Oleh : Kelompok 3 Kelas I Susi Susanti (115040100111024) Yuli Alfiatul Isadah (115040113111005) Rynda Valentina Sidauruk (115040100111120) Fika Andita Riani (115040100111186)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jamur kuping merupakan salah satu kelompok jelly fungi yang masuk ke dalam kelas Basidiomycota dan mempunyai tekstur jelly yang unik. Fungi yang masuk ke dalam kelas ini umumnya makroskopis atau mudah dilihat dengan mata telanjang. Miseliumnya bersekat dan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: miselium primer (miselium yang sel-selnya berinti satu, umumnya berasal dari perkembangan basidiospora) dan miselium sekunder (miselium yang sel penyusunnya berinti dua, miselium ini merupakan hasil konjugasi dua miselium primer atau persatuan dua basidiospora). Auricularia auricula umumnya kita kenal sebagai jamur kuping. Jamur ini disebut jamur kuping karena bentuk tubuh buahnya melebar seperti daun telinga manusia (kuping). Karakteristik dari jamur kuping ini adalah memiliki tubuh buah yang kenyal (mirip gelatin) jika dalam keadaan segar.Namun, pada keadaan kering, tubuh buah dari jamur kuping ini akan menjadi keras seperti tulang. Bagian tubuh buah dari jamur kuping berbentuk seperti mangkuk atau kadang dengan cuping seperti kuping, memiliki diameter 2-15 cm, tipis berdaging, dan kenyal. Warna tubuh buah jamur ini pada umumnya hitam atau coklat kehitaman akan tetapi adapula yang memiliki warna coklat tua. Jenis jamur kuping yang paling memiliki nilai bisnis yang tinggi adalah yang memiliki warna coklat pada bagian atas tubuh buah dan warna hitam pada bagian bawah tubuh buah, serta ukuran tubuh buah kecil. Jamur kuping merupakan salah satu jamur konsumsi yang umum dikeringkan terlebih dahulu, kemudian direndam dengan air dalam waktu relatif singkat sehingga jamur ini akan kembali seperti bentuk dan ukuran segarnya. Manfaat jamur kuping hitam dipercaya dapat mengencerkan darah atau antikoagulasi yaitu mencegah gumpalan darah, dan sisi lain dapat juga sebagai antihaermohagi yaitu menghentikan pendarahan. Dan juga bermanfaat untuk penyembuhan penyakit jantung, pembuluh darah dengan endapan (aterosklerosis), penurun kolesterol dan trigliserida. Dan apabila dikonsumsi setiap hari maka aliran darah akan menjadi lancar dan akan terhindar dari stroke atau jantung. Dengan 10 gram jamur kuping hitam, ditambah jahe 3 iris dan bawang putih 3 butir, bisa juga ditambah daging bersih lemak 40 gram dan sedikit garam. Kemudian rebus dengan air 6 mangkuk. Bagi menjadi 2 mangkuk diminum setiap hari, pagi dan sore. Ramuan ini dapat membersihkan 3 sumbatan dalam waktu 45 hari. Selain budidaya jamur tiram dan jamur merang yang mendatangkan untung besar, satu lagi jenis jamur yang cukup banyak dibudidayakan para petani adalah jamur kuping yang memiliki prospek bisnis sangat bagus. Hal ini disebabkan permintaan pasar domestik maupun pasar internasional masih cukup tinggi.Tak mengherankan harga jamur kuping dipasaran bisa lebih mahal dibandingkan jamur tiram serta jamur merang. Budidaya jamur kuping sangat cocok untuk dikembangkan menjadi peluang usaha skala rumah tangga.
BAB II BOTANI
2.1 Klasifikasi Jamur Kuping (Auricularia politricha) Klasifikasi Jamur Kuping adalah sebagai berikut : Devisi : Amastigomycota Sub Devisi : Basidiomycotae Kelas : Basidiomycetes Ordo : Auriculariales Familia : Auriculariae Genus : Auricularia Species : Auricularia sp. Jamur kuping memiliki tubuh buah kenyal atau seperti gelatin jika dalam keadaan segar dan menjadi keras seperti tulang jika kering. Jamur kuping berbentuk mangkuk atau kadang-kadang seperti kuping yang berasal dari titik pusat perlekatan, tipis bergading, dan kenyal. Permukaan luar steril, sering kali berurat, berbulu sangat kecil atau berambut, cokelat muda sampai cokelat, menjadi kehitaman jika mengering. Permukaan dalam fertil, licin sampai agak berkerut, bergelatin jika basah, berwarna kuning cokelat, cokelat keabu-abuan, cokelat, ungu, dan menjadi hitam jika kering. Spora putih; spora berada di permukaan dan biasanya pada permukaan bagian bawah, berukuran 12-8 x 4-8 mikron dan berbentuk sosis, licin. Jamur Kuping biasanya hidup soliter atau bergerombol pada batang kayu, ranting mati, tunggul kayu, dan lain-lain; melekat pada substrat secara sentral atau lateral.
2.2 Syarat Tumbuh Jmaur Kuping Adapun syarat tumbuh jamur kuping adalah sebagai berikut : 1. Suhu dan Kelembaban Suhu dan kelembaban memiliki peranan penting pada pertumbuhan jamur kuping. Suhu udara yang baik bagi pertumbuhan jamur ini berkisar antara 22-28 derajat C. Kelembaban udara ideal berkisar antara 80-90% agar diperoleh pertumbuhan yang baik. 2. Media Tanam Di alam asli, jamur kuping tumbuh menempel pada kayu-kayu yang telah lapuk. Oleh karena itu, dahulu jamur ini dibudidayakan dengan cara ditanam pada potongan kayu gelondongan berdiameter 10-20 cm. Saat ini, kayu gelondongan sulit dicari, dan harganya tinggi, maka dicari media tanam lain dari bahan limbah organik, seperti serbuk gergaji, ampas sagu, pucuk tebu, kertas bekas atau kertas koran, dan kapas bekas pabrik pemintalan. kayu karet merupakan jenis kayu yang paling baik untuk pertumbuhan jamur kuping. 3. Ketinggian Tempat Jamur kuping dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi.
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan hasil Jamur Kuping a. Air Kandungan air dalam substrat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan miselia jamur. Terlalu sedikit air akan menghambat bahkan menghentikan perkembangan miselia. Sedangkan kelebihan air akan membuat miselia busuk dan mati. Kandungan air pada substrat dapat dipertahankan dengan cara melakukan penyiraman secara teratur. Pada musim penghujan penyiraman dilakukan sekali sehari, yaitu pada pagi hari. Sedangkan pada musim kemarau penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. b. Sumber nutrisi Untuk kehidupan dan perkembangannya jamur kuping memerlukan sumber nutrisi dalam bentuk unsur hara, seperti nitrogen, fosfor, belerang, kalium, karbon serta beberapa unsur lainnya. Di dalam jaringan kayu unsur-unsur ini sudah tersedia walaupun tidak sebanyak yang dibutuhkan. Karena itu perlu penambahan unsur-unsur tersebut dari luar, dalam bentuk pupuk yang dicampurkan pada substrat penanaman. c. Kelembaban Karena jamur kuping sangat membutuhkan kelembaban yang tinggi agar pertumbuhan dan perkembangannya berlangsung secara optimal, maka kelembaban nisbi ruang tempat penanaman harus dipertahankan tinggi sesuai dengan kebutuhan jamur kuping tersebut. Kelembaban nisbi yang baik untuk perkembangan jamur kuping 80- 100 %. d. Temperatur Pada umunya jamur kuping akan tumbuh secara maksimal pada kisaran temperatur antara 20-280 C. Temperatur dalam ruangan penanaman diusahakan untuk berada pada kisaran angka tersebut. Pada kondisi temperatur lain diluar kisaran tersebut, menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Suriawiria (1979), menyebabkan pertumbuhannya terhambat dan hasil yang didapatkan sangat rendah. e. Cahaya Pertumbuhan jamur kuping sangat peka terhadap kehadiran cahaya, misalnya cahaya matahari secara langsung. Oleh sebab itu, ruangan penanaman harus benar-benar terhindar dari penyinaran cahaya secara langsung.
BAB III TEKNIK BUDIDAYA A. Pengadaan Bibit Jamur Kuping Pembiakan Tahap Pertama (F1) Langkah awal, sebelum melakukan pembiakan spora jamur kuping, adalah mempersiapkan peralatan dan media tumbuh. Peralatan yang digunakan meliputi tabung reaksi dan rak penyimpanan, kapas, kertas loyang atau kantong plastik, tall karet, autoclave (alat sterilisasi otomatis), meja pembiakan, dan peralatan pelengkap lainnya. Media tumbuh yang biasa digunakan dalam pembiakan tahap pertama dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok, yaitu bahan alarm dan bahan semi sintetis. Bahan alarm yang dapat digunakan adalah tepung jagung, tepung kentang, bawang, dll. Bahan- bahan ini biasanya digunakan dalam bentuk ekstrak (cairan jernih), sari, atau rebusan (decoction). Bahan-bahan semi sintetis untuk media turnbuh dalam pembiakan jamur adalah campuran kentang-glukose-agar atau campuran agar, glukose, ekstrak ragi atau agar, dan pepton-glukose. Media tumbuh yang cukup efektif untuk pembiakan miselium F, jamur kuping adalah bahan semi sintetis berupa campuran agar, glukose, dan kentang (tepung kentang). Tepung agar digunakan sebanyak 1,5% - 2%. Sedangkan bahan lain ditentukan berdasarkan coba-coba (trial error). Macam komposisi media tumbuh untuk pembiakan kultur jaringan (F,) jamur kuping yang telah populer adalah sebagai berikut. a) Sari buncis dan tauge dicampur dengan media agar: Campuran (adonan) media ini disterilisasi selama 1 jam. Media ini siap digunakan sebagai biakan murni (kultur jaringan) setelah diolesi atau ditanami sayatan (jaringan) tubuh buah jamur kuping dewasa. b) Parutan bawang bombay dan ubi kentang: Parutan bahan-bahan mi dicampur tepung aren (enau) dan dimasukkan dalam larutan agar dengan komposisi: kentang 100 gram; bawang bombay 50 gram; tepung aren 150 gram, dan agar 150 gram. c) Potato Dextrose Yeast Extract Agar (PDY): Komposisi media tumbuh jamur kuping mi telah berhasil digunakan dalam pembiakan miselium F1 di Balai Benih Induk Ngipiksari, Yogyakarta. Komposisi media ini terdiri atas kentang, dextrose (glukose), dan tepung agar.
Penyiapan media tumbuh PDY dimulai dari pencucian dan perebusan kentang. Sebanyak 200 gram kentang segar dibersihkan (tidak dikupas kulitnya) dan dicuci dengan air bersih lalu diiris-iris (dicacah) kemudian dicuci lagi berulang-ulang sampai air bekas cuciannya tampak jernih. Setelah bersih, iris-irisan kentang dibilas lagi dengan air suling (aquadest). Caranya, irisan kentang direndam dalam panel selama 10 menit, kemudian direbus dalam 700 - 1.000 ml air (aquadest) selama 1 jam sehingga airnya menyusut tinggal 500 - 600 mi. Kemudian, air rebusan (ekstrak) ini disaring dengan kain flanel atau kain lain yang mata saringannya kecil dan air saringan ditampung dalam botol. Tambahkan beberapa mililiter air pada ekstrak (air rebusan kentang) yang telah disaring tersebut sehingga volumenya mencapai 1.000 ml. Tambahkan pula 9 - 15 gram tepung agar dan 10 - 20 gram glukose (dextrose) lalu diaduk-aduk dan direbus dalam autoclave selama 15 menit pada tekanan 15 lbs. Selesai perebusan langsung dilakukan pendinginan. Media tumbuh yang telah dingin dapat segera dimasukkan dalam tabung reaksi pembiakan. Setiap 1(satu) liter media tumbuh buatan tersebut dapat digunakan sebagai media tumbuh biakan murni (kultur jaringan) jamur kuping sebanyak 150 - 200 tabung biakan. Sebaiknya, media tumbuh buatan ini segera digunakan sehingga tidak terkontaminasi oleh bahan-bahan pencemar (pollutan), bakteri, atau organisme mikro (renik) lain yang bersifat merusak dan membusukkan media tumbuh buatan tersebut.
Jika jumlah media tumbuh buatan yang disiapkan melebihi kapasitas tabung reaksi pembiakan, maka sisa media tumbuh tersebut harus disimpan dalam suhu dingin dan ruangan steril. Sisa media buatan tersebut dapat digunakan untuk pembiakan periode berikutnya. Langkah berikutnya adalah memasukkan media tumbuh dalam tabung reaksi sebanyak 1 sendok makan, kemudian disumbat dengan kapas. Sumbatan kapas di luar tabung reaksi dibalut dengan kertas loyang dan diikat dengan tali keret. Ulangi pekerjaan serupa untuk pembiakan F, lainnya. Selanjutnya, tabung-tabung reaksi dan isinya dimasukkan dalam autoclave atau alat sterilisasi otomatis untuk dilakukan sterilisasi pada suhu 125'C selama 1 jam. Untuk menghemat sekaligus mengefektifkan alat sterilisasi, maka posisi tabung reaksi di dalamnya diatur berjajar miring ke salah satu sisi atau miring bersilangan
Gambar. Tabung Reaksi Berisi Media Tumbuh Ditutup Kapas dan Kantong Plastik
Selesai pelaksanaan sterilisasi, tabung reaksi dibiarkan selama beberapa jam hingga suhunya dingin. Kemudian, tabung reaksi berisi media tumbuh steril dimasukkan ke dalam ruangan steril pula. Lepaskan kertas loyang penutup kapas dan simpan tabung reaksi tersebut dalam rak khusus (rak penyimpanan) dalam posisi miring. Tujuannnya adalah supaya media tumbuh jamur tersebar pada dinding tabung reaksi bagian dalarn sekaligus supaya terjadi penyebaran pertumbuhan miselium jamur kuping dalam tabung reaksi sehingga memudahkan pelaksanaan pengambilan untuk pembiakan tahap berikutnya. Tabung reaksi tersebut dibiarkan selama 24 jam supaya media tumbuh steril menjadi dingin pada suhu kamar. Langkah selanjutnya adalah menyiapkan pelaksanaan kultur jaringan, yaitu inokulasi (penanaman bibit) berupa sayatan (jaringan) tubuh buah jamur kuping dewasa yang berisi basidiospora. Sayatan ini diambil dari jamur kuping dewasa (umur 3-4 minggu sejak pembentukan calon jamur atau pin head) yang memiliki tubuh buah besar, tebal, dan sehat. Tubuh buah jamur yang akan diambil jaringannya terlebih dulu dibersihkan dan dicuci atau dicelupkan dalam alkohol 70`% selama 1 - 5 menit. Bahan-bahan kimia yang lazim digunakan untuk pencucian bibit jamur antara lain alkohol 70%, formalin 5%, mercurochloride 0,001 %, silver nitrate 0,1 %, mercuric cyanide 0,1 %, sodium hipochloride atau calcium hipochloride 0,35%, carbonic acid 1%, potasium permanganat 2%, dan hydrogen peroxida 3%. Tubuh buah jamur kuping bersih dan steril diletakkan pada papan atau wadah lain yang steril, kemudian diletakkan di atas meja pembiakan. Meja pembiakan diaktifkan, lampu dinyalakan, dan mesin hisap (filter) udara dihidupkan dengan menekan tombol (knop) pengontak. Setengah jam sejak meja pembiakan diaktitkan, kemudian semua tabung reaksi berisi media tumbuh steril yang telah dingin beserta rak penyimpanannya diambil dan ditaruh di atas meja pembiakan. Kemudian. kapas penyumbatnya dibuka. Bagian tubuh buah jamur kuping yang paling tebal terletak pada bagian "ketiak"nya. Pada bagian ini terdapat sumber-sumber percabangan hifa atau miselium atau kantong basidiospora. Bagian ini disayat selebar 0,1 cm, tebal 0,1 cm, dan panjangnya sekitar 1 cm. Untuk memudahkan penyayatan, kita dapat menggunakan spatula (pisau lancip bertangkai) atau pisau bedah yang tajam dan steril.
Gambar Bagian Ketiak Jamur Kuping (lihat arah pcnsil).
Selanjutnya, sayatan (jaringan) tubuh buah dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan permukaan tabung disumbat kembali dengan kapas. Penanaman sayatan tubuh buah tersebut harus dilakukan di atas meja pembiakan. Kemudian, tabung reaksi tertutup yang telah diisi sayatan tubuh buah diletakkan dalam rak penyimpanan di dalam ruang steril (ruang pembiakan) dan pekerjaan serupa diulangi untuk pembuatan bibit F, pada tabung reaksi lain yang telah disiapkan. Setiap tubuh buah jamur dapat diambil sebanyak 10 - 15 sayatan yang mengandung spora (basioiiaspora) Spora jamur kuping disimpan dalam ruangan steril yang agak gelap selama 20 hari hingga tumbuh benang-benang miselium berwarna putih yang memenuhi media tumbuh. Selanjutnya, biakan miselum ini digunakan sebagai bibit pada pembiakan tahap kedua. Tabung reaksi pembiakan yang gagal dan tidak tumbuh miselium segera dibuang supaya tidak mencemari (mengkontaminasi) tabung pembiakan yang tumbuh baik. Miselium yang rusak dapat diidentifikasi dari media yang berbau busuk dan berwarna coklat kehitam-hitaman. Tabung reaksi tersebut dibersihkan untuk digunakan pada pembibitan (inokulasi) periode (hari) berikutnya.
Pembiakan Tahap Kedua (F2) Langkah-langkah pembiakan tahap kedua (F,) tidak berbeda dengan tahap sebelumnya. Langkah pertama adalah persiapan peralatan dan media tumbuh. Peralatan (wadah) pembiakan tahap ini berupa botol kaca bening (transparan) 220 ml, kapas, kantong plastik, tall karet, dan autoclave. Semua peralatan harus kering, bersih, dan steril. Media tumbuh berupa campuran serbuk kayu, dedak halus (bekatul) dan kapur (CaCO;) dengan komposisi masing-masing 81 %; 18%, dan 1%. Macam media tumbuh lain adalah serbuk gergaji, dedak halus, gypsum (CaSo4 ), kapur (CaCO,), air, dan TSP. Komposisi masing-masing bahan adalah: serbuk gergaji 100 kg, dedak halus 10 kg, gypsum 1,5 kg, kapur 0,5 kg, air secukupnya, dart TSP 0,5 kg. Media tumbuh dalam pembiakan F2, (termasuk F3, F4 dan media tumbuh dalam pemeliharaan) harus memenuhi persyaratan ideal pertumbuhan miselum jamur kuping. Media tumbuh harus mengandung unsur C (carbon) dalam bentuk karbohidrat dalam jumlah (kandungan) yang cukup tinggi. Media harus mengandung unsur N dalam bentuk Amoniun. Unsur ini akan diubah oleh jamur menjadi protein. Syarat lain media tumbuh jamur adalah mengandung unsur Ca yang berfimgsi untuk menetralkan asam oxalat yang dikeluarkan oleh miselium, pH antara 3 - 7, kelembaban 68%, CO, kurang dari 1%, dan suhu sekitar 23 C- 25 C Langkah kedua dalam pembiakan ini adalah penyiapan media tumbuh. Serbuk kayu disiram dengan air bersih agar bebas dari kotoran dan cemaran getah atau rninyak, kemudian ditimbun di atas lantai terbuka selama l - 1,5 bulan. Pada umumnya, jamur kuping tumbuh pada kayu atau serbuk kayu dari tanaman bercabang (dikotil), bertajuk rimbun, berkayu lunak, berumur lebih dart 10 tahun, dan bukan jenis kayu yang mengandung minyak seperti pinus. Tetapi, jamur kuping tumbuh optimal pada beberapa jenis kayu tertentu. Oleh karena itu, serbuk kayu yang digunakan sebagai media tumbuh pada pembiakan ataupun pemeliharaan jarnur kuping sebaiknya dipilih dari penggergajian kayu tertentu. Jenis-jenis kayu yang baik sebagai media tumbuh jamur kuping adalah kayu kecapi, durian, rambutan, apokat, dadap, dan pasalama. Timbunan serbuk kayu bersih dan basah (kandungan air sekitar 62%) diaduk dan dicampur dengan dedak halus dan kapur sesuai dengan komposisi masing-masing. Dedak halus dipilih yang masih segar dan baik serta bersih (tidak tercampur sekam atau kotoran lain). Dedak yang telah disimpan dalam waktu cukup lama akan menggumpal dan mengalami fermentasi (pembusukan). Dedak ini kurang baik untuk campuran media tumbuh pembiakan jamur kuping. Usahakan supaya campuran media tumbuh tersebut teraduk merata. Langkah selanjutnya adalah memasukkan media tumbuh dalam botol kaca bening sampai penuh dan pantat (dasar) botol dibenturkan pelan-pelan pada lantai atau alas papan dan permukaan media tumbuh pada lubang botol ditekan dengan ujung jari berulang-ulang agar media tumbuh dalam botol lebih padat (memadat) dan tingginya mencapai leher botol. Tambahkan lagi media tumbuh sampai penuh lalu dipadatkan lagi sehingga botol terisi penuh dan padat. Pada permukaan media tumbuh dalam botol dibuat lubang sedalam 3 cm dan diameter 1 cm. Caranya, permukaan media tumbuh pada mulut botol ditekan dengan ujung kayu runcing dan gilig (silindrik). Kemudian, alat kapas tersebut diangkat (dicabut) kembali tali ikat sambil diputar pelan-pelan sehingga permukaan media berlubang dan memadat sampal batas leher botol.
Mulut botol disumbat dengan kapas dan ditutup dengan kantong plastik, kemudian diikat dengan tali karet. Media tumbuh pekerjaan serupa diulangi pada botol- botol yang lain.
Botol-botol yang telah berisi media tumbuh disterilsasi dalam autoclave selama kurang lebih 1 jam pada suhu 100 C- 125 C (suhu sterilsasi konstan minimal 30 menit). Posisi botol dalam autoclave sama dengan posisi sterilisasi tabung reaksi F1. Tujuan penysusunan botol-botol ini adalah agar penggunaan autoclave serta pelaksanaan sterilisasi lebih efektif dan efisien. Setelah sterilisasi selesai, kemudian botol yang berisi media tumbuh tersebut didinginkan. Dalam keadaan hangat, botol-botol tersebut dibongkar dan dimasukkan ke dalam ruangan pembiakan yang steril. Botol-botol berisi media tumbuh dibiarkan selama 12 - 24 jam agar media tumbuh jamur yang telah steril tersebut menjadi dingin. Setelah dingin, botol-botol tersebut diletakkan pada meja pembiakan. Ambil tabung reaksi hasil pembiakan F1, dan letakkan di atas meja pembiakan. Dalam keadaan tertutup kapas penyumbat, tabung reaksi segera disterilisasi dengan cara disemprot alkohol dan kapas penyumbatnya dibakar selama l0 - 15 detik. Selanjutnya, dilepas (dicabut) dengan pinset panjang tetap dalam keadaan terbakar, lalu mulut tabung reaksi dibakar di atas lampu spirtus selama 5 detik.
Miselium biakan F1 dimasukkan kedalam botol pembiakan F2. Caranya, buka sumbatan kapas botol pembiakan F2 dan reaksi pungut (ambil) miselium biakan F1 dengan piset, lalu tanamkan miselium tersebut pada lubang media tumbuh dalam botol pembiakan F2 Setiap biakan F1 dapat digunakan sebagai bibit pembiakan F2 sebanyak 15 20 botol. Botol pembiakan ditutup lagi dengan kapas penyumbat (penutupnya) dan ditempatkan di atas rak dalam ruangan steril, baik di sekitar meja pembiakan ataupun di ruangan lain. Botol-botol yang telah diisi dengan miselium jamur kuping disimpan dan ditumbuhkan selama 1 bulan agar miselium jamur kuping tersebut berkembang memenuhi seluruh celah-celah (pori-pori) media tumbuh dalam botol. Miselium yang tumbuh dengan baik akan berwarna putih, sedangkan miselium yang rusak akan berwarna coklat busuk. Botol-botol pembiakan yang rusak disingkirkan dan seluruh isi media tumbuh di dalamnya dibuang. Kemudian, dinding botol bagian dalam disikat dengan spon atau sikat bertangkai dan dicuci dengan air bersih lalu disimpan dalam kcadaan kering.
Pembiakan Tahak Ketiga (F3) Prinsip dan langkah pembiakan tahap ketiga (F3) sama dengan pembiakan tahap kedua. Bibit pcmbiakan F3 ditanam dari hasil pembiakan F2. Miselium yang berkembang dalam media tumbuh F2 dihancurkan dengan kayu alau pinset atau pengaduk besi bertangkai panjang yang telah disterilisasi. Kemudian, miselium ditumpahkan langsung di alas mulut bolol pembiakan F3 atau ditampun di atas piring atau cawan porselin. Setiap botol biakan F3 dapat digunakan sebagai bibit pembiakan F3 sebanyak 150 - 200 botol dan disimpan atau dikembangkan (ditumbuhkan) selama 1 bulan. Pembiakan Tahap Keempat (F4) Prinsip pembiakan tahap keempat tidak berbeda dengan pembiakan F3 ataupun F2. Pelaksanaan pembiakan F4 dilakukan dalam ruangan sleril yang lebih luas. Media tumbuh yang digunakan adalah serbuk kayu, dedak halus, dan kapur. Sedangkan penanaman bibit (inokulasi) pembiakan ini dilakukan dalam kantong plastik (polybag). Siapkan media tumbuh dan kantong plastik hening tahan panas agak tebal (PE 0,002) berukuran 20 cm x 30 cm. Masukkan media tumbuh dalam kantong plastik sampai penuh, kemudian padatkan dengan cara menekan permukaan plastik sampai ketinggian isi kantong (media tumbuh) tinggal 18 cm - 20 cm. Pemadatan dilakukan secara manual atau menggunakan mesin. Pemadatan cara manual dilakukan dengan menarik permukaan atas kantong plastik dan menekan permukaan media tumbuh dengan lempeng bulat yang diameternya sama dengan diameter kantong plastik. Selanjutnya, permukaan atas bagian tengah media tumbuh dibuat lubang dengan diameter 1 inchi (sekitar 2,5 cm) sedalam 7,5 cm - 10 cm. Bagian atas kantong plastic (polybag) yang sudah diisi media tumbuh dipasang cincin dari potongan pipa pralon (diameter dan tinggi cincin sekitar 3 cm) atau potongan bambu lalu disumbat dengan kapas dan ditutup plastik atau kotak kayu steril. Selanjutnya, polybag disusun dalam keranjang plastik (bambu) dan dimasukkan (disterilisasi) pada suhu 90 C - 95' C dalam ruang penguapan atau ruang sterilisasi (steamer) selama 5 - 10 jam. Pelaksanaan sterilisasi polybag ini paling lambat 24 jam sejak disiapkan dan sterilisasi dapat dilakukan dengan cara merebus dalam air mendidih selama 4 jam pada suhu 95 C - 100 C. Setelah sterilisasi polybag selesai, segera dilakukan pendinginan. Matikan steamer dan biarkan suhu ruangan penguapan menurun hingga 60 C. Sambil menunggu pendinginan tersebut, lakukan sterilisasi ruangan pembiakan. Ruangan disemprot dengan baysol dicampur alkohol atau aquades (air suling) dengan perbandingan (komposisi) 1: 6. Lantai ruangan dibersihkan dengan semprotan baysol dalam air, lalu dipel (dilap) dengan kain bersih.
Peralatan, termasuk pakaian tenaga kerja, harus steril. Semua peralatan dan tenaga kerja disemprot atau dibasuh dengan alkohol. Dalam setiap pelaksanaan pembiakan, sebaiknya menggunakan masker atau penutup mulut dan hidung (dari kain steril, dll.). Setelah suhu ruangan penguapan dingin (sekitar 60 C), polybag dalam keranjang segera dikeluarkan dari ruang penguapan dan didinginkan dalam ruangan pembiakan selama 1 hari (24 jam). Suhu ruangan pembiakan ini dapat diatur dengan air conditioner (AC) atau kipas angin. Ruangan pembiakan harus dilengkapi lubang ventilasi agar sirkulasi udara lebih lancar. Bibit F3 dalam botol pembiakan diambil dari ruang penyimpanan (penumbuhan). Ujung botol dan kapas penyumbat disemprot dengan alkohol lalu dibakar selama 1 - 2 menit. Dalam keadaan panas, kapas penyumbat segera dibuka dan mulut botol dipanggang di atas api selama 10 - 15 detik. Kemudian, miselium dan media tumbuhnya dihancurkan dengan pinset panjang atau alat lain. Campuran miselium dan media tumbuh dalam botol pembiakan segera ditumpahkan di atas cawan dan segera ditanam (diinokulasi) dalam polybag media tumbuh yang telah disiapkan. Setiap botol miselium F3 dapat ditanam menjadi 35 - 40 buah polybag. Untuk menghindari kontaminasi, pelaksanaan penanaman harus dilakukan dengan hati-hati dan cepat. Untuk itu, pelaksanaan penanaman sebaiknya dilakukan oleh 2 orang atau lebih. Caranya, seluruh plastik penutup polybag dan kapas penyumbat dilepas (dicabut). Kemudian, salah seorang menanamkan bibit miselium F3 dan seorang lainnya menutup kembali polybag dengan kapas penyumbat (penutup). Untuk efisiensi tenaga kerja dan penggunaan plastik penutup, maka sumbatan kapas polybag tidak perlu ditutup lagi dengan kantong (tutup) plastik. Untuk itu, plastik penutup ini ditampung dalam wadah untuk digunakan dalam pembuatan (penyiapan) polybag pada inokulasi periode berikutnya. Penanaman miselium jamur kuping dapat juga dilakukan dengan cara menumpahkan hancuran miselium dari botol F3, di atas lubang polybag dengan membuka dan menutupnya kembali kapas penyumbatnya. Cara ini sebaiknya dilakukan oleh tenaga kerja yang telah profesional (terampil). Polybag-polybag yang telah ditanami bibit jamur kuping (polybag inokulen) segera disimpan (diinkubasi) dalam kubung (rumah jamur). Hasil pembiakan F4 ini dapat dijual kepada petani dan masyarakat lain atau ditanam sendiri dalarn kubung budidaya jarnur kuping. Pelaksanaan pembibitan jamur kuping ini tidak harus dilakukan secara utuh dan menyelurLih, tetapi dapat dilakukan dalarn unit-unit pembibitan. Petani dan masyarakat dapat melakukan pembibitan F2 atau F3 atau F4 tanpa harus melakukan pembibitan F1 Syaratnya, bibit F1 harus dibeli dari petani atau perusahaan lain yang memiliki usaha pembibitan F1. Skema pembiakan bibit jamur kuping dari kultur jaringan (F1) sampai terbentuk bibit jamur siap tanarn (F4). B. Pemeliharaan Jamur Kuping Pemeliharaan jamur kuping sangat sederhana, yaitu menciptakan dan menjaga kondisi lingkungan pemcliharaan (cultivation) yang memenuhi syarat tumbuhnya. Langkah- langkah pemeliharaan atau penanaman jamur kuping meliputi pembuatan atau perbaikan (rehabilitasi) rumah jamur (kumbung), perawatan miselium dan tubuh buah, pengendalian hama atau penyakit, dan peinanenan. Pembuatan atau Rehabilitasi Rumah Jamur (Kubung) Rumah jamur kuping yang sederhana dapat dibuat dari kerangka kayu (bambu) beratap daun rumbia, anyaman bambu, atau anyaman jerami padi. Ukuran kubung yang ideal adalah 84 ml (pan jang 12 m, Iebar 7 m) dan tinggi 3,5 m. Bentuk kubung mirip gerbong kereta api, tiang bawah kubung berdiri tegak dan atapnya melengkung setengah lingkaran. Ruangan kubung penanaman jamur kuping dilengkapi rak atau para-para (shed) yang dipasang berjajar, berderat, dan bersusun berlapis-lapis di antara sisi-sisi tiang penyangga. ukuran rak disesuaikan dengan ukuran polybag (kantong miselium) bibit jamur yang akan diinkubasi dan ditanam. Rak kubung terdiri atas unit-unit rak yang terpisah oleh jalan utarna dan jalan simpang yang membelah ruangan. Unit rak berupa sekat-sekat atau susunan kayu horizontal atau membujur berlapislapis yang dipasang kokoh dan rapat di antara tiang penyangga. Lebar dan tinggi setiap unit rak dibuat sekitar 2 x 20 cm (panjang polibag) atau sekitar 40 cm, sedangkan panjangnya 3 m atau disesuaikan dengan ukuran lebar kubung. Deretan unit-unit rak dipasan, secara teratur pada sisi kiri dan kanan ruangan sehingga bagian tengah kubwlg terdapat jalan selebar 1 m dan di antara unit-unit rak terdapat jalan simpang selebar 80 cm. Susunan unit-unit rak dalam ruangan kubung jamur kuping. Pembuatan susunan (sekat) unit-unit rak yang ideal tidak lebih dari 5 lapisan. Setiap lapisan rak ini mampu memuat atau menampung polybag sebanyak 2 kantong ke arah vertikal dan 15 - 16 buah ke arah horizontal. Unit rak ukuran 3 m (panjang) dan 40 cm (lebar dan tinggi) dapat diisi sekitar 60 kantong polybag sehingga seluruh unit rak yang tersusun 5 lapis dapat diisi sekitar 300 kantong polybag. Susunan rak lapisan bawah dibuat sekitar 20 cm - 25 cm di atas permukaan lantai dasar agar sirkulasi udara pada bagian ini tidak terhambat dan tubuh buah jamur yang tumbuh pada lapisan rak paling bawah ini tidak menyentuh dan terkontaminasi oleh kotoran yang mencemari lantai dasar. Demikian pula, ruangan kubung tidak dipenuhi oleh unit-unit rak. Sediakan tempat kosong sekitar 25% dari luas lantai dasar ruangan kubung pada salah satu sisi ruangan sebagai tempat inkubasi. Pada setiap rumah jamur ukuran 84 m2 dapat dibuat sekitar 18 - 20 unit rak dengan 1 unit lantai inkubas. Atap dan dinding kubung ditutup rapat dan kokoh. Atap kubung yang praktis dan hemat biaya dapat dibuat dari anyaman daun rumbia. Dinding rumah jamur sisi panjang dibuat 2 lapisan, yaitu lapisan atas dibuat dari anyaman bambu sedangkan lapisan bawah setinggi 1 m dibuat dart lapisan plastik bening (transparan). Jika kondisi yang kurang baik, khususnya kelembaban ruangan kubung agak rendah, maka seluruh atap dan dinding kubung perlu dilapisi lembaran plastik. Pada dinding kubung bagian atas diberi lubang ventilasi terbuka sedangkan dinding kubung bawah diberi lubang ventilasi khusus yang dapat dibuka atau ditutup kembali. Lubang vcntilasi dinding atas pada kubung ukuran ideal sebanyak 4 buah. Dua buah fentilasi terdapat pada dinding kumbung sisi kiri dan sisanya terdapat pada dinding kubung sisi kanan. Untuk mencegah masuknya burung-burung atau binatang liar lain, maka pada ventilasi terbuka dipasang kawat kasa yang dijepit bingkai bambu pada keempat sisi-sisinya. Sedangkan ukuran setiap ventilasinya adalah 60 cm x 40 cm. Ventilasi pada dinding bagian bawah berupa jendela plastik yang disobek membentuk huruf L atau U. Tujuannya adalah agar sobekan plastik terscbut dapat dibuka dan ditutup atau dirapatkan kembali. Jumlah dan ukuran ventilasi sama dengan ventilasi terbuka, sedangkan letaknya sekitar 1 m samping kiri atau kanan ventilasi terbuka Rumah jamur dilengkapi dengan pintu utama yang dipasang pada bagian depan. Pintu ini dibuat dari anyaman bambu yang dibingkai dengan kerangka kayu papan atau bilah-bilah bambu. Konstruksi rumah jamur. Masa pakai optimal rumah jamur sederhana dari kerangka kayu, atap daun rumbia, serta dinding anyaman bambu dan lembaran plastik tersebut sekitar 2 tahun atau sekitar 4 peroide produksi. Selanjutnya, rumah jamur tersebut dapat dibongkar dan dibangun kembali rumah jamur sederhana dengan bahan-bahan baru atau diperhaiki (direhabilitasi) dengan mengganti bahan-bahan yang telah rusak. Perawatan Miselium dan Tubuh Buah Bibit jamur (miselium) F4 hasil pembelian atau produksi sendiri dapat diangkut dan dimasukkan dalam kubung yang tclah disiapkan. Jumlahnya disesuaikan dengan ketersediaan bibit dan kapasitas kubung. Pada kubung ukuran 84 m' dan tinggi 3,5 m dapat ditanam sekitar 5.000 kantong polybag bibit jarnur kuping. Letakkan polybag tersebut di atas permukaan lantai inkubasi yang telah disediakan, yaitu permukaan lantai kosong yang tidak ditutup rak. Posisi polybag adalah vertikal, alas polybag di bawah, dan bagian permukaan tempat pesemaian miselium yang ditutup (disumbat) kapas di atas. Bibit jamur pada lantai inkubasi tersebut dibiarkan selama 1,5 bulan hingga miselium tumbuh dengan sempurna. Masa penanaman ini disebut inkubasi. Selama masa inkubasi, miselium akan tumbuh menutupi permukaan dan pori-pori media tumbuh dalam polybag. Miselium yang tumbuh baik akan menutup sekitar 70% permukaan dan pori- pori media. Usai masa inkubasi dilanjutkan dengan penanaman. Bibit jamur yang tumbuh baik segera disusun di atas lapisanlapisan rak. Sambil menyusun polybag bibit jamur, sekaligus dilakukan seleksi. Bibit yang tidak tumbuh baik dan terkontaminasi oleh kotoran dan jamur lain dikumpulkan dalam karung dan dibuang atau dibakar. Polybag disusun miring ke kiri dan ke kanan. Bagian atas (tutup) polybag miring ke arah jalan simpang sedangkan alasnya saling bersinggungan. Posisi susunan polybag pada rak penanaman jamur kuping. Selesai penyusunan polybag dapat dilakukan monitoring pertumbuhan miselium. Dalam monitoring ini dilakukan pemeriksaan atau identifikasi ulang terhadap miselium dalam polybag. Jika dijuinpai miselium dalam polybag yang tumbuh kurang baik, maka harus segera diambil dan dibuang, kemudian diganti dengan polybag lain atau dibiarkan kosong. Setelah seluruh atau sekitar 75% permukaan pori-pori media tumbuh tertutup oleh miselium jamur kuping, maka segera dilakukan penumbuhan jamur dengan cara menyobek plastik polybag. Penyobekan dilakukan pada bagian lengkung di dekat ujung polybag. Sobekan membentuk huruf L atau lubang segi empat berukuran 1 cm x 1 cm. Sobekan berbentuk huruf L harus membentuk siku-siku terbuka ke arah ujung polybag. Posisi dan bentuk sobekan polybag penumbuhan jamur.
Biasanya, sekitar 15 hari kemudian, calon tubuh buah jamur (pin head) akan tumbuh pada sobekan tersebut. Penyobekan kantong polybag diulangi lagi dengan cara yang sama setelah calon jamur berumur 15 hari atau sekitar 30 hari sejak penanaman polybag. Posisi penyobekan kedua sebaiknya berseberangan dengan letak (posisi) sobekan sebelumnya. Tujuannya adalah agar terjadi pemerataan pemanfaatan somber nutrisi yang terkandung dalam media lumbuh sekaligus memudahkan pelaksanaan pemetikan dan menjamin kontinuitas panes. Pekerjaan pokok dan rutin selama perawatan miselium dan tubuh buah jamur kuping adalah penyiraman, pengontrolan kelembaban dan sirkulasi udara, serta kebersihan kubung. Penyiraman dilakukan setelah tubuh buah jamur yang lumbuh pada sobekan pertama berumur 15 hari atau sekitar 2,5 bulan sejak masa inkubasi.Penyiraman dilakukan dengan menyemprotkan kabut air memakai sprayer yang dilengkapi nozzle. Rumah jamur kuping raksasa dan dibangun permanen dapat dilengkapi dengan alat semprot otomatis (preasure chamber) untuk mengatur semprotan air bersih dan berkabut yang mucrat melalui nozzle yang dipasang pada bang atau dinding. Rumah jamur raksasa dan semprotan otomatis.
Penyiraman pertama dilakukan sampai tubuh buah jamur basah dan meneteskan air. Sedangkan penyiraman berikutnya dilakukan secara rutin setiap hari sesuai dengan kondisi udara (cuaca). Penyiraman pada musim panas serta suhu udara cukup tinggi dan kelembaban ruangan kubung agak rendah dilakukan sebanyak 2 - 4 kali sehari. Frekuensi penyiraman saat suhu udara terlalu tinggi yang dibarengi dengan tiupan angin kencang dilakukan sebanyak 5 kali sehari. Tindakan yang dilakukan jika tidak ada angin dan sirkulasi udara dalam kubung terhambat serta tidak terjadi hujan adalah membuka atau menyingkapkan ventilasi plastik pada dinding kubung bagian bawah. Kebersihan kubung selama pemeliharaan harus dijaga dengan baik. Setiap selesai panen, lantai dasar kubung harus ditaburi kapur. Tindakan ini untuk mencegah serangan penyakit atau serangga pengganggu sekaligus menciptakan kondisi rumah jamur tetap sehat. Pengendalian Hama dan Penyakit Masalah utama pemeliharaan jamur kuping adalah kontaminasi dan serangan hama. Pelaksanaan sterilisasi ruangan dan peralatan serta media tumbuh pada pembiakan miselium Fa yang kurang sempurna akan memudahkan kontaminasi oleh jamur lain. Jenis jamur yang seringkali mengkontaminasi miselium atau calon tubuh buah (pin head) jamur kuping adalah Trichoderma sp. Jamur ini berwarna hijau dan tumbuh seperti lumut pada permukaan media. Acapkali, miselium polybag jarnur kuping terkontaminasi oleh jamurjamur penyaing (kompetitor) yang tumbuh berupa bintik-bintik hitam pada permukaan media. Jamur-jamur yang belum dapat diidentifikasi jenisnya ini tumbuh dan memantaatkan nutrisi media tumbuh sebagai habitat dan sumber makanan. Masalah lain adalah kebersihan ruangan dan fluktuasi kandungan air dalam media tumbuh. Rurnah jamur yang dibuat sederhana mudah kotor dan terpolusi oleh kotoran- kotoran yang bersumber dari bahan-bahan pembuatan kubung atau bahan-bahan lain. Pelaksanaan penyiraman yang kurang baik juga akan menyebabkan tluktuasi kandungan air media tumbuh. Kelebihan atau kekurangan air media tumbuh akan menyebabkan pertumbuhan jamur tidak normal dan mudah terkontaminasi oleh jamur lain. Untuk menghindari kontaminasi dan serangan hama atau penyakit perlu dilakukan tindakan pencegahan (preventit). Tindakan pertama adalah menjaga kebersihan rumah jamur dan tempat inkubasi serta rak penanaman (pemeliharaan). Tindakan kedua adalah membuang dan memusnahkan kantong polybag yang terkontaminasi jamur lain atau hama. Tindakan lain adalah menjaga kebersihan alat pembiakan, pengawasan dan pengontrolan pelaksanaan strerilisasi peralatan serta media tumbuh, dan menjaga kebersihan rumah jamur dengan penyemprotan pestisida sebelum dilakukan penanaman atau selama pemeliharaan dan setiap usai pelaksanaan panen. Panen Jamur kuping dipanen saat pertumbuhan tubuh buah telah maksimal. Masa pertumbuhan jamur kuping ditandai oleh perubahan tepi atau pinggiran tubuh buah yang bergelombang dan tidak rata. Waktu panen paling tepat adalah pada umur 3 - 4 minggu terhitung sejak pembentukan calon tubuh buah (F)in head) dan ukuran panjangnya telah maksimal atau beratnya telah mencapai sekitar 65 gr. Panen dilakukan secara manual dengan cara mencubut jamur beserta akarnya. Pelaksanaan panen seringkali mengalami kcsulitan saat mencabut akar. Akar jamur yang tidak tercabut dan mengganggu pertumbuhan calon jamur yang akan berkembang di sekitar pembusukan akar. Akar jamur yang tidak tercabut harus diambil paksa dengan dicungkil memakai kayu atau dijepit dan dicabut dengan penjepit khusus. Panen jamur pada satu periode penanarnan selama 5 - 6 bulan dapat dilakukan sebanyak 4 - 5 kali. Dalarn kondisi yang baik dapat dipanen hingga 6 kali. Selanjutnya, media tumbuh hanya menghasilkan tubuh buah jamur yang berukuran kecil sehingga perlu diganti dengan bibit baru dari hasil pembiakan yang lebih baik dan mutunya terjamin.
DAFTAR PUSTAKA Anonymous a .2014.Makalah Jamur Kuping. http://tugasdicky.blogspot.com/2012/02/makalah- jamur-kuping.html .diakses pada 13 Maret 2014 Anonymous b .2014.Budidaya Jamur Kuping .http://krisnajamur.blogspot.com/2008/12/budidaya- jamur-kuping_10.html . diakses pada 13 Maret 2014 Piliang, Ira Wijaya. 2011. Pengaruh Tingkat Keasaman Media Serbuk Gergaji Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Dan Produksi Jamur Kuping Hitam (Auricularia Polytricha (Mont.) Sacc). Universitas Andalas: Padang Maryati Sri. 2009. Budidaya Jamur Kuping Universitas Sebelas Maret: Surakarta