang baik selain beras, sehingga prospek budidaya jagung di Indonesia terus dapat di tingkatkan untuk substitusi komoditas padi.

DAFTAR PUSTAKA
AAK.1993.Teknik Bercocok Tanam Jagung.Yogyakarta:Kanisius. Dinas Pertanian Tanaman Pangan.2007.Budidaya Jagung.(http://deptan.tanaman pangan.com).Diakses tanggal 9 September 2012. FAO.2006.Study Tentang Agroindustri dan Pemasaran Jagung dan Kedelai di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.1988.Jagung Bogor.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Rubatzky dan Yamaguchi.1998.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.Bogor.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Saenong, Sania.1988.Teknologi Pengembangan Tanama Pengembangan Pertanian. Singh.1987.Sumber Pertumbuhan Produksi dan Tingkat Keuntungan Kompetitif Usahatani Jagung Dalam Agribisnis Tanaman Pangan.Prosiding Semiloka Nasional Jagung.Ujung Pandang, Maros, 11-12 November 1986. Tjirosoepomo.1991.Varietas Jagung.Yogyakarta:Kanisius. Wikipedia.2012.Jagung.(http://www.wikipedia.jagung.com).Diakses September 2012. tanggal 8 Benih Jagung.Pusat Penelitian Penelitian dan dan

Pangan.Bogor.Badan

Anda mungkin juga menyukai