Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KELOMPOK

BUDIDAYA TANPA TANAH


BUDIDAYA JAMUR KUPING








Oleh :
Kelompok 3 Kelas I
Susi Susanti (115040100111024)
Yuli Alfiatul Isadah (115040113111005)
Rynda Valentina Sidauruk (115040100111120)
Fika Andita Riani (115040100111186)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jamur kuping merupakan salah satu kelompok jelly fungi yang masuk ke dalam
kelas Basidiomycota dan mempunyai tekstur jelly yang unik. Fungi yang masuk ke dalam
kelas ini umumnya makroskopis atau mudah dilihat dengan mata telanjang. Miseliumnya
bersekat dan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: miselium primer (miselium yang
sel-selnya berinti satu, umumnya berasal dari perkembangan basidiospora) dan miselium
sekunder (miselium yang sel penyusunnya berinti dua, miselium ini merupakan hasil
konjugasi dua miselium primer atau persatuan dua basidiospora). Auricularia auricula
umumnya kita kenal sebagai jamur kuping. Jamur ini disebut jamur kuping karena bentuk
tubuh buahnya melebar seperti daun telinga manusia (kuping).
Karakteristik dari jamur kuping ini adalah memiliki tubuh buah yang kenyal
(mirip gelatin) jika dalam keadaan segar.Namun, pada keadaan kering, tubuh buah dari jamur
kuping ini akan menjadi keras seperti tulang. Bagian tubuh buah dari jamur kuping berbentuk
seperti mangkuk atau kadang dengan cuping seperti kuping, memiliki diameter 2-15 cm, tipis
berdaging, dan kenyal.
Warna tubuh buah jamur ini pada umumnya hitam atau coklat kehitaman akan
tetapi adapula yang memiliki warna coklat tua. Jenis jamur kuping yang paling memiliki nilai
bisnis yang tinggi adalah yang memiliki warna coklat pada bagian atas tubuh buah dan warna
hitam pada bagian bawah tubuh buah, serta ukuran tubuh buah kecil. Jamur kuping
merupakan salah satu jamur konsumsi yang umum dikeringkan terlebih dahulu, kemudian
direndam dengan air dalam waktu relatif singkat sehingga jamur ini akan kembali seperti
bentuk dan ukuran segarnya.
Manfaat jamur kuping hitam dipercaya dapat mengencerkan darah atau
antikoagulasi yaitu mencegah gumpalan darah, dan sisi lain dapat juga sebagai
antihaermohagi yaitu menghentikan pendarahan. Dan juga bermanfaat untuk penyembuhan
penyakit jantung, pembuluh darah dengan endapan (aterosklerosis), penurun kolesterol dan
trigliserida.
Dan apabila dikonsumsi setiap hari maka aliran darah akan menjadi lancar dan
akan terhindar dari stroke atau jantung. Dengan 10 gram jamur kuping hitam, ditambah jahe
3 iris dan bawang putih 3 butir, bisa juga ditambah daging bersih lemak 40 gram dan sedikit
garam. Kemudian rebus dengan air 6 mangkuk. Bagi menjadi 2 mangkuk diminum setiap
hari, pagi dan sore. Ramuan ini dapat membersihkan 3 sumbatan dalam waktu 45 hari.
Selain budidaya jamur tiram dan jamur merang yang mendatangkan untung besar,
satu lagi jenis jamur yang cukup banyak dibudidayakan para petani adalah jamur kuping
yang memiliki prospek bisnis sangat bagus. Hal ini disebabkan permintaan pasar domestik
maupun pasar internasional masih cukup tinggi.Tak mengherankan harga jamur kuping
dipasaran bisa lebih mahal dibandingkan jamur tiram serta jamur merang. Budidaya jamur
kuping sangat cocok untuk dikembangkan menjadi peluang usaha skala rumah tangga.


BAB II
BOTANI

2.1 Klasifikasi Jamur Kuping (Auricularia politricha)
Klasifikasi Jamur Kuping adalah sebagai berikut :
Devisi : Amastigomycota
Sub Devisi : Basidiomycotae
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Auriculariales
Familia : Auriculariae
Genus : Auricularia
Species : Auricularia sp.
Jamur kuping memiliki tubuh buah kenyal atau seperti gelatin jika dalam keadaan
segar dan menjadi keras seperti tulang jika kering. Jamur kuping berbentuk mangkuk atau
kadang-kadang seperti kuping yang berasal dari titik pusat perlekatan, tipis bergading, dan
kenyal. Permukaan luar steril, sering kali berurat, berbulu sangat kecil atau berambut, cokelat
muda sampai cokelat, menjadi kehitaman jika mengering. Permukaan dalam fertil, licin
sampai agak berkerut, bergelatin jika basah, berwarna kuning cokelat, cokelat keabu-abuan,
cokelat, ungu, dan menjadi hitam jika kering. Spora putih; spora berada di permukaan dan
biasanya pada permukaan bagian bawah, berukuran 12-8 x 4-8 mikron dan berbentuk sosis,
licin. Jamur Kuping biasanya hidup soliter atau bergerombol pada batang kayu, ranting mati,
tunggul kayu, dan lain-lain; melekat pada substrat secara sentral atau lateral.

2.2 Syarat Tumbuh Jmaur Kuping
Adapun syarat tumbuh jamur kuping adalah sebagai berikut :
1. Suhu dan Kelembaban
Suhu dan kelembaban memiliki peranan penting pada pertumbuhan jamur kuping.
Suhu udara yang baik bagi pertumbuhan jamur ini berkisar antara 22-28 derajat C.
Kelembaban udara ideal berkisar antara 80-90% agar diperoleh pertumbuhan
yang baik.
2. Media Tanam
Di alam asli, jamur kuping tumbuh menempel pada kayu-kayu yang telah lapuk.
Oleh karena itu, dahulu jamur ini dibudidayakan dengan cara ditanam pada
potongan kayu gelondongan berdiameter 10-20 cm. Saat ini, kayu gelondongan
sulit dicari, dan harganya tinggi, maka dicari media tanam lain dari bahan limbah
organik, seperti serbuk gergaji, ampas sagu, pucuk tebu, kertas bekas atau kertas
koran, dan kapas bekas pabrik pemintalan. kayu karet merupakan jenis kayu yang
paling baik untuk pertumbuhan jamur kuping.
3. Ketinggian Tempat
Jamur kuping dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan hasil Jamur Kuping
a. Air
Kandungan air dalam substrat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan miselia jamur. Terlalu sedikit air akan menghambat bahkan menghentikan
perkembangan miselia. Sedangkan kelebihan air akan membuat miselia busuk dan mati.
Kandungan air pada substrat dapat dipertahankan dengan cara melakukan penyiraman
secara teratur. Pada musim penghujan penyiraman dilakukan sekali sehari, yaitu pada
pagi hari. Sedangkan pada musim kemarau penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu
pada pagi dan sore hari.
b. Sumber nutrisi
Untuk kehidupan dan perkembangannya jamur kuping memerlukan sumber
nutrisi dalam bentuk unsur hara, seperti nitrogen, fosfor, belerang, kalium, karbon serta
beberapa unsur lainnya. Di dalam jaringan kayu unsur-unsur ini sudah tersedia walaupun
tidak sebanyak yang dibutuhkan. Karena itu perlu penambahan unsur-unsur tersebut dari
luar, dalam bentuk pupuk yang dicampurkan pada substrat penanaman.
c. Kelembaban
Karena jamur kuping sangat membutuhkan kelembaban yang tinggi agar
pertumbuhan dan perkembangannya berlangsung secara optimal, maka kelembaban nisbi
ruang tempat penanaman harus dipertahankan tinggi sesuai dengan kebutuhan jamur
kuping tersebut. Kelembaban nisbi yang baik untuk perkembangan jamur kuping 80- 100
%.
d. Temperatur
Pada umunya jamur kuping akan tumbuh secara maksimal pada kisaran
temperatur antara 20-280 C. Temperatur dalam ruangan penanaman diusahakan untuk
berada pada kisaran angka tersebut. Pada kondisi temperatur lain diluar kisaran tersebut,
menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Suriawiria (1979), menyebabkan
pertumbuhannya terhambat dan hasil yang didapatkan sangat rendah.
e. Cahaya
Pertumbuhan jamur kuping sangat peka terhadap kehadiran cahaya, misalnya
cahaya matahari secara langsung. Oleh sebab itu, ruangan penanaman harus benar-benar
terhindar dari penyinaran cahaya secara langsung.






BAB III
TEKNIK BUDIDAYA
A. Pengadaan Bibit Jamur Kuping
Pembiakan Tahap Pertama (F1)
Langkah awal, sebelum melakukan pembiakan spora jamur kuping, adalah
mempersiapkan peralatan dan media tumbuh. Peralatan yang digunakan meliputi tabung
reaksi dan rak penyimpanan, kapas, kertas loyang atau kantong plastik, tall karet,
autoclave (alat sterilisasi otomatis), meja pembiakan, dan peralatan pelengkap lainnya.
Media tumbuh yang biasa digunakan dalam pembiakan tahap pertama dapat
dikategorikan menjadi 2 kelompok, yaitu bahan alarm dan bahan semi sintetis. Bahan
alarm yang dapat digunakan adalah tepung jagung, tepung kentang, bawang, dll. Bahan-
bahan ini biasanya digunakan dalam bentuk ekstrak (cairan jernih), sari, atau rebusan
(decoction).
Bahan-bahan semi sintetis untuk media turnbuh dalam pembiakan jamur adalah
campuran kentang-glukose-agar atau campuran agar, glukose, ekstrak ragi atau agar, dan
pepton-glukose.
Media tumbuh yang cukup efektif untuk pembiakan miselium F, jamur kuping
adalah bahan semi sintetis berupa campuran agar, glukose, dan kentang (tepung
kentang). Tepung agar digunakan sebanyak 1,5% - 2%. Sedangkan bahan lain ditentukan
berdasarkan coba-coba (trial error).
Macam komposisi media tumbuh untuk pembiakan kultur jaringan (F,) jamur
kuping yang telah populer adalah sebagai berikut.
a) Sari buncis dan tauge dicampur dengan media agar: Campuran (adonan)
media ini disterilisasi selama 1 jam. Media ini siap digunakan sebagai
biakan murni (kultur jaringan) setelah diolesi atau ditanami sayatan
(jaringan) tubuh buah jamur kuping dewasa.
b) Parutan bawang bombay dan ubi kentang: Parutan bahan-bahan mi
dicampur tepung aren (enau) dan dimasukkan dalam larutan agar dengan
komposisi: kentang 100 gram; bawang bombay 50 gram; tepung aren 150
gram, dan agar 150 gram.
c) Potato Dextrose Yeast Extract Agar (PDY): Komposisi media tumbuh
jamur kuping mi telah berhasil digunakan dalam pembiakan miselium F1
di Balai Benih Induk Ngipiksari, Yogyakarta. Komposisi media ini terdiri
atas kentang, dextrose (glukose), dan tepung agar.

Penyiapan media tumbuh PDY dimulai dari pencucian dan perebusan kentang.
Sebanyak 200 gram kentang segar dibersihkan (tidak dikupas kulitnya) dan dicuci dengan
air bersih lalu diiris-iris (dicacah) kemudian dicuci lagi berulang-ulang sampai air bekas
cuciannya tampak jernih. Setelah bersih, iris-irisan kentang dibilas lagi dengan air
suling (aquadest). Caranya, irisan kentang direndam dalam panel selama 10 menit,
kemudian direbus dalam 700 - 1.000 ml air (aquadest) selama 1 jam sehingga airnya
menyusut tinggal 500 - 600 mi. Kemudian, air rebusan (ekstrak) ini disaring dengan kain
flanel atau kain lain yang mata saringannya kecil dan air saringan ditampung dalam botol.
Tambahkan beberapa mililiter air pada ekstrak (air rebusan kentang) yang telah
disaring tersebut sehingga volumenya mencapai 1.000 ml. Tambahkan pula 9 - 15 gram
tepung agar dan 10 - 20 gram glukose (dextrose) lalu diaduk-aduk dan direbus dalam
autoclave selama 15 menit pada tekanan 15 lbs.
Selesai perebusan langsung dilakukan pendinginan. Media tumbuh yang telah
dingin dapat segera dimasukkan dalam tabung reaksi pembiakan. Setiap 1(satu) liter
media tumbuh buatan tersebut dapat digunakan sebagai media tumbuh biakan murni
(kultur jaringan) jamur kuping sebanyak 150 - 200 tabung biakan. Sebaiknya, media
tumbuh buatan ini segera digunakan sehingga tidak terkontaminasi oleh bahan-bahan
pencemar (pollutan), bakteri, atau organisme mikro (renik) lain yang bersifat merusak
dan membusukkan media tumbuh buatan tersebut.

Jika jumlah media tumbuh buatan yang disiapkan melebihi kapasitas tabung
reaksi pembiakan, maka sisa media tumbuh tersebut harus disimpan dalam suhu dingin
dan ruangan steril. Sisa media buatan tersebut dapat digunakan untuk pembiakan periode
berikutnya.
Langkah berikutnya adalah memasukkan media tumbuh dalam tabung reaksi
sebanyak 1 sendok makan, kemudian disumbat dengan kapas. Sumbatan kapas di luar
tabung reaksi dibalut dengan kertas loyang dan diikat dengan tali keret. Ulangi pekerjaan
serupa untuk pembiakan F, lainnya.
Selanjutnya, tabung-tabung reaksi dan isinya dimasukkan dalam autoclave atau
alat sterilisasi otomatis untuk dilakukan sterilisasi pada suhu 125'C selama 1 jam. Untuk
menghemat sekaligus mengefektifkan alat sterilisasi, maka posisi tabung reaksi di
dalamnya diatur berjajar miring ke salah satu sisi atau miring bersilangan




Gambar. Tabung Reaksi Berisi Media Tumbuh Ditutup Kapas dan Kantong Plastik

Selesai pelaksanaan sterilisasi, tabung reaksi dibiarkan selama beberapa jam
hingga suhunya dingin. Kemudian, tabung reaksi berisi media tumbuh steril dimasukkan
ke dalam ruangan steril pula. Lepaskan kertas loyang penutup kapas dan simpan tabung
reaksi tersebut dalam rak khusus (rak penyimpanan) dalam posisi miring. Tujuannnya
adalah supaya media tumbuh jamur tersebar pada dinding tabung reaksi bagian dalarn
sekaligus supaya terjadi penyebaran pertumbuhan miselium jamur kuping dalam tabung
reaksi sehingga memudahkan pelaksanaan pengambilan untuk pembiakan tahap
berikutnya. Tabung reaksi tersebut dibiarkan selama 24 jam supaya media tumbuh steril
menjadi dingin pada suhu kamar.
Langkah selanjutnya adalah menyiapkan pelaksanaan kultur jaringan, yaitu
inokulasi (penanaman bibit) berupa sayatan (jaringan) tubuh buah jamur kuping dewasa
yang berisi basidiospora. Sayatan ini diambil dari jamur kuping dewasa (umur 3-4
minggu sejak pembentukan calon jamur atau pin head) yang memiliki tubuh buah besar,
tebal, dan sehat.
Tubuh buah jamur yang akan diambil jaringannya terlebih dulu dibersihkan dan
dicuci atau dicelupkan dalam alkohol 70`% selama 1 - 5 menit. Bahan-bahan kimia yang
lazim digunakan untuk pencucian bibit jamur antara lain alkohol 70%, formalin 5%,
mercurochloride 0,001 %, silver nitrate 0,1 %, mercuric cyanide 0,1 %, sodium
hipochloride atau calcium hipochloride 0,35%, carbonic acid 1%, potasium permanganat
2%, dan hydrogen peroxida 3%.
Tubuh buah jamur kuping bersih dan steril diletakkan pada papan atau wadah lain
yang steril, kemudian diletakkan di atas meja pembiakan. Meja pembiakan diaktifkan,
lampu dinyalakan, dan mesin hisap (filter) udara dihidupkan dengan menekan tombol
(knop) pengontak.
Setengah jam sejak meja pembiakan diaktitkan, kemudian semua tabung reaksi
berisi media tumbuh steril yang telah dingin beserta rak penyimpanannya diambil dan
ditaruh di atas meja pembiakan. Kemudian. kapas penyumbatnya dibuka.
Bagian tubuh buah jamur kuping yang paling tebal terletak pada bagian
"ketiak"nya. Pada bagian ini terdapat sumber-sumber percabangan hifa atau miselium
atau kantong basidiospora. Bagian ini disayat selebar 0,1 cm, tebal 0,1 cm, dan
panjangnya sekitar 1 cm. Untuk memudahkan penyayatan, kita dapat menggunakan
spatula (pisau lancip bertangkai) atau pisau bedah yang tajam dan steril.

Gambar Bagian Ketiak Jamur Kuping (lihat arah pcnsil).

Selanjutnya, sayatan (jaringan) tubuh buah dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dan permukaan tabung disumbat kembali dengan kapas. Penanaman sayatan tubuh buah
tersebut harus dilakukan di atas meja pembiakan. Kemudian, tabung reaksi tertutup yang
telah diisi sayatan tubuh buah diletakkan dalam rak penyimpanan di dalam ruang steril
(ruang pembiakan) dan pekerjaan serupa diulangi untuk pembuatan bibit F, pada tabung
reaksi lain yang telah disiapkan. Setiap tubuh buah jamur dapat diambil sebanyak 10 - 15
sayatan yang mengandung spora (basioiiaspora)
Spora jamur kuping disimpan dalam ruangan steril yang agak gelap selama 20
hari hingga tumbuh benang-benang miselium berwarna putih yang memenuhi media
tumbuh. Selanjutnya, biakan miselum ini digunakan sebagai bibit pada pembiakan tahap
kedua. Tabung reaksi pembiakan yang gagal dan tidak tumbuh miselium segera dibuang
supaya tidak mencemari (mengkontaminasi) tabung pembiakan yang tumbuh baik.
Miselium yang rusak dapat diidentifikasi dari media yang berbau busuk dan berwarna
coklat kehitam-hitaman. Tabung reaksi tersebut dibersihkan untuk digunakan pada
pembibitan (inokulasi) periode (hari) berikutnya.

Pembiakan Tahap Kedua (F2)
Langkah-langkah pembiakan tahap kedua (F,) tidak berbeda dengan tahap
sebelumnya. Langkah pertama adalah persiapan peralatan dan media tumbuh. Peralatan
(wadah) pembiakan tahap ini berupa botol kaca bening (transparan) 220 ml, kapas,
kantong plastik, tall karet, dan autoclave. Semua peralatan harus kering, bersih, dan steril.
Media tumbuh berupa campuran serbuk kayu, dedak halus (bekatul) dan kapur
(CaCO;) dengan komposisi masing-masing 81 %; 18%, dan 1%. Macam media tumbuh
lain adalah serbuk gergaji, dedak halus, gypsum (CaSo4 ), kapur (CaCO,), air, dan TSP.
Komposisi masing-masing bahan adalah: serbuk gergaji 100 kg, dedak halus 10 kg,
gypsum 1,5 kg, kapur 0,5 kg, air secukupnya, dart TSP 0,5 kg.
Media tumbuh dalam pembiakan F2, (termasuk F3, F4 dan media tumbuh dalam
pemeliharaan) harus memenuhi persyaratan ideal pertumbuhan miselum jamur kuping.
Media tumbuh harus mengandung unsur C (carbon) dalam bentuk karbohidrat dalam
jumlah (kandungan) yang cukup tinggi. Media harus mengandung unsur N dalam bentuk
Amoniun. Unsur ini akan diubah oleh jamur menjadi protein. Syarat lain media tumbuh
jamur adalah mengandung unsur Ca yang berfimgsi untuk menetralkan asam oxalat yang
dikeluarkan oleh miselium, pH antara 3 - 7, kelembaban 68%, CO, kurang dari 1%, dan
suhu sekitar 23 C- 25 C
Langkah kedua dalam pembiakan ini adalah penyiapan media tumbuh. Serbuk
kayu disiram dengan air bersih agar bebas dari kotoran dan cemaran getah atau rninyak,
kemudian ditimbun di atas lantai terbuka selama l - 1,5 bulan. Pada umumnya, jamur
kuping tumbuh pada kayu atau serbuk kayu dari tanaman bercabang (dikotil), bertajuk
rimbun, berkayu lunak, berumur lebih dart 10 tahun, dan bukan jenis kayu yang
mengandung minyak seperti pinus. Tetapi, jamur kuping tumbuh optimal pada beberapa
jenis kayu tertentu. Oleh karena itu, serbuk kayu yang digunakan sebagai media tumbuh
pada pembiakan ataupun pemeliharaan jarnur kuping sebaiknya dipilih dari
penggergajian kayu tertentu. Jenis-jenis kayu yang baik sebagai media tumbuh jamur
kuping adalah kayu kecapi, durian, rambutan, apokat, dadap, dan pasalama.
Timbunan serbuk kayu bersih dan basah (kandungan air sekitar 62%) diaduk dan
dicampur dengan dedak halus dan kapur sesuai dengan komposisi masing-masing. Dedak
halus dipilih yang masih segar dan baik serta bersih (tidak tercampur sekam atau kotoran
lain). Dedak yang telah disimpan dalam waktu cukup lama akan menggumpal dan
mengalami fermentasi (pembusukan). Dedak ini kurang baik untuk campuran media
tumbuh pembiakan jamur kuping. Usahakan supaya campuran media tumbuh tersebut
teraduk merata.
Langkah selanjutnya adalah memasukkan media tumbuh dalam botol kaca bening
sampai penuh dan pantat (dasar) botol dibenturkan pelan-pelan pada lantai atau alas
papan dan permukaan media tumbuh pada lubang botol ditekan dengan ujung jari
berulang-ulang agar media tumbuh dalam botol lebih padat (memadat) dan tingginya
mencapai leher botol. Tambahkan lagi media tumbuh sampai penuh lalu dipadatkan lagi
sehingga botol terisi penuh dan padat.
Pada permukaan media tumbuh dalam botol dibuat lubang sedalam 3 cm dan
diameter 1 cm. Caranya, permukaan media tumbuh pada mulut botol ditekan dengan
ujung kayu runcing dan gilig (silindrik). Kemudian, alat kapas tersebut diangkat (dicabut)
kembali tali ikat sambil diputar pelan-pelan sehingga permukaan media berlubang dan
memadat sampal batas leher botol.







Mulut botol disumbat dengan kapas dan ditutup dengan kantong plastik,
kemudian diikat dengan tali karet. Media tumbuh pekerjaan serupa diulangi pada botol-
botol yang lain.












Botol-botol yang telah berisi media tumbuh disterilsasi dalam autoclave selama
kurang lebih 1 jam pada suhu 100 C- 125 C (suhu sterilsasi konstan minimal 30 menit).
Posisi botol dalam autoclave sama dengan posisi sterilisasi tabung reaksi F1. Tujuan
penysusunan botol-botol ini adalah agar penggunaan autoclave serta pelaksanaan
sterilisasi lebih efektif dan efisien.
Setelah sterilisasi selesai, kemudian botol yang berisi media tumbuh tersebut
didinginkan. Dalam keadaan hangat, botol-botol tersebut dibongkar dan dimasukkan ke
dalam ruangan pembiakan yang steril. Botol-botol berisi media tumbuh dibiarkan selama
12 - 24 jam agar media tumbuh jamur yang telah steril tersebut menjadi dingin. Setelah
dingin, botol-botol tersebut diletakkan pada meja pembiakan.
Ambil tabung reaksi hasil pembiakan F1, dan letakkan di atas meja pembiakan.
Dalam keadaan tertutup kapas penyumbat, tabung reaksi segera disterilisasi dengan cara
disemprot alkohol dan kapas penyumbatnya dibakar selama l0 - 15 detik. Selanjutnya,
dilepas (dicabut) dengan pinset panjang tetap dalam keadaan terbakar, lalu mulut tabung
reaksi dibakar di atas lampu spirtus selama 5 detik.








Miselium biakan F1 dimasukkan kedalam botol pembiakan F2. Caranya, buka
sumbatan kapas botol pembiakan F2 dan reaksi pungut (ambil) miselium biakan F1
dengan piset, lalu tanamkan miselium tersebut pada lubang media tumbuh dalam botol
pembiakan F2 Setiap biakan F1 dapat digunakan sebagai bibit pembiakan F2 sebanyak 15
20 botol. Botol pembiakan ditutup lagi dengan kapas penyumbat (penutupnya) dan
ditempatkan di atas rak dalam ruangan steril, baik di sekitar meja pembiakan ataupun di
ruangan lain.
Botol-botol yang telah diisi dengan miselium jamur kuping disimpan dan
ditumbuhkan selama 1 bulan agar miselium jamur kuping tersebut berkembang
memenuhi seluruh celah-celah (pori-pori) media tumbuh dalam botol. Miselium yang
tumbuh dengan baik akan berwarna putih, sedangkan miselium yang rusak akan berwarna
coklat busuk. Botol-botol pembiakan yang rusak disingkirkan dan seluruh isi media
tumbuh di dalamnya dibuang. Kemudian, dinding botol bagian dalam disikat dengan
spon atau sikat bertangkai dan dicuci dengan air bersih lalu disimpan dalam kcadaan
kering.

Pembiakan Tahak Ketiga (F3)
Prinsip dan langkah pembiakan tahap ketiga (F3) sama dengan pembiakan tahap
kedua. Bibit pcmbiakan F3 ditanam dari hasil pembiakan F2. Miselium yang berkembang
dalam media tumbuh F2 dihancurkan dengan kayu alau pinset atau pengaduk besi
bertangkai panjang yang telah disterilisasi. Kemudian, miselium ditumpahkan langsung
di alas mulut bolol pembiakan F3 atau ditampun di atas piring atau cawan porselin.
Setiap botol biakan F3 dapat digunakan sebagai bibit pembiakan F3 sebanyak 150 - 200
botol dan disimpan atau dikembangkan (ditumbuhkan) selama 1 bulan.
Pembiakan Tahap Keempat (F4)
Prinsip pembiakan tahap keempat tidak berbeda dengan pembiakan F3 ataupun
F2. Pelaksanaan pembiakan F4 dilakukan dalam ruangan sleril yang lebih luas. Media
tumbuh yang digunakan adalah serbuk kayu, dedak halus, dan kapur. Sedangkan
penanaman bibit (inokulasi) pembiakan ini dilakukan dalam kantong plastik (polybag).
Siapkan media tumbuh dan kantong plastik hening tahan panas agak tebal (PE 0,002)
berukuran 20 cm x 30 cm. Masukkan media tumbuh dalam kantong plastik sampai
penuh, kemudian padatkan dengan cara menekan permukaan plastik sampai ketinggian
isi kantong (media tumbuh) tinggal 18 cm - 20 cm. Pemadatan dilakukan secara manual
atau menggunakan mesin. Pemadatan cara manual dilakukan dengan menarik permukaan
atas kantong plastik dan menekan permukaan media tumbuh dengan lempeng bulat yang
diameternya sama dengan diameter kantong plastik. Selanjutnya, permukaan atas bagian
tengah media tumbuh dibuat lubang dengan diameter 1 inchi (sekitar 2,5 cm) sedalam 7,5
cm - 10 cm.
Bagian atas kantong plastic (polybag) yang sudah diisi media tumbuh dipasang
cincin dari potongan pipa pralon (diameter dan tinggi cincin sekitar 3 cm) atau potongan
bambu lalu disumbat dengan kapas dan ditutup plastik atau kotak kayu steril.
Selanjutnya, polybag disusun dalam keranjang plastik (bambu) dan dimasukkan
(disterilisasi) pada suhu 90 C - 95' C dalam ruang penguapan atau ruang sterilisasi
(steamer) selama 5 - 10 jam. Pelaksanaan sterilisasi polybag ini paling lambat 24 jam
sejak disiapkan dan sterilisasi dapat dilakukan dengan cara merebus dalam air mendidih
selama 4 jam pada suhu 95 C - 100 C.
Setelah sterilisasi polybag selesai, segera dilakukan pendinginan. Matikan
steamer dan biarkan suhu ruangan penguapan menurun hingga 60 C. Sambil menunggu
pendinginan tersebut, lakukan sterilisasi ruangan pembiakan. Ruangan disemprot
dengan baysol dicampur alkohol atau aquades (air suling) dengan perbandingan
(komposisi) 1: 6. Lantai ruangan dibersihkan dengan semprotan baysol dalam air, lalu
dipel (dilap) dengan kain bersih.







Peralatan, termasuk pakaian tenaga kerja, harus steril. Semua peralatan dan tenaga
kerja disemprot atau dibasuh dengan alkohol. Dalam setiap pelaksanaan pembiakan,
sebaiknya menggunakan masker atau penutup mulut dan hidung (dari kain steril, dll.).
Setelah suhu ruangan penguapan dingin (sekitar 60 C), polybag dalam keranjang segera
dikeluarkan dari ruang penguapan dan didinginkan dalam ruangan pembiakan selama 1
hari (24 jam). Suhu ruangan pembiakan ini dapat diatur dengan air conditioner (AC) atau
kipas angin. Ruangan pembiakan harus dilengkapi lubang ventilasi agar sirkulasi udara
lebih lancar.
Bibit F3 dalam botol pembiakan diambil dari ruang penyimpanan (penumbuhan).
Ujung botol dan kapas penyumbat disemprot dengan alkohol lalu dibakar selama 1 - 2
menit. Dalam keadaan panas, kapas penyumbat segera dibuka dan mulut botol
dipanggang di atas api selama 10 - 15 detik. Kemudian, miselium dan media tumbuhnya
dihancurkan dengan pinset panjang atau alat lain.
Campuran miselium dan media tumbuh dalam botol pembiakan segera
ditumpahkan di atas cawan dan segera ditanam (diinokulasi) dalam polybag media
tumbuh yang telah disiapkan. Setiap botol miselium F3 dapat ditanam menjadi 35 - 40
buah polybag. Untuk menghindari kontaminasi, pelaksanaan penanaman harus dilakukan
dengan hati-hati dan cepat. Untuk itu, pelaksanaan penanaman sebaiknya dilakukan oleh
2 orang atau lebih. Caranya, seluruh plastik penutup polybag dan kapas penyumbat
dilepas (dicabut). Kemudian, salah seorang menanamkan bibit miselium F3 dan seorang
lainnya menutup kembali polybag dengan kapas penyumbat (penutup).
Untuk efisiensi tenaga kerja dan penggunaan plastik penutup, maka sumbatan
kapas polybag tidak perlu ditutup lagi dengan kantong (tutup) plastik. Untuk itu, plastik
penutup ini ditampung dalam wadah untuk digunakan dalam pembuatan (penyiapan)
polybag pada inokulasi periode berikutnya.
Penanaman miselium jamur kuping dapat juga dilakukan dengan cara
menumpahkan hancuran miselium dari botol F3, di atas lubang polybag dengan
membuka dan menutupnya kembali kapas penyumbatnya. Cara ini sebaiknya dilakukan
oleh tenaga kerja yang telah profesional (terampil).
Polybag-polybag yang telah ditanami bibit jamur kuping (polybag inokulen)
segera disimpan (diinkubasi) dalam kubung (rumah jamur). Hasil pembiakan F4 ini dapat
dijual kepada petani dan masyarakat lain atau ditanam sendiri dalarn kubung budidaya
jarnur kuping. Pelaksanaan pembibitan jamur kuping ini tidak harus dilakukan secara
utuh dan menyelurLih, tetapi dapat dilakukan dalarn unit-unit pembibitan. Petani dan
masyarakat dapat melakukan pembibitan F2 atau F3 atau F4 tanpa harus melakukan
pembibitan F1 Syaratnya, bibit F1 harus dibeli dari petani atau perusahaan lain yang
memiliki usaha pembibitan F1. Skema pembiakan bibit jamur kuping dari kultur jaringan
(F1) sampai terbentuk bibit jamur siap tanarn (F4).
B. Pemeliharaan Jamur Kuping
Pemeliharaan jamur kuping sangat sederhana, yaitu menciptakan dan menjaga
kondisi lingkungan pemcliharaan (cultivation) yang memenuhi syarat tumbuhnya. Langkah-
langkah pemeliharaan atau penanaman jamur kuping meliputi pembuatan atau perbaikan
(rehabilitasi) rumah jamur (kumbung), perawatan miselium dan tubuh buah, pengendalian
hama atau penyakit, dan peinanenan.
Pembuatan atau Rehabilitasi Rumah Jamur (Kubung)
Rumah jamur kuping yang sederhana dapat dibuat dari kerangka kayu (bambu)
beratap daun rumbia, anyaman bambu, atau anyaman jerami padi. Ukuran kubung yang
ideal adalah 84 ml (pan jang 12 m, Iebar 7 m) dan tinggi 3,5 m. Bentuk kubung mirip
gerbong kereta api, tiang bawah kubung berdiri tegak dan atapnya melengkung setengah
lingkaran.
Ruangan kubung penanaman jamur kuping dilengkapi rak atau para-para (shed)
yang dipasang berjajar, berderat, dan bersusun berlapis-lapis di antara sisi-sisi tiang
penyangga. ukuran rak disesuaikan dengan ukuran polybag (kantong miselium) bibit
jamur yang akan diinkubasi dan ditanam. Rak kubung terdiri atas unit-unit rak yang
terpisah oleh jalan utarna dan jalan simpang yang membelah ruangan. Unit rak berupa
sekat-sekat atau susunan kayu horizontal atau membujur berlapislapis yang dipasang
kokoh dan rapat di antara tiang penyangga. Lebar dan tinggi setiap unit rak dibuat sekitar
2 x 20 cm (panjang polibag) atau sekitar 40 cm, sedangkan panjangnya 3 m atau
disesuaikan dengan ukuran lebar kubung.
Deretan unit-unit rak dipasan, secara teratur pada sisi kiri dan kanan ruangan
sehingga bagian tengah kubwlg terdapat jalan selebar 1 m dan di antara unit-unit rak
terdapat jalan simpang selebar 80 cm. Susunan unit-unit rak dalam ruangan kubung jamur
kuping.
Pembuatan susunan (sekat) unit-unit rak yang ideal tidak lebih dari 5 lapisan.
Setiap lapisan rak ini mampu memuat atau menampung polybag sebanyak 2 kantong ke
arah vertikal dan 15 - 16 buah ke arah horizontal. Unit rak ukuran 3 m (panjang) dan 40
cm (lebar dan tinggi) dapat diisi sekitar 60 kantong polybag sehingga seluruh unit rak
yang tersusun 5 lapis dapat diisi sekitar 300 kantong polybag.
Susunan rak lapisan bawah dibuat sekitar 20 cm - 25 cm di atas permukaan lantai
dasar agar sirkulasi udara pada bagian ini tidak terhambat dan tubuh buah jamur yang
tumbuh pada lapisan rak paling bawah ini tidak menyentuh dan terkontaminasi oleh
kotoran yang mencemari lantai dasar. Demikian pula, ruangan kubung tidak dipenuhi
oleh unit-unit rak. Sediakan tempat kosong sekitar 25% dari luas lantai dasar ruangan
kubung pada salah satu sisi ruangan sebagai tempat inkubasi. Pada setiap rumah jamur
ukuran 84 m2 dapat dibuat sekitar 18 - 20 unit rak dengan 1 unit lantai inkubas.
Atap dan dinding kubung ditutup rapat dan kokoh. Atap kubung yang praktis dan
hemat biaya dapat dibuat dari anyaman daun rumbia. Dinding rumah jamur sisi panjang
dibuat 2 lapisan, yaitu lapisan atas dibuat dari anyaman bambu sedangkan lapisan bawah
setinggi 1 m dibuat dart lapisan plastik bening (transparan). Jika kondisi yang kurang
baik, khususnya kelembaban ruangan kubung agak rendah, maka seluruh atap dan
dinding kubung perlu dilapisi lembaran plastik.
Pada dinding kubung bagian atas diberi lubang ventilasi terbuka sedangkan
dinding kubung bawah diberi lubang ventilasi khusus yang dapat dibuka atau ditutup
kembali. Lubang vcntilasi dinding atas pada kubung ukuran ideal sebanyak 4 buah. Dua
buah fentilasi terdapat pada dinding kumbung sisi kiri dan sisanya terdapat pada dinding
kubung sisi kanan. Untuk mencegah masuknya burung-burung atau binatang liar lain,
maka pada ventilasi terbuka dipasang kawat kasa yang dijepit bingkai bambu pada
keempat sisi-sisinya. Sedangkan ukuran setiap ventilasinya adalah 60 cm x 40 cm.
Ventilasi pada dinding bagian bawah berupa jendela plastik yang disobek
membentuk huruf L atau U. Tujuannya adalah agar sobekan plastik terscbut dapat dibuka
dan ditutup atau dirapatkan kembali. Jumlah dan ukuran ventilasi sama dengan ventilasi
terbuka, sedangkan letaknya sekitar 1 m samping kiri atau kanan ventilasi terbuka
Rumah jamur dilengkapi dengan pintu utama yang dipasang pada bagian depan. Pintu ini
dibuat dari anyaman bambu yang dibingkai dengan kerangka kayu papan atau bilah-bilah
bambu. Konstruksi rumah jamur.
Masa pakai optimal rumah jamur sederhana dari kerangka kayu, atap daun
rumbia, serta dinding anyaman bambu dan lembaran plastik tersebut sekitar 2 tahun atau
sekitar 4 peroide produksi. Selanjutnya, rumah jamur tersebut dapat dibongkar dan
dibangun kembali rumah jamur sederhana dengan bahan-bahan baru atau diperhaiki
(direhabilitasi) dengan mengganti bahan-bahan yang telah rusak.
Perawatan Miselium dan Tubuh Buah
Bibit jamur (miselium) F4 hasil pembelian atau produksi sendiri dapat diangkut
dan dimasukkan dalam kubung yang tclah disiapkan. Jumlahnya disesuaikan dengan
ketersediaan bibit dan kapasitas kubung. Pada kubung ukuran 84 m' dan tinggi 3,5 m
dapat ditanam sekitar 5.000 kantong polybag bibit jarnur kuping.
Letakkan polybag tersebut di atas permukaan lantai inkubasi yang telah
disediakan, yaitu permukaan lantai kosong yang tidak ditutup rak. Posisi polybag adalah
vertikal, alas polybag di bawah, dan bagian permukaan tempat pesemaian miselium
yang ditutup (disumbat) kapas di atas.
Bibit jamur pada lantai inkubasi tersebut dibiarkan selama 1,5 bulan hingga
miselium tumbuh dengan sempurna. Masa penanaman ini disebut inkubasi. Selama masa
inkubasi, miselium akan tumbuh menutupi permukaan dan pori-pori media tumbuh dalam
polybag. Miselium yang tumbuh baik akan menutup sekitar 70% permukaan dan pori-
pori media.
Usai masa inkubasi dilanjutkan dengan penanaman. Bibit jamur yang tumbuh
baik segera disusun di atas lapisanlapisan rak. Sambil menyusun polybag bibit jamur,
sekaligus dilakukan seleksi. Bibit yang tidak tumbuh baik dan terkontaminasi oleh
kotoran dan jamur lain dikumpulkan dalam karung dan dibuang atau dibakar.
Polybag disusun miring ke kiri dan ke kanan. Bagian atas (tutup) polybag miring
ke arah jalan simpang sedangkan alasnya saling bersinggungan. Posisi susunan polybag
pada rak penanaman jamur kuping. Selesai penyusunan polybag dapat dilakukan
monitoring pertumbuhan miselium. Dalam monitoring ini dilakukan pemeriksaan atau
identifikasi ulang terhadap miselium dalam polybag. Jika dijuinpai miselium dalam
polybag yang tumbuh kurang baik, maka harus segera diambil dan dibuang, kemudian
diganti dengan polybag lain atau dibiarkan kosong.
Setelah seluruh atau sekitar 75% permukaan pori-pori media tumbuh tertutup oleh
miselium jamur kuping, maka segera dilakukan penumbuhan jamur dengan cara
menyobek plastik polybag. Penyobekan dilakukan pada bagian lengkung di dekat ujung
polybag. Sobekan membentuk huruf L atau lubang segi empat berukuran 1 cm x 1 cm.
Sobekan berbentuk huruf L harus membentuk siku-siku terbuka ke arah ujung polybag.
Posisi dan bentuk sobekan polybag penumbuhan jamur.





Biasanya, sekitar 15 hari kemudian, calon tubuh buah jamur (pin head) akan
tumbuh pada sobekan tersebut. Penyobekan kantong polybag diulangi lagi dengan cara
yang sama setelah calon jamur berumur 15 hari atau sekitar 30 hari sejak penanaman
polybag. Posisi penyobekan kedua sebaiknya berseberangan dengan letak (posisi)
sobekan sebelumnya. Tujuannya adalah agar terjadi pemerataan pemanfaatan somber
nutrisi yang terkandung dalam media lumbuh sekaligus memudahkan pelaksanaan
pemetikan dan menjamin kontinuitas panes. Pekerjaan pokok dan rutin selama perawatan
miselium dan tubuh buah jamur kuping adalah penyiraman, pengontrolan kelembaban
dan sirkulasi udara, serta kebersihan kubung. Penyiraman dilakukan setelah tubuh buah
jamur yang lumbuh pada sobekan pertama berumur 15 hari atau sekitar 2,5 bulan sejak
masa inkubasi.Penyiraman dilakukan dengan menyemprotkan kabut air memakai sprayer
yang dilengkapi nozzle.
Rumah jamur kuping raksasa dan dibangun permanen dapat dilengkapi dengan
alat semprot otomatis (preasure chamber) untuk mengatur semprotan air bersih dan
berkabut yang mucrat melalui nozzle yang dipasang pada bang atau dinding. Rumah
jamur raksasa dan semprotan otomatis.



Penyiraman pertama dilakukan sampai tubuh buah jamur basah dan meneteskan
air. Sedangkan penyiraman berikutnya dilakukan secara rutin setiap hari sesuai dengan
kondisi udara (cuaca). Penyiraman pada musim panas serta suhu udara cukup tinggi dan
kelembaban ruangan kubung agak rendah dilakukan sebanyak 2 - 4 kali sehari. Frekuensi
penyiraman saat suhu udara terlalu tinggi yang dibarengi dengan tiupan angin kencang
dilakukan sebanyak 5 kali sehari.
Tindakan yang dilakukan jika tidak ada angin dan sirkulasi udara dalam kubung
terhambat serta tidak terjadi hujan adalah membuka atau menyingkapkan ventilasi
plastik pada dinding kubung bagian bawah. Kebersihan kubung selama pemeliharaan
harus dijaga dengan baik. Setiap selesai panen, lantai dasar kubung harus ditaburi kapur.
Tindakan ini untuk mencegah serangan penyakit atau serangga pengganggu sekaligus
menciptakan kondisi rumah jamur tetap sehat.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Masalah utama pemeliharaan jamur kuping adalah kontaminasi dan serangan
hama. Pelaksanaan sterilisasi ruangan dan peralatan serta media tumbuh pada pembiakan
miselium Fa yang kurang sempurna akan memudahkan kontaminasi oleh jamur lain.
Jenis jamur yang seringkali mengkontaminasi miselium atau calon tubuh buah (pin head)
jamur kuping adalah Trichoderma sp. Jamur ini berwarna hijau dan tumbuh seperti lumut
pada permukaan media.
Acapkali, miselium polybag jarnur kuping terkontaminasi oleh jamurjamur
penyaing (kompetitor) yang tumbuh berupa bintik-bintik hitam pada permukaan media.
Jamur-jamur yang belum dapat diidentifikasi jenisnya ini tumbuh dan memantaatkan
nutrisi media tumbuh sebagai habitat dan sumber makanan.
Masalah lain adalah kebersihan ruangan dan fluktuasi kandungan air dalam media
tumbuh. Rurnah jamur yang dibuat sederhana mudah kotor dan terpolusi oleh kotoran-
kotoran yang bersumber dari bahan-bahan pembuatan kubung atau bahan-bahan lain.
Pelaksanaan penyiraman yang kurang baik juga akan menyebabkan tluktuasi kandungan
air media tumbuh. Kelebihan atau kekurangan air media tumbuh akan menyebabkan
pertumbuhan jamur tidak normal dan mudah terkontaminasi oleh jamur lain.
Untuk menghindari kontaminasi dan serangan hama atau penyakit perlu dilakukan
tindakan pencegahan (preventit). Tindakan pertama adalah menjaga kebersihan rumah
jamur dan tempat inkubasi serta rak penanaman (pemeliharaan). Tindakan kedua adalah
membuang dan memusnahkan kantong polybag yang terkontaminasi jamur lain atau
hama. Tindakan lain adalah menjaga kebersihan alat pembiakan, pengawasan dan
pengontrolan pelaksanaan strerilisasi peralatan serta media tumbuh, dan menjaga
kebersihan rumah jamur dengan penyemprotan pestisida sebelum dilakukan penanaman
atau selama pemeliharaan dan setiap usai pelaksanaan panen.
Panen
Jamur kuping dipanen saat pertumbuhan tubuh buah telah maksimal. Masa
pertumbuhan jamur kuping ditandai oleh perubahan tepi atau pinggiran tubuh buah yang
bergelombang dan tidak rata. Waktu panen paling tepat adalah pada umur 3 - 4 minggu
terhitung sejak pembentukan calon tubuh buah (F)in head) dan ukuran panjangnya telah
maksimal atau beratnya telah mencapai sekitar 65 gr.
Panen dilakukan secara manual dengan cara mencubut jamur beserta akarnya.
Pelaksanaan panen seringkali mengalami kcsulitan saat mencabut akar. Akar jamur yang
tidak tercabut dan mengganggu pertumbuhan calon jamur yang akan berkembang di
sekitar pembusukan akar. Akar jamur yang tidak tercabut harus diambil paksa dengan
dicungkil memakai kayu atau dijepit dan dicabut dengan penjepit khusus.
Panen jamur pada satu periode penanarnan selama 5 - 6 bulan dapat dilakukan
sebanyak 4 - 5 kali. Dalarn kondisi yang baik dapat dipanen hingga 6 kali. Selanjutnya,
media tumbuh hanya menghasilkan tubuh buah jamur yang berukuran kecil sehingga
perlu diganti dengan bibit baru dari hasil pembiakan yang lebih baik dan mutunya
terjamin.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous
a
.2014.Makalah Jamur Kuping. http://tugasdicky.blogspot.com/2012/02/makalah-
jamur-kuping.html .diakses pada 13 Maret 2014
Anonymous
b
.2014.Budidaya Jamur Kuping .http://krisnajamur.blogspot.com/2008/12/budidaya-
jamur-kuping_10.html . diakses pada 13 Maret 2014
Piliang, Ira Wijaya. 2011. Pengaruh Tingkat Keasaman Media Serbuk Gergaji Terhadap
Pertumbuhan Vegetatif Dan Produksi Jamur Kuping Hitam (Auricularia Polytricha
(Mont.) Sacc). Universitas Andalas: Padang
Maryati Sri. 2009. Budidaya Jamur Kuping Universitas Sebelas Maret: Surakarta

Anda mungkin juga menyukai