Anda di halaman 1dari 151

UPAYA MASYARAKAT SEKITAR LOKALISASI DALAM MEMPERTAHANKAN KEHARMONISAN RUMAH TANGGA

(Study di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung)

SKRIPSI

Oleh: Siti Nur Azizah NIM. 05210063

JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2009

UPAYA MASYARAKAT SEKITAR LOKALISASI DALAM MEMPERTAHANKAN KEHARMONISAN RUMAH TANGGA


(Study di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung)

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H.I)

Oleh: Siti Nur Azizah NIM 05210063

JURUSAN AL-AHWAL AL- SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2009

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Demi Allah, Dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap pengembangan keilmuan, penulis menyatakan bahwa skripsi dengan judul: UPAYA MASYARAKAT SEKITAR LOKALISASI DALAM MEMPERTAHANKAN KEHARMONISAN RUMAH TANGGA (Study di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung) Benar-benar merupakan karya ilmiah yang disusun sendiri, bukan duplikat atau memindah data milik orang lain. Jika dikemudian hari terbukti disusun orang lain, ada penjiplakan, duplikasi, atau memindah data orang lain, baik secara keseluruhan atau sebagian, maka skripsi dan gelar sarjana yang diperoleh karenanya, batal demi hukum.

Malang, 4 Agustus 2009 Penulis,

Siti Nur Azizah NIM: 05210063

PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudari Siti Nur Azizah, NIM 05210063, Mahasiswa Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, setelah membaca, mengamati kembali berbagai data yang ada di dalamnya, dan mengore ksi, maka skripsi yang bersangkutan dengan judul: UPAYA MASYARAKAT SEKITAR LOKALISASI DALAM MEMPERTAHANKAN KEHARMONISAN RUMAH TANGGA (Study di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung) Telah di anggap memenuhi syarat-syart ilmiah untuk disetujui dan diajukan pada Sidang Majelis Penguji Skripsi. Malang, 4 Agustus 2009 Pembimbing,

Dr. Umi Sumbulah, M.Ag. NIP. 150 278 262

HALAMAN PERSETUJUAN UPAYA MASYARAKAT SEKITAR LOKALISASI DALAM MEMPERTAHANKAN KEHARMONISAN RUMAH TANGGA (Studi di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung)

SKRIPSI

Oleh: Siti Nur Azizah 05210063

Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh Dosen Pembimbing,

Dr. Umi Sumbullah, M. Ag NIP 150 278 262

Mengetahui, Ketua Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah

Zaenul Mahmudi, MA NIP 150 295 155

PENGESAHAN SKRIPSI Dewan Penguji Skripsi saudari Siti Nur Azizah, NIM 05210063, Mahasiswa Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, angkatan tahun 2005 dengan judul: UPAYA MASYARAKAT SEKITAR LOKALISASI DALAM MEMPERTAHANKAN KEHARMONISAN RUMAH TANGGA (Studi di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung) Telah dinyatakan LULUS dengan nilai A (Sangat Memuaskan), dan berhak menyandang gelar Sarjana Hukum Islam (S.HI) Dengan Dewan Penguji: 1. Drs. Hj. Tutik Hamidah, M.Ag NIP 150 224 886 ( (Penguji Utama) )

2. Dr. Umi Sumbulah, M.Ag NIP. 150 278 262

( (Sekretaris)

3. Dra. Jundiani, SH., M.Hum NIP 150 294 455

) (Ketua Penguji)

Malang, 10 Agustus 2009 Dekan Fakultas Syariah

Dra. Hj. Tutik Hamidah, M. Ag NIP 150 224 886

PERSEMBAHAN

Untaian puji syukur Alhamdulillah Rabbil Alamin kehadirat Allah swt atas segala nikmat yang melimpah, rasanya hamba tak mampu menghitungnya. Dengan kekuasaanNya, keajaibanNya telah memberiku kekuaatan melalui pikiran, tenaga dan hati, ikhlas untuk dapat menyelesaikan tugas akhir yang insyaAllah akan menemani langkah hidup mulia sampai akhir hayat melalui rahasia-rahasiaNya. Shalawat serta salam untuk junjungan baginda mulia Rosulullah Muhammad saw, berkah syafaat yang kita nantikan di Yaumul Akhirat, tak elak jihadnya membakar semangatku untuk selalu dalam menuangkan wacana keilmuan dan argument yang jitu mempercantik akhir karyaku yang insyaAllah akan memberikan manfaat besar kepada pembaca yang budiman dan untuk saya sendiri. Salam tadzim dan terimakasihku buat Ibunda tersayang (Hj. MiRojul Asyarah) BapakQ (H. Muhaimin) di Blitar, Ibu Bapak Mertuaku (Hj. Istiqomah dan H. Mahfuddin) yang selalu memberiku dukungan, semangat, jasa-jasa, doa-doanya dan air mata yang tak pernah terbalaskan. Semoga Allah swt selalu melimpahkan rahmat-Nya, dan kasih sayang-Nya hingga hari Yaumul Qiyamah. Amin. Untukmu SuamiQ tercinta dan tersayang, Mas Nur Kholis Aziz yang tak pernah lelah. trimakasih yang terdalam atas semua jerih payahmu, dukungan, doa dan bantuanmu terhadap isterimu. Semoga Allah swt selalu merahmatimu dan melindungimu dimana saja SuamiQ berada. Dan Semoga Allah membalas semua jasa-jasamu terhadap isterimu. Buat anakku tersayang yang saat ini berumur tujuh Bulan, Semoga engkau nanti kelak menjadi anak sholih-sholihah, berbakti pada Allah, Rosul dan juga bakti terhadap kedua orang tuamu Dan kelak menjadi anak yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. bahagia dunia akhirat. Amin Untuk kakakku dan Adik-adikku

D Sobah (yang sedang menimba ilmu di Yaman) semoga Allah selalu melindungimu, mempermudahmu untuk mencari ilmu yang bermanfaat berhasil, sukses fiddini waddun-ya hattal akhirah, kepada D Iqbal yang sekarang di MAK.NU. D Diyak yang saat ini menimba ilmu di Darul Hikmah. Semoga Allah swt selalu melindungi, mencintai dan mempermudahkanmu mencari Ilmu yang bermanfaat. Amin. Dan untuk mbak ulfa beserta keluarganya trimakasih kuucapakan. Semua sahabat-sahabatku di kos, trimakasih untuk ibu, bapak kos. Untuk semua temen-temenku syariah angkatan 2005/2006 yang telah memberiku dukungan motifasi, semangat hingga aku lulus dari kampus tercinta UIN Malang. Mbak Irma, Ismi, Diyah, Fatimah, Veri, Zi2, Rahma, Rofik dan seluruh anggota kelas syariah A dan B. Trimakasih untuk semuanya. I LOVE YOU ALL Tak lupa untuk semua teman-teman Mahad Sunan Ampel Al-Ali musyrif-musyrifah, murabbi-murabbiyah, yang selalu memberiku motifasi, dan saling berbagi dikala senang, tertawa, susah, sedih dan menangis. Trimakasih untuk semuanya semoga kenangan-kenangan indah takkan pernah terlupakan.

MOTTO

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikatmalaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (AT-TAHRIM AYAT: 6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Penguasa Semesta Alam yang meluapkan samudera cinta, rahmat, rahim-Nya. taufik, serta hidaya-Nya. sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi sebagai prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjanah Hukum Islam (SHI) ini dengan baik, dan lancar. Shalawat serta salam selalu dan senantiasa terlimpahkan kepada revolusi akbar, kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Seluruh keluarga, kerabat, sahabat, dan ummat Rasulullah SAW, serta orang-orang yang telah mengikuti jejak langkah Beliau sampai akhir zaman, amin. Beliau, Nabi Muhammad SAW. Yang telah menyingkap tabir jahiliyah menuju era kebebasan berpikir, yakni Din al-Islam. Sesungguhnya, penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas akhir perkuliaha sebagai wujud dari partisipasi kami dalam

mengembangkan, serta mengaktualisasikan ilmu yang telah kami peroleh selama menimba ilmu dibangku perkuliahan, sehingga dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, dan juga masyarakat pada umumnya. Penulis juga menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan ungkapan terima kasih, khususnya kepada yang terhormat :

1.

Prof. Dr. Imam Suprayogo, selaku pimpinan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

2.

Drs. Hj. Tutik Hamidah, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

3.

Dr. Umi Sumbullah, M. Ag, selaku Dosen Pembimbing Skripsi ini. Terima kasih penulis haturkan atas segala bimbingan, arahan, dan motivasi. Semoga Beliau beserta seluruh anggota keluarga besar selalu diberi kemudahan dalam menjalani kehidupan, baik dunia sampai akhirat nanti oleh Allah SWT. amin.

4.

Ust Jaiz Komkelo, selaku Dosen Wali penulis selama kuliah di Fakultas Syariah Universitas Islama Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Terima kasih penulis haturkan kepada Beliau atas semua bimbingan, arahan, saran, motivasi, dan kesabaran. Penulis haturkan Jazakumullah Ahsanal Jaza.

5.

Dosen Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang seluruhnya, yang mana telah mendidik, membimbing, mengajarkan, dan mengamalkan ilmu-ilmunya kepada penulis. Semoga Allah SWT. melipat gandakan amal kebaikan kepada Beliau semua, amin.

6.

Ibu dan Bapak, Ibu Mertua dan Bapak Mertua yang selalu saya muliakan. Trimakasih atas doa-doa dan dukungannya selama ini. Serta SuamiQ Mas Nur Kholis Aziz, yang selalu memberiku semangat dukungan, dorongan, dan bantuannya, dan adik-adikku tercinta Sobah, Iqbal, Diyak, mbak Ulfa beserta keluarganya serta seluruh keluarga besar penulis. Terima kasih

penulis haturkan kepada Beliau semua yang telah membimbing, mencintai, memberi semangat, memberi harapan, memberi arahan, memberi motivasi. 7. Segenap anggota kelompok V PKLI PA Blitar 2008, penulis haturkan terima kasih yang telah memberi pengalaman baru bagi penulis yang tak bisa terlupakan. 8. Semua sahabat, dan teman-teman mahasiswa Fakultas Syariah 2005/2006, yang telah membantu, menyemangati, menghargai, melindungi penulis, terima kasih. 9. Semua pihak yang berpartisipasi dan membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT. melimpahkan anugerah rahman, rahim, dan cinta, serta cahaya surga-Nya. pada kita semua sebagai ummat Rasulullah SAW, sehingga kita memiliki hati nurani yang senantiasa bersih, lapang, dan dipenuhi oleh aura cinta kasih-Nya. amin. Penulis sebagai manusia biasa yang takkan pernah luput dari salah dan dosa, menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurnah. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati, penulis sangat mengharap kritik dan saran konkrutif demi kesempurnaan skripsi ini.

Malang, 2 Mei 2009 Penulis,

Siti Nur Azizah NIP. 05210063

DAFTAR ISI Halaman judul.................................................................................................................. ii Pernyataan Keaslian Skripsi........................................................................................... iii Persetujuan Dosen Pembimbing..................................................................................... iv Persetujuan Dosen Pembimbing dan Dekan ................................................................. v Pengesahan Skripsi .......................................................................................................... vi Persembehan..................................................................................................................... vii Motto ................................................................................................................................. ix Kata Pengantar ................................................................................................................ x Daftar Isi ........................................................................................................................... xiii Daftar Tabel...................................................................................................................... xv Abstrak.............................................................................................................................. xvi BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 8 C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 8 D. Kegunaan Penelitian ........................................................................................ 9 E. Definisi Operasional ........................................................................................ 9 F. Sistematika Pembahasan .................................................................................. 12 BAB II: KAJIAN PUSTAKA.......................................................................................... 14 A. Penelitian Terdahulu ........................................................................................ 14 B. Pelacuran/ Lokalisasi ....................................................................................... 18 C. Faktor-faktor Timbulnya Pelacuran ................................................................. 26 D. Keharmonisan Rumah Tangga......................................................................... 30 1. Tujuan Rumah Tangga......................................................................... 42 2. Fungsi Keluarga ................................................................................... 48 a. Keluarga Sebagai Unit Islam ................................................... 48 b. Keluarga Sebagai Sendi Membangun Masyarakat .................. 49 3. Kriteria Keberhasilan Dalam Perkawinan............................................ 51 E. Kewajiban Suami Istri Dalam Rumah Tangga................................................. 55 BAB III: METODE PENELITIAN................................................................................ 64 A. Lokasi Penelitian........................................................................................ 64 B. Jenis dan Pendekatan Penelitian ................................................................ 65 C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 66 D. Sumber Data............................................................................................... 67 E. Metode Sampling ....................................................................................... 68 F. Pengolahan Data dan Analisis Data ........................................................... 69 BAB IV: PAPARAN DAN ANALISIS DATA .............................................................. 72 A. Gambaran Objek Penelitian ................................................................................... 72 1. Keadaan Geografis ............................................................................... 72 2. Keadaan Penduduk............................................................................... 72 3. Keadaan Keagamaan............................................................................ 74 4. Keadaan Pendidikan............................................................................. 75 5. Keadaan Ekonomi ................................................................................ 77 B. Temuan Penelitian.................................................................................................. 78

C. Klasifikasi Data...................................................................................................... 91 D. Analisis Data .......................................................................................................... 100 1. Sejarah Lokalisasi di Desa Kaliwungu Kec. Ngunut Kab. Tulungagung .................................................................................. 100 2. Pemahaman Masyarakat sekitar Lokalisasi Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga....................................................... 109 3. Upaya Masyarakat Sekitar Lokalisasi Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga....................................................... 114 BAB V: PENUTUP .......................................................................................................... 129 A. Kesimpulan ............................................................................................................ 129 B. Saran-saran............................................................................................................. 130 Daftar Rujukan Lampiran-lampiran

DAFTAR TABEL 4.1 Keadaan Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia 4.2 Keadaan Jumlah Penduduk Menurut Agama 4.3 Tempat-tempat Peribadatan 4.4 Tingkat Pendidikan Penduduk 4.5 Kualitas Angkatan Kerja 4.6 Struktur Mata Pencaharian Penduduk 4.7 Status Mata Pencaharian Penduduk di bidang Jasa/ Perdagangan 4.8 Pemahaman dan Upaya Masyarakat Sekitar Loklisasi Dalam Mempertahankan Keharmonisan Rumah Tangga 4.9 Jadwal pembinaan Lokalisasi di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung tahun 2008

Abstrak Siti Nur Azizah. 05210063. 2009. Upaya Masyarakat Sekitar Lokalisasi Dalam Mempertahankan Keharmonisan Rumah Tangga (Studi di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung). Skripsi. Jurusan Al Akhwal Al Syakhshiyyah. Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Dosen pembimbing: Dr. Umi Sumbulah, M. Ag. Kata Kunci: Upaya Masyarakat Sekitar Lokalisasi, Keharmonisan Rumah Tangga Pernikahan merupakan perjanjian untuk menciptakan keluarga sakinah mawaddah warahmah yang mana di dalamnya terdapat unsur keharmonisan, tanpa ada gangguan dari faktor lain. dan setiap orang mendambakan keluarganya selalu diliputi rasa tentram, tenang dan bahagia. Dan bagaimana jika kita melihat fenomena yang ada yaitu, munculnya praktik pelacuran (lokalisasi) di lingkungan sekitar penduduk yang dilindungi pemerintah setempat, dan ini bisa berkibat buruk, bagi penduduk lingkungan terutama di sekitar lokalisasi, karena disamping memiliki dampak positif juga berdampak negatif, sehingga masyarakat merasa khawatir. Dalam konteks ini adalah pelacuran di Desa Kaliwungu Kec. Ngunut Kab. Tulungagung. Oleh sebab itu, peneliti bertujuan untuk meneliti bagaimana pemahaman masyarakat sekitar lokalisasi dan bagaimana upaya masyarakat sekitar lokalisasi dalam mempertahankan keharmonisan rumah tangga. Jenis penelitian ini adalah penelitian sosiologis, yaitu dengan melihat dan berusaha mengemukakan fenomena sosial terkait dengan lokalisasi yang ada di sekitar masyarakat terhadap keharmonisan keluarga dengan menggabungkan konsep dan menghimpun fakta sosial dilapangan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara, observasi, dokumentasi. Adapun mengenai metode analisis data peneliti menggunakan analisis deskriptif kualitatif, yaitu penulis berusaha memecahkan permasalahan dalam sebuah rumusan masalah dengan menganalisa data-data yang sudah diperoleh. Dari hasil penelitian ini, menurut Pemahaman masyarakat sekitar lokalisasi dalam mempertahankan keharmonisan Rumah tangga yakni, mereka bisa mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari, mendidik anak dengan baik dan sungguh-sungguh, dalam keluarga tidak ada perselingkuhan, apalagi sampai terjadi perceraian, dan tidak pernah ada pertengkaran hebat diantara keluarga, tidak mudah terpengaruh dengan lingkungan yang kurang baik. Disamping kebutuhan keluarga sehari-hari dapat tercukupi. Sedangkan upaya masyarakat sekitar lokalisasi dalam mempertahankan keharmonisan rumah tangga, diantaranya:Keluarga harus menjadi prioritas utama, menjaga keutuhan anggota keluarganya, Selain itu komunikasi antar anggota keluarga, upaya lain Saling pengertian, Sabar dan Jujur. Saling percaya terhadap pasangan, tidak mudah berprasangka buruk terhadap pasangan, dan menghormati pendapatnya. Saling mencintai, dan menyayangi seluruh anggota keluarganya, upaya lain yaitu Bersyukur atas nikmat Allah dengan ikhlas, bekerja keras, ulet tidak mudah putus asa selalu menghidupi keluarga dengan penuh kesabaran. Upaya yang sering terlupakan oleh pasangan suami istri yakni, penampilan harus selalu menarik pasangan, bersih, rapi dan tidak mudah terpengaruh pasangan lain. Pondasi agama harus kuat, dan selalu menjalankan sholat 5 waktu, yang terakhir yaitu tanggung jawab dalam keluarga.

DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM

FAKULTAS SYARIAH Jalan Gajayana No. 50 Telepon (0341) 552398 Faksimile (0341) 552398 BUKTI KONSULTASI Nama Nim Fakultas Dosen Pembimbing Judul : Siti Nur Azizah : 05210063 : Syariah/ Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah : Dr. Umi Sumbulah, M.Ag : Upaya Masyarakat Sekitar Lokalisasi Dalam Mempertahankan Keharmonisan Rumah Tangga (Studi di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung)

Malang, 3 Agustus 2009 Mengetahui, a.n Dekan Ketua Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah

Zainul Mahmudi, MA NIP. 150 295 155

PEDOMAN WAWANCARA Wawancara dengan Masyarakat Sekitar Lokalisasi Desa Kaliwungu Kec. Ngunut Kab. Tulungagung. 1. Apakah anda sudah lama bertempat tinggal di Desa Kaliwungu? 2. Bagaimana sejarah adanya lokalisasi di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung, yang anda ketahui? 3. Apa pandangan anda terkait adanya lokalisasi yang ada di dekat rumah anda? 4. Bagaimana pendapat anda mengenai adanya lokalisasi di sekitar rumah penduduk? 5. Apakah anda merasa khawatir adanya lokalisasi, atau malah merasa bersyukur? 6. Bagaimana pendapat keluarga anda, setelah adanya lokalisasi yang telah dilegalkan oleh pemerintah setempat? 7. Apa yang menyebabkan anda bekerja di lokalisasi yang ada disekitar rumah warga? 8. Bagaimana pendapat anda dan keluarga mengenai keharmonisan rumah tangga? 9. Apa yang paling anda prioritaskan dalam hidup anda? 10. Bagaimana upaya anda dan keluarga dalam mempertahankan

keharmonisan rumah tangga setelah adanya lokalisasi di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngnut Kabupaten Tulungagung?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah jalan pertemuan lawan jenis yang diinginkan Allah swt, dalam rangka membangun rumah tangga dan mendirikan institusi keluarga. Dan menikmati pertemuan tersebut dalam suasana bersih, suci dan kesungguhan yang paralel dengan kebesaran statusnya. Demi menjaga masyarakat dari pencemaran, atau campur aduk nasab, yang bersumber dari komunisme hubungan seksual, dan juga perzinahan yang akhir-akhir ini marak, di kalangan masyarakat elit maupun kelas menengah ke bawah. Pernikahan yang dipilih dan diakui Islam adalah, jika seorang pria menghadap ke pria lain untuk meminang gadis atau saudara perempuannya, lalu ia memberikan maskawin, kemudian menikahinya dengan akad serah terima resmi, dihadapan banyak orang. Inilah model pernikahan yang sesuai dengan Rosulullah saw, hingga Adam as.1

Mahmud Muhammad Al-Jauhari, Muhammad Abdul Hakim Khayyal, Membangun Keluarga Quran, Jakarta, Penerbit Amzah, 2005. hal 161.

Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang pal ing mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

Sebenarnya Allah swt mampu menciptakan jutaan manusia sekaligus. Akan tetapi takdir-Nya menghendaki hikmah lain yang tersembunyi, dalam fungsi keluarga yang sangat besar bagi kelangsungan hidup makhluk ini. Keluarga menurut konsepsi Islam menguak penggabungan fitrah antara kedua jenis kelamin, yaitu untuk mengarahkan penggabungan tersebut kearah pembentukan keluarga dalam rumah tangga. Pernikahan merupakan perjanjian untuk menciptakan keluarga sakinah (ketentraman hidup), mawaddah (rasa cinta), warahmah (kasih sayang), yang mana di dalamnya terdapat unsur keharmonisan, dengan adanya pondasi komitmen dan komunikasi yang baik, tanpa ada gangguan dari faktor lain. Mewujudkan kehidupan rumah tangga yang harmonis bukanlah melalui proses kebetulan, melainkan sesuatu yang direncanakan, diprogram dan diantisipasi. Terciptanya sebuah keluarga yang harmonis, di antaranya adanya saling mencintai, saling pengertian, komunikasi yang lancar, adanya visi yang jelas terhadap masa depan anak. Rumah tangga yang harmonis merupakan harapan, dambaan dan idaman setiap insan. Agar mencapai impian itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, karena banyak faktor seperti hukum, kesetiaan, kesadaran, dan pengertian yang harus diterapkan oleh pasangan suami istri.

Di tengah kelapangan iklim keluarga, masing-masing pasangan suami istri bisa menemukan rasa kasih sayang, cinta simpati yang tidak akan bisa mereka dapatkan di tempat lain. Perasaan ini juga tidak akan bisa ditemukan sempurna oleh laki-laki pada diri laki-laki sejenisnya, begitu juga oleh perempuan pada diri perempuan sejenisnya. Ketenangan jiwa dan kasih sayang yang dirasakan manusia, terhadap pasangannya merupakan salah satu tuntunan psikologis, yang tidak pernah lepas dari setiap jenis diri manusia, dan tidak ditemukan selain dalam institusi pernikahan. Ini merupakan jenis ketenangan ruh yang didasarkan saat bersama dengan ruh pasangannya. Sehingga, seolah-olah ruh keduanya menyatu, dan hati mereka pun berpadu menjadi satu ruh dan satu hati. Setiap pasangan suami istri pasti sangat mendambakan, memiliki keluarga yang harmonis, keluarga yang mampu membuat rasa letih berkurang bahkan hilang saat berkumpul dengan mereka. Keluarga yang menyegarkan kepenatan dan kejenuhan, keluarga yang menjadi sumber ke bahagiaan, yang menjadi sumber semangat inspirasi, menjadikan keindahan yang paling indah dalam hidup ini. Dalam Al-Quran, Allah swt Berfirman dalam (Q.S Ar-Ruum: 21)

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

Dari petunjuk ayat Al-Quran jelaslah bahwa perempuan diciptakan untuk laki-laki, dan laki-laki untuk perempuan, agar satu sama lain memperoleh ketenangan, jika kita perhatikan alam ini. Maka kita akan mengatakan bahwa lakilaki tanpa perempuan dan perempuan tanpa laki-laki merupakan bentuk yang tidak lengkap (naqis). Pada hakikatnya perempuan dan laki-laki satu sama lain saling mengikat, wujud yang sempurna, dan tempat bergantung satu sama lain. Tempat berpijak laki-laki, menurut Al-Quran secara kejiwaan dan alamiah adalah perempuan. Demikian pula dengan tempat berpijak perempuan adalah laki-laki. Secara alamiah, seseorang harus mendapatkan orang lain untuk mencurahkan isi hatinya.2 Rasa kasih sayang suami istri berbeda, dengan rasa kasih sayang antara manusia lainnya. Rasa kasih sayang suami istri benar-benar menjadi satu rahasia Allah tersendiri, yang hanya bisa dirasakan oleh pasangan yang menikah. Untuk menyatukan ruh dengan ruh, bukan jasad dengan jasad, juga oleh pasangan yang hatinya ingin sesuci dan sebersih hati pasangannya, begitu pula ruhnya. Dan oleh pasangan yang menikahi pasangannya dengan nama Allah swt, dan dengan tujuan menyempurnakan perintah Allah, serta membuktikan hikmah dan tanda-tanda kekuasan-Nya. Dari lubuk jiwa ini tidak akan menemukan titik tolaknya. Kecuali di dalam iklim yang tenang dan damai yang tidak bisa dicukupi oleh tempat lain, selain keluarga dan tidak bisa dicukupi oleh hubungan lain selain hubungan suami istri. Fitrah sebagai manusia selalu ingin merasakan nikmat dunia yang berarti hubungan seks antar lain jenis.
Ayatullah Husain Mazhahiri. Membangun Surga Dalam Rumah Tangga. Bogor. Jawa Barat. Penerbit Cahaya. 2001. hal 142.
2

Manusia

selalu

menginginkan

hasratnya

terpenuhi,

maka

Islam

memerintahkan untuk menikah. Akan tetapi, tidak semua orang yang siap untuk menghadapi pernikahan karena membutuhkan ekonomi yang tidak sedikit. Banyak sekali orang yang mempunyai iman lemah sehingga berani menghalalkan berbagai cara, asalkan kebutuhan hasrat seksualnya dapat terpenuhi. Dan bagaimana jika kita melihat fenomena yang ada yaitu, munculnya praktik pelucuran (lokalisasi) di lingkungan penduduk yang seolah dilindungi pemerintah, dan ini bisa berkibat buruk, bagi penduduk lingkungan terutama di sekitar lokalisasi. Dalam konteks ini adalah pelacuran di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung. Pelacuran merupakan suatu hal yang sangat meresahkan masyarakat, karena berbagai sebab pula, dengan adanya pelacuran sering terjadi hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan. Diantaranya bidang kriminalitas yakni keamanan, pencurian, perampokan, pembunuhan, serta akibat lain misalnya gangguan ekonomi, budaya dan sebagainya. Selain itu dilihat dari segi yang lain, dapat menimbulkan gangguan terhadap keharmonisan rumah tangga yang akhirnya mengarah pada perceraian, sebab pelacuran adalah bentuk perhubungan kelamin di luar pernikahan. Sebagaimana yang dikutip oleh Rukmini Kusuma Astuti: Pelacuran adalah suatu bentuk perhubungan kelamin diluar pernikahan dengan pola tertentu, yakni kepada siapapun secara terbuka dan hampir selalu dengan pembayaran baik untuk perbedaan, maupun untuk kegiatan seks lainnya yang memberikan kepuasan yang diinginkan oleh yang bersangkutan.3
3

Rukmini Kusuma Astuti. Proses Terjadinya Pelacuran di Masyarakat. Thesis Fakultas Psikologi Universitas Gadjahmada. Jogyakarta. 1984.

Pemerintah memang secara tidak langsung menghendaki adanya lokalisasi pelacuran, dimaksudkan agar para pelacur tidak menyebar atau beroperasi di jalan-jalan umum. Sehingga, akan mengganggu kenyamanan, keamanan, dan ketertiban masyarakat. Pelacuran yang merupakan penyakit masyarakat bisa melanggar norma, susila, kesopanan dan melanggar larangan agama. Karena pelacuran itu sendiri adalah perbuatan zina, yaitu persetubuhan yang dilakukan oleh laki-laki atau perempuan yang belum atau telah kawin, dengan perempuan atau laki-laki yang bukan isteri atau suaminya. Di samping itu, mereka (orang tua) sangat khawatir terhadap anakanaknya, terutama para ibu-ibu yang memiliki anak remaja, atau bisa jadi khawatir terhadap suami-suaminya yang suka selingkuh. Karena melihat latar belakang penduduk yang masih awam dalam hal agama. Masyarakat di Desa Kaliwungu pada awalnya adalah termasuk masyarakat yang harmonis, keluarga yang penuh ketenangan dan damai. Akan tetapi, setelah dibuka tempat pelacuran (lokalisasi) masyarakat menjadi khawatir, terutama para ibu-ibu rumah tangga, takut bila diantara suami atau anaknya terlibat di tempat haram itu, sebab pelacuran adalah bentuk hubungan kelamin laki-laki dan perempuan di luar akad nikah, yang hanya menginginkan kepuasan dengan suatu pembayaran. Sehingga, penduduk sekitar terutama keluarga di lingkungan lokalisasi sangat berharap keharmonisan rumah tangga terus berlanjut, mesti setelah adanya lokalisasi yang dipertahankan pemerintah di daerah tersebut. Lokalisasi pelacuran di Desa Kaliwungu tersebut menurut keberadaannya sudah ada sejak lama. Hal ini tampak dari catatan data dinas sosial Kecamatan

Ngunut Kabupaten Tulungagung, yang menyebutkan bahwa sejarah lokalisasi Kaliwungu pada tahun 1972. Asal mulanya terdapat 3 (tiga) tempat praktik liar dipinggiran kali brantas, tepatnya di wilayah Desa Pulosari dan Kaliwungu. Karena praktik seks semakin meluas dan meningkat waktu itu, akhirnya pihak muspika Kecamatan berkoordinasi dengan muspika Kabupaten Tulungagung, untuk menentukan langkah antisipasi dengan dibuatkan gedung pertemuan yang sederhana. Tempatnya di luar (sebelah) lokalisasi pelacuran. Sampai pada akhirnya pada Bulan Agustus tahun 1991, gedung untuk pemeriksaan kesehatan para Pekerja Seks Komersial (PSK) tersebut diresmikan oleh Bupati Tulungagung. Keberadaan lokalisasi pelacuran tersebut hingga kini solusinya tetap dipertahankan Pemerintah Daerah, dengan memberikan perhatian serius, baik berupa keamanan maupun memberikan pembinanaan. Hal ini dapat dilihat dari latar belakang sejarah adanya tim pengawasan dalam pembentukan lokalisasi, yang meliputi antara lain: Kecamatan, Koramil, Polsek, dinas kesehatan, dinas sosial. Pengaruh adanya lokalisasi di Desa Kaliwungu mempunyai dampak negatif dan juga positif. Penduduk merasa mendapat lapangan pakerjaan yang hasilnya cukup memuaskan, karena bisa berjualan, membuka warung, dan tempattempat parkir dengan memanfaatkan pengunjung di lokalisasi yang relatif ramai. Pengunjung rata-rata berasal dari daerah perkampungan, kecamatan, dan perkotaan, baik dari kota Tulungagung hingga luar kota seperti Kediri, Blitar, dan Jombang. Hal ini menyebabkan sebagian besar masyarakat Kaliwungu merasa

khawatir, dan cemas dengan adanya lokalisasi di daerah tersebut, pasalnya suami atau anak-anak remaja bisa terpengaruh dengan semakin brutal, suka minum, dan sering jajan ke lokalisasi tersebut. Kondisi tersebut memicu seringnya pertengkaran yang terjadi antara suami isteri, dan berakibat fatal yaitu timbul perceraian. Sehingga hal ini sangat mengkhawatirkan masyarakat di lingkungan sekitar lokalisasi, terutama dalam hal keharmonisan dalam rumah tangga. B. Rumusan Masalah Penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimana masyarakat sekitar lokalisasi, di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung, memahami keharmonisan dalam rumah tangga? b. Bagaimana upaya masyarakat sekitar Lokalisasi, di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung, dalam mempertahankan keharmonisan rumah tangganya? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: a. Memahami pendapat masyarakat sekitar lokalisasi di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung terhadap keharmonisan rumah tangga. b. Memahami bagaimana upaya masyarakat lingkungan sekitar lokalisasi, di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung, dalam mempertahankan keharmonisan rumah tangga.

D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. 1. Kegunaan secara Teoritis Untuk menambah wawasan tentang pemahaman masyarakat lingkungan sekitar lokalisasi, di Desa Kaliwungu Ngunut Kabupaten Tulungagung. Dalam memahami keharmonisan rumah tangga, dan dengan hasil penelitian yang di peroleh diharapkan dapat dijadikan rujukan bagi peneliti-peneliti selanjutnya. 2. Kegunaan secara Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat dilingkungan sekitar lokalisasi, terhadap kejadian yang serupa dan mampu memberikan solusi terhadap permasalahan masyarakat, tentang bagaimana upaya mempertahankan keharmonisan dalam rumah tangga. E. Definisi Operasional Uraian umum beberapa istilah pelacuran, lokalisasi dan rumah tangga harmonis 1. Pelacuran Pelacuran adalah suatu perbuatan dimana seorang perempuan

menyerahkan dirinya. Untuk berhubungan kelamin dengan jenis kelamin lain dengan mengharapkan bayaran, baik berupa uang ataupun bentuk lain. Dapatkah pelacuran tersebut dikatakan zina? Untuk menjawabnya marilah kita menelaah pengertian zina yang dikatakan R. Sosilo sebagai berikut:

Zina adalah persetujuan yang dilakukan oleh laki-laki atau perempuan yang telah kawin, dengan perempuan atau laki-laki yang bukan isteri atau suaminya.4 Dengan demikian, dapat dirumuskan jika kita mengacu pengertian pelacuran. Maka perzinaan masuk dalam pelacuran, asalkan hubungan tersebut dengan meminta imbalan bayaran uang/ barang lain. Dari batasan tersebut dapat disimpulkan beberapa unsur untuk terjadinya pelacuran: 1) Adanya perbuatan yang berupa perhubungan campur aduk antara laki-laki dan wanita. 2) Dari pihak perempuan biasanya disebut WTS, menyerahkan diri kepada hampir setiap laki-laki yang menginginkan hubungan kelamin dengannya. 3) Adanya bayaran uang yang diberikan oleh pihak laki-laki kepada WTS. Iwan Bloch berpendapat: Pelacuran adalah suatu bentuk perhubungan kelamin di luar pernikahan dengan pola tertentu, yakni kepada siapapun secara terbuka dan hampir selalu dengan pembayaran baik untuk perbedaan, maupun untuk kegiatan seks lainnya yang memberikan kepuasan yang diinginkan oleh yang bersangkutan.5 2. Lokalisasi Dimana terpusatnya sejumlah rumah bordir (tempat tertentu yang didiami oleh para WTS,6 untuk melakukan pelacuran). Penunjukan tempat pelacuran ini

R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Serta Komentar-Komentar Lengkap Pasal Demi Pasal, Politeia, Bogor, hal 209. 5 Rukmini Kusuma Astuti, Op., Cit, hal 17. 6 Pengertian WTS sangat erat hubungannya dengan pengertian yang baru disebutkan. WTS menunjukkan kepada orangnya, sedangkan pelacuran menunjukkan kepada kegiatannya. WTS hanya merupakan salah satu unsur untuk terjadinya pelacuran, meskipun kedudukan unsur ini sangat penting artinya. Di Rusia setelah revolusi dan berdirinya pemerintahan Republik, WTS dianggap sebagai barang dagangan dalam bentuk tubuh manusia, dan sebagai barang dagangan

berdasarkan campur tangan pemerintah daerah, dalam hal ini baik secara langsung ataupun tidak langsung memberikan izin kepada germo7 (mucikari8 / orang-orang yang mengadakan bordir-bordir atau tempat pelacuran) untuk mendirikan rumah bordir.9 Sebuah lokalisasi biasanya dilengkapi dengan sarana dan prasarana pendidikan, olah raga, rekreasi serta diadakan pemerikasaan kesehatan secara teratur. Berbeda dengan pusat rehabilitasi WTS, dimana para WTS tidak hanya melakukan pelacuran, di daerah-daerah lokalisasi perempuan tetap melakukan pekerjaan melacur. Dari penjelasan yang ada dapat disimpulkan beberapa unsur yang mendukung pengertian lokalisasi, sebagai berikut: 1) suatu daerah khusus, agak terpisah dari perumahan penduduk (biasanya), dimana dipusatkan rumah-rumah bordir, 2) adanya campur tangan pemerintah di dalam pengelolaannya. 3. Rumah tangga harmonis Rumah tangga yang senantiasa memelihara janji suci kedua pasangan yang berlandaskan tuntutan agama. Dalam melangsungkan kehidupannya, sepasang
lainnya. Di tawarkan di pasar untuk di beli, dengan demikian timbullah harga pasar setiap jenis pelacur. Untuk lebih memberikan penjelasan berikut ini adalah hal-hal yang dapat disimpulkan dari batasan jenis wanita susila (WTS): a. Orang (biasanya wanita) yang menyediakan diri kepada banyak orang, untuk mengadakan hubungan kelamin. b. Mengharapkan imbalan yang berupa uang. c. Adanya standard harga secara relatif untuk setiap layanan yang diberikan. 7 Ada beberapa penjelasan mengenai germo diantaranya: (1) orang yang mengasuh sejumlah WTS. (2) mengambil sebagian pembayaran laki-laki langganan WTS. (3) memberikan layanan tertentu kepada WTS baik berupa penyediaan tempat, menghubungi tamu maupun memberikan perlindungan tertentu. 8 Pengertian mengenai mucikari mencakup hal-hal sebagai berikut: (1) seseorang (umumnya lakilaki) yang secara aktif mencarikan tamu bagi WTS, (2) mendapatkan sebagian uang dari pembayaran tamu kepada WTS sebagai imbalan jasa yang diberikan. 9 Yang dapat dikategorikan rumah bordir, harus memiliki unsur-unsur sebagai berikut: (1) tempat tersebut dihuni oleh dua orang atau lebih wanita pelacur. (2) di rumah tersebut ia menerima tamu untuk maksud melakukan hubungan kelamin. (3) sedikitnya dikenal oleh orang banyak, sebagai rumah dimana orang dapat mengadakan hubungan kelamin dengan WTS.

suami istri selalu berdiri pada batasan mereka masing-masing, dan berdasarkan hak dan kewajiban yang telah ditentukan. F. Sistematika Pembahasan Dalam suatu penelitian ilmiah, menurut adanya suatu pembahasan yang sistematis, guna mempermudah pembaca dalam memahami penelitian ini. Maka keseluruhan bentuk pembahasan dalam penulisan ini disusun secara sistematis sebagai berikut: BAB I: Pendahuluan Dalam bab I ini dibahas mengenai latar belakang masalah, disamping itu juga menjelaskan rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional dan sistematika pembahasan. BAB II: Kajian Pustaka Dalam bab ini terdapat penelitian terdahulu, pelacuran (lokalisasi), faktorfaktor timbulnya pelacuran, keharmonisan rumah tangga yang terdiri dari tujuan rumah tangga, fungsi keluarga dan kriteria keberhasilan perkawinan, selanjutnya hak dan kewajiban suami isteri dalam rumah tangga. BAB III: Metode Penelitian Akan membahas metode penelitian, antara lain rancangan penelitian yang meliputi lokasi penelitian, jenis dan pendekatan penelitian, metode pengumpulan data, sumber data, pengolahan data dan analisis data.

BAB IV: Pemaparan dan Analisis Data. Dalam bab ini memaparkan hasil penelitian yang meliputi: kondisi obyektif lokasi penelitian, keadaan geografis, keadaan penduduk, keadaan pendidikan, keadaan agama, keadaan ekonomi, sejarah lokalisasi di Desa Kaliwungu Kec. Ngunut Kab. Tulungagung, pemahaman masyarakat terhadap keharmonisan rumah tangga, dan juga upaya masyarakat sekitar lokalisasi dalam mempertahankan keharmonisan rumah tangga. BAB V: Kesimpulan dan Penutup Bab terakhir yang berisi tentang penutup yang meliputi, kesimpulan dan saran-saran. Hasil penelitian yang diambil dari hasil penelitian mulai dari judul hingga proses pengambilan kesimpulan, dan saran-saran bagi berbagai pihak yang bersangkutan dalam penelitian ini.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Untuk mengetahui lebih jelas tentang penelitian ini, kiranya penting untuk mengkaji terlebih dahulu hasil penelitian terdahulu, yang terkait dengan penelitian ini, baik secara teori maupun kontribusi keilmuan. Ada beberapa pembahasan skripsi mengenai keharmonisan rumah tangga, diantaranya: a. Iis Inayatul Affiyah meneliti sebelumnya dengan judul skripsi Dampak Bencana Lumpur Panas Lapindo Brantas Inc Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga (Study Di Desa Jatirejo Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo). Hasil dari penilitiannya ada 2 kesimpulan utama. (1) Adanya bencana Lumpur panas yang diakibatkan eksplorasi oleh PT Lapindo Brantas Inc sangat berpengaruh terhadap keharmonisan rumah tangga, para pengungsi yang masih berada di tempat pengungsian pasar baru porong, yang sebelumnya keluarga tersebut berjalan dengan baik.

Salah satunya komunikasi yang kurang, di tempat pengungsian tersebut seseorang tidak bisa melakukan komunikasi dengan baik, karena tempat yang serba terbatas, dan dalam keadaan keluarga penuh dengan masalah yang disebabkan adanya bencana. (2) Dengan adanya bencana tersebut, peneliti memberikan solusi yang berkaitan dengan keharmonisan rumah tangga, yaitu: adanya relokasi/ tempat yang layak untuk para pengungsi. Dan adanya komunikasi yang baik, dengan itu seseorang akan mengetahui keadaan keluarganya, mempertahankan komitmen, dan selalu bersabar dan berfikir positif.10 b. Rahmawati penelitiannya dengan judul skripsi Upaya Istri Yang Bekerja di Pabrik Dalam Menciptakan Harmonisasi Keluarga (Study di Desa Ringinpitu Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung) dengan hasil penelitian sebagai berikut: 1) Walaupun istri bekerja di luar rumah, akan tetapi ia tetap melaksanakan tugasnya dalam rumah tangga dengan baik, sehingga hak dan kewajiban dalam rumah tangga tidak terabaikan; 2) Komunikasi aktif di antara anggota keluarga, dengan demikian anggota keluarga bisa menyalurkan pendapatnya, dan di dalam keluarga tersebut tidak ada hal yang disembunyikan; 3) Ketika suami-istri bekerja, mereka tetap mengutamakan keluarga karena keluarga adalah tempat untuk mencurahkan kasih sayang dan menjadi motifasi dalam kehidupan; 4) Memupuk rasa cinta kasih, saling percaya, pengertian, menerima keadaan,

10 Iis Inayatul Affiyah.Dampak Bencana Lumpur Panas Lapindo Brantas Inc Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga (Study Di Desa Jatirejo Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo). Fakultas Syariah UIN Malang. Skripsi. 2007.

saling membantu, saling mengingatkan dan memaafkan karena hal tersebut penting untuk menciptakan rumah tangga yang harmonis.11 c. Imroatus Sholihah dengan judul skripsi Upaya Pelaku Poligini dalam Mewujudkan Kelurga Sakinah (Study di Desa Banjardowo Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang), berdasarkan hasil analisa peneliti ada 2 kesimpulan; a) Dalam pernikahan poligini yang terdapat di Desa Banjardowo dapat ditarik kesimpulan. Bahwa yang melatarbelakangi pelaku poligini melakukan pernikahan ini, dikarenakan ada dua faktor: yang pertama adalah karena seorang istri yang tidak dapat memberikan keturunan yang sudah lama menikah, dan kedua karena seorang istri yang sudah sakit-sakitan, sehingga sudah tidak bisa melayani suaminya seperti sebelumnya. Oleh karena itu, terjadi pernikahan poligini, dan diantara lima orang yang melakukan poligini yang kami teliti, tiga pasang menjadi sakinah dan dua pasang tidak sakinah, karena dalam suatu pernikahan poligini tidak semua orang laki-laki, yang melakukannya itu dapat mewujudkan keluarganya menjadi sakinah mawaddah waramah; b) dan dalam pernikahan poligini jika ingin mewujudkan kelurga yang sakinah mawaddah, wa rahamah maka harus ada sikap saling pengertian, saling sabar, saling terbuka, saling toleransi, adanya saling kasih sayang, adanya komunikasi dan adanya kerjasama.12

RahmawatiUpaya Istri Yang Bekerja di Pabrik Dalam Menciptakan Harmonisasi Keluarga (Study di Desa Ringinpitu Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung). Skripsi. Fakultas Syariah UIN Malang. 2007. 12 Imroatus SholihahUpaya Pelaku Poligini dalam Mewujudkan Kelurga Sakinah (Study di Desa Banjardowo Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang). Skripsi. Fakultas Syariah UIN Malang. 2006.

11

d. Nur Kholis Aziz Tinjauan Pasal 296 KUHP Terhadap Pengaturan Lokalisasi Pelacuran di Kabupaten Tulungagung. Dalam isi skripsi tersebut. Bahwa sebenarnya tidak ada landasan hukum yang menjadi pertimbangan, sehingga dibukanya lokalisasi pelacuran di Kabupaten Tulungagung, namun pertimbangan Pemerintah Daerah melokalisasi pelacuran melalui Peraturan Daerah Nomor 29 tahun 2002, tentang penyelenggaraan Ketertiban Umum adalah: pertama, untuk

penyelenggaraan ketertiban umum, dalam rangka menciptakan kebersihan, ketertiban dan menanggulangi praktik-praktik pelacuran liar di tempattempat umum. Kedua, sebab-sebab timbulnya pelacuran karena adanya faktor ekonomi, lingkungan, urbanisasi, dan problem keluarga yang saling berkaitan, untuk itu harus dipahami. Meskipun pelacuran dikatakan penyakit masyarakat yang dengan perlakuannya berakibat pelanggaran ketertiban umum, namun pelacuran tidak dapat hanya diselesaikan secara hukum, tapi juga melalui jalan memahami kehidupan sosial. Karena terkait antara pencakupan biologis dan nafkah hidup bagi warga Negara. Pembinaan ketrampilan juga menjadikan upaya memberi solusi pekerjaan bagi mereka. Payung hukum yang dijadikan perlindungan lokalisasi pelacuran di Kabupaten

Tulungagung adalah, Peraturan Daerah Nomor 29 Tahun 2002 tentang penyelenggaraan ketertiban umum, dimana melacurkan diri perbuatan asusila yang hanya dijerat kalau dilakukan ditempat umum. Misalnya dilakukan di jalan-jalan dan tempat-tempat terbuka. Adanya 2 (dua)

lokalisasi pelacuran di Ngujang dan Kaliwungu Tulungagung ternyata selama ini tidak ada payung hukum yang kuat, yang dijadikan perlindungan lokalisasi. Sedangkan, keberadaan lokalisasi pelacuran tersebut masih eksis selama ini di dua lokalisasi Ngujang dan Kaliwungu, hal tersebut hanya karena pertimbangan sosial dari Pemerintah Dearah sebagai jalan alternatif saat ini.13 Para peneliti diatas membahas mengenai upaya keluarga sakinah, dan lokalisasi dengan latar belakang dan hasil penelitian yang berbeda-beda. Maka penelitian ini akan mengangkat, bagaimana pemahaman masyarakat sekitar lokalisasi, mengenai keharmonisan rumah tangga dan bagaimana upaya masyarakat sekitar lokalisasi, dalam mempertahankan keharmonisan rumah tangga. Di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung, pada penelitian awal, upaya masyarakat dengan mengadakan rutinan keagamaan, seperti tahlilan, yasinan, pengajian bersama yang diadakan oleh tokoh agama sekitar. B. Pelacuran/ Lokalisasi 1. Sejarah Tentang Pelacuran/ Lokalisasi Sejarah profesi prostitusi merupakan profesi yang tua dalam sejarah, hanya saja tidak dapat dipastikan siapa yang lebih tua antara profesi prostitusi/ pelacur dan profesi lawyer/ advokad. Profesi pelacur dan juga hakim, lawyer, serta dokter bersama-sama dengan dukun para normal disebut-sebut sebagai 4 (empat) profesi

Nur Kholis Aziz, Tinjauan Pasal 296 KUHP Terhadap Pengaturan Lokalisasi Pelacuran di Kabupaten Tulungagung, Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Tulungagung, 2007.

13

yang tertua dalam sejarah dunia.14 Sama halnya dengan kemiskinan, pelacuran merupakan masalah sosial yang tertua, sejak adanya norma-norma perkawinan dalam pergaulan hidup manusia. Sejak itu pula gejala masyarakat yang dikenal dengan pelacuran, dan penyimpangan dari norma-norma perkawinan yang sah bisa merupakan zina/ pelacuran.15 Timbulnya pelacuran sama tuanya dengan sejarah timbulnya tata tertib masyarakat seperti perkawinan atau pernikahan. Perwujudan saat itu berlainan dengan praktik pada saat ini, hal ini tentunya berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan peradaban itu sendiri di berbagai daerah. Pelacuran telah lama ada dan dikenal, dalam sejarah manusia seperti diantaranya: Amerika Serikat, Yunan dan Romawi Kuno, serta di kerajaan Tiongkok lama dan sejak berabad-abad silam. Sejalan dengan perkembangan sejarah pada masa-masa dahulu, dimana masyarakat masih sederhana, sebagai suatu gejala. Hal ini lebih banyak dijumpai di negara Amerika Serikat. Sejak zaman koloni banyak perempuan masuk daerah Amerika Serikat, dari Eropa bersama dengan kaum pendatang lainnya. Beberapa diantaranya datang bersama-sama dengan kaum penjahat. Tulisan dan kotbah-kotbah kaum pendatang semuanya memberikan gambaran, tentang kejahatan dan pelacuran di daerahdaerah Amerika Serikat. Sepanjang pantai Gading dan beberapa suku Indian Amerika, masyarakat memiliki kebiasaan untuk melacurkan istri, dan putri mereka guna mendapatkan keuntungan tertentu.

14 15

Munir Fuady, Aliran Hukum Kritis, PT. Adya Bakti, Bandung, 2003, hal 70. Soejono D, Pathologi Sosial, Alumni, Bandung, hal 102.

Penggantian dari pihak suami menjadi hak seorang dewa menyebabkan adanya suku-suku dahulu, melakukan pelacuran keagamaan atau dikenal dengan istilah religious prostitusi. Sebagai contoh, yang terdapat di dalam buku Ewe Tshi yang mendiami pantai Afrika Barat. Bahwa pendeta perempuan menganggap dirinya sebagai istri dari dewa yang mereka sembah, dan untuk itu mereka melakukan hubungan kelamin dengan laki-laki yang bukan suaminya. Perbuatan itu dianggap bukan sebagai perbuatan yang tercela. Demikian halnya di India sejak abad ke-8 dan ke-9, penyanyi-penyanyi di biara sering melakukan hubungan kelamin sebagai bentuk pemujaan. Pada zaman kerajaan Yunani Kuno pelacuran merupakan suatu lembaga sosial yang terhormat dan diakui oleh publik. Istri-istri raja Yunani Kuno, harus berdiam diri terus di rumah dan tidak boleh keluar serta dilarang berada di tempat-tempat umum seperti pada pertandingan-pertandingan dan teater-teater, dan kalau mereka boleh keluar oleh suaminya harus memakai kerudung muka. Mereka menganggap sebagai penghasil anak yang akhirnya pria-pria Yunani Kuno, yang terhormat mencari wanitawanita pelacur untuk hiburan16 Di Negara Roma hubungan badan (seksual) di luar perkawinan adalah dianggap sebagai perbuatan penyelewengan moral, dan hal tersebut merupakan perbuatan yang harus dikenakan sanksi hukuman berat. Meskipun kenyataan pada akhirnya diadakan hukuman berat, namun pelacuran menjadi gejala sosial yang dianggap lumrah. Apalagi ketika Kaisar Roma sendiri melanggar hukum dengan main perempuan-perempuan pelacur, di tempat tertentu/ khusus yang mewah, lengkap dengan tempat pemandian dan pemijatan. Maka akhirnya, larangan pelacuran itu menjadi tidak berlaku, dan kesucian terhadap perkawinan yang sah menjadi rusak.
16

B. Simanjutak, Pengantar Kriminologi dan Pathologi Sosial, Penerbit Tarsito, 1981. hal 22.

Di Yunani perzinaan dianggap adat kebiasaan hak istimewa seorang lakilaki, dan perempuan ulung bisa menjadi perempuan yang mempunyai kedudukan tinggi dalam masyarakat. Di Roma pada masa kekuasaan kekaisaran terakhir, ketika kerajaan lama mengalami keruntuhan, perzinaan menjadi praktik umum dan biasa bagi laki-laki maupun perempuan, yang belum atau sudah kawin. Dan perempuan dari kelas tinggi/ kalangan mewah bisa turun pangkat menjadi pelacur yang menawarkan dirinya, pada siapa saja asal dapat kepuasan. Setelah pengakuan dan penyebaran agama Nasrani, timbul pandangan baru terhadap pelacur, dan berusaha mengembalikan mereka kejalan yang benar. Pandangan demikian ini pada dasarnya mempersamakan kedudukan perempuan dan laki-laki di hadapan Tuhan. Jadi, berbeda dengan masalah sebelumnya, pelacuran pada hakikatnya tidak dapat di terima dan menjadi masalah sulit. Di Eropa raja-raja pertama abad pertengahan, selain memperkenalkan sistem selir, pelacuran juga pada abad pertengahan, mungkin hanya dapat dimengerti bila dihubungkan dengan tiga macam kepentingan sosial. Pertama, adalah dihubungkan dengan kesejahteraan keluarga, yaitu dengan menjaga anak istri dari pengaruh-pengaruh pelacuran, dan juga untuk kepentingan agama. Dan kepentingan ini merupakan pencegahan. Kedua adalah, untuk mencegah rumah pelacuran menjadi tempat pusat kekacauan, kejahatan. Untuk kepentingan ini rumah pelacuran diawasi oleh petugas pemerintah, dengan mengharuskan pelacur yang berpraktik mendapat izin terlebih dahulu dari pemerintah. Ketiga, adalah kepentingan keuangan, dimana pemerintah ingin mendapat bagian.

Pada permulaan abad XV ditandai dengan munculnya anggapan-anggapan baru mengenai pelacuran, yaitu dengan kesadaran akan bahaya penularan penyakit kelamin, yang telah melanda Eropa Selatan menjalang akhir abad XV dan mengganaskan di abad XVI. Telah di perkirakan sepertiganya penduduk Eropa telah meninggal, akibat penyakit kelamin dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun. Ketakutan ini diperbesar lagi dengan adanya tindakan pendeta-pendeta Gereja yang tidak mampu untuk mengatasi persoalan pelacuran. Kemudian diadakan pengawasan yang keras dan ketat, bahkan ditetapkan undang-undang yang berisi tentang penghukuman para pelacur. Di Paris contohnya dengan ordonansi 1635 yang menyebutkan bahwa, tanpa pengadilan resmi, pelacuran dapat dibuang keluar daerah seumur hidup. Selanjutnya bahwa diharuskan pemeriksaan bagi pelacuran yang untuk berobat di kota Paris, tetapi penyakit kelamin tersebut telah menjalar dengan cepat di abad XIX, sedang undang-undang itu sendiri tidak mampu menghapuskan sesuai dengan harapan. Tetapi, dengan pelacuran itu sendiri bukan merupakan penyebab satu-satunya penyakit kelamin. Pelacuran hanya merupakan bentuk yang paling nyata dibanding hubungan-hubungan kelamin di luar pernikahan. Sumber penyakit itu sendiri bukan berasal dari para pelacur saja, melainkan dari laki-laki dengan siapa berhubungan. Pada perang dunia ke-II, penyakit kelamin yang tidak terkontrol oleh pemerintah menjadi banyak, maka pada tahun 1919 liga bangsa-bangsa mengambil keputusan, mempercayakan persetujuan mengenai perdaganganperdagangan wanita, dan pelacuran di bawah pengawasan Internasional.

Konverensi Jenewa tahun 1921 menyarankan rencana persetujuan, yang memohon dewan liga bangsa-bangsa untuk membentuk komite penasihat, dan menyarankan supaya wakil-wakil negara yang di undang untuk membuat laporan tahunan, mengenai pelacuran di negaranya masing-masing. Sementara pelacuran berada di Indonesia sejak masih berbentuk kerajaan. Dalam hal ini Rukmini Kusuma Astuti menyatakan: Hal tersebut berakar adanya kelas dalam masyarakat, kelas tuan tanah, dan kelas petani miskin. Golongan pertama mempunyai kedudukan ekonomi kuat sehingga mereka mampu memelihara istri dan selir. Selirselir ini banyak diambil dari keluarga petani dan rakyat kecil. Keadaan yang demikian menimbulkan perguncingan dan pelacuran.17 2. Problem Pelacuran a. Pelacuran sebagai masalah sosial Pelacuran merupakan masalah sosial, karena merugikan masyarakat dalam hal ketentraman, kemakmuran baik jasmani, rohani maupun sosial dari kehidupan bersama. Hal ini menjadi nyata bila dihubungkan dengan penularan penyakit kelamin, ajaran beberapa agama dan adat tradisi suku-suku bangsa Indonesia. b. Pelacuran dan penyakit kelamin Pelacuran dapat mendatangkan penyakit kelamin yang amat berbahaya, seperti misalnya: sipilis dan kencing nanah yang dapat dengan mudah ditularkan kepada istri, dan anak-anak si penderita. Betapa meluasnya penyakit kelamin ditengah-tengah masyarakat dapat dilihat dari tulisan Rukmini (1984 :68) yang menyatakan sebagai berikut:

17

Rukmini Kusuma Astuti, Proses Terjadinya Pelacuran di Masyarakat, Thesis, Fakultas Psikologi Universitas Gadjahmada, Yogyakarta, hal 17.

Menurut hasil pelaksanaan survey lembaga P4K di Surabaya maka diperoleh data sebagai berikut: diantaranya alat-alat negara didapatkan angka sipilis aktif dan laten sebesar 30,8 persen, buruh-buruh pabrik dan perusahaan 10,5 persen, rakyat bebas di dalam suatu kampung 8 persen, diantaranya mahasiswa 1,61 persen dan diantaranya ibu-ibu hamil yang memeriksakan diri di B.K.I.A di kota Surabaya didapatkan sipilis 11,16 persen.18 Dari hasil survey di atas kiranya dapat digaris bawahi, bahwa majunya pengetahuan di bidang obat-obatan, ternyata belum dapat membatasi dan menjamin melusnya penyakit kelamin di masyarakat. Ada beberapa hal yang menyulitkan usaha-usaha untuk membatasi meluasnya penyakit kelamin, terutama karena belum adanya kesadaran dari banyak perempuan pelacur akan bahayabahaya yang dapat di timbulkannya. Adamang Rochim, menuliskan hasil penelitiannya terhadap 122 orang pelacur sebagi berikut: Hampir lima puluh persen diantara mereka tidak dapat injeksi. Berdasarkan hasil observasi penulis ada beberapa wanita pelacur yang memang takut di injeksi, sehingga walaupun datang di tempat penyuntikan itu dia. Hanya membayar uang Rp. 75, 00 dengan menyerahkan kartu kemudian diberi tanda bahwa ia mudah di injeksi yang sebenarnya mereka tidak mau di injeksi.19 Dari hasil penelitian di atas selanjutnya dapat diberi kesimpulan, bahwa penyakit kelamin yang menyertai pelacuran mempengaruhi kesejahteraan sebagai anggota masyarakat, karena penyakit kelamin mengancam keselamatan, ketentraman dan kemakmuran baik jasmani, rohani, maupun sosial mereka. Pelacuran sebagai masalah sosial, yang telah dibahas dari segi penyakit kelamin yang ditimbulkan, juga akan dilihat dari pandangan agama, yakni Agama Islam. Pelacuran dilihat dari pandangan agama menyangkut nilai-nilai, yakni nilai
Rukmini Kusuma Astuti. Op., Cit. hal 68. Adamang Rochim, 19981, Pelacuran Sebagai Salah Satu Faktor Penghambat Kesejahteraan Keluarga, Penerbit Tarsito, Bandung, hal 68.
19 18

yang buruk. Pengertian buruk antara lain, disebutkan dalam hukum Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad saw, di dalam Al-Quran tidak ada ayat yang menyebutkan pelacuran tetapi hanya menyebut perzinaan. Pelacuran merupakan perzinaan menurut pandangan agama Islam. Mengenai sanksi hukuman yang dijatuhkan kepada orang-orang pezina, Allah swt. Didalam Surat An-Nur ayat 2, Al-Quran dan terjemahannya sebagai berikut:

Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. Nabi Muhammad saw. Sangat mengutuk perbuatan zina, karena zina termasuk perbuatan dosa besar dalam Islam. Para Imam empat madzhab didalam Islam, yaitu Hambali, Hanafi, Maliki, dan Syafii bersepakat, bahwa perbuatan zina adalah suatu dosa besar yang wajib dikenakan hukuman kepada para pelakunya. Dengan demikian pelacur merupakan masalah yang harus di tanggulangi karena bertentangan dengan moral Islam. c. Pelacuran Dilihat dari Pandangan Adat Tradisi. Pelacuran merupakan masalah sosial, bukan hanya bila ditinjau dari segi penularan penyakit kelamin dan pandangan Islam. Tetapi juga merupakan masalah sosial bila dilihat dari segi adat tradisi, sebagaian besar suku-suku bangsa

di Indonesia yang telah mengakui lembaga perkawinan sebagai lembaga yang luhur. Sehingga setiap perhubungan kelamin di luar perkawinan, merupakan perbuatan tercela, bahkan dapat menyebabkan pertumpahan darah. Reaksi masyarakat terhadap delik kesusilaan tidak dapat diabaikan. Sehingga, hendaknya adat tradisi dapat dijadikan dasar dalam putusan hakim dalam menerapkan delik kesusilaan ini. Tidak jarang dijumpai pembunuhan yang terjadi di Madura dengan alasan zina, di mana laki-laki dapat membunuh perempuannya karena diketahui telah melakukan hubungan gelap dengan laki-laki lain yang bukan suaminya.20 C. Faktor-faktor Pendorong Timbulnya Pelacuran 1. Faktor Kejiwaan Sejumlah faktor psikologi tertentu memainkan peranan penting yang menyebabkan seseorang perempuan melacurkan diri. Bahwa, perempuanperempuan yang menjadi pelacur itu, lahir dan dibesarkan dalam lingkungan yang miskin atau agak miskin. Orang tua mereka berwatak lemah dan kebanyakan kurang pendidikan. Standar modal keluarga-keluarga mereka pada umumnya rendah, dan cara orang tua mereka memberikan pembentukan disiplin adalah, tidak bijaksana dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Keretakan-keretakan di dalam keluarga biasanya disebabkan oleh kematian, perceraian, dari salah seorang ayah atau ibu. Perempuan-perempuan itu biasanya terlibat dalam kesedihan atau banyak bersusah hati, ada yang dibebani pikiran tak waras dan disertai keadaan emosi yang tidak stabil. Pada bidang-

20

Nur Kholis Aziz, Op., Cit. hal 45

bidang pendidikan mereka bertaraf lebih rendah dari pada nilai rata-rata. IQ dibawah standar dari rata-rata. Kurangnya kasih sayang dapat membawa pada keadaan tak berdaya. Di samping itu juga, di dukung sejumlah faktor sosial, misalnya keinginan untuk melepaskan diri dari kenyataan hidup keluarga, dan masyarakat yang tidak tertahankan lagi. Adanya keinginan untuk mengikuti cara hidup di kota-kota dengan segala kemewahaan, juga dapat mendorong seseorang melacurkan diri. Dalam hal ini Rukmini menyebutkan sebagai berikut: Faktor moral individu dan moral masyarakat sebagai faktor yang cukup penting artinya di dalam terjadinya pelacuran. Hal ini dapat dilihat di negara-negara yang telah maju, dimana faktor ekonomi sering dianggap bukan faktor lagi yang menyebabkan bukan wanita melacurkan diri, tetapi dikarenakan juga adanya demoralisasi yang dialami oleh masyarakat dan individu pendukungnya, Di dalam usaha pemuasan nafsu sexsual seseorang, peranan sanksi masyarakat yang tercermin dalam keadaan moralnya sangat menetukan tindakan seseorang dan karenanya itu masalah pemuasan sex untuk mengadakan hubungan kelamin bukan hanya masalah kebutuhan biologis semata. Selanjutnya dikatakan, pembentukan moral individu terutama dalam kehidupan sexnya, sangat ditentukan oleh pendidikan didalam keluarga, dimana individu diperkenankan untuk pertama kalinya dengan baik dan buruk, boleh dan tidak boleh, benar dan salah serta hal lainnya. Kemudian moral seks tersebut terinternanasi oleh si anak tanpa disadari.21 Kegagalan-kegagalan di dalam hidup individu karena tidak terpuaskan kebutuhannya (baik biologis maupun sosial), dapat menimbulkan efek psikologis. Sehingga, mengakibatkan situasi kritis pada diri individu tersebut. Di dalam keadaan kritis ini mudah mengalami konflik batin, dan sadar atau tidak sadar mereka mencari jalan keluar dari kesulitan-kesulitannya. Dalam keadaan yang demikian inilah orang akan mudah terpengaruh ke jalan yang sesat. Seperti yang

21

Rukmini Kusuma Astuti, Op., Cit, hal 35.

telah disebutkan oleh Warauow, berbagai faktor psikologis yang dapat menyebabkan seorang wanita menjadi pelacur adalah sebagai berikut: 1) IQ rendah sekitar 65 % sebagian besar wanita pelacur mempunyai IQ rendah, yang terbagi: labilitas, dengan IQ 70-90, imbesil dengan IQ 50-70 dan idiot dengan IQ dibawah 50, mereka yang idiot ini jarang hidup diatas 30 tahun. 2) Kehidupan sosial yang abnormal, misalnya: hipersexual dan sadis sex. 3) Kepribadian yang lemah misalnya meniru. 4) Moralitas rendah dan kurang berkembang, misalnya kurang dapat membedakan baik dan buruk, benar dan salah, boleh dan tidak boleh dan lain-lain. 5) Mudah terpengaruh (suggestible). 6) Memiliki motif kemewahan, yakni menjadikan kemewahan sebagai tujuan utama. 2. Faktor Sosial Ekonomi. Sejumlah faktor sosial ekonomi sering disebut sebagai faktor pendorong seseorang melacurkan diri. Faktor ini dapat dikaitkan dengan teori anatomi Durkheim, yang didasarkan pada anggapan banyak kebutuhan ekonomi tidak terpenuhi. Dengan demikian diperlukan aturan umum ataupun sesuatu, yang menjaga tindakan sewenang-wenang dari pada anggota masyarakat yang ingin memenuhi kebutuhannya itu. Bila aturan-aturan tidak dapat dilaksanakan ataupun tidak dapat lagi mengontrol keadaan, timbulllah situasi seolah-olah tidak ada lagi norma,

peraturan-peraturan mengikat dengan sangat lemah. Keadaan anatomipun akan menguasai masyarakat. Biasanya pelanggaran terhadap depresi ekonomi, ataupun ketika pesatnya kemajuan teknologi di dalam masyarakat. Teori sosial diatas secara khusus pula dapat dipakai dalam usaha menjelaskan mengapa seorang melacurkan diri. Reckless menyebutkan sejumlah kondisi sosial ekonomi yang amat penting artinya dan menjerumuskan seorang perempuan melacurkan diri. Keadaan sosial tersebut adalah: a. Berasal dari keluarga miskin yang umumnya tingal di desa terpencil. b. Melakukan urbanisasi karena menginginkan perbaikan nasib di kotakota besar, diantaranya mereka yang sedang hamil tanpa suami. c. Pada umumnya mereka tidak memiliki keahlian tertentu. d. Berasal dari keluarga yang pecah (broken home). e. Telah dicerai suaminya. f. Jatuh ke tangan-tangan agen rumah bordil yang sedang giat mencari mangsa-mangsa baru, untuk dijadikan penghuni tetap rumah-rumah pelacuran. Adanya pemupukan kekayaan pada golongan tertentu, terjadinya kemlaratan pada golongan bawah atau dengan kata lain, adanya hierarki di bidang kehidupan ekonomi, memudahkan bagi penguasa rumah bordil mencari wanitawanita dari kelas melarat. Hubungan faktor tersebut dapat melahirkan pelacuran, tidak hanya masalah ekonomi saja tetapi faktor sosial dan hukum sangat menentukan terjadinya proses ini.

D. Keharmonisan Rumah Tangga a. Dasar-dasar rumah tangga Rumah tangga atau keluarga adalah suatu struktur dalam masyarakat yang bersifat khusus, satu sama lain saling mengikat. Dalam sebuah negara, rumah tangga ibarat sebuah bibit tanaman, jika bibit tanamannya baik dan sehat akan tumbuh menjadi pohon yang berdaun rindang dan berbuah lebat. Rumah tangga Muslim yang mampu memancarkan sinar Islam, pasti akan melahirkan sebuah negara yang benar-benar adil, makmur, dengan ridha Allah swt, Baldatun Tayyibatun wa Robbun Ghafur. Gambaran seperti itu diakui oleh seorang sosiologis Barat bernama Bolak, dia mengatakan: Rumah tangga adalah markas atau pusat dari nama denyut-denyut pergaulan hidup, ia adalah susunan yang hidup, yang dapat mengekalkan keturunan. Sebenarnya, rumah tangga itu adalah alam pergaulan menusia yang diperkecil, bukankah dalam rumah tangga lahir dan tumbuh apa yang disebut kekuasaan, agama, pendidikan, hukum dan perusahaan. Menurut pandangan sosiologis keluarga dalam arti luas, meliputi semua pihak yang mempunyai hubungan darah dan atau keturunan, sedangkan dalam arti sempit, keluarga meliputi orang tua dengan anak-anaknya, kedalam pengertian yang disebut terakhir masuk keluarga kandung (biologis) yang hubungannya bersifat tetap, oleh Boll disebut family of procreation. Keluarga merupakan tempat berlindung, bertanya, dan mengarahkan diri bagi anggotanya yang bersifat hubungannya bisa berubah dari waktu kewaktu. Lima ciri khas yang dimiliki keluarga, yaitu: (1) adanya hubungan berpasangan antara kedua jenis kelamin, (2) adanya perkawinan yang mengokohkan hubungan tersebut, (3) pengakuan

terhadap keturunan, (4) kehidupan ekonomi bersama, dan (5) kehidupan berumah tangga.22 Struktur rumah tangga dapat terbangun melalui hubungan darah ataupun pernikahan, menurut ajaran Islam, perikatan itu mengandung tanggung jawab dan sekaligus rasa saling memiliki dan saling berharap. Di samping terikat menurut hukum Islam, juga terjalin dalam ikatan batin. Jadi sebuah struktur keluarga menjadi kuat, jika memiliki pondasi yang kokoh, ibarat sebuah bibit tanaman, akarnya mampu tumbuh ke dalam tanah, ranting-rantingnya berkembang, daunnya tumbuh subur dan berkembanglah sebatang pohon yang rimbun dan kokoh batangnya. Pondasi itulah yang melanda kajian kita tentang struktur rumah tangga atau keluarga Muslim, bukan semata-mata satu susunan keluarga yang mengelompok dalam satu lokasi. Islam tidak mengenal satu bentuk keluarga khusus, sebab substansinya terletak pada esensi rasa kasih sayang yang berpijak pada ajaran agama. Struktur keluarga dalam Islam berpusat pada seorang ayah, kemudian isteri, baru kemudian hubungan vertikal ke atas (ayah, kakek dan seterusnya) dan kebawah (anak, cucu, dan seterusnya). Satu sama lain saling bergantung dan melengkapi. Namun, bukan berarti masing-masing tidak dapat berdiri sendiri, dalam struktur keluarga Islam, kemudian dikenal struktur keluarga utama dan tambahan. Keluarga struktur keluarga muslim juga tidak lepas dari masyarakat disekitarnya, memang setiap keluarga mempunyai hak pribadi untuk mengatur keluarganya sendiri. Namun, mereka tidak dapat memisahkan diri begitu saja dari
Hadisubroto Subino dkk, Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, hal 20.
22

struktur masyarakat dengan mengabaikan masyarakat. Sebab, masyarakat adalah kumpulan dari beberapa keluarga. Jika kumpulan keluarga itu bersandar pada ajaran Islam, akan tercipta persamaan dan harmonis.23 Islam melarang adanya diskriminasi intimasi antar anggota keluarga, baik pada struktur utama maupun tambahan. Bahkan, jika kedua struktur itu berada dalam satu lokasi, seseorang tidak boleh berbuat sesuatu tanpa diperkenankan anggota lain. Misalnya, mengadakan kegiatan di luar rumah tanpa mengabaikan keluarganya sendiri, ia juga tidak layak memberikan waktunya pada orang lain, tanpa persetujuan keluarga lainnya. Berarti kokohnya rasa kasih sayang dalam satu keluarga juga berkaitan dengan kondisi masyarakatnya. Sebab, keluarga itu terikat dalam satu sistem sosial dari sebuah komunitas. Sistem sosial ini semakin kokoh jika satu komunitas sama-sama terikat dalam tatanan persaudaraan seagama. Persaudaraan seagama mengandung implikasi, yaitu komunitas yang saling mengikat karena Allah swt, berusaha saling melengkapi dan menjaga diri menghadapi setiap ancaman yang berasal dari luar komunitas. Kondisi itulah yang membuat perikatan komunitas lebih menonjol melahirkan rasa saling berharap dan kasih sayang dari pada struktur keluarga yang lahir karena perikatan darah, besar kemungkinan suatu ketika akan terpisah karena perbedaan domisili. Misalnya anak yang telah dewasa dan membentuk kelurga sendiri, besar kemungkinan terpisah domisilinya dari ayah dan ibu yang melahirkannya.24

23

Anshari Thayyib, Struktur Rumah Tangga Muslim, Surabaya, Penerbit Risalah Gusti, 1992. hal Anshari Thayyib, Ibid.,hal 6.

4.
24

b. Keluarga Sakinah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, memberikan dampak positif, dan juga memberikan dampak negatif terhadap eksistensi rumah tangga, bahkan dapat merusak nilai-nilai agama dan menyebabkan timbulnya keretakan dalam suatu rumah tangga itu sendiri. Sedangkan Islam memberikan ajaran agar rumah tangga menjadi surga yang dapat menciptakan ketentraman, ketenangan, dan kebahagiaan. Dalam upaya

mengantisipasi pengaruh budaya luar yang negatif, berikut dikemukakan kiat menciptakan keluarga sakinah, agar citra keluarga tetap terjaga dengan baik. c. Indikator Keluarga Sakinah Sebuah keluarga yang dapat disebut keluarga sakinah, apabila telah memenuhi kriteria antara lain:25 kehidupan keberagamaan dalam keluarga, dari segi keimanannya kepada Allah swt murni, tidak melakukan kesyirikan, taat kepada ajaran Allah dan Rosul-Nya, cinta kepada Rosulullah dengan mengamalkan misi yang diembannya, mengimani kitab-kitab Allah dan AlQuran, membaca dan memperdalam maknanya, mengimani yang ghaib, hari pembalasan serta mengimani qadla qadar. Sehingga, ia berupaya untuk mencapai yang terbaik, sabar tawakkal menerima qadar Allah. Dari segi ibadah, mampu melaksanakan ibadah, ibadah yang wajib seperti shalat lima waktu, puasa, zakat, dan sebagainya. Demikian pula ibadah sunnah seperti: shalat dluha, puasa senin kamis dan sebagainya.

Aziz Mushoffa. Untaian Mutiara Buat Keluarga, Yogyakarta, Penerbit Mitra Pustaka, 2001 ,hal 12.

25

Dari segi pengetahuan agama, memiliki semangat untuk mempelajari, memahami dan memperdalam ajaran Islam, taat melaksanakan tuntunan akhlak mulia, disamping itu kondisi rumahnya Islami. Di samping pendidikan keluarga, dalam suatu keluarga, orang tua mempunyai kewajiban untuk memberikan motivasi terhadap pendidikan formal bagi setiap anggota keluarga, membudayakan gemar membaca, mendorong anakanak untuk melanjutkan dan menyelesaikan sekolahnya, terutama bila mampu sampai tingkat sarjana. Selanjutnya kesehatan keluarga, semua anggota keluarga menyukai oleh raga, sehingga tidak mudah sakit, kalau ada yang sakit segera menggunakan jasa pertolongan Puskesmas atau dokter. Mendapatkan imunisasi pokok, keadaan rumah dan lingkungan memenuhi kriteria lingkungan rumah sehat, mendapatkan cahaya matahari yang cukup, sanitasi lengkap dan lancar, lingkungan rumah bersih dan ada saluran air agar tidak terdapat sarang nyamuk dan sebagainya. Hendaknya rumah itu sehat, menarik dan menyenangkan bagi semua yang masuk ke rumah itu. Persyaratannya tidak tergantung kepada benda, materi atau isi rumah yang mahal, bagus dan lux, akan tetapi tergantung kepada pengaturannya. Mungkin saja rumah itu hanya kecil, terbuat dari bambu, alat perabotannya sangat sederhana. Akan tetapi, karena persyaratan kesehatan cukup, misalnya bersih, cukup cahaya dan udara bersih masuk, sudah memadai dari segi kesehatan.26 Kemudian ekonomi keluarga. Suami istri mempunyai penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok. Pengeluaran tidak melebihi
Dr. Zakiah Daradjat. Perkawinan Yang Bertanggung Jawab, Jakarta, Bulan Bintang, 1975. hal 23.
26

pendapatan, bahkan kalau cukup bisa ditabung. Kebutuhan makan sehari-hari, sandang, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Terakhir hubungan sosial keluarga yang harmonis, hubungan suami istri yang saling mencintai, menyayangi, saling membantu, menghormati,

mempercayai, saling terbuka dan bermusyawarah bila mempunyai masalah dan saling memiliki jiwa pemaaf. Demikian pula hubungan orang tua dengan anak, orang tua mampu menunjukkan rasa cinta dan kasih sayangnya, memberikan perhatian, bersikap adil, mampu membuat suasana terbuka, sehingga anak merasa bebas mengutarakan permasalahannya. Hingga membuat suasana rumah tangga itu mampu menjadi tempat bernaung yang indah, aman, dan segar. Begitu pula hubungan anak dan orang tua. Anak terhadap orang tua berkewajiban menghormati, mentaati dan menunjukkan cinta dan kasih sayangnya terhadap orang tua, dan tak kalah pentingnya, anak selalu mendoakannya. Sedangkan hubungan dengan tetangga, diupayakan menjaga keharmonisan dengan saling tolong menolong, menghormati,

mempercayai, dan mampu ikut berbahagia terhadap kebahagiaan tetangganya, tidak saling bermusuhan dan saling memaafkan. Jadi keluarga sakinah dapat tercipta apabila lima aspek pokok kehidupan keluarga terpenuhi, dengan mewujudkan kehidupan bersama, menciptakan suasana keislaman, pendidikan kelurga yang mantap, kesehatan yang terjamin, ekonomi keluarga yang stabil, hubungan intern dan antar keluarga yang harmonis dan terjalin erat. Sehingga demikian dapat menjadi gambaran keluarga sakinah

sebagai upaya membina bangsa. Sebab keluarga merupakan miniatur masyarakat dan bangsa.27 d. Kelebihan Dialog / Musyawarah antar anggota Keluarga. Dalam penelitian terbaru menegaskan bahwa 5.093 keluarga menilai kedalaman dialog, dan kemahiran mengatasi konflik keluarga sebagai fondasi kerekatan hubungan. Penelitian ini berkesimpulan bahwa pasangan suami istri yang memiliki pendekatan terbaik dalam memecahkan atau menyelesaikan perselisihan mereka, dengan menikmati waktu yang lebih lama dalam perbincangan santai. Pada tahun 1979 Snider melakukan penelitian terhadap dua ratus keluarga dengan menggunakan standarnya yang terkenal dalam mengetahui tingkat kepuasan suami istri. Ia menegaskan bahwa dialog antar suami istri berada di ranking pertama faktor-faktor yang menetukan tingkat kepuasan dan kebahagiaan suami istri, sebab dialog membantu mengatasi berbagai perselisihan, meskipun sebesar apapun, sehingga mempermudah proses keterikatan psikologi antara suami isteri.28 Dialog atau musyawarah merupakan konsep hidup dalam Islam yang berlaku di setiap interkasi sosial. Perintah dialog (musyawarah) seakan telah menjadi sifat utama seorang muslim. Sebab Al-Quran telah menanamkan dalam salah satunya dengan nama Asy-Syura (musyawarah). Lebih dari itu, Surat Asy-Syura adalah Surat Makkiah. Artinya, ini mengilhamkan bahwa kesan musyawarah terhadap umat muslim itu lebih mendalam dari sekedar sistem politik
Aziz Mushoffa, Op., Cit. hal 14 Muhammad Ahmad Abdul Jawwad, Kiat Meraih Hati dan Pikiran Pasangan Hidup, Amzah, Jakarta, 2006, hal 72
28 27

Negara. Musyawarah adalah karakter dasar semua komunitas sosial, suatu komunitas dibangun diatas pondasi musyawarah. Tradisi musyawarah di komunitas akan melebar menjadi tradisi bangsa sebagai konsekuensi alami sebuah komunitas terutama dalam keluarga.29 Hilangnya dialog keluarga akan menyebabkan timbunan perselisihan dan ketidakcocokan antara suami istri, dan ini bisa berakibat sangat buruk bagi keduanya. Mereka akan hidup layaknya orang asing dimana masing-masing hanya sekedar menjalankan kewajiban-kewajibannya pada keluarga dan anak-anak. Selanjutnya sedikit demi sedikit mereka akan kehilangan rasa dengan pasangannya. Perasaan kesepian pun akan lahir di antara keduanya dan kehidupan mereka menjadi hambar, tanpa rasa maupun warna, dari sini, perpecahan pun dimulai dan berakhir dengan perceraian, atau kehidupan rumah tangga mereka masih terus bertahan demi anak-anak. Namun masing-masing harus merasakan pengorbanan yang mematikan atau keterpisahan psikologis. Penelusuran faktor-faktor penyebab hilangnya dialog menempatkan kekeliruan atau ketidakpintaran memilih sebagai tersangka utama, sebab terkadang proses pemilihan pasangan hidup dilakukan dengan asal atau terburuburu. Sehingga, masing-masing belum memahami pasangannya dengan baik. Egoisme diantara suami istri juga menjadi salah satu faktor penting dalam konteks ini. Sebab masing-masing hanya berkonsentrasi pada dirinya sendiri, dan memenuhi keinginan pribadinya tanpa mempertimbangkan yang lain. Ditambah lagi dengan faktor finansial dan kebutuhan ekonomi yang bertolak dari pepatah
D.R Akram Ridha. To Bring Back a Warmth to Our Home. Penerbit Ziyad, Surakarta, 2007, hal 101
29

jika kemiskinan datang dari pintu, maka cinta akan keluar dari jendela. Di samping itu masih ada faktor lagi yaitu, minimnya bahkan hilangnya kesadaran beragama pada diri masing-masing, dan tidak adanya saling penghormatan antara keduanya yang tampak pada pengabaian pihak lain, dan ketidaksudian mendengarkan perintah-perintahnya. Oleh karena itu, dialog menjadi sarana penting untuk mempertahankan keharmonisan dalam rumah tangga.30 e. Manajemen Keluarga Harmonis. Keluarga adalah satu ikatan atau organisasi kehidupan yang dibangun dengan suatu tujuan mulia, yaitu menuju manusia yang sempurna, dan sejahtera lahir batin serta mendapatkan ridha Allah swt. Mengapa perkawinan bisa dikatagorikan sebagai sebuah ikatan yang mulia? Karena. Pertama, tidak ada yang dapat membahagiakan dengan jelas dan tegas ketika dua makhluk Tuhan yang berlainan jenis hidup bersama dalam suatu ikatan, kecuali pernikahan manusia. Kedua, pernikahan adalah untuk menifestasi terwujudnya dialektika antara sisi-sisi kewanitaan dan kejantanan, dengan maksud luasnya antara dua sisi yang berbeda, dengan sebuah tujuan menciptakan sebuah kesempurnan hakikat kehidupan. Ketiga, hanya dengan pernikahan, manusia bisa mendapatkan pendidikan tentang arti sebuah tanggung jawab, tanggung jawab terhadap belahan jiwanya, terhadap keturunannya dan khususnya terhadap dirinya sendiri. Penjelasan diatas sebenarnya tujuan pernikahan yang ideal. Kemudian, secara aktual, pernikahan akan diwarnai persepsi-persepsi sebagai berikut.

30

Muhammad Ahmad Abdul Jawwad, Op. Cit., hal 89

Pertama, pernikahan dianggap sebagai sebuah kehidupan sakral, yang tidak dapat dianggap main-main dalam menyikapinya. Pernikahan harus didasari dengan kematangan jiwa dan kesiapan banyak hal, termasuk mental dan material. Tidak jarang orang-orang yang mempersepsikan pernikahan sebuah sakralisme. Mereka sadar atau tidak telah mencitrakan bahwa kehidupan haruslah bersifat perfeksionis, termasuk pernikahan. Kedua, pernikahan dianggap salah satu fase dalam menjalani kehidupan. Oleh karena itu, pernikahan adalah bersikap wajar, tidak perlu harus berfikir idealis, perfeksionis, asal bisa saling pengertian, menerima apa adanya, sehingga kehidupan akan berjalan lancar.31 f. Langkah menuju keharmonisan. Keharmonisan pemikiran dan pendapat dalam hidup merupakan landasan kuat yang memungkinkan terbangunnya bangunan hidup kelurga dalam iklim yang sehat, masalah ini tidaklah tercipta begitu saja, namun terdapat langkahlangkah yang harus ditempuh untuk menciptakan keharmonisan diantara pasangan suami istri, yang sebagaiannya dapat ditunjukkan sebagai berikut: 1. Usaha saling mengenal Tidak diragukan, perbedaan lingkungan suasana hidup pasangan suami isteri memiliki pengaruh besar dalam menciptakan berbagai selera, perolaku, dan sikap yang berlainan. Karena itu, para suami-istri harus memahami masalah ini dan berusaha mengenali pasangan hidupnya. Kemudian, langkahkanlah kaki ke depan dengan saling mengurangi perbedaan demi mencapai saling pengertian.
Ani Ferial, Membina Keluarga Muslim Dengan Penuh Cinta, Media Abadi, Yogyakarta, 2007, hal 34.
31

2. Kasih sayang Sang suami dan isteri adalah pasangan dan teman hidup dalam perjalanan panjang, mereka saling berbagi suka dan duka. Mereka pun sedih bersama dan bergembira bersama, mereka juga menatap ufuk yang sama, melalui hidup bersama inilah akan lahir cinta dan terpancar mata air kasih sayang. Sebagaimana telah dijelaskan, segala sesuatu tidaklah muncul dengan sendirinya. Namun, hendaknya kita selalu berusaha menumbuhkan benih-benih cinta kasih. Seorang suami memerlukan cinta isteri dan seorang isteri memerlukan kasih sayang suami. Hasil penelitian membuktikan bahwa keluarga bahagia adalah keluarga yang diliputi cinta dan kasih sayang. Karena, kasih sayang merupakan sungai yang mengalirkan air kehidupan, yang membersihkan semua kesedihan dan menghanyutkan seluruh kotoran. 3. Saling menghargai Kehidupan rumah tangga adalah kehidupan alamiah yang jauh dari kepalsuan, ai adalah kehidupan sejati yang didalamnya pihak suami maupun istri bertindak secara pasti. Bersamaan dengan itu, kedua belah pihak dituntut untuk saling menghargai. Sebab, sikap saling menghargai dapat memelihara kemuliaan pasangan suami istri dan meninggikan martabat mereka. Dalam hal ini, para suami isteri harus secara bersama mencari aspek-aspek positif dalam diri mereka masing-masing demi dijadikan landasan bagi pembentukan sikap saling menghargai itu.

4. Nilai pekerjaan Dari sudut pandang islam, pekerjaan di pandang sangat mulia, apapun jenisnya. Pekerjaan adalah kemuliaan manusia. Bahkan pekerjaan dapat menyamai tingkat jihad apabila dilakukan demi mencari Ridha Allah swt. Hal penting dalam pekerjaan bukanlah jenis dan tingkatannya, melainkan pelaksanaanya sebagi kewajiban insani Ilahi. Seorang isteri melakukan urusanurusan rumah tangganya untuk mencari keridhaan Allah. Demikian pula seorang suami bekerja diluar rumah untuk memperoleh kehidupan mulia bagi keluarganya dan itupun harus dilakukan untuk mencari keridhaan Allah swt. 5. Berusaha menyelesaikan masalah bersama Pernikahan berarti sejenis persekutuan dalam segala hal. Persekutuan tersebut dilakukan di atas kebersamaan demi meraih tujuan. Kebersamaan dalam sikap, kerjasama, dan kesetiakawanan dalam emnyelelsaikan kesulitan yang dihadapi masing-masing ahrus diarahkan demi kepentingan bersama. Seorang suami harus berusaha sungguh-sungguh dalam hal pekerjaannya guna memperoleh sandang pangan bagi isteri dan anak-ankanya, sang isteri pun harus berusaha menjalankan segenap urusan rumah tangganya secara seimbang. Dengan demikian, ia telah menunjukkan kesetiaan kepada suaminya dalam menyelesaikan kesulitan. 6. Kejujuran Kejujuran, keterbukaan, dan keberanian adalah kunci kebahagiaan yang dalam hal ini mustahil menghindari dari jebakan kesalahan. Apabila melakukan suatu kesalahan, anda harus segera meminta maaf dan mengakuinya secara

kesatria, serta berjanji tidak akan mengulanginya lagi di masa datang. Sikap ini tidak berarti merendahkan kedudukan anda. Bahkan akan mendorong pihak lain menghargai dan mencintai anda.32 7. Tujuan Berumah Tangga Islam dalam memberikan anjuran berumah tangga, serta rangsanganrangsangan di dalamnya, terdapat beberapa motivasi dan tujuan yang jelas, yang tentu saja memberikan dampak positif yang lebih besar dalam kehidupan individu maupun masyarakat. Sebab berumah tangga merupakan bagian dari nikmat serta tanda keagungan Allah yang diberikan kepada umat manusia. Dengan berumah tangga, berarti meraka telah mempertahankan kelangsungan hidup secara turun temurun, serta melestarikan agama Allah swt. Perhiasan adalah sesuatu yang indah lagi menyenangkan. Sedangkan sesuatu yang indah pasti mempunyai sifat memikat. Maka sudah sewajarnya bila hati manusia senantiasa terpikat pada keindahan, baik berupa wanita maupun harta kekayaan. Pada hakikatnya manusia terdiri dari satu keturunan, dari sepasang suami istri, kemudian berkembang biak menjadi banyak. Tujuan terpenting dalam rumah tangga menurut syariat Islam antara lain:33 a. Mengatur potensi kelamin Manusia diciptakan Allah ada yang lelaki dan perempuan, hal ini dimaksudkan agar tercapai suatu tujuan yang agung. Yakni agar mereka dapat mengembangkan keturunan, hidup beranak cucu, bahkan berkembang menjadi banyak. Sehingga lestarilah sejarah perkembangan hidup manusia, sedangkan
32 33

Dr. Ali Qaimi, Singgasana Para Pengantin, Penerbit Cahaya, Bogor, 2002, hal 185 Nadhirah Mudjab. Op., Cit. hal 9.

disyariatkannya pernikahan adalah merupakan sarana untuk melestarikan keturunan. Nikah sebagai alat, sedangkan rumah tangga merupakan wadah yang bersifat agamis, bersih, langgeng dan kokoh untuk menghadapi serta menentukan kelestarian sejarah perkembangan hidup manusia. Sebab rumah tangga merupakan suatu wadah yang sehat, serta mengarahkan umat manusia ke arah keslamatan yang hakiki. Hampir semua manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, menginginkan hubungan seks. Bahkan dunia hewan berprilaku demikian, keinginan demikian adalah alami. Pemenuhan kebutuahn biologis itu harus diatur melalui lembaga perkawinan, supaya tidak terjadi penyimpangan tidak lepas begitu saja, sehingga norma-norma adat istiadat dan agama dilanggar. Kecendrunagn cinta lawan jenis dan hubungan seksual sudah ada tertanam dalam diri manusia atas kehendak Allah swt, kalau tidak ada kecendrungan dan keinginan untuk itu, tentu manusia tidak akan berkembang biak.34 b. Melahirkan keturunan yang mulia Pernikahan sebagai sarana untuk mencapai tujuan dalam mewujudkan keturunan yang mulia, adalah sebuah kebenaran dari ajaran Islam, bukan sekedar banyaknya anak. Tetapi banyaknya amal kebajikan dalam menjalani perintah Allah swt dan menajauhi larangan-Nya. Jadi, Rosulullah lebih merasa bangga pada hari kiamat nanti mempunyai umat yang berkualitas, bukan sekedar umat dalam artian kuantitasnya.

34

M. Ali Hasan, Op., Cit. hal 13

c. Merasakan penderitaan hidup Akad dalam pernikahan adalah bersifat abadi. Artinya, bukan sekedar terbatas pada waktu tertentu dan tidak pula akan habis pada masa yang ditentukan. Jadi maksud dari rumah tangga adalah untuk mencapai kedamaian dan ketenangan, sekalipun ketenangan merupakan suatu tujuan dalam satu segi, tetapi dalam segi lain ketenangan merupakan sarana. Sebab tujuan mencari keturunan yang mulia, tidak mungkin akan terwujud tanpa adanya kasih sayang, kedamaian, dan ketenangan di antara suami istri, dan kehidupan masa depan tidak mungkin cemerlang tanpa adanya kedamaian tersebut. Pada kenyataannya, seorang laki-laki banyak sekali menghadapi kerepotan, diantaranya kesana kemari mengurus kehidupannya, berjuang menegakkan agama Allah, menciptakan perdamaian dan keslamatan. Semua tugas tidak akan bisa dilaksanakan tanpa adanya pendamping di sisinya, yakni seorang istri shalihah yang senantiasa membantu menyertai serta menghiburnya, atau bahkan yang mampu meringankan beban hidupnya, menjaga rumah dan memelihara anak-anaknya. Dengan demikian dapat dimengerti, bahwa bekerja sama, ringan sama dijinjing berat sama dipikul dalam menanggung beban kehidupan antara suami istri, merupakan salah satu tujuan pokok dari beberapa tujuan berkeluarga dalam ajaran Islam. d. Mendidik generasi baru Diantara kewajiban-kewajiban dalam berkeluarga, adalah memberikan didikan-didikan agama kepada anggota keluarga itu sendiri. Pendidikan dan pengajaran agama harus dimulai dari keluarga. Artinya, anak yang datang dari

sebuah keluarga muslim harus mengetahui serta menerima Islam dari lingkungan kelurga, bukan dari tempat lain. Jadi, apabila si anak telah mulai mengucapkan kata-kata, hendaklah dia mulai pula menerima ajaran-ajaran Islam walaupun satu huruf. Artinya, orang tua harus mulai menanamkan pengertian agama dari yang sekecil-kecilnya untuk kemudian makin hari makin bertambah sesuai dengan perkembangan umur anak. Biasanya suami istri selalu mendambakan anak turunan untuk meneruskan kelangsungan hidup, anak turunan diharapkan dapat mengambil alih tugas, perjuangan dan ide-ide yang pernah tertanam di dalam jiwa suami dan istri, fitrah yang sudah ada dalam diri manusia. Bahwa Allah menciptakan manusia ini berpasang-pasangan supaya berkembang biak mengisi bumi ini dan

memakmurkannya. Atas kehendak Allah, manusia pun menginginkan demikian. Kalau dilihat dari ajaran Islam, maka disamping alih generasi secara estafet, anak cucu pun diharapkan dapat menyelamatkan orang tuanya (nenek moyang) sesudah meninggal dunia dengan panjatan doa kepada Allah swt.35 e. Menjaga nasab Nasab merupakan mata rantai dalam hubungan keluarga dari nenek moyang, hingga turun temurun sampai kepada anak dan cucu, serta keturunan yang dilahirkannya, dengan adanya nasab itulah muncul dasar-dasar dalam penetapan hak-hak dan kewajiban, baik dalam masalah pendidikan, penyusuan, nafkah, harta pusaka maupun yang lain. Oleh karena itu, Islam membentengi halhal tersebut, dengan dinding yang luas. Dari aturan-aturan yang pasti dipenuhi

35

M. Ali Hasan, Op, Cit., hal 13.

untuk membangunnya, memerintahkan, mengajarkan dan sekaligus melarang menghancurkan tembok kekeluargaan, dengan jalan mengharamkan perzinaan, dan melarang mengadopsi anak dengan dinasabkan kepada dirinya. Dan masih banyak lagi aturan-aturan Islam yang melindungi serta menegakkan nilai-nilai luhur berkeluarga, diantaranya adalah disyariatkannya iddah (masa menanti) bagi wanita yang telah di tinggal/ dicerai suaminya. f. Menjaga harta pusaka Al-Quran telah menjelaskan ketentuan mengenai harta pusaka diantara sanak kerabat. Tetapi tidak bisa dipraktikkan dengan sempurna, apabila tidak ada penjelasan dan batas-batas yang pasti mengenai hubungan kerabat tersebut. Dan bilamana kaidah-kaidah ini tidak ada, maka sudah tentu harta pusaka akan hilang sia-sia. Sebab, bila si pemilik telah meninggal dunia, tentu akan menjadi rebutan bagi orang-orang yang mengaku sebagai ahli waris. Mengingat hal tersebut, bila tanpa adanya keluarga atau tanpa mengenali kedudukan dan tingkatan sanak kerabat, maka sudah bisa dipastikan bahwa hubungan antar umat manusia akan putus. Bahkan hubungan antar sanak keluarga pun akan terputus pula. Padahal Allah telah memerintahkan agar mengadakan hubungan yang erat antar sanak kerabat, maupun antar manusia pada umumnya. Demikian pula Rosulullah saw telah menganjurkan untuk menyambung silaturrahmi. g. Menentramkan jiwa Allah menciptakan hamba-Nya hidup berpasangan, dan tidak hanya manusia saja, tetapi juga hewan dan tumbuh-tumbuhan. Hal itu adalah sesuatu

yang alami, yaitu laki-laki tertarik pada perempuan, dan begitu juga sebaliknya. Bila sudah tejadi aqad nikah seorang perempuan akan merasa jiwanya tentram, karena merasa ada yang melindungi dan ada yang bertanggung jawab dalam rumah tangga. Suami pun merasa tenteram, karena ada pendamping untuk mengurusi rumah tangga, tempat menumpahkan perasaan suka dan duka, dan teman musyawarah dalam menghadapi berbagai persoalan. h. Latihan memikul tanggung jawab. Sesuai dengan maksud penciptaan manusia, dengan segala

keistemewaannya berkarya, maka manusia tidak pantas bebas dari tanggung jawab. Manusia bertanggung jawab dalam keluarga, masyarakat dan Negara. Latihan itu dimulai dari ruang lingkup terkecil yaitu keluarga, kemudian meningkat kepada yang lebih luas. Biasanya orang yang sudah terlatih dan terbiasa melaksanakan tanggung jawab, dalam suatu rumah tangga, akan sukses pula dalam masyarakat. Kendatipun ada sebagian kecil orang yang sukses dan bertanggung jawab, mengemban tugas dalam masyarakat, tetapi tidak sukses dan tidak bertanggung jawab dalam rumah tangga.36 Kedelapan faktor diatas yang terpenting dari tujuan perkawinan perlu mendapat perhatian, dan direnungkan matang-matang. Agar kelangsungan hidup berumah tangga dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.

36

M. Ali Hasan, Op. Cit., Hal 14

2. Fungsi Keluarga. a. Keluarga Sebagai Unit Islam Sifat keluarga Islam lebih menganut asas kesinambungan vertikal. Namun, sesungguhnya Islam tidak mengenal satu bentuk keluarga secara khusus, yang paling pokok justru peran agama sebagai unit agama. Penerapan rumah tangga atau keluarga sebagai unit agama berarti, mengaitkan secara fundamental antara kehidupan dan agama Islam, sebagai kaidah pengatur kehidupan itu. Berarti, seperti pandangan Prof. A. Mukti Ali. Islam akan berfungsi sebagai motivatif, liberatif, sublimatif, protektif, dan inovatif.37 Fungsi motivatif artinya, menjadikan ajaran Islam sebagai pendorong kehidupan, dan dasar-dasar pelaksanaan fungsi setiap anggota keluarga maupun dalam segala perilaku hidupnya. Fungsi liberatif berarti membebaskan setiap manusia, dari segala bentuk kebodohan yang menghalangi mereka dari berpikir bebas dan gerak yang dinamis, untuk mencapai pelaksanaan fungsi-fungsi rumah tangga dan keluarga yang optimal. Fungsi sublimatif artinya, menjadikan Allah swt, sebagai sumber kehidupan dan tujuan serta cita-cita kehidupan manusia, agar dicapai kehidupan yang sakinah. Fungsi protektif berarti mendasari setiap fungsi dengan tuntunan dan petunjuk Allah swt, agar terjadi kehidupan yang adil, penuh kasih sayang dan terhindar dari kezaliman. Fungsi protektif artinya memelihara akal pikiran manusia agar berfungsi secara fitrah dalam memecahkan masalah kehidupan, dengan segala problematika yang dihadapinya. Juga memelihara jiwa manusia

37

Anshari Thayyib. Op., Cit. hal 11.

agar hidup berkeseimbangan, akan merusak dan mengancam eksistensi manusia itu sendiri. Baik dalam dimensi kehidupan duniawi maupun akhiratnya nanti. Sedangkan inovatif artinya, memberikan daya dorong yang kuat bagi sebuah rumah tangga, untuk terus mengantisipasi kehidupan masa depannya, baik yang berkaitan dengan kehidupan dunia maupun akhirat. Fungsi-fungsi itulah yang benar-benar akan membawa agama Islam, sebagai rahmat bagi semua kehidupan di alam semesta ini. Inti dari kebahagiaan hidup rumah tangga dan kelurga memang kasih sayang Allah swt. Artinya, kehidupan yang penuh kelembutan hati, yang akan melahirkan sejumlah rasa kasih sayang dan kebaikan hidup. b. Keluarga Sebagai Sendi Membangun Masyarakat. Bahwa keluarga merupakan satu kesatuan unit terkecil dari masyarakat, ia merupakan sendi tempat membangun hidup bermasyarakat dan bernegara. Mutu suatu masyarakat ditentukan oleh mutu dari kesatuan primer ini. Risalah membangun umat dengan memperkokoh dan mempertinggi mutu dari batu sendi itu sendiri, dimulai dengan mendudukkan hakekat, dan status perkawinan dalam pembangunan keluarga. Disuburkannya hubungan antara suami istri, antara anakanak dengan ibu bapak, antara anggota keluarga, satu sama lain atas dasar mawaddah wa rahmah (cinta kasih) dan rasa tanggung jawab. Perkawinan bukanlah suatu formalitas seperti minta paspor, atau membeli karcis kereta api. Perkawinan dengan menegakkan hidup berumah tangga adalah, suatu amanah suci dari Allah swt. Ikatan janji antara suami istri bukan sembarang ikatan dan bukan sembarang janji. Tetapi, ikatan janji suci untuk hidup bersama

dalam melampaui kehidupan yang bahagia, tentram dan sejahtera. Saling memenuhi hak dan kewajiban sebagai seorang suami dan sebagai seorang isteri. Maka dalam rangka memenuhi hak dan kewajiban antara suami isteri secara timbal balik, ada pembagian bidang tempat masing-masing dalam menunaikan kewajibannnya, sesuai dengan fitrah kejadian dan bakat yang berbeda. Tetapi, satu sama lain saling melengkapi untuk kemaslahatan hidup keluarga. Sesuai dengan kewajibannya sebagai penerima amanah yaitu, memikul tanggung jawab mengenai urusan keluarga. Sedangkan, sang istri mengurus rumah tangganya, dan mengurusi anak yang merupakan amanah Allah swt. Seorang suami menduduki satu derajat di atas istri, maksudnya satu derajat di atas bukanlah suami boleh melakukan sesuatu, dengan sewenang-wenang terhadap istrinya. Akan tetapi, derajat untuk menegaskan di mana tempat pimpinan dan tanggung jawab dalam kehidupan berumah tangga. Diperingatkan kepada suami istri akan tanggung jawab mereka, terhadap anak yang dilahirkan dengan fitrah suci, dan kemaslahatan hidupnya, tergantung kepada pemeliharaan dan pendidikan yang diberikan oleh orang tuanya. Oleh karena itu, dengan mengingatkan anak kepada pengorbanan, dan penderitaan ibunya semenjak ia masih dalam kandungan, kemudian semasa ia disusukan, diasuh dan ditimang semasa kecil. Wahyu Ilahi mengantarkan kepada kesadaran, bahwa sepatutnyalah dia berkhidmat kepada kedua orang tuanya, guna menyatakan syukur kepada mereka berdua, sesudah bersyukur pada Allah swt. Kewajiban bersyukur dan berkhidmat kepada orang tua berulang kali diperintahkan, sebagai kewajiban yang langsung mengiringi kewajiban bertauhid

dan berbakti, bersyukur pada Allah. Kemudian, disamping itu antara lain dengan susunan kalimat sederhana, tapi mengharukan. Si Anak harus diajarkan doa yang isinya memohon rahmat dari Ilahi, serta mencintai dan bersyukur kepada orang tuanya. Keseimbangan hak dan kewajiban antara suami istri adalah timbal balik yang berimbang, yakni kedudukan dan tanggung jawab antara suami isteri adalah sama. Selain itu, ikatan kekeluargaan merupakan satu kesatuan yang utuh dan kokoh. Sehingga, yang menjadi tujuan utama adalah terbentuknya skeluarga

sakinah, mawaddah wa rahmah. Yaitu ketenangan jiwa oleh cinta kasih semua anggota keluarga, yang mengikat secara utuh.38 3. Kriteria Keberhasilan Perkawinan Di dalam menjalankan kehidupan keluarga, yang di awali oleh kegiatan perkawinan, adalah wajar kalau orang dalam berkeluarga selalu berupaya membuat perkawinan itu menjadi berhasil. Dengan perkataan lain, setiap upaya dalam kehidupan perkawinan dan berkeluarga selalu ditujukan pada pemenuhan kriteria keberhasilan tersebut. Ada sembilan kriteria keberhasialn suatu perkawinan, di antaranya: a. Permanensi Yang di maksud permanensi di sini adalah lamanya perkawinan yang berada dalam suasana bahagia dan sejahtera bagi suami dan isteri.

38

Aziz Mushoffa. Op., Cit. hal 42.

b. Penyesuaian dalam kehidupan seksual Di dalam perkawinan, kehidupan seksual bukan kebutuhan yang maha penting, tetapi penting. Jadi masalah kehidupan seksual perlu mendapat perhatian yang wajar, seperti juga kebutuhan makan dan minum. Kehidupan ini perlu dibina dengan sungguh-sungguh dan terhormat dalam nilai manusia yang bermartabat sebagai manusia yang berbudi luhur. c. Penyesuaian terhadap sifat kebribadian masing-masing Kriteria ini menyadarkan pada suami isteri bahwa tak ada gading yang tak retak. Tidak ada dua manusia yang sama dan sebangun. Setiap orang adalah hukum bagi dirinya. Setiap orang mempunyai sifat kepribadian masing-masing. Oleh karena itu, usaha mempelajari dan menyesuaikan diri dalam lingkup adanya perbedaan merupayakan salah satu usaha untuk saling memahami demi mencapai suatu perkawinan yang berhasil. Perasaan saling membutuhkan yang disadari dengan baik merupakan sesuatu yang memudahkan tercapainya saling menyesuaikan diri pada sifat kepribadian masing-masing suami isteri, sementara sebelumnay suami isteri telah berkembang di lingkungan yang berbeda. d. Kepuasan Hidup Kepuasan hidup pada setiap pasangan suami isteri mempunyai ukuran yang relatif dalam wadah perpaduan kebutuhan dan harapan dari pasangan itu sendiri. Kepuasan hidup dapat diartikan sebagi adanya rasa syukur akan nikmat hidup. Namun tidak dapat disangkal oleh siapapun yang pernah hidup berkeluarga bahwa dalam kehidupan keluarga itu, kepuasan biologis material turut menentukan berhasilnya suatu perkawinan, disamping adanya kepuasan

psikologis, yaitu lahirnya perasaan aman, terpelihara, adanya pergaulan yang saling mengakui dan saling membutuhkan. e. Integrasi Dalam menyelesaikan masalah kehidupan dan dalam mencapai tujuan kehidupan keluarga. Integrasi disini dimaksudkan adanya keselarasan dan perpaduan pada suami isteri tentang kehidupan emosional, amasalah ataupun hal-hal yang harus diperbuat dalam kehidupan perkawinan. Keselarasan dan perpaduan ini hendaknya tercermin dalam cara dan usha dalam merencanakan jumlah anak, mendidik anak, minat, tujuan hidup, dan sebagainya. f. Memenuhi Harapan-harapan masyarakat dan agama. Suatu perkawinan dapat dipandang berhasil dari sudut kepentingan masyarakat apabila perkawinan itu dapat mencapai dan dapat melaksanakan harapan-harapan dan cita-cita masyarakat serta kebudayaan dimana keluarga itu hidu. Memenuhi harapan-harapan agama berarti perkawinan memberi kesempatan kepada suami isteri dan anak-anak yang dilahirkannya untuk beriman dan bertakwa sesuai dengan akidah agama yang dianutnya. g. Adanya keakraban di antara pasangan suami isteri. Keakraban merupakan sesuatu yang selalu didambakan oleh setiap pasangan suami isteri. Betapa indahnya kalau keakraban ini datang sebagai suatu resultan dari usaha-usaha penyelesaian masalah kehidupan dan sebagai usaha memahami makna kehidupan manusia umumnya dan kehidupan keluarga khususnya.

Pendidikan keagamaan, moral budi pekerti akan membantu penghayatan terhadap hidup ini. Perkawinan yang berhasil akan melahirkan keakraban yang mengikat dalam suatu kebebasan, sehingga suami isteri merasa bahwa dirinya dan pasangannya adalah teman berdiskusi, teman tempat menyatakan suka dan duka, teman yang dapat diminta bantuan lahir dan batin. Dengan keakraban ini, perasaan saling membantu dan membutuhkan akan berkembang menjadi kooperasi dalam mengarungi bahtera kehidupan ini. h. Adanya kesempatan untuk melanjutkan perkembangan kepribadian bagi suami isteri. Suatu perkawinan yang berhasil ialah perkawinan yang dapat memberi kesempatan pada pasangan suami isteri untuk melanjutkan perkemabngan kepribadiannya. Ciri adanya kesempatan melanjutkan perkembangan ini dapat diikaji dari adanya keberhasilan dalam pekerjaan dan keberhasilan dalam emnyelenggarakan hidup berkeluarga, mempunyai pergaulan yang luas, menambah pengetahuan, bersikap positif terhadap hidup dan lain-lain. Semuai ini dapat dijadikan ciri bahwa perkawinan memberi keleluasaan berkembang bagi pasangan suami isteri itu. Keadaan ini perlu diusahakan dan dirasakan oelh pasangan suami isteri. Dalam hal ini, grafik perkembangan kepribadian dalam perkawinan harus menunjukkan pada garis menaik, bukan menunjukkan garis menurun.

Berbahagialah bagi pasangan yang selalu menunjukkan usaha untuk mendapatkan garis grafik menaik tersebut.

i. Kebahagiaan Perasaan bahagia dalam suatu perkawinan harus dapat dirasakan oleh mereka yang sedang menjalankan kehidupan perkawinan itu. Kebahagiaan merupakan reaksi subjektif. Oleh karena itu, kebahagiaan dalam perkawinan itu hanya dapat dirasakan dan dihayati oleh masing-masing suami isteri dalam ikatan berpasangan. Kebahagiaan yang dapat dirasakan dan dihayati oleh suami isteri merupakan kriteria untuk menilai suatu perkawinan yang berhasil. Melalui sembilan kriteria ini, seseorang dapat mengetahui dan mengukur suatu perkawinan yang berhasil dan tidak berhasil. Tolok ukur keberhasilan perkawinan perlu diketahui oleh setiap orang, khususnya para pendidik dalam bidang pendiidkan kehidupan keluarga, para orang tua, suami isteri yang sedang menjalankan kehidupan perkawinan dan mereka yang sedangan menyongsong masa perkawinan.39 E. Kewajiban Suami Istri Dalam Rumah Tangga a. Hak bersama suami istri 1. Saling memegang amanah diantara kedua suami istri, dan tidak boleh mengkhianati. 2. Saling mengikat (menjalin) kasih sayang, sumpah setia sehidup semati, tanpa kasih sayang sumpah setia rumah tangga akan retak, tidak ada artinya rumah tangga yang tidak dilandasi oleh kasih sayang. 3. Bergaul dengan baik antara suami istri. Pergaulan yang baik akan terwujud dalam suatu rumah tangga, sekiranya masing-masing suami istri dapat
39

Jalaluddin Rahmat, Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern.Op., Cit. hal 16

memahami sifat masing-masing pasangannya, kesenangannya dan kegemarannya, dengan demikian masing-masing dapat menyesuaikan diri, dan dengan sendirinya keharmonisan hidup berumah tangga tetap dapat dipelihara. b. Tanggung jawab suami terhadap istri Dalam kehidupan berumah tangga, seorang suami mempunyai tanggung jawab terhadap istri, baik tanggung jawab secara moral maupun material. Seorang suami, berkewajiban pula menggauli istrinya secara baik dan layak. Dalam Alquran Allah telah menegaskan. Dalam Surat An-Nisa: 19

.... Dan pergaulilah mereka (istri-istrimu) dengan cara yang yang maruf.... Jadi seorang suami wajib menggauli istrinya dengan baik, penuh kasih sayang, adil dalam menggiliri bila dia berpoligami, memberi nafkah lahiriah dan batiniah secara baik dan layak, serta selalu lemah lembut dalam berbicara. Dalam ayat lain Allah juga menegaskan (Q.S Al-Baqarah: ayat 228)

Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya[1]. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
[1] hal Ini disebabkan Karena suami bertanggung jawab terhadap keselamatan dan kesejahteraan rumah tangga.

Tolak ukur keseimbangan antara hak seorang suami dengan hak seorang istri, adalah apabila pasangan suami istri itu tergolong baik dalam pandangan

masyarakat, serta baik dalam pandangan syara. Yakni antara suami dengan istri tersebut membina pergaulan dengan baik, dan tidak saling merugikan.40 Ketahuilah bahwa laki-laki (suami) dituntut untuk: 1. Suami harus menggauli istrinya dengan cara yang patut, sesuai dengan ajaran Islam, misalnya memberikan tempat tinggal, nafkah, pakaian, dan bersikap ramah serta lemah lembut. 2. Menasehati istri jika berbuat nusyuz (durhaka) kepada suami, kemudian menjauhi tempat tidurnya dan bila perlu memukulnya dengan pukulan yang tidak membahayakan. 3. Tidak boleh mogok bicara (tidak bicara) kepada istri, jika melakukan nusyuz dan tidak boleh meninggalkannya kecuali di dalam rumah, serta tidak ada alasan yang benar. 4. Harus menunaikan maskawin yang dijanjikannya. 5. Bersikap sabar atas kejelekan akhlak istri. 6. Selalu mengarahkan istri kepada jalan kebaikan. 7. Mengajarkan ilmu agama, misalnya cara-cara bersuci, mandi dan masalah yang berkaitan dengan haid serta ilmu-ilmu Fardhu ain. 8. Dapat memelihara istri dari amanat Allah swt, misalnya menyuruh salat dan menyuruh menjauhi perbuatan yang mungkar.41 9. Bergaul dengan istri dengan baik (patut). 10. Mendidik istri sopan santun. 11. Suami dilarang membuka rahasia istrinya.42
Nadhirah Mudjab, Merawat Mahligai Rumah Tangga. Yogyakarta. Mitra Pustaka, 2000. hal 31. Syekh Muhammad bin Umar An-Nawawi. Hak dan Kewajiban Suami Istri . Bandung Penerbit Trigenda Karya, 1994, hal 30.
41 40

c. Kewajiban Istri Terhadap Suami Suami adalah pemimpin dalam rumah tangga, sedangkan seorang istri mempunyai kewajiban yang harus dipenuhi terhadap suami, di tengah kehidupan berumah tangga. Kewajiban istri terhadap suami ada beberapa kesimpulan antara lain: 1. Istri wajib mentaati suaminya dalam segala hal kecuali yang bersifat maksiat. 2. Tidak banyak menuntut kepada suami di luar kemampuannya. 3. Menjaga harta suami, tidak membelanjakannya kecuali atas izinnya dan harus memelihara rahasianya, dapat memelihara farjinya dari laki-laki lain. 4. Mempunyai perasaan malu di hadapan suami, merendahkan pandangannya dan tidak berbicara ketika suami sedang berbicara. 5. Menyambut suami dengan ramah, jika tiba dari tempat lain atau dari tugas. 6. Berpakaian rapi di hadapan suami, memakai wangi-wangian serta tidak bermuka masam di hadapannya. 7. Menghormati keluarga suami dan menghormati kerabatnya. 8. Tidak keluar rumah tanpa izinnya, dan keluar harus dapat memelihara diri dari fitnah laki-laki lain, serta tidak memakai perhiasan yang berlebihan. 9. Tidak boleh meminta cerai tanpa alasan yang benar. 10. Dapat mensyukuri usaha suaminya sekecil apapun, dan tidak kecewa atas usaha suaminya.

M. Ali Hasan, Pedoman Berumah Tangga Dalam Islam, Prenada Media Group, Jakarta, 2006. Hal 13

42

11. Dapat menggembirakan hati suami pada saat mendapat kesulitan, dan tidak boleh menambahkan kesulitannya dengan sikap dan perbuatan.43 12. Menjaga nama baik suami. 13. Dalam segala kegiatan mendapat izin suami.44 Hak dan kewajiban suami istri, juga dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Hak dan Kewajiban Suami Istri Bagaian Kesatu Pasal 77 1. Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah yang menjadi sendi dasar dan susunan masyarakat. 2. Sumi istri wajib saling mencintai, hormat menghormati, setia dan membari bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain. 3. Suami istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara anakanak mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani maupun kecerdasannya dan pendidikan agamanya. 4. Suami istri wajib memelihara kehormatannya.

43 44

Syekh Muhammad bin Umar An-Nawawi, Op. Cit., hal 66. M. Ali Hasan, Op, Cit., hal 152

5. Jika

suami

istri

melalaikan

kewajibannya,

masing-masing

dapat

mengajukan gugatan kepada Pengadilan Agama. Pasal 79 1. Suami istri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap. 2. Rumah kediaman yang dimaksud ayat (1), ditentukan oleh suami istri. Bagian Kedua Kedudukan Suami Istri Pasal 79 1. Suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga 2. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat. 3. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum. Bagian Ketiga Kewajiban Suami Pasal 80 1. Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya, akan tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangga, yang penting-penting diputuskan oleh suami istri bersama.

2. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuat keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya. 3. Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada istrinya, dan memberi kesempatan belajar pengetahuan yang berguna, dan bermanfaat bagi agama dan bangsa. 4. Sesuai dengan penghasilan suami menanggung. a. Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri b. Biaya rumah tangga biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri dan anak. c. Biaya pendidikan bagi anak. 2. Kewajiban suami terhadap istrinya seperti tersebut pada ayat (4) huruf a dan b di atas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari istrinya. 3. Istri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf a dan b. 4. Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat (2) gugur apabila istrinya nusyuz.

Bagian Keempat Tempat Kediaman Pasal 81 1. Suami wajib menyediakan tempat kediaman bagi istri dan anak-anaknya, atau bekas istri yang masih dalam iddah. 2. Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang layak untuk istri selama dalam ikatan perkawinan, atau dalam iddah talak atau iddah wakaf. 3. Tempat kediaman disediakan untuk melindungi istri dan anak-anaknya dari gangguan pihak lain, sehingga mereka merasa aman dan tenteram. Tempat kediaman juga berfungsi sebagai tempat penyimpan harta kekayaan, sebagai tempat menata dan mengatur alat-alat rumah tangga. 4. Suami wajib melengkapi tempat kediaman sesuai dengan kemampuannya, serta disesuaikan dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya, baik berupa alat perlengkapan rumah tangga maupun sarana penunjang lainnya. Bagian Keenam Kewajiban Istri Pasal 83 1. Kewajiban utama bagi seorang istri ialah berbakti lahir batin kepada suami di dalam batas-batas yang dibenarkan oleh hukum Islam. 2. Istri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-hari dengan sebaik-baiknya.

Pasal 84 1. Istri dapat dianggap nusyuz jika ia tidak mau melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 83 ayat (1) kecuali dengan alasan yang sah. 2. Selama istri dalam nusyuz, kewajiban suami terhadap istrinya tersebut pada pasal 80 ayat (4) huruf a dan b tidak berlaku kecuali hal-hal untuk kepentingan anaknya. 3. Kewajiban suami tersebut pada ayat (2) di atas berlaku kembali sesudah istri tidak nusyuz. 4. Ketentuan ada atau tidak adanya dari istri harus didasarkan atas bukti yang sah.45

45

Kompilasi Hukum Islam (KHI).

BAB III METODE PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung, salah satu wilayah Tulungagung bagian pinggiran kota, di Kabupaten Tulungagung terdapat dua tempat lokalisasi pelacuran yang dihuni oleh para pekerja seks komersial (PSK), yakni di Desa Ngujang Kecamatan Kedungwaru dan di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut, yang mana peneliti fokus (mengadakan penelitian) di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung, tepatnya di lingkungan sekitar lokalisasi Desa Kaliwungu. Subyek dalam penelitian ini adalah para penduduk, 10 Kepala keluarga di lingkungan sekitar lokalisasi Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung, yaitu Masyarakat yang bermukim di dekat lokalisasi, Kepala Desa Kaliwungu, Dinas Sosial Ngunut, dan pengunjung lokalisasi Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.

2. Jenis dan Pendekatan Penelitian Terkait dengan jenis pendekatan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan apabila datadata yang dibutuhkan berupa sebaran-sebaran informasi yang tidak perlu dikuantifikasi.46 Penelitian ini bisa juga dengan menggunakan pendekatan sosiologis atau empiris.47 Menurut Kartini Kartono, penelitian sosiologis adalah suatu penelitian yang cermat yang dilakukan dengan jalan terjun langsung ke lapangan, dalam hal ini adalah adanya lokalisasi yang banyak mempengaruhi aspek salah satunya adalah keharmonisan dalam rumah tangga. Sedangkan menurut Soetandyo Wingnjosoerbroto, penelitian untuk menjawab masalah penelitian dapat dilakukan pula dengan cara pengamatan (observasi), yakni mengamati gejala yang diteliti, dalam hal ini panca indera manusia (Penglihatan dan pendengaran) diperlukan untuk menangkap gejala yang diamati, apa yang ditangkap tadi, dicatat dan selanjutnya catatan tersebut dianalisis.48 Peneliti memilih jenis pendekatan ini karena beberapa pertimbangan yaitu, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan langsung dengan kenyataan yang ada. Dengan pendekatan ini peneliti bisa mendapatkan data yang akurat, dikarenakan peneliti bertemu atau berhadapan langsung dengan informan, yang terakhir peneliti lebih mudah dalam melakukan penelitian dan mendapatkan banyak pengalaman dan pengetahuan dari masyarakat.

46

Tim Dosen Fakultas Syariah. Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang. Fakultas Syariah UIN Malang. 2005, hal 1. 47 Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press. 1986 hal 43. 48 Rianto Adi. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit. 2004. hal 70.

3. Metode Pengumpulan Data. Untuk kelancaran dalam penelitian dan pengumpulan data, peneliti menggunakan tiga metode (wawancara, observasi, dan dokumentasi) antara lain: a. Wawancara Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan data tanya jawab sambil bertatap muka antara peneliti dengan si penjawab atau responden untuk memperoleh informasi. Sedangkan wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara interview ini pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan. Sehingga penelitian ini bisa mendapatkan data yang valid, dan terfokus pada pokok permasalahan yang sedang diteliti. Pada metode ini peneliti melakukan interview dengan masyarakat sekitar lokalisasi, dengan menfokuskan pada obyek penelitian yang berkenaan dengan bagaimana pemahaman masyarakat sekitar lokalisasi, dan upaya masyarakat sekitar lokalisasi dalam mempertahankan keharmonisan rumah tangga. b. Observasi Yaitu dengan mengadakan pengamatan, secara langsung ke lapangan terhadap obyek yang diteliti, untuk memastikan apakah masalah benar-benar ada dan terjadi, sehingga nantinya juga dapat dipastikan data-datanya sesuai dengan pembahasan penulisan skripsi ini. Dalam hal ini adalah observasi dengan mengadakan pengamatan selama 1 bulan, mengenai pemahaman masyarakat

sekitar lokalisasi dan bagaimana upaya masyarakat sekitar lokalisasi dalam mempertahankan keharmonisan rumah tangga. c. Dokumentasi Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.49 Dokumentasi ini merupakan data pelengkap dan data autentik mengenai kejadian atau kondisi yang telah lalu secara obyektif, dokumentasi dalam penelitian ini meliputi arsip jumlah penduduk, pekerjaan, keagamaan, pendidikan penduduk, data dari kelurahan Kaliwungu, hal ini dilakukan untuk mengetahui latar belakang setting sosial masyarakat Kaliwungu sebagai alat penunjang untuk menganalisis hasil penelitian, dalam tahap ini pengumpulan data dilakukan langsung oleh peneliti dalam situasi yang sesungguhnya untuk mendukung pengumpulan data melalui wawancara. 4. Sumber Data. a. Data Primer Yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya.50 Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individu atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan dan hasil penguji.51 Data yang diperoleh dari pengamatan, analisa

49 50

Suharsimi Arikunto. Op. Cit., hal 206. Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. PT: Rineka Cipta. 1998. hal 114. 51 Marzuki, Metodologi Riset, Yogyakarta: PT. Hanindika Offes, 1986, hal 5

dan wawancara secara langsung dengan informan. Dalam hal ini adalah warga di sekitar (samping sebelah selatan dan barat tembok perbatasan lokalisasi). b. Data Sekunder Data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara, diperoleh dan dicatat orang lain, data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan histories yang telah tersusun dari arsip yang sudah dipublikasikan.52 Data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari Dinas Sosial, Kepala Desa Kaliwungu, pengunjung lokalisasi, disamping itu studi kepustakaan dalam bentuk buku-buku, diktat, jurnal, majalah suarat kabar, dan media elektronik, serta catatan data-data Dinas Sosial Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung terkait tempat lokalisasi tersebut. c. Data Tersier Data tersier adalah data penunjang, yakni bahan-bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap sumber data primer dan data sekunder, diantaranya adalah kamus Beasr Indonesia dan insiklopedi umum, yang membantu peneliti dapat memecahkan atau menyelesaikan suatu penelitian dengan baik. 5. Metode Sampling Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.53 Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga di sekitar lokalisasi Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.

52 53

Marzuki, Ibid, hal 56. Suharsimi Arikunto, Op., Cit, hal 108

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.54 Dalam suatu penelitian sampel haruslah representatif, untuk itu digunakan teknik sampling dengan sampel acak, ialah sampel yang diambil sedemikian rupa, sehingga setiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama dipilih sebagai sampel. Sampel memiliki ciri-ciri sebagai berikut salah satunya, pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan. Jadi kuncinya ialah jika sudah mulai terjadi pengulangan informasi, maka penarikan sampel sudah harus dihentikan.55 Sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 10 orang, karena peneliti lebih memfokuskan para informan yang biasa bekerja di sekitar lokalisasi dan yang bekerja diluar lokalisasi, dari hasil penelitian sudah mulai terjadi pengulangan informasi. Sehingga peneliti cukup mengambil 10 orang sebagai informan. Jumlah kepala keluarga di Desa Kaliwungu yang berdekatan dengan lokalisasi mencapai 50 kepala keluarga. 6. Teknik Pengolahan dan Analisa. Data yang diperoleh dari lapangan, sebelum dianalisis selanjutnya diolah terlebih dahulu dengan tahap-tahap berikut: a) Editting (pemeriksaan ulang), yaitu meneliti kembali catatan data yang telah diperoleh untuk mengetahui apakah catatan tersebut sudah cukup baik dan dapat segera dipersiapkan untuk keperluan proses berikutnya. Dalama hal ini peneliti memeriksa kembali data atau keterangan yang telah dikumpulkan dari buku catatan hasil wawancara.
Suharsimi Arikunto, Ibid, hal 109 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, hal 225.
55 54

b) Classifying (pengelompokan), yaitu mengklasifikasikan data-data yang telah diperoleh agar lebih mudah dalam melakukan pembacaan data sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Dalam hal ini, peneliti mengelompokkan data menjadi dua, yaitu pernyataan para informan terkait dengan, pemahaman dan upaya masyarakat sekitar lokalisasi dalam mempertahankan keharmonisan rumah tangga. c) Verifying (dikonfirmasikan dengan sejumlah pertanyaan), yaitu memeriksa kembali, menelaah secara mendalam data dan informasi yang diperoleh dari lapangan agar validitasnya bisa terjamin. Dalam konteks ini dilakukan dengan cara menemui masyarakat sekitar lokalisasi Desa Kaliwungu. d) Analyzing (analisis), yaitu penganalisaan data, agar data mentah yang telah diperoleh bisa lebih mudah dipahami, adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah, analisis deskriptif kualitatif yaitu analisis yang menggambarkan keadaan atau status fenomena dengan kata-kata atau kalimat. Setelah data diperoleh dan dikumpulkan, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data, yang sesuai dengan latar belakang masalah dalam penelitian ini. Data-data yang diperoleh dalam penelitian dan literatur-literatur kepustakaan dikumpulkan, kemudian peneliti melakukan penyusunan data, menguraikan data, mensistematisasi data yang telah terkumpul untuk dikaji dengan metode deskriptif kualitatif yaitu analisis yang menggambarkan keadaan atau status fenomena dalam kata-kata atau kalimat, kemudian dipisahkan menurut katagori untuk memperoleh kesimpulan.56

56

Suharsimi Arikunto. Op. Cit., hal 249.

Dengan tujuan memberikan gambaran secara tepat dari sifat-sifat individu, gejala keadaan kelompok tertentu atau untuk menentukan frekuensi penyebaran, suatu gejala atau keadaannya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Dalam penelitian ini akan mendiskripsikan, secara induktif yaitu dari yang khusus pada permasalahan umum, dari fenomena yang terjadi pada awalnya yaitu timbulnya praktik pelacuran yang menjamur di rumah-rumah penduduk, dan di pinggiran suangai brantas, yang membuat masyarakat khawatir. Sehingga pemerintah membentuk lokalisasi, yang bertujuan agar praktik perzinaan tidak membaur dan bercampur dengan rumah-rumah penduduk, sehingga masyarakat bisa merasa aman.

BAB VI PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung Sebagai Setting Penelitian (Gambaran Objek Penelitian) 1. Keadaan Geografis Desa Kaliwungu adalah salah satu Desa di Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung. Desa Ini terletak di sebelah timur Kota Tulungagung, dengan luas wilayah kurang lebih 373.300 ha, jarak dari pusat pemerintahan kecamatan terdekat sekitar 1 km, lama tempuh ke ibu kota kecamatan terdekat 0,10 jam, dan jarak ke ibu kota kabupaten/ kota terdekat (Tulungagung) 13 km, lama tempuh ke ibu kota kabupaten/ kota terdekat 0,15 jam. Desa kaliwungu tersebut berbatasan dengan: Sebelah Utara : Sungai Brantas, Sebelah Selatan : Desa Gilang, Sebelah Barat : Desa Ngunut, Sebelah Timur : Desa Buntaran. 2. Keadaan Penduduk Jumlah penduduk Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung. Tahun ini secara keseluruhan kurang lebih 19350 jiwa, dengan rincian penduduk laki-laki sebanyak 8650 jiwa, dan jumlah penduduk perempuan 10700 jiwa, dan untuk jumlah kepala keluarga secara keseluruhan kurang lebih

sekitar 5990 kepala keluarga. Dan untuk disekitar lokalisasi mencapai 50 kepala keluarga. Untuk tingkat perceraian penduduk selama 3 tahun terakhir adalah sebanyak dan perceraian yang terjadi rata-rata disebabkan karena faktor lain, seperti perekonomian, bukan disebabkan adanya lokalisasi yang berada di sekitar rumah warga. Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 0-10 tahun 11-20 tahun 21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun Di atas 51 tahun Usia Jumlah 2061 Orang 4639 Orang 3384 Orang 4037 Orang 3182 Orang 2047 Orang

Jika di lihat dari tabel jumlah penduduk paling banyak, berada pada ratarata usia 11-20 tahun, yakni berjumlah 4639 orang, dan yang paling sedikit berada pada rata-rata usia 2047 orang. Ini menandakan bahwa jumlah masyarakat yang paling banyak pada usia prodiktif, mereka yang berusia antara 11-20 tahun, yang berjumlah 4639 orang. Dan usia 21-30 tahun berjumlah 3384 orang, usia 31-40 tahun mencapai 4037 orang, yang mana masyarakat lingkungan sekitar Desa Kaliwungu, sebagian besar bekerja di Lokalisasi, dengan memanfaatkan pengunjung lokalisasi.

3. Keadaan Keagamaan Masyarakat Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung, mayoritas beragama Islam, yaitu sekitar 18847 orang, jumlah pemeluk agama Kristen sekitar 348 orang, pemeluk agama Katolik sekitar 65 orang, agama Budha dan Hindu tidak ada pemeluknya. Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Agama No 1. 2. 3. 4. 5. Islam Kristen Katholik Budha Hindu Tabel 4.3 Tempat-tempat Peribadatan No 1. 2. 3. 4. 5. Masjid Musholla Gereja Wihara Pura Agama 9 15 2 Jumlah Agama Jumlah 18847 Orang 348 Orang 65 Orang -

Dari hasil tabel di atas, Agama Islam adalah agama paling banyak pemeluknya, kurang lebih sebanyak 18847 orang, Kristen 348 orang, Agama

Katolik 65 orang. Meskipun mayoritas penduduk beragama Islam. Akan tapi, tingkat keagamaan penduduk masih lemah. Buktinya masih banyak penduduk yang sering mengunjungi lokalisasi, dengan memanfaatkan adanya lokalisasi. Desa Kaliwungu juga terdapat pendidikan keagamaan untuk anak-anak kecil, misalnya seperti TPA/ TPQ disetiap sore hari, untuk para bapak ada rutinan mingguan seperti jamaah tahlil, gendorenan setiap malam jumat, dan untuk ibuibu ada jamaah yasinan. Dengan berdirinya 15 musholla yang sekian banyak, dan 9 masjid akan tapi masih ada masyarakat yang belum bisa memanfaatkan tempat-tempat tersebut, karena masih banyak masyarakat yang memiliki landasan agama lemah. Sehingga tidak jarang masyarakat yang malah bersyukur adanya lokalisasi. 4. Keadaan Pendidikan Pendidikan sangat penting bagi masyarakat, karena dengan pendidikan sumber daya manusia bisa lebih maju, dengan sumber daya manusia yang maju, masyarakat bisa mendapat lapangan pekerjaan lebih mudah. Hal ini sebagai salah satu cara untuk mengentas kemiskinan, berikut tabel mengenai tingkat pendidikan. Table 4.4 Tingkat Pendidikan Penduduk No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Uraian Penduduk usia 10 th ke atas yang Buta Huruf Penduduk tamat SD/ sederajat Penduduk tamat SLTP/ sederajat Penduduk tamat SLTA/ sederajat Penduduk tamat D-1 Penduduk tamat S-1 Jumlah 5 Orang 215 Orang 3600 Orang 1100 Orang 51 Orang 30 Orang

Tabel 4.5 Kualitas Angkatan Kerja No 1. 2. 3. 4. 5. Uraian Jumlah angkatan kerja tamat SD/ sederajat Jumlah angkatan kerja tamat SLTP/ sederajat Jumlah angkatan kerja tamat SLTA/ sederajat Jumlah angkatan kerja tamat Diploma Jumlah Angkatan Kerja Tamat Perguruan Tinggi Jumlah 200 Orang 1500 Orang 700 Orang 30 Orang 10 Orang

Dari tabel di atas tingkat pendidikan penduduk tingkat SLTP/ sederajat berjumlah sekitar 3600 orang, dan jumlah angkatan kerja tamat SLTP/ sederajat hanya 1500 orang, angka ini termasuk angka yang tergolong tinggi dalam jumlah angkatan kerja. Karena jika dilihat dari jumlah rata-rata penduduk mencapai 40 % dari jumlah penduduk Desa Kaliwungu. Dalam hal ini, sumber daya manusia di Desa Kaliwungu sudah dikatakan baik. Sehingga mereka bisa membuka lapangan pekerjaan yang sederhana, dan dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari sebagai wiraswasta di lokalisasi dengan bekerja sebagai tukang parkir, tukang ojek, tukang pijet, buka warung. Dan juga sebagai pegawai negeri sipil, seperti guru, polisi, ABRI, dan lain-lain. 5. Keadaan Ekonomi Tingkat perekonomian masyarakat Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung, adalah menengah kebawah, bukan termasuk masyarakat kaya raya, serba kecukupan dan mewah dalam perekonomian. Mayoritas mata

pencaharian penduduk adalah karyawan wiraswasta, ada sebagian kecil bekerja sebagai Pegawai Negeri sipil. Tabel 4.6 Struktur Mata Pencaharian Penduduk No 1. 2. 3. Petani Pekerja di sektor jasa / perdagangan Pekerja di sektor industri Uraian Jumlah 502 Orang 615 Orang 2000 Orang

Masyarakat Desa Kaliwungu, memiliki berbagai macam mata pencaharian yang berfariasi. Dalam hal ini, sudah mulai terlihat adanya perkembangan, dan kemajuan untuk memulai, dalam bidang jasa/ perdagangan, dan juga dalam sektor industri. Untuk status mata pencahariaan penduduk yang kebanyakan menjadi wiraswasta, mereka yang membuka lapangan pekerjaan sederhana dipinggirpinggir jalan, di perkotaan, dan di sekitar lokalisasi, dengan memanfaatkan pengunjung lokalisasi, bekerja sebagai penjual sate, buka warung, tukang parkir, tukang ojek dan lain-lain. B. Temuan Penelitian 1. Pemahaman Dan Upaya Masyarakat Sekitar Lokalisasi Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga. Masyarakat Desa Kaliwungu memiliki penduduk yang relatif padat, jika di lihat dari data penduduk, Desa Kaliwungu merupakan desa yang terletak di pinggiran kota. Dengan keadaan masyarakat yang bermacam-macam, sebagian

besar penduduk bermata pencaharian wiraswasta. Banyak sekali dari mereka memanfaatkan adanya lokalisasi di sekitar desa, asalkan kebutuhan keluarga sehari-hari dapat tercukupi. Sehingga hal ini dapat menimbulkan dampak positif dan juga dampak negatif. Penduduk yang sejahtera adalah dambaan setiap orang, dalam keluarga selalu menginginkan hidup sakinah, mawaddah, wa rahmah. Sejahtera, kebutuhan sehari-hari bisa tercukupi. Berikut ini adalah penuturan Pak Parlan, Mantan Dinas Sosial Kecamatan Ngunut tentang kondisi masyarakat sekitar lokalisasi Desa Kaliwungu. Teng mriki niku mbak, masyarakate aman-aman mawon, malah masyarakate katah engkang terlibat teng lokalisasi, amargi saget buka lapangan pekerjaan, damel nguripi anak bojo. Kados seng biasane dodolan kopi, buka warung, tukang pijet, tukang parkir, niku roto-roto engkang manfaatne lokalisasi malah tiangtiang engkang daleme celak mriki, dadose saumpami lokalisasi dipun tutup kaleh pemerintah niku engkang bingung malah tiang-tianga niku. Amargi mboten wonten pekerjaan meleh sak lintune niku, tapi meski ngoten kadang nggeh khawatir terutama poro ibi-ibu niku, khawater lek saumpami bapak-bapake niku neko-neko pados jajan teng lokalisasi. Ngeh khawatir lek saumpami anake terpengaruh teng lokalisasi, dados anak nakal, seneng madon, seneng mabukmabuan, gelut. Ngeh ngoten niku kehidupane tiang lokalisasi, tapi lek menurut kulo seng penting keluarga niku kedahe meski kudu enek komunikasi karo anggota keluargane, kudu pengertian terutama kaleh pasangan hidupe, lan kudu saling percoyo, jujur kaleh pasangan. Menurut kulo keluarga niku diarani harmonis lek mboten terus tukaran.57 Terjemahan Penulis Di sini itu mbak, masyarakatnya aman-aman saja, masyarakat di sini malah banyak yang terlibat dalam lokalisasi, karena mereka bisa buka lapangan pekerjaan, buat mencukupi kebutuhan anak istrinya. Seperti bekerja sebagai penjual kopi, buka warung, tukang pijat, tukang parkir, mereka itu semua rata-rata orang asli sini Desa Kaliwungu, yang dekat dari lokalisasi. Jadi seandainya lokalisasi itu di tutup oleh pemerintah, maka yang bingung malah orang-orang sekitar sini. Karena kebanyakan tidak ada pekerjaan lain selain di tempat itu. Akan tetapi, meski demikian masyarakat juga khawatir, terutama para ibu, khawatir jika para suami selingkuh, sering jajan di lokalisasi, dan juga khawatir terhadap anak-anak remaja mereka, kalau suka main perempuan, mabukmabukan, perkelahian. Ya seperti itu kehidupan di lokalisasi. Tapi menurut saya
57

Parlan, Wawancara, Rabu, 13 Mei 2009, 17:40

keluarga itu harus selalu komunikasi di antara anggota keluarganya, harus saling pengertian, sabar dan saling percaya, dan jujur. Menurut saya keluarga yang dikatakan harmonis adalah keluarga yang terhindar dari pertengkaran. Dari pernyataan diatas, bahwa rata-rata masyarakat Desa Kaliwungu merasa aman, walau terdapat lokalisasi di sana. Malah sebagian besar dari mereka ikut terlibat di dalamnya. Karena mereka merasa diuntungkan, bisa membuka lapangan pekerjaan setiap hari, untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya, dengan memanfaatkan pengunjung yang berdatangan. Akan tetapi, sebenarnya mereka juga khawatir terutama para ibu jika di antara suami-suami, dan anak-anak mereka ikut terlibat didalamnya. Dengan begitu mereka tetap mengupayakan agar selalu berkomunikasi antar anggota keluarga, jujur, saling pengertian, dan saling percaya, untuk mempertahankan rumah tangganya. Dan menurut pak Parlan, keluarga yang dikatakan harmonis adalah keluarga yang terhindar dari pertengkaran dan kebutuhan sehari-hari tercukupi. Berikut penuturan Pak Juwari warga Desa Kaliwungu, umur 49 th, saat ini bekerja sebagai polisi, di Rejotangan Tulungagung. Kulo niku mbak, lek masalah lokalisasi seng wonten teng celak mriki ngeh sejatosipun khawatir sanget, amargi kulo gadah putro jaler sakniki belajar teng SMA 1 Ngunut. Kulo khawatir lek saumpami anak kulo kenging pengaruh tiang lokalisasi mriku, seng biasane seneng omben, main togel, seneng gelud, seneng madon. Tapi ngeh pripun maleh, grio kulo pas teng celae lokalisasi mriki, masyarakat mriki ngeh kadose malah remen wonten lokalisasi teng mriki, amargi saget buka pendamelan damel keluargane, tapi kulo kedah sabar, kedah saget didik anak kulo krono niku tujuan utama kulo. Kulo pengen anak-anak kulo benjing hasil, dados tiang engkang sukses, saklintune niku kulo meski ngomong kaleh istri kulo lek wonten masalah-masalah keluarga kulo, lan kedah jujur kaleh pasangan, kranten jujur niku penting sanget. Lek keluarga harmonis niku kedahe mboten gampang terpengaruh kaleh lingkungan seng mboten sae, saget nyekolahne anak sampek duwur.58
58

Juwari, Wawancara, Rabu, 13 Mei 2009, 18:00

Terjemahan penulis Saya itu mbak, kalau masalah lokalisasi yang ada di sekitar sini, sebenarnya saya sangat khawatir, karena saya punya anak laki-laki remaja yang sekarang masih belajar di SMA 1 Ngunut. Saya khawatir jika seandainya anak saya terpengaruh orang-orang lokalisasi, yang biasanya suka minum-minuman keras, main togel, suka berkelahi, dan main perempuan, tapi ya gimana lagi, rumah saya dekat lokalisasi. Masyarakat di sini sepertinya malah suka adanya lokalisasi, Karena bisa membuka lapangan pekerjaan buat mencukupi kebutuhan keluarganya. Tapi saya harus sabar, harus bisa mendidik anak saya, Karena itu tujuan utama saya, saya ingin anak-anak saya besuk berhasil, menjadi orang sukses. Selain itu saya juga selalu bermusyawaroh sama istri saya jika ada masalah keluarga, dan harus bersikap jujur terhadap istri karena jujur itu sangat penting. Kalau keluarga harmonis menurut saya, keluarga yang tidak mudah terpengaruh dengan lingkungan yang kurang baik (teguh pendirian), dan dapat menyekolahkan anakanak ke jenjang lebih tinggi Dari Pernyataan pak Juwari, bahwa masyarakat sebenarnya merasa diuntungkan adanya lokalisasi, meski sebenarnya mereka khawatir terhadap kelurganya, jika terpengaruh kehidupan lokalisasi. Tapi pak Juwari hanya menyikapi keadaan tersebut, dengan bersikap sabar, yang diutamakan pak Juwari adalah mendidik anak, agar supaya berhasil, menjadi orang sukses. Keluarga harmonis menurut pak Juwari apabila anggota keluarganya tidak mudah terpengarh dengan lingkungan yang tidak baik, karena harus teguh pendirian. Disamping selalu mengadakan komunikasi di antara keluarganya, dan harus bersikap jujur terhadap pasangannya. Karena jujur sangatlah penting dalam. Berikut Penuturan bapak Slamet, umur 43 th, bekerja sebagai tukang tambal ban. Kulo teng lokalisasi mriku nyambet damel dados tukang tambal ban, teng lokalisasi niku mbak, tamune panggah wonten mawon, nopo maleh lek dinten sabtu dalu (malem minggu), bocah enom-enom niku biasane kaleh mabuk mbeto sepedah akhire katah bane seng bocor. Ngeh Alhamdulillah pengahsilan kulo bendinten saget nyekolahne 2 anak kulo, seng sakniki kelas 3 SD, kaleh kelas 1 SMP. Ibue kadang lek enjing sadean gorengan teng nglebete lokalisasi, ngoten niku ngeh lumayan kenging damel tambah penguripan. Tapi kulo niku ngeh sakestune khawatir lek saumpami salah satu keluarga kulo terpengaruh teng

mriku. Lek kulo niku seng penting kaleh bojo kudu meski tresno, saling hormati kaleh pendapat istri kulo, kerja keras, trus ngeh seng penting kebutuhan keluarga saget tercukupi. Keluarga kulo utamakne, lek ngoten ngeh mungkin keluarga kulo mesti adem ayem, bahagio. 59 Terjemahan Penulis Saya dilokalisasi ini bekerja sebagai tukang tambal ban, di lokalisasi ini mbak tamu setiap hari tetap ada, apalagi kalo hari sabtu malam (malam minggu), anakanak muda sering mabuk dengan mengendarai motor, sehingga sepedahnya banyak yang bannya bocor. Ya Alhamdulillah penghasilan setiap hari tetap ada, dan bisa menyekolahkan 2 anak saya, yang sekarang kelas 3 SD, dan juga kelas 1 SMP. Istri saya kalau pagi biasanya jualan gorengan di lokalisasi, ya hasilnya lumayan tambah kebutuhan. Akan tetapi, sebenarnya saya juga khawatir kalau seandainya salah satu keluarga saya terpengaruh di lokalisasi. Kalau saya sendiri yang penting terhadap istri harus selalu cinta, saling menghormati terhadap pendapat istri, kerja keras dan yang paling penting lagi kebutuhan keluarga setiap hari bisa tercukupi. Keluarga harus saya utamakan, mungkin jika bisa selalu seperti itu keluarga saya selalu tenteram dan bahagia. Dari penuturan bapak Slamet, walaupun hanya bekerja sebagi tambal ban, tapi beliau mampu untuk menyekolahkan kedua anaknya. Setiap pagi istri pak Slamet biasanya jualan gorengan di lokalisasi, untuk menambah pendapatan setiap hari. Walaupun seperti itu, sebenarnya pak slamet juga khawatir terhadap anggota keluarganya, jika terpengaruh orang-orang lokalisasi. Akan tetapi, pak Slamet selalu mengupayakan untuk saling mencintai, dan menghormati istrinya, kerja keras. Untuk pemahaman pak Slamet yang dikatakan harmonis jika, kebutuhan keluarga setiap hari bisa tercukupi. Berikut ini penuturan pak Agus, umur 38 th, bekerja sebagai tukang parkir. Teng mriki niku tamune meski wonten mawon, kadang sedinten mobil/ motor engkang dugi ngantos sekitar 10 mobil, 20 motor. La lek dinten libur sedinten malah saget 20 mobil, 40 motor. Parkire teng mriki lek motor Rp 500, lek mobil Rp 1000. kulo niku pon dangu dados tukang parkir teng mriki, mulai kulo wewet joko ngantos gadah 1 anak, sakniki kelas 5 SD, kulo ngeh marem saget nyambet damel teng mriki bendinten. Tapi kulo kadang ngoten ngeh sering diseneni bojo
59

Slamet, Wawancara, Rabu, 13 Mei 2009, 19:30

kulo, bojo kulo samare kulo lek seneng jajan teng mriki, tapi kulo ngeh meski ngandani bojo kulo, lek kulo niku, bener-bener pengen memenuhi kebutuhan keluarga kulo. Seng penting menurut kulo kedah saling pengertian, menerima apaadanya, mangan ngeh sak wontene, lek seng diarani harmonis niku ngeh seng penting kebutuhan keluarga kulo bendinten saget tercukupi. Kaleh lek bebojoan mboten nate cerai, Kersane urip niku saget tenang. 60 Terjemahan Penulis Di sini itu tamu selalu berdatangan, kadang dalam satu hari mobil/ motor yang berdatangan mencapai 10 mobil dan 20 motor, kalau hari libur dalam satu hari bisa mencapai 20 mobil, 40 motor. Tarif parkir di sini, motor Rp 500 dan mobil Rp 1000. saya bekerja di sini sudah tergolong lama, mulai saya masih jaka, sampai sekarang punya 1 anak kelas 5 SD. Saya ya bahagia bisa bekerja setiap hari di sini, tapi saya juga sering dimarahi istri saya. Istri saya khawatir kalau saya suka main perempuan di lokalisasi. Tapi sudah saya jelaskan, kalau saya benarbenar ingin memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Yang penting menurut saya dalam rumah tangga itu harus saling pengertian, menerima apa adanya, makan seadanya, yang penting kebutuhan keluarga setiap hari bisa tercukupi. Walau seandainya saya sendiri tidak makan. Kalau yang dikatakan rumah tangga harmonis itu yang penting keluarga saya bisa tercukupi, suami istri tidak pernah bercerai, dengan begitu hidup saya bisa lebih tenang. Sebagai tukang parkir, pak Agus bisa mencukupi kebutuhan keluarganya, dengan memanfaatkan pengunjung lokalisasi. Pak Agus mendapat upah yang di bilang lumayan, karena pengunjung lokalisasi setiap hari terutama malam hari, yang relatif rame. Hanya saja pak Agus sering dimarahi istrinya karena takut terpengaruh di tempat maksiat itu. Meski demikian, pak Agus adalah kepala rumah tangga yang bertanggung jawab, ia rela tidak makan asalkan kebutuhan keluarga bisa terpenuhi. Karena menurut pak Agus keluarga yang dikatakan harmonis jika keluarga itu selalu terpenuhi kebutuhannya, dan antara suami istri tidak pernah ada kata cerai. Berikut ini penuturan bu Lastri, warga Kaliwungu umur 45 th, pekerjaan sebagai penjual kopi di dekat lokalisasi Desa Kaliwungu.
60

Agus, Wawancara, Kamis, 14 Mei 2009, 10:15

kulo biasane sadean kopi mulai enjing, mantun masak ngeh sekitar jam 7. Kulo lek mulai masak niku biasane ngeh mantun subuh langsung teng pawon, kersane cah-cah lek berangkat sekolah pon wonten sarapan. Wangsule dugi warung bisane ngeh sonten sekitar jam 4, mengke kadang dalu balik maleh, amargi lek dalu niku pembeli malah katah. Kulo mboten khawatir lek wonten lokalisasi teng celak mriki, seng penting ati-ati iso jogo awae, lek bojo kulo ngeh saget pengertian, lek kulo niku mados yotro damel kebutuhan rumah tangga. Bojo kulo nyambet damele riyen teng pabrik rokok, tapi sakniki pon di PHK. Dadose sakniki bojo kulo biasane dados kuli bangunan, niku lek wonten tapi lek mboten wonten ngeh nganggur, mung saget ngrencangi kulo sadean teng warung. Tapi kulo mboten nate nuntut nopo-nopo teng bojo, kulo luweh seneng saget mencukupi keluarga, terutama teng anak kulo. Lek menurut kulo harmonis niku lek kebutuhane saget tercukupi lan keluargne mboten nate udur-uduran, dadose keluargane saget tentram, pado saling pengertian.61 Terjemahan Penulis Saya biasanya jualan kopi mulai pagi, setelah selesai masak sekitar jam 7. Saya biasanya mulai masak ya setelah sholat subuh langsung ke dapur, biar nanti anakanak berangkat sekolah sudah tersedia sarapannya. Pulang dari warung biasanya sore sekitar jam 4, kadang malam kembali lagi jualan, karena kalau malam pembeli biasanya lebih rame. Saya tidak khawatir dengan adanya lokalisasi di sekitar sini, yang penting selalu jaga diri. Kalau suami saya bisa memaklumi, kalau saya mencari uang untuk kebutuhan keluarga. Suami saya dulu bekerja di pabrik rokok, tapi sekarang sudah di PHK, jadi sekarang biasanya suami saya bekerja di kuli bangunan, kalau itu pas ada pekerjaan kalau tidak ada ya ngaggur, hanya bisa membantu saya di warung. Tapi saya tidak pernah nuntut apa-apa, saya lebih suka mandiri, bisa mencukupi keluarga, terutama pada anak saya. Kalau yang dikatakan harmonis apabila kebutuhan keluarga tercukupi, dan tidak ada pertengkaran, karena semua saling pengertian, biar dalam keluarga itu hidupnya bisa tentram. Dari pernyataan di atas, bu Lastri adalah orang yang ulet dalam bekerja, ia mulai beraktifitas setelah subuh, memasak untuk keluarganya. Dan setelah itu langsung buka warung kopi hingga sore hari, kadang malam ia harus kembali lagi, karena malam biasanya pembeli semakin rame. Suami Bu Lastri dulu bekerja di pabrik rokok, akan tapi sekarang sudah di PHK, sekarang menjadi kuli bangunan. Tapi terkadang juga pengagguran, hanya bisa membantu Bu Lastri di warung

61

Lastri, Wawancara, Kamis, 14 Mei 2009, 14:25

kopi. Meski demikian Bu Lastri tidak pernah menuntut apa-apa dari suami, ia perempuan mandiri, lebih suka bekerja keras memeras keringat untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya setiap hari. Adapun menurut bu Lastri keluarga harmonis itu, apabila kebutuhan dalam rumah tangga tercukupi dan tidak ada pertengkaran diantara anggota keluarganya. Berikut ini penuturan Bu Mursiah, umur 41 th, ia bekerja sebagai penjual tempe. Mantun subuh niku kulo mbak mesti pon berangkat teng peken sadean tempe, kulo iderne teng warung-warung, kadang ngeh teng etek keliling, seng mbeto sayuran. Mengke ngantos jam 9 biasane ngeh jam 10 wangsul dugi peken, langsung adang damel maem awan. Enjinge bojo kulo, anak kulo pon sarapan kaleh jangan blendrang, kulo niku seng penting bojo, anak wes maem wareg kulo pon mboten khawatir, bojo kulo ngeh mesti pengertian lek saumpami kulo wangsul dugi peken niku pon siang. Anak kulo lek dalu mesti kulo ken belajar seng mempeng trus saya awasi, samar kulo lek dolan teng lokalisasi. Biasasne bocah enom lek pon mlebet teng mriku gampang ketagihan, isine neng jero mong eneke dingge maksiat, roto-roto engkang namu teng lokalisasi mriki malah tiangtiang tebeh, kados dugi Malang, Kediri, Blitar, Trenggalek, tapi biasane yo tiangtiang celak mriki, samar kulo lek bojo lan anakku kenek pengaruh. Tapi kulo ngeh yakin bojoku niku tiange sayang banget kaleh kulo. Kulo ngeh sayang kaleh bojo lan anak-anak kul. Lek seng dipun arani harmonis niku lek bojone mboten nate selingkuh, nopo maleh cerai, lan mboten nate terpengaruh, nopo maneh teng mriki wonten lokalisasi.62 Terjemahan Penulis Setelah subuh mbak, saya sudah berangkat ke pasar jualan tempe, saya jual di warung-warung terkadang saya jual di penjual sayur keliling. Biasanya sampai jam 9 atau jam 10 saya sudah pulang, lansung masak buat makan siang. Kalau pagi suami dan anak saya sudah makan sama sayur kemarin, yang penting suami dan anak saya pagi sudah bisa sarapan saya sudah tidak khawatir. Suami saya selalu pengertian, sabar ketika saya pulang dari pasar siang, Anak saya kalau malam selalu saya suruh belajar rajin dan saya awasi, takutnya kalau main ke tempat lokalisasi. Biasanya anak muda yang sudah masuk kesitu merasa ketagihan, di lokalisasi hanya tempat untuk maksiat, rata-rata pengunjung berasal dari jauh, seperti Malang, Kediri, Blitar Trenggalek, tapi ada juga dari daerah sekitar sini Saya khawatir jika suami dan anak saya ikut terpengaruh. Tapi saya
62

Mursiah, Wawancara, Kamis, 14 Mei 2009, 15:00

yakin kalau suami saya sayang sekali terhadap saya. Begitu juga saya, kami sekeluarga saling menyayangi, kalau yang dikatakan harmonis apabila suami itu tidak pernah selingkuh, dan tidak mudah terpengaruh, dan pasangan itu tidak sampai cerai, apalagi disini dekat dengan lokalisasi Keluarga Bu Mursiah merupakan keluarga yang tergolong menerima apa adanya, pengertian, sabar. Anak dan suami Bu Mursiah setiap pagi hanya sarapan sayur kemarin. Karena bu Mursiah harus jual tempe ke warung-warung, dan pulangnya siang hari sekitar jam 9/ jam 10. Setelah pulang dari jualan ia harus memasak, karena pagi tidak sempat masak. Suami bu Mursiah sangat mencintainya, sehingga ia tidak khawatir terhadap suaminya. Bu Mursiah selalu mengawasi anak-anaknya, ia khawatir kalau anak-anaknya suka main di Lokalisasi, dan terpengaruh orang-orang didalamnya. Kalau yang dikatakan harmonis menurut bu Mursiah apabila suami tidak selingkuh, apalagi mau bercerai dan keluarganya tidak mudah terpengaruh dengan adanya lokalisasi. Pak Marsam, umur 50 th, warga Desa Kaliwungu, bekerja sebagai penjual sate ayam di depan rumahnya. Seng biasane tak khawatirne kui, lek saumpami salah sijine teko keluargaku enek seng kerjo neng jerone lokalisasi, biyen make arep dodolan kopi, buka warung neng jerone lokalisasi kono, tapi aku pengeng, aku khawatir lek sampek make tledor terus kenek pengaruh wong kono, tapi make ngono yo manut. Amargi neng jero kono meski akeh iming-iming amprih supoyo dang sugeh kui piye, lek aku dewe aku wes suwi dodolan sate ayam neng pinggiran kuto, yo tak itung-itung cukup dingge kebutuhan anak bojo, meski pas-pasan. Tapi yo kudu disyukuri wong urip lek wes duwe penggawean menetap kui ora sah bingung nemen-nemen, ngene anakku yo wes tamat sekolah SMA, seng siji sakiki sek belajar neng SMP. Pokoe lek wayae bayar sekolah kui wes mesti enek seng dingge bayar. Seng penting urip kuwi kudu sabar, kudu podo nrimo karo pendome pengeran, Keluarga kudu diutamakne, kudu meski podo tresno, lek enek opo-opo kudu dimusyawarahne karo anak bojo. Menurutku lek keluarga diarani harmonis yo seng penting iso nyekolahne anak sampek duwur, paling gak iso tamat SMA, trus yo kebutuhan kui mesti iso terpenuhi.63
63

Marsam, Wawancara, Kamis, 14 Mei 2009, 20:00

Terjemahan Penulis Yang biasanya saya khawatirkan, kalau seandainya salah satu dari keluarga saya, ada yang bekerja di lokalisasi, dulu ibunya mau jualan kopi, buka warung di lokalisasi, tapi saya larang. Saya khawatir seandainya ibunya tledor sampai terpengaruh orang-orang di dalam, syukurlah ibu bersedia tidak jadi jualan. Karena di sana banyak orang yang memberi iming-iming agar bisa cepat kaya. kalau saya sendiri sudah lama berjualan sate ayam di pinggiran kota, saya hitunghitung sudah bisa mencukupi kebutuhan anak istri, walaupun pas-pasan, tapi ya harus di syukuri. Orang hidup kalau sudah mempunyai pekerjaan menetap tidak perlu terlalu bingung. Anak saya sudah tamat sekolah SMA, yang satunya masih belajar di SMP. Yang penting ketika waktu bayar sekolah sudah ada yang dapat buat bayar sekolah. Dan yang penting hidup harus sabar, harus menerima pemberian Tuhan. Keluarga harus menjadi prioritas utama, harus saling mencintai, kalau ada masalah segera dimusyawarahkan sama anak istri. Kalau yang dikatakan harmonis apabila bisa mnyekolahkan anak sampai tinggi, paling tidak bisa tamat SMA, dan kebutuhan keluarga sehari-hari dapat tercukupi. Pak marsam khawatir jika salah satu anggota kelurganya bekerja di lokalisasi, istrinya pernah ingin bekerja jualan kopi di lokalisasi. Akan tapi, pak Marsam melarangnya, ia khawatir istrinya tledor dan terpengaruh orang-orang dalam lokalisasi. Pak Marsam adalah penjual sate ayam di pinggiran kota, dengan berjualan sate ayam pak marsam bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Dalam keluarga pak marsam selalu ada komunikasi antar anggota, dan selalu bersikap sabar, menerima rizki yang di berikan Tuhan. Dan pemahaman pak Marsam yang dikatakan keluarga harmonis, apabila bisa menyekolahkan anakanaknya sampai jenjang tinggi, dan kebutuhan hidup terpenuhi. Pak Tumbro, warga Desa Kaliwungu, umur 57 th, pekerjaan sebagai penjual nasi goreng. ibuke biasane lek wes aku budal dodolan aku mesti dipeseni supoyo dang muleh lek dagangane wes entek. Ibuke kuwi gampang khawatir lek samare aku mampir neng tempat haram kuwi. Malah biasane aku sering dikandani lek pengen moro neng bojone, ora usah nyoba-nyoba dolan rono. Amargi neng deso kene ki wes akeh kejadian, bapak-bapak seng ibuke kurang open karo bojone, biasane sering jajan neng lokalisasi. Mergo yo bojone kurang perhatian trus bojone kurang jogo

awake. Meskine wong bebojoan lek rumasaku kudu dijogo awae supoyo tetep apik lan ora mambu. Akeh to mbak wong lanang seng selingkuh kuwi biasane kesalahan bojo wadone seng kurang jogo awake. Bojone muleh kerjo ambune sek sangit, ratau jungkasan, wedaan. Lek aku dewe ngono seng penting keluarga kuwi kudu saling pengertian, kudu saling tresno karo bojone. Lek diarani harmonis yo iso jogo awake, ora gampang terpengaruh, kerjo seng semangat amprih kebutuhan keluarga cukup kabeh, trus lek bebojoan ojo sampe selingkuh.64 Terjemahan Penulis Istri saya biasanya kalau saya berangkat jualan, selalu menasehati saya agar cepat pulang setelah dagangan habis. Istri saya mudah khawatir kalau saya mampir ke tempat haram itu. Malah biasanya saya sering dinasehati, kalau ingin bercinta pulang saja, ada istri di rumah, tidak perlu coba-coba di luar. Karena di sini sudah banyak sekali kejadian suami-suami yang kurang diperhatikan oleh istri, jadi sering main ke lokalisasi, karena istri kurang merawat diri. Seharusnya suami istri harus saling menjaga dirinya, agar selalu terawat, bagus, cantik dan tidak bau. Banyak sekali kan mbak suami yang selingkuh akibat kesalahan dari istri yang kurang merawat dirinya. Suami pulang kerja istri masih bau sangit, tidak pernah bersisir, pakai bedak. Kalau saya pribadi yang penting saling pengertian, bisa merawat diri, dan saling mencintai. Untuk keluarga harmonis menurut saya apabila tidak mudah terpengaruh, kerja yang semangat agar kebutuhan keluarga tercukupi, dan pasangan tidak selingkuh Dalam keluarga, terutama pasangan suami istri merawat diri juga di anjurkan. Karena Islam memerintahkan untuk selalu bersih, baik itu bersih tempat tinggal, badan, bersih lahir batin, agar terhindar dari berbagai penyakit. Ketika pak Tumbro berangkat kerja, istrinya selalu mengingatkan agar segera pulang setelah dagangan habis. Hal ini sah-sah saja, apalagi istri pak Tumbro selalu perhatian terhadap suaminya. Istri pak Tumbro khawatir jika pak Tumbro main ke lokalisasi, yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Apalagi kebanyakan para suami selingkuh akibat kurangnya perhatian dari istri. Istri yang tidak merawat tubuhnya, sehingga tidak menarik perhatian jika di lihat suami. Dalam keluarga pak Tumbro hal ini sangat dihindari. Untuk keluarga harmonis menurut pak

64

Tumbro, Wawancara, Sabtu, 16 Mei 2009, 19:05

Tumbro apabila dalam keluarga itu kebutuhan tercukupi, pasangan tidak mudah terpengaruh, dan pasangan juga tidak pernah selingkuh. Pak Gito, bekerja sebagai tukang ojek, umur 48 th. Tiang urip niku tujuan utama mungguh kulo ngeh keluarga, lek keluargane bahagia meski iso urip tenang, makmur, bahagia. Kulo niku pon 8 th, nyambet damel dados tiang ojek. Tapi Alhamdulillah selama niku kulo diparingi kelancaran pados rizki, cekap damel nyekolahne anak-anak, ngopeni bojo. Kulo niku lek enjing ngantos siang penggaweane teng ojek mengke lek sonten teng masjid celae mriki, ngurusi mesjid, ngeh biasane nyapu, ngepel, ngersii koco. Trus kadang ngeh adzan saumpami, muadzine dereng dugi. Keluarga kulo, bojo lan anak-anak kulo lek maghrib kulo giring teng masjid kersane saget jamaah sareng-sareng. Lek masalah didik kulo niku ngeh termasuke keras, pokoe sholat 5 waktu kuwi ojo sampek bolong, sekolahe kudu sregep. Trus kulo blajari nrimo eng pandome Pengeran. Alhamdulillah anak lan bojo podo manut. Seng penting kulo niku keluarga kulo diseaken. lek masalah lokalisasi kulo ngeh mboten setuju. Tapi pripun maleh la wong niku pon dilegalkan kaleh pemerintah. Kulo rakyat alit ngeh namung saget manut, seng penting kulo didik anak-anak, lan bojo kulo kaleh agama seng kuat, kersane mboten gampang katut-katut. Lek mungguhw kulo keluarga harmonis niku lek bebojoan mboten nate selungkuh, nopo maleh ngantos pegatan.65 Terjemahan Penulis Orang hidup itu ya mbak, tujuan utama menurut saya adalah kelurga. Kalau keluarga bahagia pasti bisa hidup tenang, makmur, sejahtera. Saya itu sudah 8 th, bekerja sebagai tukang ojek, tapi Alhamdulillah selama ini saya selalu diberi kemudahan mencari rizki. Cukup untuk menyekolahkan anak-anak dan mencukupi kebutuhan istri. Saya kalau pagi sampai siang bekerja sebagai tukang ojek, nanti kalau sore saya mengurusi masjid di sebelah rumah. Ya biasanya nyapu, ngepel, bersihkan kaca, dan kadang juga adzan kalau muadzinnya belum datang. Keluarga saya, istri dan anak-anak saya setiap maghrib saya giring ke masjid untuk sholat jamaah di masjid. Kalau masalah mendidik anak saya itu termasuk orang yang keras, yang penting sholat 5 waktu jangan sampai ketinggalan. Belajar harus rajin, dan saya ajari untuk selalu menerima pemberian Allah swt. Alhamdulillah istri dan anak-anak saya patuh, yang penting keluarga saya utamakan. Kalau masalah lokalisasi saya sangat tidak setuju, tapi ya gimana lagi pemerintah sudah melegalkan. Saya orang kecil hanya bisa diam, yang penting saya bisa tetap mendidik anak, istri dengan baik, agamanya baik, biar tidak mudah terpengaruh dengan adanya lokalisasi. Kalau menurut saya keluarga harmonis itu, apabila sumi isteri tidak selingkuh, dan tidak sampai cerai.

65

Gito, Wawancara, Sabtu, 16 Mei 2009, 19:30

Pak Gito adalah pekerja keras, taat beribadah, dan selalu mengutamakan keluarga. Ia bekerja sebagai tukang ojek selama 8 th, berangkat pagi hingga siang. Ia tidak bekerja untuk orang-orang lokalisasi, seperti kebanyakan masyarakat di sekitar lokalisasi. Pak Gito merupakan penduduk yang tidak setuju adanya lokalisasi. Tapi pak Gito lebih memilih diam. Jika sore hari pak Gito mengurusi masjid di dekat rumahnya, mulai menyapu, mengepel, membersihkan kaca, bahkan kadang juga menjadi muadzin, jik amuadzinnya berhalangan. Pak Gito keras dan disiplin dalam mendidik anak-anaknya. Seluruh anggota keluarganya harus menjalankan sholat 5 waktu dengan istiqomah, dan selalu patuh tehadap ajaran agama, anak-anaknya harus belajar rajin. Pendidikan agama dalam keluarga pak Gito selalu diutamakan. Hal ini agar tidak mudah terpengaruh dengan kenikmatan sesaat (lokalisasi). Pak Gito sangat tidak setuju dengan adanya lokalisasi, akan tetapi pak Gito lebih memilih untuk tinggal diam. Menurut pak Gito keluarga harmonis itu apabila antar pasangan tidak pernah selingkuh, apalagi sampai cerai. Ibu Sriyanti, umur 43 th, bekerja sebagai tukang pijet, kadang juga melayani pijat di tempat lokalisasi Desa Kaliwungu. Aku kuwi mbak enek lokalisasi neng kene yo bersyukur, iso oleh penggawean bendino, iso nguripi anak-anak sekolah sampek lulus SMP. Yo termasue, aku diuntungne, sakjane ora aku tok, wong-wong kene akeh seng oleh penggawean bendino, mergo tamu-tamu trus enek. Enek seng buka warung, tukang pijet koyo aku iki, tukang parkir. Yo itung-itung lumayan iso dingge nyambung urip, iso dinggo nyukupi keluarga. Opo meneh koyo aku ngene bojoku wes sue matine wes sekitar 5 th. La kui lek aku ora nyambet gawe seng tenanan sopo seng arepi nyukupi kebutuhan anak-anakku. Ngene iki anakku seng siji wes nyambet gawe, seng no 2 lulus SMP, seng ragil sek kelas 6 SD. Lek masalah kelurgaku seng penting aku iso nyupi bendino, enek seng dingge bendino, sekolahe iso lulus, trus yo lek enek opo-opo aku senenge ngomong karo anak-anakku. Lek menurutku yo

mbak harmonis kui lek kebutuhan sabendino iso tercukupi, trus yo iso nyekolahne anake sampek duwur paling gak iso lulus SMP/SMA. 66 Terjemahan Penulis Saya itu mbak, ada lokalisasi di sini ya bersyukur, bisa dapat pekerjaan setiap hari, bisa membiayai anak-anak sekolah sampai lulus SMP, ya dengan adanya lokalisasi saya termasuk salah satu orang yang diuntungkan, sebenarnya bukan saya saja, orang-orang disekitar sini juga banyak yang mendapat pekerjaan setiap hari, karena tamu-tamu terus berdatangan, ada yang buka warung, tukang pijet seperti saya, tukang parkir, dll. Hitung-hitung ya lumayan untuk kebutuhan hidup, bisa untuk nyukupi keluarga, apalagi seperti saya janda, suami sudah lama meninggal sekitar 5 th, la yang seperti itu kalau saya tidak bekerja keras siapa lagi yang mencukupi kebutuhan anak-anak. Anak saya yang pertama sudah bisa bekerja, yang no 2 lulus SMP, dan yang terakhir masih kelas 6 SD. Kalau masalah keluarga yang penting saya bisa mencukupi setiap hari, sekolahnya bisa selesai, dan kalau ada masalah keluarga saya suka membicarakan dengan anak-anak saya. Menurut saya ya mbak, keluarga dikatakan harmonis itu, apabila kebutuhan sehari-hari bisa tercukupi, dan bisa menyekolahkan anak-anak hingga jenjang tinggi ya minimal SMP/SMA. Berbeda dengan keluarga Pak Gito, keluarga bu Sriyanti malah merasa bersyukur adanya lokalisasi. Sebagai tukang pijet bu Sriyanti selalu mendapat job memijat, untuk para tamu lokalisasi. Menjadi janda tidaklah mudah, bu Sriyanti harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan ketiga anaknya, sampai saat ini kedua anaknya bisa lulus tingkat SMP, anak ketiga masih kelas 6 SD. Bu Sriyanti tidak merasa khawatir atau canggung, ia sudah terbiasa bekerja di tempat itu, yang penting bisa memenuhi kebutuhan keluarga setiap hari, dan jika terdapat masalah dalam keluarga, bu Sriyanti selalu mengkomunikasikan bersama anak-anaknya. Dan menurut bu Sriyanti keluarga dikatakan harmonis itu apabila, kebutuhan sehari-hari bisa tercukupi, dan bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga jenjang tinggi minimal tingkat SMP/ SMA.

66

Sriyati, Wawancara, Sabtu, 16 Mei 2009, 20:15

C. Klasifikasi Data 1. Pemahaman Masyarakat Sekitar Lokalisasi Desa Kaliwungu Kec. Ngunut Kab. Tulungagung, Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga. Dari hasil wawancara, diperoleh data bahwa pemahaman masyarakat sekitar lokalisasi, di Desa Kaliwungu Kec. Ngunut Kab. Tulungagung, terhadap keharmonisan dalam rumah tangga, antara lain: 1. Kebutuhan keluarga sehari-hari dapat tercukupi. Dari hasil wawancara, menyebutkan bahwa hampir 60% informan menyatakan, pemahaman masyarakat terhadap keharmonisan rumah tangga yang paling urgen adalah kebutuhan keluarga setiap hari harus bisa tercukupi dan terpenuhi. Hal ini, menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat, sudah mulai berkembang. Dalam memenuhi tanggung jawabnya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, menuju tingkat kesejahteraan masyarakat yang layak dan baik. Seperti halnya kelurga Marsam yang selalu memenuhi

kebutuhan keluarganya, walaupun ia hanya seorang penjual sate, tapi keyakinannya dan tekadnya kuat, untuk bisa selalu membiayai anak-anaknya menyelesaikan sekolah. 2. Dapat mendidik anak dengan baik, sungguh-sungguh, dan dapat

menyekolahkan anak-anak hingga jenjang pendidikan lebih tinggi. Mendidik anak tidak semudah yang dibayangkan, ketika anak di manja, anak malah menjadi kurang mandiri, dan selalu tergantung sama orang lain, ketika anak dikerasi anak akan semakin brutal, nakal dan mencoba hal-hal yang dilarang. Dalam hal ini, orang tua harus mencari akal untuk mendidiknya dengan baik agar menjadi anak yang berhasil, dan sukses. Seperti halnya Pak

Gito yang selalu mengajari anaknya untuk selalu bersikap disiplin, dalam belajar pelajaran sekolah, sholat 5 waktu, dll. Hal ini dapat mengantarkan anak untuk belajar bertanggung jawab pada dirinya sendiri. Dari hasil penelitian, bahwa anak-anak remaja yang bermukim di sekitar lokalisasi menyatakan, jarang sekali bahkan tidak pernah mendatangi lokalisasi, untuk tujuan melakukan hubungan dengan para pelacur, rata-rata mereka yang sering datang karena mencari nafkah dengan memanfaaatkan pengunjung lokalisasi. Hal ini dikarenakan para pelacur berusia tua, yaitu antara umur 27-50 tahun, dan ini mengakibatkan kaum remaja, tidak berhasrat untuk mendatangi lokalisasi. 3. Tidak pernah ada pertengkaran hebat. Dalam keluarga pak Parlan memahami arti keharmonisan dalam rumah tangga, ketika dalam keluarga tidak pernah mengalami pertengkaran yang hebat. Begitu juga dengan keluarga Bu Lastri, seorang penjual kopi, beliau selalu berusaha untuk menghindari pertengkaran diantara anggota

keluarganya. Meskipun sebenarnya dalam rumah tangga itu tidak luput dari pertengkaran. Akan tapi, sudah seharusnya untuk menghindari adanya pertengkaran, yang menyebabkan keluarga tidak harmonis. 4. Tidak pernah selingkuh. Dalam keluarga pak Gito, pak Tumbro, dan bu Mursiah memahami adanya keharmonisan rumah tangga apabila antara suami isteri tidak pernah menghianati pasangannya, dengan berselingkuh terhadap pasangan lain. Begitu juga dengan keluarga pak Gito, tergolong keluarga yang memiliki

pondasi iman kuat. Sehingga, selingkuh sangat dihindari karena selingkuh merupakan perbuatan yang dilarang agama. 5. Tidak ada kata cerai. Allah swt menghalalkan adanya perceraian, tapi Allah sangat membenci jika dalam rumah tangga terdapat perceraian, karena akan meretakkan hubungan yang pada awalnya dihalalkan. Dalam suatu perceraian telah banyak pihak yang telah dirugikan terutama anak yang telah dilahirkan dari kedua pasangan. Kebahagiannya akan hilang begitu saja, ketika orang tuanya telah berpisah, meskipun ekonomi terpenuhi. Akan tapi kasih sayang, dan cintanya tidakkan pernah ditemukan, ketika orang tuanya telah berpisah. 6. Tidak mudah terpengaruh, teguh pendirian. Menjadi tetangga lokalisasi tidaklah mudah, karena dalam lokalisasi dipenuhi dengan berbagai macam godaan-godaan, dan rayuan yang kadang kala melalaikan, dan dapat menjerumuskan seseorang dalam kemaksiatan. 2. Upaya Masyarakat sekitar lokalisasi Desa Kaliwungu Kec. Ngunut Kab. Tulungagung, dalam mempertahankan keharmonisan rumah tangga. 1. Keluarga harus menjadi prioritas utama dan menjaga keutuhan anggota keluarga. Adapun keluarga pak Marsam, yang khawatir dengan adanya lokalisasi, ia selalu mengingatkan istri, dan anak-anaknya untuk menjaga diri dari pengaruh lokalisasi. Pak Marsam tidak bersedia jika istrinya bekerja buka warung di lokalisasi, ia sudah merasa cukup dengan penghasilannya sehari-sehari sebagai penjual sate ayam. Dalam hidup pak Marsam keluarga harus diutamakan,

diprioritaskan. Oleh karena itu, sebagai kepala keluarga pak Marsam selalu bekerja keras dan menerima rizki pemberian Tuhan. 2. Komunikasi antar anggota keluarga. Komunikasi antar anggota keluarga sangat penting, karena dengan komunikasi masalah-masalah yang mulai timbul dapat terselesaikan, terpecahkan bersama-bersama. Ketika tidak ada komunikasi, maka antar anggota keluarga menjadi saling tertutup tidak ada penyelesaian. Seperti penuturan pak Juwari, seorang polri Kec. Rejotangan ia selalu menyempatkan komunikasi dengan anggota keluarganya, anak istrinya ketika ada

permasalahan di rumah ataupun di kantor. 3. Saling pengertian, Sabar dan Jujur. Dalam kehidupan selalu di butuhkan sikap sabar, pengertian dan jujur. Karena dengan ketiga sikap tersebut seseorang dapat menyelesaikan masalah yang muncul, terutama dalam kehidupan keluarga. Saling pengertian, sabar dan jujur juga menjadi salah satu kunci keluarga yang harmonis. Seperti keluarga pak Parlan mantan dinas sosial Desa Kaliwungu, ia selalu bersikap sabar dan mengerti akan kondisi keluarga dan masyarakat disekitarnya. 4. Saling percaya terhadap pasangan, dan menghormati pendapatnya. Ibu Mursiah, pak Slamet, pak Parlan adalah orang yang selalu menghormati pendapat dan percaya terhadap pasangannya. Ibu Mursiah seorang penjual tempe keliling, ia selalu percaya terhadap suami, walaupun sebenarnya juga khawatir melihat kondisi rumahnya berdekatan dengan

lokalisasi. Dan tidak jarang para suami yang selingkuh main ke lokalisasi. Akan tapi, bu Mursiah percaya jika suaminya sangat mencintainya. 5. Saling mencintai, dan menyayangi Dalam rumah tangga pak Slamet sikap saling mencintai, menghormati, dan percaya antar pasangannya selalu dipertahankan. Pak Slamet yang bekerja sebagai tukang tambal ban di dekat lokalisasi selalu mendapat perhatian dari isterinya, karena isterinya juga merasa khawatir, jika pak Slamet ikut terjerumus dalam tempat maksiat itu. Akan tetapi pak Slamet selalau memberi nasehat kepada isterinya, sehingga isterinya tidak mudak berprasangka buruk kepada pak Slamet. Isterinya yakin, percaya bahwa pak Slamet adalah suami yang sangat mencintai dan menyayangi anggota keluarganya. 6. Bersyukur dan menerima pemberian Allah dengan ikhlas. Pak Gito, pak Marsam, dan pak Agus mereka selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Tuhan, mereka merasa cukup atas karunia Tuhan, dengan selalu bekerja keras. Sikap bersyukur dan menerima rizki Tuhan dapat menetramkan hati, tidak mudah iri terhadap orang lain. Sehingga kehidupan keluarga akan tetap berjalan harmonis. 7. Bekerja keras dan ulet. Adapun dengan bu Mursiah penjual tempe keliling, ia adalah perempuan yang terkenal ulet dalam bekerja, setiap jam 3 malam bu Mursiah, sudah bangun dan mulai menyiapkan, mengiris-iris dagangan tempe-tempenya yang mau dijual, setelah sholat subuh bu Mursiah harus menjajakan tempenya ke warung-warung, ia tak kenal lelah.

8. Penampilan harus selalu menarik pasangan, bersih, dan rapi dan tidak mudah terpengaruh pasangan lain. Sikap yang harus dilakukan untuk menjaga keluarga agar tetap harmonis, dan selalu menarik pasangan, bersih, rapi dan teguh pendirian, tidak mudah terpengaruh pasangan lain. Seperti halnya keluarga pak Tumbro, sang istri selalu berpenampilan menarik jika pak Tumbro pulang dari jualan nasi goreng. Istrinya selalu menasehati kalau dagangan habis cepat pulang, jangan mudah terpengaruh, tidak perlu mampir ke tempat haram (lokalisasi). 9. Pondasi agama harus kuat, dan selalu menjalankan sholat 5 waktu. Dalam keluarga selalu ada kesempatan pada suami, istri dan anak-anak untuk beriman dan bertakwa, sesuai dengan akidah agama yang dianutnya. Dalam keluarga kehidupan kuat beragama sangat penting, karena dengan kehidupan beragama dapat memberikan keseimbangan hidup pada manusia. Seperti halnya keluarga pak Gito yang disiplin dalam menjalankan kehidupan beragama, ia mendidik istri dan anak-anaknya untuk selalu mengerjakan sholat 5 waktu, dengan penuh tanggung jawab. 10. Tanggung Jawab Dalam Keluarga Dari semua penjelasan informan, menyatakan bahwa mereka semua adalah orang-orang yang memiliki tanggung jawab penuh terhadap anggota keluarganya, baik yang merasa khawatir dengan adanya lokalisasi, atau pun yang malah merasa bersyukur adanya lokalisasi. Karena salah satu upaya untuk tetap menjaga keharmonisan keluarga salah satunya adalah dengan tanggung jawab terhadap keluarga, untuk bisa mendapat lapangan pekerjaan, dan bisa memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari.

Tabel 4.8 Pemahaman dan Upaya Masyarakat Sekitar Lokalisasi Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga No 1. Nama Parlan Pekerjaan Dinas Sosial Pemahaman Masyarakat Terhadap Keharmonisan R.T Kebutuhan Setiap Hari Dapat Terpenuhi Tidak Pernah Ada Pertengkaran Hebat Tidak Mudah Terpengaruh Dengan Lingkungan Dapat Menyekolahkan Anak Hingga Jenjang Lebih Tinggi Kebutuhan Setiap Hari Dapat Terpenuhi Upaya Dalam Mempertahankan Keharmonisan R.T Komunikasi Saling Pengertian Saling Percaya Sabar, dan kejujuran Sabar Komunikasi Jujur Terhadap Pasangan

2.

Juwari

Polri

3.

Slamet

Tambal Ban

4.

Agus

Tukang Perkir

5.

Lastri

Jual Kopi

6.

Mursiah

Warung

7.

Marsam

Jual Sate

Saling Mencintai Saling Menghormati Kerja keras Keluarga Prioritas Utama Kebutuhan Setiap Hari Saling Pengertian Dapat Terpenuhi Menerima Apa Adanya Tidak Ada Kata Cerai Makan Seadanya Kebutuhan Setiap Hari Lebih Suka Mandiri Dapat Terpenuhi Bekerja Keras, Ulet Tidak Pernah Ada Tidak Menuntut Suami Pertengkaran Hebat Tidak Mudah Bekerja Keras Terpengaruh Percaya Pada Suami Tidak Pernah SalingMenyayangi, Selingkuh mencintai Tidak Ada Kata Cerai Kebutuhan Setiap Hari Bersyukur Atas Nikmat Dapat Terpenuhi Allah Dapat Menyekolahkan Sabar, Saling Mencintai dan jujur Anak Hingga Jenjang Lebih Tinggi Komunikasi Keluarga Menjadi Prioritas Utama

8.

Tumbro

Jual Nasgor

Tidak Mudah Terpengaruh Kebutuhan Setiap Hari Dapat Terpenuhi Tidak Pernah Selingkuh Tidak Pernah Selingkuh Tidak Ada Kata Cerai Dapat Menyekolahkan Anak Hingga Jenjang Lebih Tinggi

Saling Pengertian Kerja Keras Harus Selalu Merawat Tubuh dan Penampilan Saling mencintai Bekerja Keras Pondasi Agama Harus Kuat Bersyukur Atas Nikmat Allah Keluarga Prioritas Utama

9.

Gito

Tukang Ojek

10.

Sriyanti

Tukang Pijet

Dapat Menyekolahkan Bekerja Keras Anak Hingga Jenjang Komunikasi Lebih Tinggi Kebutuhan Setiap Hari Dapat Terpenuhi

B. Analisis Data 1. Sejarah Lokalisasi di Desa Kaliwungu Kec. Ngunut Kab. Tulungagung. Pada tahun 1972, terdapat 3 (tiga) tempat praktik liar dipinggiran Kali Brantas, tepatnya di wilayah Desa Pulosari, Ngunut dan Kaliwungu. Setahun kemudian tempat praktik semakin meluas, dengan jumlah bangunan (gedek), serta jumlah penghuni dan pengunjungnya terus meningkat. Hal ini ditunjang oleh situasi saat itu, dan juga adanya beberapa faktor dominan misalnya: lokasinya tersisih dari keramaian dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari masyarakat disekitarnya. Apalagi selain bioskop tidak ada sarana hiburan malam yang permanen lainnya. Sehingga, membuka kesempatan bagi lapisan masyarakat, untuk mencari hiburan malam yang mudah, dan meriah bertemu dengan masyarakat yang bersedia menghibur, dengan imbalan uang. Tetapi seiring fenomena diatas, kerawanan dalam keamanan dan kesehatan ditempat hiburan malam liar ini, mulai tampak menjadi masalah, dan mulai dirasakan pula oleh masyarakat di perkampungan dekat lokasi tersebut. Oleh karena itu, Muspika Ngunut yang telah menerima pengaduan dari masyarakat, mengadakan musyawarah dengan semua kepala desa, dan sekretaris desa untuk mencari jalan yang terbaik. Maka setelah melalui berbagai pertimbangan, musyawarah memutuskan sebagai berikut: Tempat hiburan dijadikan satu lokasi yang letaknya di Desa Kaliwungu paling barat, perbatasan dengan Desa Ngunut dan diatas tanah bengkok Sekdes. Lokasi ini dianggap paling dekat dengan Polsek dan Puskesmas (waktu itu puskesmas berada di sebelah Timur Pasar dekat Polsek). Sementara kantor

Kecamatan dan Koramil masih menempati perumahan di Pabrik Gula Kunir, dan rencana akan dipindahkan ke sebelah Barat Tugu Rante. Sehingga hal ini, memudahkan pengawasan keamanan kesehatan. Disamping itu, dekat pula tempat penyebrangan Kali Brantas, yaitu dari Wilayah Kabupaten Blitar ke Wilayah Kabupaten Tulungagung, terutama bagi yang memanfaatkan Pasar atau Stasiun Ngunut, kepadatan penyeberangan ini memungkinkan untuk dilakukan non stop (24 jam). Selanjutnya pada tahun 1976, Muspika Ngunut melakukan konsultasi ke kantor kabupaten, agar dapat berkoordinasi dengan Muspika, Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial untuk menentukan langkah antisipasi dampaknya terhadap lingkungan. Hasilnya dibentuk tim pengawasan, yang terdiri dari instasi terkait antara lain: Kecamatan, Kesehatan, Koramil, Sosial, Polsek. Kemudian, dibuatkan gedung pertemuan yang sederhana dan memadai untuk saat itu. Gedung tersebut digunakan juga untuk pemeriksaan kesehatan, sampai akhirnya pada tahun 1991 bulan Agustus, gedung pertemuan yang lebih luas dan berada di sebelah Selatan luar lokalisasi, telah diresmikan Bupati Tulungagung dan di tempati sampai sekarang. Adapun Program pembinannya berjalan sebagaimana biasanya. 1. Pembinaan mental, pengetahuan dan agama dilaksanakan setiap hari Rabu, diisi oleh Dinas Sektor diwilayah Kecamatan Ngunut. 2. Pemeriksaan kesehatan, suntikan dilaksanakan setiap hari Kamis oleh Puskesmas untuk 1 (satu) kelompok sesuai urutan, seperti: Kamis ke I dari kelompok I yaitu deretan wisma sebelah barat.

Kamis ke II dari kelompok II yaitu deretan wisma di tengah. Kamis ke III dari Kelompok III yaitu deretan wisma sebelah timur. Kamis ke IV / V untuk pemeriksaan ulang atau susulan, bila ada. 3. Cecking/ pemeriksaan total dilaksanakan setiap 6 (enam) bulan sekali oleh Dinas Kabupaten dan Propinsi. 4. Pengaturan pakaian pada pembinaan setiap hari Rabu adalah: Rabu ke I-II, seragam hansip lengkap. Rabu ke III-IV, tas baju putih bawah seragam hansip. Rabu ke V, pakaian bebas rapi bersepatu. 5. Pertemuan bulanan antara Pembinan dengan Pengsuh/ Mucikari dilaksanakan setiap tanggal 10. 6. Senam pagi yang diadakan setiap hari Kamis dan Minggu, diikuti oleh semua penghuni lokalisasi. 7. Lomba ketrampilan antar kelompok diadakan setiap 4 (empat) bulan sekali (sejak tahun 2002 mengalami krisis kemauan dan kemampuan). Demikian sekilas tentang sejarah keberadaan lokalisasi berdasarkan informasi dari Carik Desa Kaliwungu pada Bulan Mei 2009 yang lalu.67 Dalam rangka untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan bagi warga lokalisasi di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut, perlu diadakan pembinaan secara berkesinambungan. Dengan harapan dapat menjadi bekal kelak apabila sudah kembali ke masyarakat dalam tata kehidupan yang layak.

67

Wawancara, 15 Mei 2009, 19:30

Berkaitan hal tersebut diatas, pemerintahan Desa Kaliwungu telah menyusun Program Pembinaan yang proposional lokal, disamping itu tenaga pembinaanya banyak melibatkan potensi warga desa, dengan maksud agar warga desa dapat lebih memahami gambaran sebenarnya penghuni maupun

lokalisasinya. TABEL 4.9 JADUAL PEMBINAAN LOKALISASI DI DESA KALIWUNGU KECAMATAN NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2008 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. TANGGAL 03 Januari 10 Januari 17 Januari 24 Januari 31 Januari 07 Februari 14 Februari 21 Februari 28 Februari 06 Maret 13 Maret 20 Maret PENCERAMAH Muspika (dari 3 unsur petugas) Libur, Tahun Baru Hijriah 1429 H Tokoh Masyarakat / Kesehatan Desa PKK Desa (Kerohanian) Aparat Desa Libur, Tahun Baru Imlek 2559 PKK Desa (Ketrampilan) Tokoh Masyarakat / Kesehatan Desa PKK Desa (Kerohanian) Muspika (dari 3 unsur petugas) PKK Desa (Kerohanian) Libur, Maulud Nabi Muhammad saw

13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.

27 Maret 03 April 10 April 17 April 24 April 01 Mei 08 Mei 15 Mei 23 Mei 30 Mei 05 Juni 12 Juni 19 Juni 26 Juni 03 Juli 10 Juli 17 Juli 24 Juli 31 Juli 07 Agustus 14 Agustus 21 Agustus 28 Agustus

PKK Desa (Kerohanian) Muspika (dari 3 unsur petugas) PKK Desa (Kerohanian) Tokoh Masyarakat / Kesehatan Desa PKK Desa (Kerohanian) Libur, Kenaikan Isa Almasih PKK Desa (Ketrampilan) Tokoh Masyarakat / Kesehatan Desa PKK Desa (Kerohanian) Aparat Desa Muspika (dari 3 unsur petugas) PKK Desa (Ketrampilan) Tokoh Masyarakat / Kesehatan Desa PKK Desa (Kerohanian) Muspika (dari 3 unsur petugas) PKK Desa (Ketrampilan) Tokoh Masyarakat / Kesehatan Desa PKK Desa (Kerohanian) Aparat Desa Muspika (dari 3 unsur petugas) PKK Desa (Ketrampilan) Tokoh Masyarakat / Kesehatan Desa PKK Desa (Kerohanian)

36. 04 September Libur, dalam Bulan Ramadlan 37. 11 September Libur, dalam Bulan Ramadlan 38. 18 September Libur, dalam Bulan Ramadlan 39. 25 September Libur, dalam Bulan Ramadlan 40. 41. 42. 43. 44. 02 Oktober 09 Oktober 16 Oktober 23 Oktober 30 Oktober Libur, Idul Fitri 1429 H PKK Desa (Ketrampilan) Tokoh Masyarakat / Kesehatan Desa PKK Desa (Kerohanian) Aparat Desa

45. 06 November Muspika (dari 3 unsur petugas) 46. 15 November PKK Desa (Ketrampilan) 47. 20 November Tokoh Masyarakat / Kesehatan Desa 48. 27 November PKK Desa (Kerohanian) 49. 50. 51. 52. 04 Desember 11 Desember 18 Desember 25 Desember Muspika (dari 3 unsur petugas) PKK Desa (Ketrampilan) Tokoh Masyarakat / Kesehatan Desa Libur, Hari Raya Natal

Tulungagung, Januari 2008 Kepala Desa Kaliwungu Harian/Ketua RT Pengurus

BAMBANG DWIJONO

TOHIR H.S

Dalam perkembangannya lokalisasi di Desa Kaliwungu menjadi lokalisasi percontohan, karena pembinaannya begitu aktif dan baik. Pengurus lokalisasi selalu memberi perhatian yang terbaik terhadap warga lokalisasi. Seperti: sering diadakannya workshop, pembinaan kesehatan, keamanan dan lain-lain. Disamping itu lokalisasi di Desa Kaliwungu Kec. Ngunut Kab. Tulungagung adalah salah satu lokalisasi yang menjadi perhatian pemerintah, karena tergolong lokalisasi yang tertib, aman dari penyebaran penyakit-penyakit kelamin. Seperti HIV dan AIDS. Inilah salah satu contoh workshop Nasional terkait dengan adanya lokalisasi, dan acara ini dihadiri oleh seluruh pengurus lokalisasi yang ada di Indonesia. Workshop kali ini bertema Pemantapan Upaya Pencegahan HIV & AIDS, yang bertempat di Semarang, tanggal 20 22 November 2007.

KESEPAKATAN GRASIA SEMARANG Setelah kami memperhatikan fenomena persebaran HIV & AIDS di Indonesia sedemikian cepat dan membahayakan, maka kami peserta Workshop Nasional Pemantapan Upaya Pencegahan HIV & AIDS, diselenggarakan di Semarang mulai tanggal 20 22 November 2007, dengan ini bersepakat bahwa: Kami akan merintis, meningkatkan, dan memantapkan penggunaan Kondom, sebagai salah satu alat untuk pencegahan HIV & AIDS di resosialisasi dan tempat hiburan di wilayah Indonesia. Untuk mendukung kesepakatan tersebut maka kami akan:

1. Melakukan aliansi strategis sebagai wujud kebersamaan dan komitmen para stakeholders (pemangku kepentingan) untuk pencegahan HIV & AIDS. 2. Melakukan advokasi ke berbagai pihak untuk mendorong lahirnya regulasi nasional maupun lokal dalam upaya Pencegahan HIV & AIDS. 3. Mendorong ke berbagai pihak (Pemerintahan Kabupaten / Kota / Provinsi, KPA Kabupaten / Kota / Provinsi / Nasional) dan LSM serta badan-badan internasional, untuk senantiasa memberikan perhatian melalui

pengalokasian anggaran yang memadai untuk Program Pencegahan HIV & AIDS. Demikian kesepakatan Grasia Semarang, ini kami buat, secara sadar dan bertanggung jawab sebagai wujud komitmen kami untuk untuk Pencegahan HIV & AIDS di Indonesia. Semarang, 22 November 2007 Kami yang membuat Kesepakatan Grasia Semarang.

Nama-nama Wisma Yang Ada di Lokalisasi Desa Kaliwungu Nama-nama wisma (rumah tempat pelacuran) Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung. Sampai saat ini wisma yang digunakan mencapai 60 wisma, dari setiap wisma terdiri dari beberapa kamar (5-6 kamar) Antara lain:

1. Wisma SOPO NYONO 2. Wisma ARGO WILIS 3. Wisma ADEM AYEM I 4. Wisma WIJAYA KUSUMA 5. Wisma EBONI 6. Wisma HARMONI 7. Wisma ORA NGIRO 8. Wisma DAHLIA 9. Wisma KHANA I 10. Wisma ASTER 11. Wisma ARUM DALU 12. Wisma MELATI I 13. Wisma MENTARI 14. Wisma CEMPAKA III 15. Wisma CEMPAKA II 16. Wisma CEMPAKA I 17. Wisma MAWAR 18. Wisma TALI PUTRI 19. Wisma KENANGA 20. Wisma MAYASARI I 21. Wisma SAKURA II 22. Wisma SAKURA I 23. Wisma KANTIL I 24. Wisma SEDAP MALAM 25. Wisma KAMBOJA

26. Wisma MELATI 27. Wisma RAJAWALI 28. Wisma NUSA INDAH 29. Wisma RAHAYU 30. Wisma TERATAI 31. Wisma SEKAR SARI 32. Wisma KHANA II 33. Wisma AREMA 34. Wisma SRI REJEKI 35. Wisma FLAMBOYAN 36. Wisma ANGGREK 37. Wisma SEKAR GADING 38. Wisma PODO TRISNO 39. Wisma SIDO MULYO 40. Wisma ADEM AYEM II 41. Wisma PISANG 42. Wisma KANTIL II 43. Wisma SERUNI 44. Wisma SIDOMULYO II 45. Wisma SAGITARIUS 46. Wisma WIDODAREN I 47. Wisma WIDODAREN II 48. Wisma BUNGA DESA 49. Wisma MAYASARI II 50. Wisma BELGA

51. Wisma BINTANG 52. Wisma CENDANA 53. Wisma DEWI SRI 54. Wisma LOVI 55. Wisma AYU

56. Wisma ROSO 57. Wisma SUMBER REJEKI 58. Wisma PRIBUMI 59. Wisma ARTO MORO 60. Wisma ASRI

2. Pemahaman Masyarakat Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga Pada awalnya lokalisasi yang berada persis dipinggir Kali Brantas, lokasinya berada agak jauh dari pemukiman warga dari sebelah barat maupun sebelah selatan, sedangkan yang disebelah timur masih merupakan tanah kosong (bengkok sekdes). Dalam perkembangannya, keramaian hilir mudik orang-orang pengunjung lokalisasi, dengan warga sekitar lokalisasi menjadi tidak baik. Sehingga, aktivitas warga di sekitar menganggap kurang aman dan merasa terganggu. Kemudian atas desakan warga Muspika Ngunut mempertimbangkan bahwa, harus dibangun tembok pembatas yang melingkar, dan pintu masuk harus berada disebelah utara menghadap Sungai Brantas. Seiring berkalannya waktu, situasi lokalisasi betul-betul diikuti perkembangannya oleh Muspika setempat. Demikian juga keadaan warga sekitar terus dimonitor oleh Kades Kaliwungu dan Kades Ngunut, karena letak lokalisasi berada diperbatasan kedua desa, yakni Desa Kaliwungu dan Desa Ngunut, dengan sendirinya kedua desa tersebut harus koperatif. Setelah kesepahaman antara Muspika Ngunut dengan ponpes yang cukup dikenal yaitu ponpes Hidayatul Muhtadiin dicapai. Langkah Muspika Ngunut selanjutnya memberikan penjelasan-penjelasan tentang keberadaan lokalisasi kepada Kepala Desa sewilayah, dan khususnya Kades Ngunut serta Kades Kaliwungu, penjelasan kepada

warganya masing-masing. Tetapi tidak lupa pengarahan-pengarahan juga diberikan kepada pengurus lokalisasi, agar bisa memberikan kerjasama yang baik dengan warga di sekitar lokalisasi. Langkah-langkah Muspika Ngunut ini ternyata membuahkan hasil yang diharapkan, terbukti bahwa warga disekitar dapat menyikapinya secara positif. Artinya bagi warga yang ekonominya kurang mampu, mengambil inisiatif mencari peluang kerja sebagai apa saja, asal dapat memperoleh penghasilan secara halal di lokalisasi. Seperti menjadi tukang parkir, tukang pijet, buka warung, jualan gorengan dan lain-lain. Dari hasil wawancara, menyebutkan bahwa hampir 60% informan menyatakan, kebutuhan keluarga setiap hari harus bisa tercukupi dan terpenuhi. Hal ini, menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat, dalam memenuhi tanggung jawabnya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, menuju tingkat kesejahteraan masyarakat yang layak dan baik. Seperti halnya kelurga Marsam yang selalu memenuhi kebutuhan keluarganya, walaupun ia hanya seorang penjual sate, tapi keyakinannya dan tekadnya kuat, untuk bisa selalu membiayai anak-anaknya menyelesaikan sekolah. Kebutuhan ekonomi dalam keluarga adalah hal yang wajib, karena saat ini kita hidup di dunia, yang semuanya membutuhkan kerja dan usaha, untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bila kebutuhan dapat tercukupi maka keluarga akan tenang dan sejahtera. Banyak sekali informan menyatakan, pemahaman masyarakat terhadap keharmonisan rumah tangga dengan mencukupi kebutuhan keluarnya. Bisa

menyekolahkan anak-anaknya seperti penuturan pak Agus, Slamet, Marsam, Bu Lastri, Bu Sriyanti mereka memahami keharmonisan rumah tangga, dengan selalu mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.

Seperti halnya bu Sriyanti, yang bekerja sebagai tukang pijet di desanya, dan sering kali ia mendapat job memijat tamu-tamu lokalisasi. Bu Sriyati memiliki tiga anak. Ia harus berjuang keras untuk mencukupi kebutuhan hidup anak-anaknya,

menyekolahkan anak-anaknya. Sampai saat ini kedua anaknya sudah lulus tingakt SMP, anak ketiga masih kelas 6 SD. Bu Sriyanti tidak merasa khawatir atau canggung, ia terbiasa bekerja di tempat itu, menurut bu Sriyanti keluarga dikatakan harmonis apabila kebutuhan keluarga setiap hari dapat terpenuhi, dan bisa menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang lebih tinggi, minimal tingkat SMP/ SMA. Pada awalnya langkah pertama Muspika Ngunut, dengan memberikan temboktembok pembatas antara lokalisasi dan pemukiman penduduk, sudah terlihat perubahan sikap warga disekitarnya. Tetapi tidak demikian opini masyarakat yang berdomisili diluar radius 100 M2 dari lokalisasi, dan masyarakat yang tergolong memiliki landasan agama yang kuat. Apapun alasannya, mereka tetap menganggap lokalisasi mengundang kemaksiatan dan kriminalitas. Sehingga hal ini, menjadikan keharmonisan dalam rumah tangganya semakin tidak aman. Akan tetapi, mayoritas warga di sekitar lokalisasi, yang sehari-hari bekerja mencari nafkah, untuk kebutuhan hidup keluarganya ditempat itu, membuktikan bahwa, sampai saat ini keluarganya tetap bahagia dan utuh meskipun setelah adanya lokalisasi. Masyarakat di sekitar lokalisasi sudah mulai menemukan solusinya, dengan memahami keharmonisan rumah tangga, yaitu sebagai warga desa yang hidup di tengah masyarakat, tentunya harus melaksanakan seperti halnya orang lain. Diantaranya, bekerja di pagi hari dan berkumpul dengan keluarga di malam hari, masyarakat juga berinteraksi

dengan tetangga. Di samping itu kegiatan rutin keagamaan bagi bapak-bapak atau ibu-ibu dan juga anak-anak semuanya harus berjalan dengan seksama. Kegiatan lain yang bertaraf nasional, misalnya HUT Kemerdekaan atau Hari Besar keagamaan juga dilaksanakan, dengan begitu keberadaan lokalisasi ini bukan merupakan gangguan yang berarti. Apalagi sejak awal, penduduk disekitar lokalisasi atau penduduk desa pada umumnya, sudah mendapat jaminan keamanan, dan ketertiban dari Muspika Ngunut. Berdasarkan pengalaman kejadian-kejadian sebelumnya, mereka yang merasa rumah tangganya terganggu, berdomisili di tetangga desa atau bahkan di luar kecamatan. Namun, biasanya di dalam rumah tangganya sudah ada indikasi keretakan akibat ekonomi yang kurang mampu, atau lainnya sebelum masuk lokalisasi. Kejadian-kejadian seperti diatas, puncaknya sering terjadi jika istri yang sah mencari suaminya di dalam lokalisasi, dan menemukannya. Sehingga terjadi keributan dan pertengkaran. Apabila mendengar informasi demikian, justru semakin menambah pengalaman warga di sekitar, untuk lebih berhati-hati serta lebih waspada mengingat pola hidup yang harus dijalaninya cukup mengkhawatirkan. Untuk itu masyarakat di sekitar lokalisasi selalu

mempertahankan rumah tangganya agar tetap harmonis. Adapun dalam keluarga pak Tumbro, Ia selalu bekerja keras untuk menghidupi keluarganya dengan berjualan nasi goreng di pinggiran kota, pak Tumbro memiliki isteri yang selalu perhatian, setiap berangkat kerja pak Tumbro selalu diperingatkan isterinya untuk segera pulang jika dagangan sudah habis, karena isterinya khawatir jika pak Tumbro selingkuh, main ke lokalisasi. Menurut pemahaman pak Tumbro keluarga yang

dikatakan harmonis apabila kebutuhan keluarga sehari-hari dapat tercukupi, tidak mudah terpengaruh dengan masyarakat yang kurang baik, dan pasangan tidak pernah selingkuh. Begitupun dengan Pak Juwari seorang Polri daerah Rejotangan, ia merasa khawatir adanya lokalisasi disekitar rumahnya. Karena ia mempunyai anak remaja yang sekarang belajar di SMA 1 Ngunut. Pak juwari khawatir jika anaknya terpengaruh oleh kenakalan remaja di lokalisasi. Tapi pak Juwari sabar menghadapi kondisi lingkungan sekitar, dan ia tidak tinggal diam, ia selalu memprioritaskan keluarganya, dengan mendidik anaknya untuk selalu belajar yang rajin, agar menjadi anak yang berhasil dan sukses dikemudian hari. Pak Juwari memahami arti keharmonisan dalam rumah tangga, apabila dalam keluarga itu bisa mendidik anak-anaknya dengan baik dan sungguh-sungguh, hingga anak bisa melanjutkan sekolahnya kejenjang lebih tinggi. Karena anak merupakan aset dan generasi penerus dari orang tuannya. Itulah pentingnya mendidik anak dengan baik dan sungguh-sungguh, karena anak merupakan amanah dari Allah swt, dan pasti setiap orang tua selalu mendambakan anaknya, menjadi anak yang sholih sholihah seperti doanya Nabi Zakaria,68 disebutkan dalam Al-Quran Surat Ali-Imran ayat: 38

Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah Aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa69

68 69

Nadhirah Mudjab, Op., Cit, hal 18 Al-Quran Surat Al-Imran, ayat: 38

Sedangkan, pak Agus yang bekerja sebagai tukang parkir di lokalisasi, yang mempunyai gaji yang dibilang cukup untuk menghidupi kebutuhan anak isteri, dengan memanfaatkan pengunjung lokalisasi yang relatif rame. Meskipun isteri selalu mengkhawatirkannya karena takut terpengaruh orang-orang lokalisasi. Dalam

pemahaman pak Agus keharmonisan rumah tangga diartikan sebagai keluarga yang selalu hidup bercukupan, tidak kekurangan. Kebutuhan sehari-hari terpenuhi, dan juga seorang suami isteri tidak pernah ada kata cerai dalam rumah tangganya. Jadi pemahaman masyarakat desa Kaliwungu Mengenai keharmonisan rumah tangga adalah mereka yang bisa mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari, mendidik anak dengan baik dan sungguh-sungguh, sehingga anak bisa sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Disamping itu keluarga yang dikatakan harmonis apabila dalam keluarga tidak ada perselingkuhan, apalagi sampai terjadi perceraian antar kedua pasangan, dan tidak pernah ada pertengkaran hebat diantara keluarganya. Karena dalam rumah tangga pertengakaran menjadi hal yang wajar, namun harus selalu dihindari, selain itu tidak mudah terpengaruh dengan lingkungan yang kurang baik. Seperti halnya lokalisasi yang ada di Desa Kaliwungu. Karena terdapat lokalisasi di sekitar rumah penduduk, warga harus lebih berhati-hati dan harus selalu waspada menjaga anggota keluarganya, dari keretakan rumah tangga. Disamping kebutuhan keluarga sehari-hari dapat tercukupi, dengan memanfaatkan lingkungan sekitar. 3. Upaya Masyarakat Sekitar Lokalisasi Dalam Mempertahankan Keharmonisan Rumah tangga. Keluarga adalah salah satu mata rantai kehidupan paling esensial dalam sejarah perjalanan hidup manusia, sekaligus menjadi bingkai ajaran sebagai pelindung, dan

penghias lukisan kehidupan yang memberikan kenyamanan dan keteduhan kalbu, bagi setiap manusia. Sehingga, menimbulkan kepuasan serta keridhaan yang mendalam bagi penciptanya. Tentunya lukisan kehidupan keluarga yang begitu indah dan menyenangkan ini tak lepas dari sprektum dasar. Yaitu keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah. Keluarga yang harmonis, sejahtera, tentram dan aman. Baiti Jannati, rumahku adalah surgaku. Sebuah ungkapan paling tepat tentang bangunan keluarga ideal. Membangun surga di dunia ini tak semudah membalikkan tangan. Karena didalamnya pasti dilandasi fondasi kokoh, berupa iman, kelengkapan bangunan dengan Islam, dan pengisian ruang kehidupannya dengan ihsan. Rumah tidak hanya dimaknai secara fisik, tetapi lebih bernuansa nilai fungsional. Dalam membentuk kepribadian seseorang untuk mencapai kedewasaan dan

kesempurnaan hidup. Yaitu kehidupan rumah tangga yang dilandasi dengan pemenuhan fungsi keagamaan, ekonomis, biologis, pendidikan, perlindungan, keamanan, sosial dan budaya yang terjalin secara tepadu dan harmonis. Keluarga sebagai pranata sosial pertama dan utama, keluarga mempunyai arti paling strategis dalam mengisi dan membekali nilai-nilai kehidupan, yang dibutuhkan oleh anak-anak yang sedang mencari makna kehidupan. Meskipun diakui bahwa keluarga bukan satu-satunya pranata yang menata kehidupan, akan tapi di samping keluarga masih banyak pranata sosial lainnya dapat membentuk kebribadian. Dengan kata lain keluarga adalah titik awal keberangkatan, dan sebagai modal awal perjalanan hidup, yang kemudian dilengkapi dengan rambu-rambu perjalanan, yang digariskan pranata sosial lainnya, di lingkungan pergaulan sehari-hari.70

70

Jalaluddin Rahmat, Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern, PT Rosdakarya, Bandung, 1993, hal 5

Rumah tangga jika dibina diatas landasan yang benar, niscaya akan mampu mewujudkan berbagai tujuan. Di antaranya terlaksana sunnah Rosul, tumbuhnya rasa tenang, atau sakinah, kesempurnaan jasmani dan rohani. Serta teraihnya mata air kebahagiaan. Mewujudkan tujuan-tujuan seperti itu tidak dapat di lakukan dengan kekayaan atau kekuatan, melainkan dengan saling pengertian, cinta dan niat baik Membentuk keluarga artinya membina masyarakat kecil. Selanjutnya, hendaknya kita memperhatikan kepentingan bersama dalam masyarakat ini. Salah besar kalau kita beranggapan bahwa pernikahan hanyalah menjadi sarana pemuasan insting seklsual semata. Betapa banyak orang yang berharap dapat mewujudkan kebahagiaan mereka. Namun, mereka tak mengetahui cara-cara orang yang diperlukan untuk itu, betapa banyak pula orang yang hidup dalam kebahagiaan, tetapi kemudian mereka mengabaikannya. Pernikahan tidak berarti menghilangkan perbedaan keinginan di antara suami istri. Namun, keduanya dituntut berusaha menciptakan landasan berasama. Sehingga, memungkinkan keduanya membina keluarga bahagia, dan tempat tinggal yang damai, yang meliputi anak-anak mereka dengan ketenangan dan kasih sayang. Setiap orang menginginkan keluarga yang tentram, aman, damai, rukun, kebutuhan sehari-hari dapat tercukupi, atau dengan kata lain keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Hal ini sesuai Firman Allah swt dalam surat Ar-Ruum, ayat 21:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan

dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.71 Untuk mewujudkan kehidupan keluarga seperti itu, keluarga yang dapat mempertahankan keharmonisan rumah tangganya, walau setelah adanya lokalisasi di sekitar pemukiman penduduk. Diperlukan suatu kemampuan yang tidak mudah, bahkan tidak dapat terganggu oleh godaan, dari manapun datangnya. Dan itu hanya bisa dicapai oleh keluarga yang mempunyai ketahanan dalam hidupnya. Banyak keluarga yang tahan diwaktu miskin, tetapi setelah kaya jadi berantakan, atau sebaliknya. Banyak keluarga yang aman, tentram, bahagia, tapi setelah adanya lokalisasi menjadi berantakan, hilang ketenangan yang selama ini dimiliki.72 Sebelumnya ketahanan keluarga atau keluarga yang dapat mempertahankan keharmonisan dalam rumah tangga, mempunyai arti keluarga yang tahan banting, keluarga yang kokoh, tahan dari godaan lain. Tetap bisa mempertahankan kebahagiannya, dan keutuhan keluarganya. Meskipun setelah adanya faktor-faktor yang menyebabkan keretkan dalam rumah tangganya. Hal ini ada berbagai faktor diantaranya faktor dari luar dan faktor dari keluarga itu sendiri. Dalam skripsi ini dibahas mengenai faktor dari luar, yakni setelah adanya lokalisasi di sekitar rumah penduduk. Dan bagaimana upaya masyarakat sekitar mempertahakan keharmonisan rumah tangganya. Dari hasil penelitian, menyatakan bahwa keluarga harus menjadi prioritas utama, terbukti para suami-istri yang bekerja keras untuk membiayai kebutuhan keluarga. Hal ini, menjadikan keluarga sebagai prioritas utama, setiap apa yang diusahakan semua hasilnya dikembalikan pada keluarga, untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

71 72

Al-quran Surat, Ar-Ruum (30), ayat 21 Jalaluddin Rahmat, Op., Cit, hal 134.

Seperti halnya keluarga pak Slamet, ia bekerja sebagai tambal ban di dekat lokalisasi, ia memanfaatkan tamu-tamu lokalisasi yang suka mengendarai motor dengan mabuk-mabukan, sehingga bannya sering bocor. Hal ini sangat menguntungkan pak Slamet. Dalam tujuan hidup pak Slamet adalah membahagiakan keluarganya, ia selalu mendahulukan anak-istrinya, agar hidupnya sejahtera, tentram dan bahagia. Adapun keluarga pak Marsam, yang khawatir dengan adanya lokalisasi, ia selalu mengingatkan istri, dan anak-anaknya untuk menjaga diri dari pengaruh lokalisasi. Pak Marsam tidak bersedia jika istrinya bekerja buka warung di lokalisasi, ia sudah merasa cukup dengan penghasilannya sehari-sehari sebagai penjual sate ayam. Dalam hidup pak Marsam keluarga harus diutamakan, diprioritaskan. Karena sebagai kepala keluarga pak Marsam selalu bekerja keras dan menerima rizki pemberian Tuhan. Usaha untuk tetap bersatu dalam keluarga agar tidak mudah terpengaruh, memerlukan kesatuan dan kebersamaan yang solid. Oleh karena itu setiap, pasangan suami isteri harus menyatukan pemikiran dan menghilangkan egoisme dalam kehidupan keluarganya. Mereka harus mengambil keputusan secara bersama-sama, agar masingmasng pihak merasa puas dan saling mendukung satu sama lain.73 Menjaga keutuhan keluarga, dari pengaruh kenikmatan dunia seasaat adalah, tanggung jawab bersama. Dalam Al-Quran Surat At-Tahrim ayat: 6 menyebutkan.

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.74
73 74

Nadhirah Mudjab, Op., Cit, hal 139. Al-Quran Surat At-Tahrim, ayat: 6

Dari ayat diatas menyebutkan, bahwa neraka itu terdiri dari bahan bakar manusia dan batu, dan penjaga dalam neraka adalah malaikat-malaikat yang menyeramkan, kasar, keras dan selalu mentaati perintah Allah swt, dengan selalu menyiksa manusia yang ada didalamnya. Oleh karena itu, orang tua terutama bapak dianjurkan untuk memelihara, mengingatkan dan menjaga keluarganya, anak isterinya dari siksa api neraka. Upaya lain yang harus dilakukan oleh keluarga untuk tetap menjaga keharmonisan rumah tangganya yaitu komunikasi (musyawarah). Komunikasi antar anggota keluarga juga sangat penting, karena dengan komunikasi masalah-masalah yang mulai timbul dapat terselesaikan, terpecahkan bersama-bersama. Ketika tidak ada komunikasi, maka antar anggota keluarga menjadi saling tertutup tidak ada penyelesaian. Seperti penuturan pak Juwari, seorang polri Kec. Rejotangan ia selalu menyempatkan komunikasi dengan anggota keluarganya, anak istrinya ketika ada permasalahan di rumah ataupun di kantor. Begitupun dengan keluarga bu Sriyanti, bekerja sebagai tukang pijet pengunjung lokalisasi. Ia selalu mengutamakan komunikasi antar anggota keluarganya, walaupun ia seorang janda dan menjadi tumpuan keluarganya, ia tidak patah semangat dalam bekerja. Bu Sriyanti selalu mengomunikasikan masalah apa saja dengan anak-anaknya. Ia mencari waktu luang agar semua anak-anaknya bisa berkumpul, bercanda, dan saling membuka diri agar tidak ada pembatas diantara anggota keluarganya. Dalam rumah tangga, memang seharusnya mempunyai saat-saat tertentu untuk bercanda, berbincang memonitor perubahan-perubahan yang terjadi di dalam keluarga, dan membicarakannya secara terbuka agar tidak ada lagi sekat yang memisahnya.75 Misalnya seperti keluarga pak Marsam, ia tidak mengizinkan isterinya jika berjualan
75

Jalaluddin Rahmat, Op., Cit, hal 106.

gorengan di lokalisasi, dengan alasan pak Marsam khawatir jika salah satu anggota keluarganya menjadi korban pengaruh orang-orang didalamnya. Pak Marsam rela menanggung semua kebutuhan hidup keluarganya, dengan berjualan sate, asalkan isterinya tidak berjualan di lokalisasi. Dan alasan seperti ini oleh pak Marsam dikomunikasikan dengan isterinya. Sehingga isterinya, bersedia untuk tidak jualan di dalam lokalisasi. Dalam kehidupan selalu di butuhkan sikap sabar, pengertian dan jujur. Karena dengan ketiga sikap tersebut seseorang dapat menyelesaikan masalah yang muncul, terutama dalam kehidupan keluarga. Saling pengertian, sabar dan jujur juga menjadi salah satu kunci keluarga yang harmonis. Seperti keluarga pak Parlan mantan dinas sosial Desa Kaliwungu, ia selalu bersikap sabar dan mengerti akan kondisi keluarga dan masyarakat disekitarnya. Kehidupan rumah tangga tidak bisa berjalan dengan bermanja-manja, ini menuntut orang menjalani kehidupannya dengan sabar dan jujur. Orang yang kehilangan kesabarannya dan kejujurannya pasti akan gagal pada kesulitan yang mereka hadapi. Hendaknya, mereka kesampingkan sifat manja ini agar sukses menghadapi berbagai kesulitan. Orang yang gagal dalam kehidupan rumah tangga, dan tenggelam dalam lautan pertengkaran, akan kehilangan kesabaran dan kejujurannya.76 Sifat seperti ini tidak ada dalam Agama, karena Agama selalu mengajarkan untuk selalu berbuat sabar, jujur, dan pengertian. Adapun keluarga pak Juwari dan pak Agus. Sebagai tukang parkir di lokalisasi, pak Agus selalu mementingkan kebutuhan keluarganya, ia selalu sabar dalam menjalani pekerjannya, ia sering dimarahi isterinya karena khawatir jika pak Agus selingkuh di lokalisasi. Tapi pak Agus adalah sosok suami
76

Dr. Ali Qaimi, Op., Cit, hal 14.

yang setia dan jujur. Ia bekerja benar-benar untuk menghidupi anak isterinya. Ia rela makan seadanya asalkan keluarganya dapat hidup bercukupan. Ajaran Islam mengungkapkan tentang nistanya berprasangka buruk, dan mengajak pengikutnya untuk segera mencabut dari akar-akarnya dari dalam diri. Terutama dalam kehidupan berumah tangga. Islam mengajak para suami isteri untuk melanggengkan kehidupan rumah tangga, dalam suasana tentram dan dipenuhi sikap saling percaya antar satu sama lain. Menghormati pendapat pasangan, merupakan hal penting dalam rumah tangga, mendengarkan masukan pasangan dibutuhkan dalam keluarga, meskipun pendapat itu tidak diterima. Karena menghormati dengan mendengarkan pendapat orang lain adalah sikap yang baik.77 Ibu Mursiah, pak Slamet, pak Parlan adalah orang yang selalu menghormati pendapat dan percaya terhadap pasangannya. Ibu Mursiah seorang penjual tempe keliling, ia selalu percaya terhadap suami, walaupun sebenarnya juga khawatir melihat kondisi rumahnya berdekatan dengan lokalisasi. Dan tidak jarang para suami yang selingkuh main ke lokalisasi. Akan tapi, bu Mursiah percaya jika suaminya sangat mencintainya. Begitu juga dengan pak Parlan dan pak Slamet. Dalam rumah tangga, mereka selalu membuka komunikasi di antara anggota keluarga, dan saling menghormati dan menerima pendapat, masukan dari istri ataupun anak-anaknya. Dalam pernikahan saling mencintai, dan menyayangi menjadi modal utama, keluarga bahagia adalah kelurga yang diliputi cinta dan kasih sayang. Karena, kasih sayang merupakan sungai yang mengalirkan air kehidupan, yang membersihkan semua kesedihan dan menghanyutkan seluruh kotoran. Sebagaimana keluarga ibu Mursiah, Ibu Marsam, dan pak Slamet. Dalam keluarga mereka cinta dan kasih sayang harus selalu di
77

Dr. Ali Qaimi, Op., Cit, hal 48.

pupuk. Agar keluarga selalu harmonis, aman dan sejahtera, meskipun terdapat lokalisasi disekitarnya. Kehidupan suami isteri hendaknya dibina dengan kecintaan dan ketulusan. Kehidupan yang kosong dari cinta sungguh tiada berarti. Selain itu, dengan menghasilkan generasi baru, pasangan suami isteri akan memikul tanggung jawab bersama. Agama menghendaki cinta yang tulus, bukan cinta semu. Cinta yang didamba adalah cinta yang akar-akarnya menghujam kedalam tanah. Sebuah keluarga yang diliputi sifat-sifat seperti ini niscaya akan di ridhai Allah. Dalam rumah tangga pak Slamet sikap saling mencintai, menghormati, dan percaya antar pasangannya selalu dipertahankan. Pak Slamet yang bekerja sebagai tukang tambal ban di dekat lokalisasi selalu mendapat perhatian dari isterinya, karena isterinya juga merasa khawatir, jika pak Slamet ikut terjerumus dalam tempat maksiat itu. Akan tapi pak Slamet selalau memberi nasehat kepada isterinya, sehingga isterinya tidak mudah berprasangka buruk kepada pak Slamet. Isterinya yakin dan percaya bahwa pak Slamet adalah suami yang sangat mencintai dan menyayangi anggota keluarganya. Pasangan suami isteri hendaknya menjadi dua sahabat karib, yang saling berbagi manis dan pahitnya kehidupan. Serta selalu menyelesaikan segenap problem kehidupan dengan tangan dingin. Hendaknya masing-masing pihak saling mencurahkan perhatian, dan menitipkan rahasianya satu sama lain. Pasangan suami isteri yang telah kehilangan rasa saling percaya, niscaya akan terhindar dari limpahan rahmat Allah. Di sampimg itu, sikap lain yang harus dipertahankan dalam rumah tangga adalah, selalu bersyukur atas rizki yang diberikan Allah berapapun jumlahnya, asalkan rizki itu berasal dari pekerjaan yang halal. Pak Gito, pak Marsam, dan pak Agus mereka selalu

bersyukur atas nikmat yang diberikan Tuhan, mereka merasa cukup atas karunia Tuhan, dengan selalu bekerja keras. Sikap bersyukur dan menerima rizki Tuhan dapat menetramkan hati, tidak mudah iri terhadap orang lain. Sehingga kehidupan keluarga akan tetap berjalan harmonis. Adapun rumah tangga pak Marsam yang sehari-hari bekerja sebagai penjual sate di depan rumahnya, ia dan keluarganya selalu bersyukur dan menerima pemberian Allah, berapapun penghasilannya. Sebagai penjual sate ia tidak pernah mengeluh dan susah. Malah isterinya yang ingin membantunya jualan gorengan di lokalisasi ia larang. Ia khawatir jika isterinya ikut terpengaruh orang-orang lokalisasi, sampai isterinya mau mengerti. Pak Marsam, dan keluarganya bersyukur atas pekerjaannya yang setiap hari cukup untuk menyekolahkan dan membiayai anak-anaknya. Orang sukses dalam hidupnya adalah orang yang selalu bekerja keras dan ulet, tidak bergantung pada orang lain. Selalu berusaha semaksimal mungkin, agar hari esok lebih baik dari hari ini, suami-istri yang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan kelurga maka akan tercukupi. Anak sekolah yang belajar rajin dan sungguh-sungguh pasti mendapat hasil yang memuaskan. Hampir semua informan menyatakan, dengan bekerja keras dan ulet, maka kebutuhan sehari-hari dapat tercukupi. Sehingga keharmonisan dalam rumah tangga akan terus bertahan. Adapun dengan bu Mursiah penjual tempe keliling, ia adalah perempuan yang terkenal ulet dalam bekerja, setiap jam 3 malam bu Mursiah, sudah bangun dan mulai menyiapkan, mengiris-iris dagangan tempe-tempenya yang mau dijual, setelah sholat subuh bu Mursiah harus menjajakan tempenya ke warung-warung, ia tak kenal lelah. Di desanya tempe-tempe bu Mursiah sudah tidak asing lagi, dagangannya selalu habis

terjual, karena terkenal enak dan gurih, masyarakat banyak yang suka. Setelah selesai berjualan sekitar pukul 9/ 10, bu Mursiah langsung memasak untuk keluarganya, untuk makan siang dan sore hari. Paginya anak dan suami bu Mursiah sarapan nasi kemarin. Dan hal seperti itu sudah terbiasa dalam rumah tangga bu Mursiah. Diantara upaya lain yang tak kalah penting adalah, suami isteri diharuskan untuk menjaga penampilan masing-masing. Keduanya harus senantiasa berusaha

memperlihatkan kecantikan, dan ketampanannya dalam berpenampilan. Ajaran Islam banyak mewasiatkan kita untuk selalu menjaga kebersihan tubuh. Dimulai dari mandi, mengosok gigi, memakai wewangian, merapikan rambut, memotong kuku, dan mengenakan pakaian bersih. Semua itu mepunyai pengaruh yang sangat besar dalam menumbuhkan perasaan simpatik, sekaligus mengeratkan jalinan cinta di antara suami isteri.78 Sikap yang harus dilakukan untuk menjaga keluarga agar tetap harmonis, dan selalu menarik pasangan, bersih, rapi dan teguh pendirian, tidak mudah terpengaruh pasangan lain. Seperti halnya keluarga pak Tumbro, sang istri selalu berpenampilan menarik jika pak Tumbro pulang dari jualan nasi goreng. Istrinya selalu menasehati kalau dagangan habis cepat pulang, jangan mudah terpengaruh, tidak perlu mampir ke tempat haram (lokalisasi). Di rumah istri pak Tumbro selalu berpenampilan rapi, dan bersih dan selalu merawat anak-anaknya. Mungkin ini yang sering lupa di lakukan oleh para istri ketika suami bekeraja di luar. Karena kebanyakan suami selingkuh karena isteri kurang merawat diri dan tubuhnya. Disamping itu, dalam kehidupan rumah tangga, suami wajib mengajarkan anggota keluarganya melakukan sholat 5 waktu, bahwa sholat adalah rukun Islam yang paling
78

Dr. Ali Qaimi, Op., Cit, hal 22.

penting setelah dua kalimat syahadat. Shalat pada waktunya adalah ibadah yang paling disukai Allah. Dan orang yang meninggalkannya, berarti telah kafir dan terlepas dari perlindungan Allah. Selain itu suami harus mengajarkan anggota keluarganya hukumhukum bersuci, tata cara wudhu yang benar, serta rukun, wajib, sunnah, mubah dan halhal yang membatalkan sholat.79 Allah swt menjanjikan rizki bagi orang yang menyuruh isteri dan anak-anaknya sholat, seperti dalam Firman Allah, (Q.S Thaha ayat:132)

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan Bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.80 Dalam keluarga selalu ada kesempatan pada suami, istri dan anak-anak untuk beriman dan bertakwa, sesuai dengan akidah agama yang dianutnya. Dalam keluarga kehidupan kuat beragama sangat penting, karena dengan kehidupan beragama dapat memberikan keseimbangan hidup pada manusia. Seperti halnya keluarga pak Gito yang disiplin dalam menjalankan kehidupan beragama, ia mendidik istri dan anak-anaknya untuk selalu mengerjakan sholat 5 waktu, dengan penuh tanggung jawab. Drijarkara (1979) mengklasifikasiakn tanggung jawab keluarga ke dalam dua bagian, yaitu tanggung jawab vertikal dan tanggung jawab horisontal. Tanggung jawab vertikal diwujudkan melalui komunikasi dan dialog dengan Tuhan. Sedangkan tanggung

79

Syaikh Fuad Shalih, Untukmu Yang Akan Menikah Dan Telah Menikah, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2009, hal 266 80 Al-Quran Surat, Thaha: ayat 132

jawab horisontal dilakukan melalui komunikasi dengan manusia, termasuk dirinya sendiri, masyarakat dan lebih luas lagi dengan umat manusia secara keseluruhan. Sedangkan menurut ajaran Islam, keluarga mempunyai tiga macam tanggung jawab. Pertama, tanggung jawab kepada Allah swt, karena keluarga dan fungsi-fungsinya itu merupakan pelaksanaan amanat Allah swt, yaitu amanat ibadah dan amanat Khilafah. Kedua, tanggung jawab ke dalam keluarga itu sendiri, terutama tanggung jawab orang tua, sebagai pemimpin dalam keluarga, untuk senantiasa membina dan mengembangkan kondisi kehidupan keluarga ke taraf yang lebih baik. Ketiga, tanggung jawab keluarga ialah bahwa keluarga, sebagai unit kecil dan bagian dari masyarakat, menunjukkan penampilan yang positif terhadap keluarga lain, masyarakat, bahkan terhadap bangsa dan negaranya.81 Dari semua penjelasan informan, menyatakan bahwa mereka semua adalah orangorang yang memiliki tanggung jawab penuh terhadap anggota keluarganya, baik yang merasa khawatir dengan adanya lokalisasi, atau pun yang merasa bersyukur adanya lokalisasi. Karena dengan begitu mereka bisa mendapat lapangan pekerjaan, dan bisa memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari. Adapun hasil penelitian dari 10 informan, mereka rata-rata menyatakan setuju terhadap adanya lokalisasi. Ada 6 (enam) orang yang menyatakan setuju, meskipun mereka semua merasa khawatir terhadap lokalisasi. Hanya dua orang informan yang menyatakan setuju dan tidak khawatir sama sekali, yakni bu Lastri dan bu Sriyanti. Bu Sriyanti seorang janda umur 43 th, bekerja sebagai tukang pijet pengunjung lokalisasi, ia mempunyai 3 anak yang masih duduk di SMP dan di SD. Dalam hidup bu Sriyanti yang

81

Jalaluddin Rahmat, Op, Cit, hal 22

penting kebutuhan keluarga tercukupi dan anak-anaknya bisa lulus tingkat SMP. Ia selalu berkomunikasi/ musyawaroh dengan anak-anaknya jika terdapat masalah keluarga. Lain halnya dengan pak Gito, dan pak Marsam yang sangat tidak setuju adanya lokalisasi, mereka lebih baik mencari nafkah di luar tempat haram itu. Pak Gito yang bekerja sebagai tukang ojek, setiap pagi hingga siang hari ia harus bekerja, dan sorenya pak Gito harus mengurusi masjid, mulai menyapu, ngepel, bersih-bersih kaca serta adzan, jika muadzin berhalangan. Pak Gito merupakan tetagga lokalisasi yang memiliki landasan iman yang kuat, terbukti setiap hari anggota keluarganya melaksanakan sholat lima waktu secara istiqomah. Dalam mendidik anakpun pak Gito sangat disiplin, dalam hal belajar pelajaran sekolah dan masalah agama. Pak Gito selalu membimbing, mengarahkan anak dan isterinya belajar agama. Begitupun dengan keluarga pak Marsam seorang penjual sate ayam, ia tidak pernah mengizinkan keluarganya masuk ke tempat lokalisasi, meskipun isterinya minta izin untuk berjualan di sana. Akan tapi pak Marsam lebih memilih agar isterinya tidak bekerja, biar tanggung jawab nafkah kebutuhan keluarga ditanggung sendiri oleh pak Marsam. Ia merupakan orang yang berjiwa besar, pekerja keras, dan selalu sabar atas rizki pemberian Tuhan. Dari hasil wawancar diatas, memberi kita pemahaman. Bahwa upaya masyarakat sekitar lokalisasi dalam mempertahankan keharmonisan rumah tangga, meskipun setelah adanya lokalisasi, di dekat rumah warga. Terdiri dari beberapa upaya yang harus dilakukan masyarakat, diantaranya: Keluarga harus menjadi prioritas utama dan menjaga keutuhan anggota keluarganya, karena keluarga merupakan bagian yang paling utama. Selain itu musyawaroh/ Komunikasi antar anggota keluarga, agar diantara anggota

keluarganya selalu terbuka, tidak ada sekat yang memisahkan. Sehingga, masalahmasalah keluarga dengan cepat dapat terselesaikan. Disamping itu, upaya lain yang harus dilakukan masyarakat adalah Saling pengertian, Sabar dan Jujur. Saling percaya terhadap pasangan, tidak mudah berprasangka buruk terhadap pasangan, dan menghormati pendapatnya. Saling mencintai, dan menyayangi seluruh anggota keluarganya, tidak ada yang dibeda-bedakan semuanya sama. Upaya lain yaitu Bersyukur atas nikmat pemberian Allah dengan ikhlas, berapapun jumlahnya. Asalkan pekerjaan itu halal, tidak mengundang kemaksiatan. Dan juga Bekerja keras, ulet tidak mudah putus asa selalu menghidupi keluarga dengan penuh kesabaran. Di samping itu upaya mempertahankan keharmonisan rumah tangga, yang sering terlupakan oleh pasangan suami istri yakni, penampilan harus selalu menarik pasangan, bersih, rapi dan tidak mudah terpengaruh pasangan lain. Karena dengan selalu berpenampilan menarik pasangan tidak akan mudah selingkuh. Menarik bukan berarti harus mahal atau mewah. Akan tapi bersih dan rapi. Sehingga pasangan tidak mudah selingkuh, karena sudah puas dengan layanan isteri di rumah. Pondasi agama harus kuat, dan selalu menjalankan sholat 5 waktu, karena ini merupakan kewajiban bagi umat muslim, yang terakhir yaitu tanggung jawab dalam keluarga. Mulai mencukupi nafkah keluarga, membiayai sekolah anak-anaknya, sandang, pangan, dan papan untuk anak isterinya.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil analisa data yang di peroleh di Desa Kaliwungu Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung, terdapat beberapa kesimpulan diantaranya: a. Mengenai pemahaman masyarakat desa Kaliwungu terhadap keharmonisan rumah tangga, ada beberapa pemahaman, diantaranya: 1) Kebutuhan keluarga sehari-hari dapat tercukupi; 2) Dapat mendidik anak dengan baik dan sungguh-sungguh, sehingga dapat menyekolahkan anak-anak sampai jenjang pendidikan lebih tinggi; 3) Tidak pernah ada pertengkaran hebat; 4) Tidak pernah selingkuh; 5) Tidak ada kata cerai; 6) Tidak mudah terpengaruh dan teguh pendirian. b. Adapun Upaya masyarakat sekitar lokalisasi dalam mempertahankan keharmonisan rumah tangga, terdapat beberapa poin, diantaranya: 1) keluarga menjadi prioritas utama dan menjaga keutuhan keluarga; 2) komunikasi antar anggota keluarga; 3) saling pengertian, sabar dan jujur; 4) saling percaya terhadap pasangan dan

menghormati pendapatnya; 5) saling mencintai dan menyayangi; 6) bersyukur dan menerima rizki pemberian Allah dengan ikhlas; 7) bekerja keras dan ulet; 8) penampilan harus selalu menarik pasangan, bersih, rapi dan tidak mudah terpengaruh pasangan lain; 9) pondasi agama harus kuat dan selalu menjalankan sholat 5 waktu; 10) tanggung jawab dalam keluarga. c. Lokalisasi adalah bukan merupakan penyebab terbesar bagi kegagalan rumah tangga. Adapun bertetangga dengan lokalisasi apabila bisa menempatkan diri, malah akan mendapatkan banyak keuntungan. Tetapi kalau tidak bisa menempatkan diri, maka keharmonisan dalam rumah tangga akan sulit untuk dipertahankan. Jadi semuanya kembali kepada para suami isteri dalam membina keluarganya. Akan tapi, setiap anggota keluarga yang bertetanga dengan lokalisasi, selalu merasakan khawatir walau hanya sedikit sekali. terbukti dari hasil wawancara 8 dari 10 orang, menyatakan kekhawatirannya bertetangga dengan lokalisasi, meskipun warga bisa mendapatkan penghasilan setiap hari, dengan memanfaatkan pengunjung lokalisasi dengan berjualan atau menjadi tukang parkir, tukang pijet dan lain sebagainya. d. Bahwa apabila lokalisasi dikelola dengan baik dan benar, sehingga dapat menjadi perhatian pemerintah daerah. Maka disamping kesehatannya akan ditangani secara proposional, maka peluang kerjapun akan banyak sesuai perkembangan lokalisasi itu sendiri. Sehingga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat yang membutuhkan.

B. Saran Untuk mengantisipasi munculnya permasalahan sosial terutama bagi keluargakeluarga muda yang tergolong kurang mampu perekonomiannya. Seharusnya diberdayakan dengan porsi per-rumah tangga (per KK) atau porsi per-orangan. Artinya apabila dalam satu keluarga, misalnya suami mempunyai potensi pertukangan. Maka harus diberi stimulan peralatan dapur, karena bisa memasak sendiri dan akhirnya bisa menekan pengeluaran. Ada salah satu barang kebutuhan keluarga yang jarang sekali disinggung dalam pengarahan, karena mungkin sangat tidak lazim dijadikan barang bantuan yaitu alat transportasi sepeda biasa. Padahal bagi keluarga tidak mampu dan tidak mempunyai sepeda yang layak pakai, maka bantuan itu akan besar sekali artinya.

Daftar Pustaka Adi. Rianto. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit. 2004. hal 70. Amin Gebriel Silalahi, Metode Penelitian dan Study Kasus. Sidoarjo: CV. Citra Media, 2003. hal 57. Ahmad Abdul Jawwad Muhammad, Kiat Mencapai Keharmonisan Rumah Tangga, Penerbit Amzah, Jakarta, 2006, hal 10 Al Barry. M. Dahlan & L.Lya Sofyan Yacub. Kamus Induk Istilah Ilmiah. Target Press. Surabaya. 2003 Al-Quran Karim. Arikunto. Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. PT: Rineka Cipta. 1998. hal 114. B. Simanjutak, Pengantar Kriminologi dan Pathologi Sosial, Penerbit Tarsito, 1981. hal 22 Daradjat Dr. Zakiah. Perkawinan Yang Bertanggung Jawab, Jakarta, Bulan Bintang, 1975. hal 23. Fuady Munir, Aliran Hukum Kritis, PT. Adya Bakti, Bandung, 2003, hal 70. Fuad Shalih Syaikh, Untukmu Yang Akan Menikah Dan Telah Menikah, Pustaka AlKautsar, Jakarta, 2009, hal 266 Hadisubroto Subino dkk, Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993, hal 57

Hasan, M. Ali, Pedoman Berumah Tangga Dalam Islam, Prenada Media Group, Jakarta, 2006. Hal 13 Husain Ayatullah Mazhahiri, Membangun Surga Dalam Rumah Tangga., Bogor, Jawa Barat. Penerbit Cahaya, 2001. hal 142. Iis Inayatul Affiyah.Dampak Bencana Lumpur Panas Lapindo Brantas Inc Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga (Study Di Desa Jatirejo Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo). Fakultas Syariah UIN Malang. Skripsi. 2007. Imroatus SholihahUpaya Pelaku Poligini dalam Mewujudkan Kelurga Sakinah (Study di Desa Banjardowo Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang). Fakultas Syariah UIN Malang. 2006. Kholis Nur Aziz, Tinjauan Pasal 296 KUHP Terhadap Lokalisasi Pelacuran di Kabupaten Tulungagung, Skripsi, UNITA, 2007. Kompilasi Hukum Islam (KHI) di Indonesia. Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Bumi Aksara. Jakarta. 2004. Marzuki, Metodologi Riset, Yogyakarta: PT. Hanindika Offes, 1986. hal 5. Mahmud Muhammad Al-Jauhari, Muhammad Abdul Hakim Khayyal, Membangun Keluarga Quran, Jakarta. Penerbit Amzah, 2005. hal 161. Moleong. Lexy. J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005. hal 49. Mudjab Nadhirah, Merawat Mahligai Rumah Tangga. Yogyakarta. Mitra Pustaka, 2000. hal 31. Mushoffa Aziz. Untaian Mutiara Buat Keluarga, Yogyakarta, Penerbit Mitra Pustaka, 2001, hal 12. Qaimi Ali, Singgasana Para Pengantin, Penerbit Cahaya, Bogor, 2002, hal 187 RahmawatiUpaya Istri Yang Bekerja di Pabrik Dalam Menciptakan Harmonisasi Keluarga (Study di Desa Ringinpitu Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung). Skripsi. Fakultas Syariah UIN Malang. 2007. Rochim Adamang, 19981, Pelacuran Sebagai Salah Satu Faktor Penghambat Kesejahteraan Keluarga, Penerbit Tarsito, Bandung, hal 68. R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Serta Komentar-Komentar Lengkap Pasal Demi Pasal, Politeia, Bogor, hal 209. Skripsi.

Rukmini Kusuma Astuti. Proses Terjadinya Pelacuran di Masyarakat. Thesis Fakultas Psikologi Universitas Gadjahmada. Jogyakarta. 1984. Salim. Petter & Yenny Salim, Kamus B. Indonesia Kontemporer. Modern English Press. Jakarta. 1991 Soejono D, Pathologi Sosial, Alumni, Bandung, hal 102. Soekanto. Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press. 1986 hal 43. Thayyib Anshari, Struktur Rumah Tangga Muslim, Surabaya, Penerbit Risalah Gusti, 1992. hal 4. Tim Dosen Fakultas Syariah. Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang. Fakultas Syariah UIN Malang. 2005, hal 1. Umar An-Nawawi Syekh Muhammad bin. Hak dan Kewajiban Suami Istri . Bandung Penerbit Trigenda Karya, 1994, hal 30.

Anda mungkin juga menyukai